Professional Documents
Culture Documents
Analisis Inklusi Keuangan Dan Pemerataan Pendapatan Di Indonesia
Analisis Inklusi Keuangan Dan Pemerataan Pendapatan Di Indonesia
PENDAHULUAN
Konsep pertumbuhan inklusif dewasa ini menjadi salah satu konsep yang
tinggi diikuti dengan ketimpangan yang besar. Meskipun diakui oleh berbagai
ekonom bahwa tidak ada resep yang baku dalam mencapai pertumbuhan inklusif,
namun pendekatan makro, perdagangan dan tenaga kerja masih menjadi strategi
berpendapatan terendah.
1
2
4.330 triliun atau 68,25 persen dari total aset industri keuangan pada tahun 2017.
Tabel 1.1
Jumlah Total Aset Industri Keuangan Indonesia Tahun 2017
perbankan merupakan lembaga keuangan yang paling banyak memiliki aset yaitu
sebesar 4.330 triliun rupiah atau sebesar 68,25% dari jumlah keseluruhan aset
lembaga keuangan. Untuk aset asuransi sebesar 1.173,1 triliun rupiah atau
18,49%, sedangkan dana pensiun berada pada posisi ketiga dengan jumlah aset
yang dimiliki sebesar 556,9 triliun rupiah atau sebesar 8,78% pada aset dana
pensiun sebesar 262,2 triliun rupiah atau sebesar 4,13% sedangkan untuk aset
yang dimiliki oleh lembaga jasa keuangan lainnya sebesar 22,7 triliun rupiah atau
0,35%.
merupakan inti dari proses pembangunan. Empiris baik pada tingkat perusahaan,
3
industri, rumah tangga, maupun perbandingan antar negara, bahwa terdapat hubungan
positif antara fungsi sistem keuangan dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka
penggunaan jasa perbankan oleh masyarakat. Semakin terbukanya akses terhadap jasa
terutama apabila digunakan untuk kegiatan produktif. Sulitnya akses terhadap jasa
terbatas untuk investasi dan pengusaha kecil harus mengandalkan laba untuk
perbankan juga harus merata. Meskipun jumlah kantor cabang bank, DPK yang
terhimpun, serta kredit yang disalurkan semakin meningkat, namun masih terdapat
masyarakat Indonesia yang belum dapat mengakses jasa perbankan. Berdasarkan data
Global Financial Index World Bank tahun 2011, jumlah penduduk dewasa di
keuangan formal, salah satunya sektor perbankan, pada tahun 2011 masih di bawah
20%. Jasa keuangan formal sulit diakses terutama oleh penduduk desa sehingga
Rendahnya akses ini disebabkan karena tingkat pendapatan yang rendah, tata
4
administrasi bank yang tinggi serta jauhnya lokasi bank dari tempat tinggal mereka.
Salah satu cara untuk mengetahui distribusi layanan sektor perbankan dapat
Saat ini, inklusi keuangan telah menjadi agenda penting di berbagai negara termasuk
Indonesia. Pada bulan Juni 2012, Bank Indonesia bekerjasama dengan Sekretariat
dalam mengurangi angka kemiskinan dan pembangunan ekonomi yang inklusif dan
dijabarkan dalam 6 pilar yaitu edukasi keuangan, fasilitas keuangan publik, pemetaan
Salah satu tujuan dari strategi tersebut adalah menjadikan strategi keuangan
semakin inklusif dapat memberikan akses terhadap jasa keuangan yang lebih luas
bagi setiap penduduk, terutama bagi kelompok miskin dan marjinal yang memiliki
di Indonesia?
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Indonesia.
pendapatan di Indonesia.
6
pendapatan di Indonesia.
Indonesia.
1.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
menurut Radyati (2012:52) inklusi keuangan adalah suatu keadaan dimana semua
orang memiliki akses terhadap layanan jasa keuangan yang berkualitas dengan
biaya terjangkau dan cara yang menyenangkan, tidak rumit serta menjunjung
Inclusion sebagai “The proportion of individuals and firms that use financial
researchers and other stakeholders (Keuangan inklusi ialah suatu keadaan dimana
meminimalisir adanya kelompok individu yang belum sadar akan manfaat akses
layanan keuangan formal yang berkualitas secara tepat waktu, lancar, dan aman
7
8
mengatur risiko.
hambatan baik dalam bentuk harga maupun non harga terhadap akses masyarakat
keuangan yang mampu memberikan manfaat ekonomi sebagai sumber daya dan
mempunyai akses yang luas terhadap sektor formal lembaga keuangan dan juga
mendapatkan kredit. Tetapi lebih kepada bagaimana mereka yang tidak pernah
menabung dan mendapat kredit sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun
merupakan sebagai bentuk strategi nasional keuangan inklusif yaitu hak setiap
orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan secara
9
mewujudkan sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat
Memberikan akses ke jasa keuangan yang lebih luas bagi setiap penduduk,
penduduk miskin.
keuangan yang rendah. Pengetahuan ini penting agar masyarakat merasa lebih
keuangan.
keuangan formula. Oleh karena itu, sinergi antara Bank, Lembaga Keuangan
layanan tabungan dan kredit. Namun pedoman dan peraturan yang jelas perlu
keuangan pada lembaga formal bagi 75 persen penduduk dewasa pada akhir tahun
2019. Hal ini sejalan dengan Agenda Pembangunan Nasional yang tertuang dalam
RPJMN 2015-2019, yang merupakan penjabaran butir ketujuh Nawa Cita, yaitu
11
ekonomi domestik’.
pendapatan.
Mereka yang memiliki akses sangat terbatas atau tanpa akses sama sekali
tidak tetap atau musiman yang pada umumnya bekerja di sektor pertanian
c) Miskin bekerja
d) Bukan miskin
aman, cepat, dan murah dari tempat kerja ke rumah, yang sering kali
f) Perempuan
laki-laki dan perempuan dalam hal akses, kebutuhan, dan pilihan mereka
laki saat membuka rekening tabungan bank lebih sering adalah untuk
jiwa, dan pada taraf tertentu juga memiliki asuransi harta benda.
Kerangka kerja umum keuangan inklusif dibangun di atas enam pilar sbb:
keuangan.
potensial.
pemerintah atau BI, untuk meningkatkan akses akan jasa keuangan. Pilar
diperlukan suatu ukuran kinerja. Dari beberapa referensi, indikator yang dapat
adalah:
ekonomi yaitu :
1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralata fisik, dan modal atau sumber daya manusia.
18
jasa- jasa.
1. Sumber Alam
kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan sebagainya.
2. Akumulasi Modal
3. Organisasi
4. Kemajuan Teknologi
hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi telah menaikkan
Pendapatan perkapita adalah hasil bagi antara pendapatan regional atas dasar
perkapita dapat dilihat atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan.
20
7. Jumlah Penduduk
untuk mengukur tingkat akses dan penggunaan untuk layanan keuangan lintas
Indonesia. Selain itu, jumlah ponsel dan pengguna internet berpengaruh positif
Jawa Tengah 2010-2014". Metode yang digunakan adalah analisis indeks inklusi
keuangan dan analisis uji hubungan kausalitas antara indeks inklusi keuangan
indeks inklusi keuangan yang rendah, hanya dua wilayah yaitu Kabupaten/Kota
Semarang dan Kota Surakarta yang memiliki indeks inklusi keuangan yang tinggi.
Hasil uji kausalitas indeks inklusi keuangan terhadap indeks gini menunjukkan
hubungan satu arah dimana indeks gini mempengaruhi indeks inklusi keuangan.
keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan di suatu negara. Akses seperti
sejahtera bagi masyarakat. Hasil survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa
pertanyaan ini. Alat analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan
22
memanfaatkan data sekunder yang tersedia di Otoritas Jasa Keuangan dan Biro
memiliki proporsi yang kecil. Hal ini membawa kita pada kesimpulan bahwa
sektor keuangan. Lebih jauh lagi, penelitian ini menggunakan fungsi kesempatan
menemukan korelasi positif dengan inklusi keuangan. Temauan ini dapat menarik
memperluas cakupan layanan jasanya tidak hanya pada target pasar yang ada saat
ini.
inklusi keuangan terhadap PDB Indonesia. Data yang digunakan adalah data
sekunder dari tahun 2004 sampai tahun 2015 yang diperoleh dari World
Monetary Fund (FAS IMF). Metode analisis data yang digunakan adalah OLS
keuangan yang seperti jumlah kantor bank, jumlah ATM, dan jumlah rekening
kredit memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDB. Perbankan dan
pemerintah diharapkan dapat bekerja sama dengan baik serta berperan dalam
METODE PENELITIAN
yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena
yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab
yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Subjek penelitian
mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda untuk unit atau individu yang
berbeda atau merupakan konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Objek penelitian
ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik
24
25
Indonesia periode analisis dalam penelitian ini adalah tahun 2013-2017 provinsi di
Indonesia.
memperoleh data yang relevan dan akurat dengan masalah yang dibahas. Teknik
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Skala Sumber
No Variable Definisi Indikator
Pengukuran data
1. Inklusi Suatu keadaan - Penetrasi Nominal OJK
Keuangan dimana mayoritas Perbankan
26
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci.
dirangkum, dipilih hal yang pokok, difokuskan pada hal yang penting. Data hasil
tertentu untuk memberikan gambaran yang lebih pasti tentang hasil pengamatan
27
dan mempermudah penelitian untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas
persamaan berikut:
A i−mi
d i=W i ; i=1 , 2, 3 … … … … (1)
M i−mi
Keterangan:
Semakin tinggi nilai indeks suatu dimensi, samakin tinggi pula pencapaian
suatu provinsi, semakin tinggi pula jumlah bank yang dapat dijangkau masyarakat
keuangan memerlukan batas atas dan batas bawah dari setiap indikator. Batas atas
maupun batas bawah harus dijadikan nilai tetap. Batas bawah atau nilai minimum
(𝑚𝑖) setiap dimensi dalam penelitian ini adalah 0. Sedangkan untuk menentukan
28
batas atas atau nilai maksimum (𝑀𝑖) setiap indikator, ditentukan oleh sebaran
masing-masing indikator.
diukur terdiri dari tiga dimensi. Dimensi yang pertama adalah penetrasi perbankan
ini, indikator yang digunakan untuk dimensi penetrasi perbankan adalah jumlah
menggambarkan dimensi ini dapat berupa outlet dari perbankan misalkan jumlah
kantor cabang atau ATM yang tersebar di suatu wilayah. Dalam penelitian ini,
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan dimensi ini dapat berupa jumlah
tabungan, kredit, remitansi, asuransi, dan jasa lainnya yang ditawarkan oleh
digunakan dalam penelitan ini adalah jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), proksi
dari jumlah tabungan, dan kredit yang disalurkan bang umum konvensional di
menggunakan rumus:
29
tabungan+ kredit
kegunaan= … … … … …(2)
PDRB
Persamaan (1) akan menghasilkan nilai 0 < 𝑑𝑖< 1. Semakin tinggi nilai di,
semakin tinggi pula perolehan provinsi di dimensi i. Jika terdapat 3 dimensi dari
inklusi keuangan yang dihitung, yaitu 𝑝 untuk penetrasi, 𝑎 untuk ketersediaan, dan
tingkat inklusi keuangan provinsi. Semakin besar jarak antara titik O dengan titik
X, semakin tinggi pula tingkat inklusi keuangan. Semakin kecil jarak antara titik
X dengan titik W, semakin tinggi tingkat inklusi keuangan. Kedua jarak tersebut
dinormalisasi dengan jarak antara W dan O agar nilainya antara 0 dan 1. Oleh
karena itu, nilai indeks inklusi keuangan akan berada antara 0 dan 1. Semakin
Jika jarak antara titik O dengan titik X dilambangkan dengan X1, yaitu:
X =
√ d +d + d2
p
2
a
2
u
… … …(3)
√ w +w + w
1 2 2 2
p a u
X =1−
√( W p
2 2
−d p ) + ( W a−d a ) + ( W u−d u )
2
… … …(4)
√w
2 2 2 2
p +w a +w u
1
IIK = [ X + X 2 ] … … … (5)
2 1
provinsi dihitung, indeks inklusi keuangan setiap provinsi dapat dihitung. Dengan
bobot masing-masing dimensi sebesar 1, batas bawah setiap dimensi 0, dan batas
atas setiap indikator yang telah ditentukan dari sebaran masing-masing indikator,
[ √ p + a +u
( √( 1−P ) +( 1−a ) +( 1−u )
)]
2 2 2 2 2 2
1 k k k k k k
IIK = + 1− … (6)
2 √3 √3
provinsi yang lain. Sedangkan nilai IIK=0 menunjukkan provinsi tesebut memiliki
kondisi inklusi keuangan paling buruk. Tingkat inklusi keuangan semakin baik
ke dalam tiga kategori. Tingkat inklusi keuangan tinggi jika nilai indeks inklusi
keuangan 0,6 < IIK ≤ 1, tingkat inklusi keuangan sedang jika nilai indeks inklusi
keuangan 0,3 ≤ d ≤ 0,6, dan tingkat inklusi keuangan rendah jika nilai indeks ≤
0,3.
dianalisis melalui dua pendekatan, yaitu faktor sosial ekonomi dan infrastruktur.
yang berbeda. Peubah respon dari setiap pendekatan dalam penelitian ini adalah
31
nilai indeks inklusi keuangan. Karena nilai indeks inklusi keuangan bersifat
kontinu dari 0 sampai 1, maka regresi panel yang digunakan adalah regresi panel
tobit. Regresi Tobit disebut juga regresi tersensor, hal ini dikarenakan variabel
dependen dari regresi tobit nilainya berada pada rentang tertentu. Berikut model
Dimana:
juga ditulis:
P ( y i=0| xi ) =P ( y ¿i <0| xi )
¿ P ( X 'i β 0 <0|x i )
( |)
'
ei X i β
¿P ← xi
σ σ
( )
'
− Xi β
¿Ф
σ
yang sesuai dan memberikan hasil yang terbaik dalam menjelaskan masalah yang
dihadapi. Semakin banyak variabel yang masuk kedalam model, maka semakin
kompleks model yang dihasilkan. Begitu juga semakin banyak variabel prediktor
32
yang diperlukan untuk menduga respon. Hal ini diatasi dengan menyeleksi
variabel yang masuk ke model secara bertahap agar didapatkan model yang layak
digunakan. Sedangkan untuk menguji data menggunakan software Stata 14.2 for
Windaws
Persamaan umum yang digunakan dalam penelitian ini untuk faktor sosial
ekonomi adalah:
Secara astronomis, Indonesia terletak antara 60 04’ 30’’ Lintang Utara dan
110 00’ 36’’ Lintang Selatan dan antara 940 58’ 21’’ sampai dengan 1410 01’
10’’ Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa yang
terletak pada garis lintang 00. Berdasarkan posisi geografisnya, negara Indonesia
Thailand, Palau, dan Laut Cina Selatan; Selatan - Negara Australia, Timor Leste,
dan Samudera Hindia; Barat - Samudera Hindia; Timur - Negara Papua Nugini
dan Samudera Pasifik. Batas-batas tersebut ada pada 111 pulau terluar yang perlu
menentukan garis pangkal batas wilayah negara Indonesia dengan negara lain
Terluar).
Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang terletak di lima pulau besar dan
empat kepulauan, yaitu: - Pulau Sumatera: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Pulau Jawa: DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan
Jawa Timur. - Kepulauan Nusa Tenggara (Sunda Kecil): Bali, Nusa Tenggara
33
34
Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara Kepulauan Maluku: Maluku dan
Maluku Utara. - Pulau Papua: Papua dan Papua Barat. Sebagai negara kepulauan,
Indonesia memiliki ribuan pulau dan terhubung oleh berbagai selat dan laut. Saat
1. Penetrasi Perbankan
inklusif jika pengguna jasa perbankan semakin banyak. Salah satu ukuran dari
dimensi ini adalah jumlah rekening deposit yang ada di perbankan. Proksi dari
deposit yang terdapat di BUK. Penetrasi perbankan adalah indikator utama dalam
inklusif keuangan. Semakin banyak penggunanya maka semakin baik, karena itu
Salah satu indikator penetrasi perbankan adalah proporsi populasi yang memiliki
Tabel 4.1
Penetrasi Perbankan di Indonesia
Rata-
No Provinsi 2013 2014 2015 2016 2017
rata
1 Aceh 0.084 0.119 0.154 0.189 0.224 0.154
2 Sumatera Utara 0.154 0.189 0.224 0.259 0.294 0.224
3 Sumatera Barat 0.099 0.134 0.169 0.204 0.239 0.169
4 Riau 0.116 0.151 0.186 0.221 0.256 0.186
5 Kepulauan Riau 0.095 0.130 0.165 0.200 0.235 0.165
6 Jambi 0.119 0.154 0.189 0.224 0.259 0.189
7 Sumatera Selatan 0.080 0.115 0.150 0.185 0.220 0.150
8 Bangka Belitung 0.142 0.177 0.212 0.247 0.282 0.212
9 Bengkulu 0.084 0.119 0.154 0.189 0.224 0.154
10 Lampung 0.062 0.097 0.132 0.167 0.202 0.132
11 DKI Jakarta 1.011 1.046 1.081 1.116 1.151 1.081
12 Jawa Barat 0.087 0.122 0.157 0.192 0.227 0.157
13 Banten 0.134 0.169 0.204 0.239 0.274 0.204
14 Jawa Tengah 0.102 0.137 0.172 0.207 0.242 0.172
15 DI Yogyakarta 0.178 0.213 0.248 0.283 0.318 0.248
16 Jawa Timur 0.139 0.174 0.209 0.244 0.279 0.209
17 Bali 0.243 0.278 0.313 0.348 0.383 0.313
18 Nusa Tenggara Barat 0.056 0.091 0.126 0.161 0.196 0.126
19 Nusa Tenggara Timur 0.067 0.102 0.137 0.172 0.207 0.137
20 Kalimantan Barat 0.128 0.163 0.198 0.233 0.268 0.198
21 Kalimantan Tengah 0.086 0.121 0.156 0.191 0.226 0.156
22 Kalimantan Selatan 0.078 0.113 0.148 0.183 0.218 0.148
23 Kalimantan Timur 0.198 0.233 0.268 0.303 0.338 0.268
24 Sulawesi Utara 0.133 0.168 0.203 0.238 0.273 0.203
25 Gorontalo 0.087 0.122 0.157 0.192 0.227 0.157
26 Sulawesi Tengah 0.086 0.121 0.156 0.191 0.226 0.156
27 Sulawesi Selatan 0.083 0.118 0.153 0.188 0.223 0.153
28 Sulawesi Barat 0.050 0.085 0.120 0.155 0.190 0.120
29 Sulawesi Tenggara 0.068 0.103 0.138 0.173 0.208 0.138
30 Maluku 0.110 0.145 0.180 0.215 0.250 0.180
31 Maluku Utara 0.065 0.100 0.135 0.170 0.205 0.135
32 Papua 0.109 0.144 0.179 0.214 0.249 0.179
33 Papua Barat 0.110 0.145 0.180 0.215 0.250 0.180
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2019)
36
kategori tinggi, yaitu berkisar 1 selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.
jasa perbankan semakin banyak, peningkatan ini juga dapat disebabkan oleh
individu yang awalnya hanya memiliki satu rekening menjadi lebih dari satu
rekening.
Keberadaan jasa perbankan merupakan hal yang penting dalam keuangan yang
inklusif. Indikator yang digunakan untuk dimensi ini adalah jumlah kantor cabang
banyak dan semakin luas penyebaran kantor cabang perbankan, maka layanan jasa
perbankan yang diberikan semakin tinggi. Jasa keuangan harus tersedia bagi
ini adalah jumlah outlet (kantor cabang, ATM, dan lain lain). Ketersediaan jasa
dapat dilihat dari jumlah cabang lembaga keuangan atau jumlah ATM (Automatic
Teller Machine). Berikut adalah tabel 4.2 mengenai ketersediaan jasa perbankan
di Indonesia.
37
Tabel 4.2
Ketersediaan Jasa Perbankan di Indonesia
N Rata-
Provinsi 2013 2014 2015 2016 2017
o rata
1 Aceh 0.345 0.380 0.415 0.450 0.485 0.415
2 Sumatera Utara 0.264 0.299 0.334 0.369 0.404 0.334
3 Sumatera Barat 0.329 0.364 0.399 0.434 0.469 0.399
4 Riau 0.308 0.343 0.378 0.413 0.448 0.378
5 Kepulauan Riau 0.610 0.645 0.680 0.715 0.750 0.680
6 Jambi 0.339 0.374 0.409 0.444 0.479 0.409
7 Sumatera Selatan 0.269 0.304 0.339 0.374 0.409 0.339
8 Bangka Belitung 0.421 0.456 0.491 0.526 0.561 0.491
9 Bengkulu 0.316 0.351 0.386 0.421 0.456 0.386
10 Lampung 0.127 0.162 0.197 0.232 0.267 0.197
11 DKI Jakarta 1.022 1.057 1.092 1.127 1.162 1.092
12 Jawa Barat 0.209 0.244 0.279 0.314 0.349 0.279
13 Banten 0.157 0.192 0.227 0.262 0.297 0.227
14 Jawa Tengah 0.203 0.238 0.273 0.308 0.343 0.273
15 DI Yogyakarta 0.291 0.326 0.361 0.396 0.431 0.361
16 Jawa Timur 0.249 0.284 0.319 0.354 0.389 0.319
17 Bali 0.440 0.475 0.510 0.545 0.580 0.510
18 Nusa Tenggara Barat 0.187 0.222 0.257 0.292 0.327 0.257
19 Nusa Tenggara Timur 0.264 0.299 0.334 0.369 0.404 0.334
20 Kalimantan Barat 0.286 0.321 0.356 0.391 0.426 0.356
21 Kalimantan Tengah 0.338 0.373 0.408 0.443 0.478 0.408
22 Kalimantan Selatan 0.418 0.453 0.488 0.523 0.558 0.488
23 Kalimantan Timur 0.658 0.693 0.728 0.763 0.798 0.728
24 Sulawesi Utara 0.412 0.447 0.482 0.517 0.552 0.482
25 Gorontalo 0.381 0.416 0.451 0.486 0.521 0.451
26 Sulawesi Tengah 0.288 0.323 0.358 0.393 0.428 0.358
27 Sulawesi Selatan 0.335 0.370 0.405 0.440 0.475 0.405
28 Sulawesi Barat 0.321 0.356 0.391 0.426 0.461 0.391
29 Sulawesi Tenggara 0.286 0.321 0.356 0.391 0.426 0.356
30 Maluku 0.560 0.595 0.630 0.665 0.700 0.630
31 Maluku Utara 0.312 0.347 0.382 0.417 0.452 0.382
32 Papua 0.588 0.623 0.658 0.693 0.728 0.658
33 Papua Barat 0.658 0.693 0.728 0.763 0.798 0.728
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2019)
38
masih sangat tinggi di Jakarta pada nilai 1 dari tahun 2013-2017, selain itu
Kepulauan Riau dengan nilai ketersediaan jasa perbankan mencapai 0,680 begitu
juga Kalimantan Timur, Maluku, Papua dan Papua Barat. Tinggi ketersediaan jasa
tersedia, walaupun Maluku, Papua dan Papua Barat masih termasuk daerah
melayani nasabah.
tinggi, tetapi nilai indeks ketersediaan di pulau jawa rendah. Sedangkan di Papua,
Papua Barat dan beberapa provinsi lainnya jumlah kantor cabang yang tersedia jauh
lebih rendah dari pulau jawa, tetapi nilai indeks ketersediannya lebih tinggi dari
provinsi yang berada di Pulau Jawa. Jumlah populasi dewasa yang rendah, yaitu
sekitar 400 ribu orang, menyebabkan nilai dimensi ketersediaan Papua berada pada
kategori sedang, lebih tinggi dari provinsi yang berada di pulau Jawa.
keuangan. Banyak orang yang memiliki akses terhadap jasa perbankan tetapi tidak
menggunakan jasa tersebut dikarenakan berbagai alasan seperti jarak yang cukup jauh
untuk menjangkau bank terdekat, produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan
Tabel 4.3
Keguanaan Jasa Perbankan di Indonesia
N Rata-
Provinsi 2013 2014 2015 2016 2017
o rata
Aceh 0.23
1
4 0.269 0.304 0.339 0.374 0.304
Sumatera Utara 0.37
2
7 0.412 0.447 0.482 0.517 0.447
Sumatera Barat 0.21
3
7 0.252 0.287 0.322 0.357 0.287
Riau 0.14
4
5 0.180 0.215 0.250 0.285 0.215
Kepulauan Riau 0.20
5
7 0.242 0.277 0.312 0.347 0.277
Jambi 0.31
6
4 0.349 0.384 0.419 0.454 0.384
Sumatera Selatan 0.24
7
8 0.283 0.318 0.353 0.388 0.318
Bangka Belitung 0.25
8
5 0.290 0.325 0.360 0.395 0.325
Bengkulu 0.32
9
5 0.360 0.395 0.430 0.465 0.395
Lampung 0.24
10
6 0.281 0.316 0.351 0.386 0.316
DKI Jakarta 1.02
11
2 1.057 1.092 1.127 1.162 1.092
Jawa Barat 0.20
12
4 0.239 0.274 0.309 0.344 0.274
Banten 0.23
13
1 0.266 0.301 0.336 0.371 0.301
Jawa Tengah 0.26
14
4 0.299 0.334 0.369 0.404 0.334
DI Yogyakarta 0.34
15
3 0.378 0.413 0.448 0.483 0.413
Jawa Timur 0.26
16
9 0.304 0.339 0.374 0.409 0.339
Bali 0.45
17
8 0.493 0.528 0.563 0.598 0.528
Nusa Tenggara Barat 0.21
18
1 0.246 0.281 0.316 0.351 0.281
Nusa Tenggara Timur 0.32
19
6 0.361 0.396 0.431 0.466 0.396
Kalimantan Barat 0.31
20
5 0.350 0.385 0.420 0.455 0.385
40
N Rata-
Provinsi 2013 2014 2015 2016 2017
o rata
Kalimantan Tengah 0.26
21
3 0.298 0.333 0.368 0.403 0.333
Kalimantan Selatan 0.28
22
9 0.324 0.359 0.394 0.429 0.359
Kalimantan Timur 0.21
23
4 0.249 0.284 0.319 0.354 0.284
Sulawesi Utara 0.27
24
2 0.307 0.342 0.377 0.412 0.342
Gorontalo 0.45
25
1 0.486 0.521 0.556 0.591 0.521
Sulawesi Tengah 0.18
26
7 0.222 0.257 0.292 0.327 0.257
Sulawesi Selatan 0.34
27
9 0.384 0.419 0.454 0.489 0.419
Sulawesi Barat 0.19
28
6 0.231 0.266 0.301 0.336 0.266
Sulawesi Tenggara 0.25
29
4 0.289 0.324 0.359 0.394 0.324
Maluku 0.49
30
1 0.526 0.561 0.596 0.631 0.561
Maluku Utara 0.41
31
0 0.445 0.480 0.515 0.550 0.480
Papua 0.32
32
3 0.358 0.393 0.428 0.463 0.393
Papua Barat 0.22
33
2 0.257 0.292 0.327 0.362 0.292
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2019)
kegunaan jasa perbankan adalah provinsi Nusa Tenggara Barat dan Maluku Utara.
Jika dibandingkan dengan provinsi yang berada di pulau Jawa ataupun Sumatera,
kedua provinsi ini memiliki volume kredit dan deposit yang jauh lebih sedikit.
Tetapi, karena PDRB yang kecil dibandingkan dengan penjumlahan kredit yang
disalurkan dan tabungan yang terhimpun, nilai dimensi kegunaan jasa perbankan
Dalam penelitian ini, indeks inklusi keuangan dibagi kedalam tiga kategori
sebagai provinsi dengan inklusi keuangan tinggi adalah provinsi yang memiliki
indeks inklusi keuangan antara 0,6-1. Provinsi yang memiliki indeks inklusi keuangan
antara 0,3-0,6 dikategorikan sebagai provinsi dengan inklusi keuangan sedang, dan
provinsi yang memiliki indeks inklusi keuangan dibawah 0,3 dikategorikan sebagai
banyaknya penduduk yang tidak dapat mengakses perbankan. Masyarakat tidak dapat
negara kepulauan sehingga biaya pendirian kantor cabang mahal. Selain itu,
persyaratan yang ketat, proses yang kompleks, dan formalitas yang tinggi menjadi
Tabel 4.4
Indeks Inklusi Keuangan Provinsi di Indonesia
Berdasarkan dari tabel di atas bahwa Indeks Inklusi Keuangan (IIK) yang
rendah termasuh Provinsi Aceh sebesar 0,297 dan 14 Provinsi lainnya, sedangkan
nilai indeks inklusi keuangan dalam kategori sedang sebanyak 18 Provinsi dan
yang tertinggi hanya provinsi Jakarta saja yang indeks inklusi keuangan sebesar 1.
Jika dilihat dari sebaran ketiga dimensi inklusi keuangan, DKI Jakarta jauh
keuangan semua provinsi terlihat jauh lebih buruk. Tetapi jika Jakarta dikeluarkan
pulau Jawa lebih rendah dari Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
rekening yang terdaftar, jumlah kantor cabang, maupun jumlah DPK dan kredit
relatif lebih tinggi, tetapi tidak sebanding dengan jumlah populasi yang ada di
pulau Jawa. Selain jumlah populasi dewasa yang sangat tinggi, penduduk provinsi
44
di Pulau Jawa memiliki banyak pilihan jasa keuangan selain bank umum
konvensional.
perbankan antar provinsi. Selain itu, beberapa provinsi yang memiliki kantor
menggunakan panel tobit. Baik model dari pendekatan sosial ekonomi, model
yang memiliki nilai statsitik Wald Chi-Square dengan p-value sebesar 0,000,
artinya tolak H0, bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen paling tidak ada salah
Tabel 4.5
Regresi Tobit Model I Peubah Bebas Sosial Ekonomi
Model I
Variabel
Koefisien p>│z│
45
Berdasarkan dari tabel 4.5 di atas maka dapat diketahui secara keseluruhan
bahwa terdapat hubungan antara Indeks Inklusi Keuangan (IIK) terhadap peubah
probability sebesar 0,0000, namun jika dilihat dari hubungan antara indicator pada
variabel peubah bebas terhadap IIK maka pengangguran tidak memiliki hubungan
yang dimana nilai signifikan sebesar 0,724 melebihi ketetapan yang telah
ditentukan yaitu sebesar 0,05, sehingga dibutuhkan pengujian ulang pada regresi
Tabel 4.6
Regresi Tobit Model II Peubah Bebas Sosial Ekonomi
Model II
Variabel
Koefisien p>│z│
log_pdrb .6400892 0.000
melek_huruf .0061077 0.020
rasio_gini -.307092 0.002
_cons -9.237172 0.000
Wald Chi-square 1009.17
Log likelihood 314.12164
Probability 0.0000
Sumber: data olahan (2019)
Berdasarkan dari tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa masih ada hubungan
secara keseluruhan antara Indeks Inklusi Keuangan (IIK) dengan peubah bebas
sosial ekonomi yang dilihap pada besaran nilai probability dihasilkan sebesar
46
0,000 tidak lebih besar dari nilai 0,05. Sedangkan secara individu dari indikator
melek_huruf sebesar 0,020 dan nilai probabilitas rasio_gini sebesar 0,002 yang
4.3 Pembahasan
tinggi yaitu Provinsi DKI Jakarta sedangkan untuk 32 provinsi lain masih sangat
rendah kurang dari 0,3. Selain jumlah pengguna jasa perbankan semakin banyak,
peningkatan ini juga dapat disebabkan oleh individu yang awalnya hanya
perbankan, maka layanan jasa perbankan yang diberikan semakin tinggi. Dalam
kajian mengenai ketersediaan jasa perbankan yang memiliki nilai yang tinggi
yaitu 6 wilayah dengan nilai ketersediaan jasa perbankan diatas 0,61 sedangkan
untuk nilai ketersediaan jasa perbankan yang sedang terdiri dari 22 wilayah yang
nilai ketersediaan jasa perbankan antara 0,60-0,30 dan nilai ketersediaan jasa
keuangan. Banyak orang yang memiliki akses terhadap jasa perbankan tetapi tidak
menggunakan jasa tersebut dikarenakan berbagai alasan seperti jarak yang cukup jauh
47
untuk menjangkau bank terdekat, produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan
kebutuhan, atau memiliki pengalaman yang buruk dengan penyedia jasa. Pada hasil
pengujian kegunaan jasa perbankan dengan nilai tinggi sebanyak 1 wilayah yaitu
Provinsi DKI Jakarta, untuk nilai kegunaan jasa perbankan sedang sebanyak 21
Selain itu, beberapa provinsi yang memiliki kantor perbankan, rekening deposit,
dan tingkat penggunaan perbankan yang cukup tinggi memiliki indeks inklusi
perbankan, rekening deposit, dan tingkat penggunaan perbankan yang relatif lebih
dengan peubah bebas sosial ekonomi yang dilihap pada besaran nilai probability
dihasilkan sebesar 0,000 tidak lebih besar dari nilai 0,05. Sedangkan secara
individu dari indikator peubah bebas nilai probabilitas log_pdrb sebesar 0,000,
48
5.1 Kesimpulan
Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat dan
Indonesia dari peubah bebas pada indicator sosial ekonomi yaitu PDRB,
melek huruf dan rasio gini sedangkan yang tidak berpengaruh yaitu
variabel pengangguran.
3. Ada hubungan Indeks Inklusi Keuangan (IIK) dengan peubah bebas pada
49
50
5.2 Saran
seperti pengadaan ATM dan mesin setor tunai serta mobile banking. Salah
satu pilar dari kebijakan Bank Indonesia terkait Strategi Nasional Inklusi
kredit murah dan mudah diakses oleh pengusaha kecil yang membutuhkan
modal.
2. Penentuan indikator dan pemberian bobot yang tepat dari setiap dimensi
yang berbeda dari setiap dimensi inklusi keuangan dapat menghasilkan indeks