You are on page 1of 30

A.

Definisi

Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang

disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi. Ia juga dikenali sebagai

pneumonitis, bronchopneumonia dan community-acquired pneumonia.1

Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya

berasal dari suatu infeksi.

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal

dari bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi

jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. 2

Jadi pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan

oleh bakteri, virus atau fungi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru

dan gangguan pertukaran gas setempat.

Berdasarkan tempat letak anatomisnya, pneumonia dapat

diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:3

1. Pneumonia lobaris

Seluruh lobus mengalami konsolidasi, eksudat terutama terdapat

intra alveolar. Pneumococcus dan Klebsiella merupakan organism

penyebab tersering.

2. Pneumonia nekrotisasi

Disebabkan oleh jamur dan infeksi tuberkel. Granuloma dapat

mengalami nekrosis kaseosa dan membentuk kavitas.

1
3. Pneumonia lobular/bronkopneumonia

Adanya penyebaran daerah infeksi yang bebercak dengan diameter

sekitar 3 sampai 4 cm yang mengelilingi. Staphylococcus dan

Streptococcus adalah penyebab infeksi tersering.

4. Pneumona interstitial

Adanya peradangan interstitial yang disertai penimbunan infiltrate

dalam dinding alveolus, walaupun rongga alveolar bebas dari eksudat

dan tidak ada konsolidasi. disebabkan oleh virus atau mikoplasma.

Klasifikasi pneumonia menurut program P2 ISPA antara lain :4

1. Pneumonia sangat berat

Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak dapat minum, harus

dirawat di rumah sakit.

2. Pneumonia berat

Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa sianosis dan dapat

minum, di rawat rumah sakit dan diberi antibiotic.

3. Pneumonia sedang

Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada dan pernafasan

cepat, tidak perlu dirawat, cukup diberi antibiotik oral.

4. Bukan pneumonia

Hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas, tidak perlu

dirawat, tidak perlu antibiotic

2
B. Anatomi Fisiologis3

Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk

kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura ke dalam tiga lobus atas,

tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisula ke dalam dua lobus atas

dan bawah.

Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum

mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus

paru- paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut pleura.

3
1. Pernapasan pulmoner

Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi

pada paru-paru. Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan

pulmoner yaitu :

a. Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara

dalam alveoli dengan udara luar

b. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksige

masuk ke seluruh tubuh. Karbondioksida dari seluruh tubuh masuk

ke paru-paru.

c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah

yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.

d. Difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler karbon

dioksida.

Proses pertukaran oksigen dengan karbondioksida, konsentrasi

dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernapasan dalam

otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan sehingga terjadi

pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.

2. Pernapasan jaringan (Pernapasan interna)

Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen

dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan akhirnya mencapai kapiler,

darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan, mengambil karbon

dioksida untuk di bawah ke paru-paru terjadi pernapasan eksterna.

4
a. Daya muat paru-paru

Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml – 5000

ml (4,5 – 5 L) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi

dan ekspirasi) hanya 10%. ±500 ml disebut juga udara pasang

surut yaitu yang dihirup dan dihembuskan pada pernapasan biasa.

b. Mekanisme pernapasan

Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua

faktor utama kimiawi dan pengendalian syaraf. Adanya faktor

tertentu meransang pusat pernapasan yang terletak di dalam medulla

oblongata kalau diransang mengeluarkan impuls yang disalurkan

melalui syaraf spinal.

Otot pernapasan (otot diafragma atau interkostalis)

pengendalian oleh syaraf pusat otomatik dalam medulla oblongata

mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan melalui radiks

syaraf servikalis diantarkan ke diafragma oleh syaraf prenikus.

Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma

dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit.

Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan

secara kimia meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya

pernapasan. Pusat pernapasan dalam sumsum sangat peka, sehingga

kadar alkali harus tetap dipertahankan. Karbondioksida adalah

produksi asam dari metabolisme dan bahan kimia.

5
c. Kecepatan pernapasan

Pada wanita lebih tinggi daripada pria, pernapasan secara

normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian

istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik inspirasi-istirahat-ekspirasi

disebut juga pernapasan terbalik. Kecepatan setiap menit :

1) Bayi baru lahir: 30-40 kali permenit

2) 12 bulan: 30 kali permenit

3) 2-5 tahun: 24 kali permenit

4) Dewasa: 10-20 kali permenit

d. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia

sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak

mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan

kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa

menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan

menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis misalnya orang

yang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal,

kapal uap dan lain-lain. Bila oksigen tidak mencukupi maka warna

darah merahnya hilang berganti kebiru-biruan misalnya yang

terjadi pada bibir, telinga, lengan, dan kaki disebut sianosis.

6
C. Etiologi5

Etiologi dari pneumonia, meliputi:

1. Pneumonia bacterial

Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia jenis yang

lain :

a. Staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus

b. Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella

c. Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas

d. Haemophilus influenzae menyebabkan haemophilus influenza

2. Pneumonia atipikal

Penyebab paling sering :

a. Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma

Jenis lain :

a. Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires

b. Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma

c. Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus

d. Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii

(PCP)

e. Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi

f. Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)

g. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis

3. Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (Terapi radisasi untuk

kanker payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan

7
selesai ini menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena

mencerna kerosin atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi.

Karena aspirasi/inhalasi (kandungan lambung) terjadi ketika refleks jalan

nafas protektif hilang seperti yang terjadi pada pasien yang tidak sadar

akibat obat-obatan, alkohol, stroke, henti jantung atau pada keadaan

selang nasogastrik tidak berfungsi yang menyebabkan kandungan

lambung mengalir di sekitar selang yang menyebabkan aspirasi

tersembunyi.

D. Patofisiologis6

Agent penyebab pneumonia masuk ke paru–paru melalui inhalasi

ataupun aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke

saluran pernapasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkhus

menyebabkan sel berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut

berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan etelektasis. Reaksi inflamasi

dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan

napas, bronkospasme dapat terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan

napas reaktif. Gejala umum yang biasanya terjadi pada pneumonia yaitu

demam, batuk, dan sesak napas.

8
E. Pathway6

F. Manifestasi Klinis7

Manifestasi klinik yang sering muncul pada penderita pneumonia yaitu:

1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit

kepala, iritabel, gelisah, malaise, anoreksia, keluhan gastrointestinal.

2. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipneu,

ekspektorasi sputum, cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis.

9
3. Pada anak yang lebih besar lebih suka berbaring pada sisi yang sakit

dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.

4. Tanda pneumonia berupa retraksi (Penarikan dinding dada bagian bawah

ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas),

perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronkhi.

5. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak dada tertinggal di daerah

efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, friction

rub, nyeri dada karena iritasi pleura, kaku kuduk/meningismus (Iritasi

meningen tanpa inflamasi), nyeri abdomen (Kadang terjadi bila iritasi

mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).

Tanda dan gejala lainnya yang sering muncul yaitu:5

1. Pneumonia bacterial

Tanda dan gejala awitan pneumonia pneumococus bersifat

mendadak, disertai menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk, dan sputum

yang berwarna seperti karat. Ronki basah dan gesekan pleura dapat

terdengar diatas jaringan yang terserang, pernafasan cuping hidung,

penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan.

2. Pneumonia virus

Tanda dan gejala sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk

kering, sakit kepala, nyeri otot dan kelemahan, nadi cepat, dan

bersambungan (bounding).

10
3. Pneumonia aspirasi

Tanda dan gejala adalah produksi sputum berbau busuk, dispneu

berat, hipoksemia, takikardi, demam, tanda infeksi sekunder.

4. Pneumonia mikoplasma

Tanda dan gejala adalah nadi meningkat, sakit kepala, demam,

faringitis.

G. Komplikasi2

Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa

menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok

pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti:

1. Bakteremia (sepsis), dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang

menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi

ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada 10%

pneumonia dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi

ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis,

peritonitis, dan empiema.

2. Abses paru (Pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang)

3. Efusi pleura, akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa disebut

dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat

eksudatif. Efusi pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme

dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut empiema. Jika sudah

11
terjadi empiema maka cairan perlu di drainage menggunakan chest tube

atau dengan pembedahan.

4. Gagal nafas,

5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial,

6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak,

7. Atelektasis adalah (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi

karena obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi.

H. Pemeriksaan Diagnostik1

Pemeriksaan penunjang pada pneumonia yaitu:

1. Sinar x: Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor,

bronchial), dapat juga meyatakan abses

2. Biopsy paru: Untuk menetapkan diagnosis.

3. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah: Untuk dapat

mengidentifikasi semua organisme yang ada

4. Pemeriksaan serologi: Membantu dalam membedakan diagnosis

organisme khusus.

5. Pemeriksaan fungsi paru: Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas

berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

6. Spirometrik static: Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

7. Bronkostopi: Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

12
I. Penatalaksanaan7

Pneumonia didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala, hasil

pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologis, evaluasi foto x-ray dada.

Berikut untuk pemeriksaan penunjang pada pneumonia :

1. Pemeriksaan Radiologi

Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang

utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa

infiltrate sampai konsolidasi dengan air broncogram, penyebab

bronkogenik dan interstisial serta gambar kaviti. Gambar adanya

infiltrate dari foto x-ray merupakan standar yang memastikan diagnosis.

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab

pneumonia, hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi,

misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumonia, pseudomonas aeruginosa sering

memperlihatkan infiltrate bilateral atau gambaran bronkopneumonia

sedangkan klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang

terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah

leukosit biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai

30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri

serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etilogi

diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah

13
positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati, analisis gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi

asidosis respiratorik.

3. Oksigen 1 – 2 L/menit

4. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan

5. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikkan suhu, dan status hidrasi

6. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap

melalui selang nasogastrik dengan feeding drip

7. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier

8. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

J. Pencegahan8

Untuk mencegah penularan pneumonia, ada beberapa upaya yang dapat

dilakukan, yaitu:

1. Menjalani vaksinasi

Vaksin merupakan salah satu langkah pencegahan pneumonia.

Perlu diingat, vaksin pneumonia bagi orang dewasa berbeda dengan

vaksinasi pneumonia untuk anak-anak.

2. Menjaga daya tahan tubuh

Hal ini dapat dilakukan dengan menjalani pola hidup sehat, seperti

beristirahat yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi, dan rutin

berolahraga. Daya tahan tubuh yang kuat juga dapat membantu

14
mempercepat pemulihan ketika seseorang terkena pilek, flu, atau

penyakit pernapasan lainnya.

3. Menjaga kebersihan

Menjaga kebersihan adalah rajin mencuci tangan. Biasakan untuk

mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan hand sanitizer, serta

hindari menyentuh area wajah dengan tangan yang belum dicuci.

4. Tidak merokok

Kebiasaan merokok atau paparan asap rokok dapat membuat paru-

paru rusak dan lebih rentan terkena infeksi.

5. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan

Kebiasaan mengonsumsi alkohol atau kecanduan alkohol juga bisa

menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Akibatnya, tubuh lebih

rentan mengalami penyakit infeksi, termasuk pneumonia.

6. Menerapkan etika batuk dan bersin

Tutup mulut dengan tisu atau sapu tangan ketika batuk atau bersin,

kemudian segera buang tisu bekas batuk atau bersin tersebut.

7. Menggunakan alat pelindung diri

Selalu gunakan alat pelindung diri yang tepat ketika berada di

lingkungan dengan paparan polusi udara yang tinggi atau ketika bekerja

di pabrik. Gunakan juga masker bila sedang merawat orang sakit.

15
K. Konsep Asuhan Keperawatan9

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam

mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan

ditunjukan pada respon klien terhadap masalah kesehatan yang

berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia.

a. Identitas Klien.

Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan

darah, pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan,

pekerjaan, TB/BB, alamat. Pada kasus pneumonia banyak terjadi

pada :

1) Jenis kelamin : Paling banyak menderita pneumonia yaitu laki-

laki tapi tidak menutup kemungkinan perempuan.

2) Umur : Usia yang paling rentang terkena pneumonia yaitu usia

tua (lanjut usia) dan anak-anak.

b. Riwayat Kesehatan.

1) Riwayat Kesehatan Sekarang.

Gejala saat ini dan durasinya : adanya sesak nafas atau kesulitan

bernafas, nyeri dada dan kaitan nyeri dengan pernapasan: batuk,

produktif atau tidak produktif, warna, konsistensi sputum,: gejala

lain: kesakitan pernapasan atas saat ini atau kesakitan akut lain;

16
penyakit kronik seperti DM, PPOK, atau penyakit jantung;

medikasi saat ini; alergi obat.

2) Riwayat kesehatan dahulu.

Dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan

dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat

dipengaruhi atau memengaruhi penyakit yang diderita klien saat

ini.

3) Riwayat Kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan

adanya penyakit keturunan,kecenderungan alergi dalam satu

keluarga,penyakit yang menular akibat kontak langsung antara

anggota keluarga.

c. Pemeriksaan fisik

Tampilan, distress nyata, tingkat kesadaran : tanda-tanda vital,

antara lain suhu; warna aksesorius, pernapasan; suara paru.

Pemeriksaan fisik dengan pendekatan persistem dimulai dari kepala

Sampai ujung kaki dapat lebih mudah. Dalam melakukan

pemeriksaan fisik perlu dibekali kemampuan dalam melakukan

pemeriksaan fisik secara sistematis dan rasional. Teknik

pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar yang digunakan meliputi:

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

17
1) Penampilan umum

Yaitu penampilan klien dimulai pada saat mempersiapkan

klien untuk pemeriksaan.

2) Kesadaran

Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu

kualitatif dan kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai antara lain

yaitu composmentis mempunyai arti mengalami kesadaran penuh

dengan memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang

diberikan, apatis yaitu mengalami acuh tak acuh terhadap

lingkungan sekitarnya, samnolen yaitu mengalami kesadaran

yang lebih rendah dengan ditandai tampak mengantuk bahwa

untuk, sopor mempunyai arti bahwa klien memberikan respon

dengan rangsangan yang kuat dan refleks pupil terhadap cahaya

tidak ada. sedangkan penilaian kesadaran terhadap kuantitatif

dapat diukur melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale

dengan aspek membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan

respons motorik yaitu nilai 6.

3) Tanda-Tanda Vital

Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin

dilakukan dalam berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling

sering dilakukan adalah pengukuran suhu,dan frekuensi

pernafasan. Pada pasien pneumonia biasanya mengalami demam

suhu diatas 37 , pernapasan cepat (Tachypnea).

18
a) Kepala

(1) Rambut

Kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka, ketombe

tidak ada, pertumbuhan rambut jarang, warna rambut

hitam, kekuatan rambut: mudah dicabu atau tidak, dan

tidak ada pembengkakan atau tidak ada nyeri tekan.

(2) Mata

Kebersihan mata: mata tanpak bersih, gangguan pada

mata: mata berfungsi dengan baik, pemeriksaan

konjungtiva: anemis atau ananemis, sclera biasanya

putih, pupil: isokor atau anisokor dan kesimetrisan

mata: mata simetris kiri dan kanan dan ada atau

tidaknya massa atau nyeri tekan pada mata.

(3) Telinga

Fungsi pendengaran: biasanya berfungsi dengan baik,

bentuk telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan

telinga.

(4) Hidung

Kesimetrisan hidung: biasnya simetris, kebersihan

hidung, nyeri sinus, polip, fungsi pembauan dan apakah

menggunakan otot bantu pernapasan.

19
(5) Mulut dan Gigi

Kemampuan bicara, adanya batuk atau tidak, adanya

sputum saat batuk atau tidak, keadaan bibir, keadaan

platum, kelengkapan gigi, dan kebersihan gigi.

b) Leher

Biasanya simetris kiri dan kanan, gerakan leher; terbatas atau

tidak, ada atau tidak pembesaran kelenjer thyroid, ada atau

tidaknya pembesaran vena juguralis dan kelenjer getah

bening.

c) Thorak

(1) Paru-paru

(a) Inspeksi: Perhatikan kesimetrisan gerakan dada,

frekuensi napas cepat (tachipnea), irama,

kedalamannya pernapasan cuping hidung,

(b) Palpasi: Adanya nyeri tekan, fremitus traktil bergetar

kiri dan kanan.

(c) Auskultasi: Suara napas ronchi (nada rendah dan

sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun

saat ekspirasi).

(d) Perkusi: Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya

jaringan yang lebih padat atau konsolidasi paru- paru

seperti pneumonia.

20
(2) Jantung

(a) Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus cordis

tampak atau tidak.

(b) Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa

(pembengkakan) dan ada atau tidaknya nyeri tekan.

(c) Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara

perkusi jaringan yang padat seperti pada daerah

jantung).

(d) Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara

jantung II (terdengar bunyi lub dub lub dub) dalam

rentang normal.

d) Abdomen

(1) Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen, ada

atau tidaknya lesi, ada atau tidaknya stretch mark.

(2) Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5- 30 x/

menit).

(3) Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi cairan).

(4) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pemberasan

hepar.

e) Punggung

Tidak ada kelainan bentuk punggung, tidak ada terdapat luka

pada punggung.

21
f) Estremitas

(1) Atas : terpasang infuse, apa ada kelemahan atau tidak

pada ekstremitas atas.

(2) Bawah: ada atau tidaknya gangguna terhadap ekstremitas

bawah seperti : kelemahan.

(3) Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang

umumnya dipakai untuk memeriksa penderita yang

mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status

kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada

kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan

atau sebaliknya apakah terjadi perburukan pada

penderita. Penilaian tersebut meliputi :

(a) Nilai 0: Paralisis total atau tidak ditemukan adanya

kontraksi pada otot,

(b) Nilai 1: Kontaksi otot yang terjadi hanya berupa

perubahan dari tonus otot, dapat diketahui dengan

palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi,

(c) Nilai 2: O tot hanya mampu mengerakkan persendian

tetapi kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh

gravitasi,

(d) Nilai 3: Dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat

melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat

terhadap tahanan yang diberikan pemeriksa,

22
(e) Nilai 4: Kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai

dengan kemampuan otot terhadap tahanan yang

ringan,

(f) Nilai 5: Kekuatan otot normal.

g) Genetalia

Terpasang kateter atau tidak.

h) Integument

Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.

i) Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan,

jenis pemeriksaan, hasil dan satuanya. Pemeriksaan

penunjang diantaranya: pemeriksaan laboratorium, foto

rotgen, rekam kardiografi, dan lain-lain.

j) Therapy

Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi

pemberian dan cara pemberian, secara oral, parental dan lain-

lain.

2. Diagnose Keperawatan10

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurangnya intake

d. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian

23
3. Intervensi keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan11 Intervensi12
Keperawatan10
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
tidak efektif selama 3 x 24 jam, maka bersihan jalan
berhubungan dengan nafas meningkat, dengan kriteria hasil: Observasi :
proses infeksi 1. Batuk efektif meningkat 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
2. Produksi sputum menurun napas)
3. Mengi menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling,
4. Wheezing menurun mengi, wheezing, ronchi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik :
4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur
servikal)
5. Posisikan semi-fowler atau fowler
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
McGill
11. Berikan oksigen, jika perlu

24
Edukasi :
12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
13. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi :
14. Kolaborasi
pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
2. Pola napas tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pemantauan Respirasi (I.01014)
efektif berhubungan selama 3 x 24 jam, maka pola napas
dengan hambatan membaik, dengan kriteria hasil: Observasi :
upaya napas Dispnea menurun 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
Penggunaan otot bantu napas menurun napas
Pemanjangan fase ekspirasi menurun 2. Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea,
Frekuensi napas membaik hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes, biot,
Kedalaman napas membaik ataksik)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai analisa gas darah
10. Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik :
11. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien

25
12. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
13. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
14. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
nutrisi kurang dari selama 3 x 24 jam, maka status nutrisi
kebutuhan tubuh membaik, dengan kriteria hasil: Observasi :
berhubungan dengan Porsi makan yang dihabiskan meningkat 1. Identifikasi status nutrisi
kurangnya intake Berat badan membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Indeks massa tubuh (IMT) membaik 3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastric
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida
makanan)
11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu

26
15. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
16. Ajarkan posisi duduk, jika mampu
17. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
4. Ansietas Setelah dilakukan intervensi keperawatan Reduksi Ansietas (I.09314)
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, maka tingkat ansietas
ancaman terhadap menurun, dengan kriteria hasil: Observasi :
kematian 1. Verbalisasi kebingungan menurun 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis:
2. Perilaku gelisah menurun kondisi, waktu, stresor)
3. Perilaku tegang menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
4. Konsentrasi membaik 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik :
4. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
5. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
6. Pahami situasi yang membuat ansietas
7. Dengarkan dengan penuh perhatian
8. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

27
9. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
10. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
11. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi :
12. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
13. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
14. Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika
perlu
15. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
16. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
17. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
18. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
19. Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi :
20. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. 2020. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :

EGC.

2. Smeltzer, Suzanne C. 2021. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi

12 Vol 2. Jakarta: EGC.

3. Prihanto E. Anatomi dan fisiologi system pernapasan a. Anatomi system

pernafasan Sistem. 2019;7–46.

4. Kemenkes RI 2021. Pedoman penanggulangan P2 ISPA. Kemenkes RI.

Jakarta

5. Muttaqin, Arif. 2020. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Salemba Medika. Jakarta.

6. Barbara Engram. 2019. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah

Jilid I, Peneribit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

7. Nugroho T. 2019. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,

Penyakit Dalamcetakan 1. Yogyakarta : Penerbit Nuha Medika

8. Pittara dr. Pneumonia [Internet]. 10 Mei 2022. 2022 [dikutip 12 April

2023]. Tersedia pada: https://www.alodokter.com/pneumonia/pencegahan

29
9. Somantri, I. 2019. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba

Medika.

10. PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik. Edisi 1. Jakarta, Indonesia: DPP PPNI; 2017.

11. PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan. Edisi 1. Jakarta, Indonesia: DPP PPNI; 2018.

12. PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan. Edisi 1. Jakarta, Indonesia: DPP PPNI; 2022.

30

You might also like