You are on page 1of 19

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN IPA MI


Disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
PEMBELAJARAN IPA MI

Dosen Pembimbing:
Robiatul Adawiyah, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Amanah Rokatin (2020143260184)
2. Dina Mu’izatul Fauziyah (2020143260187)
3. Milnia Ulya Alfi (2021143260265)
4. Siti Ni’matus Sholikhah (2020143260213)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ATTANWIR
BOJONEGORO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah panjatkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat-Nya


maka pemakalah dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Model Pembelajaran IPA MI”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas
dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pembelajaran IPA MI.
Dalam penulisan makalah ini pemakalah menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini, khususnya kepada:
1. Ibu Robiatul Adawiyah, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pembelajaran IPA MI telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini pemakalah merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki pemakalah. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat pemakalah harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Pemakalah berharap semoga penyusunan makalah dapat bermanfaat bagi
pemakalah maupun pembaca.

Bojonegoro, 06 April 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 3
A. Model Interaktif........................................................................... 3
B. Model Siklus Belajar................................................................... 6
C. Model Pembelajaran Kooperatif................................................. 8

BAB III PENUTUP .............................................................................. 15


A. Kesimpulan.................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab
semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru yang
merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru adalah orang
yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan
teknologi. Guru dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan
pendekatan, strategi dan model pembelajaran yang dapat memudahkan
siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar
keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang
terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya
semua.
Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di
kelas penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah
dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap
pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan
kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang
ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat
sesuai dengan kurikulum yang digunakan saat ini.
Kurikulum yang mulai diberlakukan di sekolah bertujuan untuk
menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat
tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, dan siswa terlibat
langsung dalam pembelajaran IPA. Disamping itu kurikulum berbasis
kompetensi memberi kemudahan kepada guru dalam menyajikan
pengalaman belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang
mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar dengan melakukan (learning to do),

1
belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan
belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai
dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan,
karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia.
Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang
berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan
cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.
Rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA menunjukkan
adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui
mengapa prestasi siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu
merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidak
berhasilan siswa dalam pelajaran IPA. Sebagai guru yang baik dan
profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penerapan model pembelajaran
interaktif menjadi alternatif untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model interaktif?
2. Bagaimana model siklus belajar?
3. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan model interaktif.
2. Mengetahui model siklus belajar.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Interaktif
1. Pengertian model interaktif
Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan belajar
yang merujuk pada pandangan konstruktivis. Menurut Margaretha,
model pembelajaran interaktif menitikberatkan pada pertanyaan siswa
sebagai ciri sentralnya dengan cara menggali pertanyaan-pertanyaan siswa.
Sedangkan Suparman mengemukakan bahwa model pembelajaran
interaktif merupakan proses yang memungkinkan para pembelajar aktif
melibatkan diri dalam keseluruhan proses, baik secara mental maupun
secara fisik. Hal ini diperkuat oleh Faire dan Cosgrove yang
mengemukakan bahwa model pembelajaran interaktif dirancang agar
siswa mau bertanya, kemudian menemukan jawaban mereka sendiri.1
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa model pembelajaran interaktif dirancang untuk
menjadikan suasana belajar mengajar berpusat pada siswa agar aktif
membangun pengetahuannya melalui penyelidikan terhadap pertanyaan
yang mereka ajukan sendiri. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk
melibatkan keingintahuanya dengan cara membuat pertanyaan mengenai
topik yang akan dipelajari, kemudian melakukan penyelidikan atas
pertanyaan yang mereka ajukan sendiri, sehingga dapat menemukan
jawaban atas pertanyaannya sendiri. Siswa bertanya melalui aktivitas
terbuka dengan berbagai alasan.
Jenis pertanyaan yang muncul akan bermacam-macam dan
mungkin tidak jelas, tidak terpusat pada topik yang sedang dipelajari atau
pertanyaan yang jawabannya dapat dijawab tanpa penyelidikan.
Oleh karena itu, guru perlu mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan
dari siswa, kemudian menuliskan setiap pertanyaan pada papan
tulis. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian bersama-sama dipilih oleh
siswa untuk diselidiki jawabannya. Beberapa pertanyaan yang memiliki
1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014) hal, 84

3
maksud yang sama juga dipilih satu. Mungkin ada beberapa pertanyaan
yang muncul perlu diubah agar mudah dipahami oleh siswa. Di sini guru
membantu siswa dalam mengungkapkan bahasa lisan menjadi bahasa
tulisan. Dengan demikian dari banyak pertanyaan yang muncul tinggal
beberapa saja. Setelah terpilih sesuai dengan kesepakatan bersama siswa,
kemudian pertanyaan tersebut dituangkan dalam suatu aktivitas.
Model pembelajaran interaktif memberikan struktur pengajaran
sains yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan atas pertanyaan-
pertanyaan siswa. Siswa diajak untuk berpikir tentang konsep yang akan
dipelajari, kemudian direfleksikan melalui keingintahuannya dan
diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan
itu kemudian dijawab sendiri oleh siswa melalui penyelidikan. Guru tidak
terlibat terlalu jauh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa tetapi
menjawab pertanyaan siswa dengan pertanyaan, sehingga siswa akan
menemukan sendiri jawaban atas pertanyaanya sendiri.
2. Tahap-tahap model pembelajaran interaktif
Tahap pembelajaran interaktif terdiri dari tujuh tahapan, yaitu dapat
dilihat dari bagan berikut ini:2

a. Tahap Persiapan (Preparation)

2
Ibid, hlm, 87

4
Pada tahap kegiatan awal dari pembelajaran interaktif ini yaitu
persiapan guru dan siswa memilih dan mencari informasi tentang
latar belakang topik yang akan dibahas dalam kegiatan
pembelajaran. Guru mengumpulkan sumber-sumber yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, seperti percobaan apa
yang akan digunakan, dan media apa saja yang akan digunakan
untuk menunjang pembelajaran.
b. Tahap Pengetahuan Awal (Before View)
Pada tahap pengetahuan awal, guru menggali pengetahuan
awal siswa mengenai hal-hal yang telah diketahui oleh siswa
tentang topik yang akan dipelajari.
c. Tahap Kegiatan Eksplorasi (Exploratory)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ketiga ini adalah
menampilkan kegiatan untuk memancing rasa ingin tahu siswa.
Selanjutnya siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan topic kegiatan yang dimaksud.
d. Tahap Pertanyaan Siswa (Children Questions)
Setelah melakukan kegiatan eksplorasi melalui berbagai
kegiatan demonstrasi atau fenomena, pada tahap ini masing-masing
siswa diberikan kesempatan untuk membuat pertanyaan dalam
kelompoknya, kemudian siswa membacakan pertanyaan yang
dibuat dalam kelompoknya tersebut.
e. Tahap Penyelidikan (Investigation)
Dalam proses penyelidikan, akan terjadi interaksi antara siswa
dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan media, serta siswa
dengan alat.
f. Tahap Pengetahuan Akhir (After Views)
Pada tahap pengetahuan akhir, siswa membacakan hasih yang
di perolahnya. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi
kelas. Jawaban jawaban siswa dikumpulkan dan dibandingkan
dengan pengetahuan awal sebelum siswa melakukan penyelidikan
yang di tulis sebelumnya.
g. Tahap Refleksi (Reflection)
Tahap terakhir adalah refleksi, yaitu kegiatan berpikir tentang
apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Intinya adalah
berpikir kembali mengenai apa yang telah dipelajari, kemudian
mengedepankanya menjadi struktur pengetahuan baru.3
3. Kelebihan dan kelemahan model interaktif

3
Ibid, hlm, 89

5
Kelebihan lain dari model pembelajaran interaktif ini antara lain:
peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun
keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan, mengorganisasikan
pemikiran dan membangun argumen yang rasional. Model pembelajaran
interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan
metode-metode interaktif.
Adapun kekurangan dari model pembelajaran ini sangat bergantung
pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika
kelompok.
B. Model Siklus Belajar
1. Pengertian model siklus belajar
Siklus belajar merupakan pendekatan pengajaran sains yang
dikembangkan oleh Robert Karplus bagi program perbaikan kurikulum
pembelajaran sains (SCIS). Penelitian menunjukkan melalui siklus belajar
siswa memahami konsep sains dengan lebih baik dan dapat
mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan karena siswa tidak
hanya diberi kesempatan dan waktu untuk mengeksplor fenomena alam
tetapi secara langsung siswa mempunyai kesempatan untuk berinteraksi
dengan guru yang berpengalaman dalam melayani pembelajaran dan
memberikan umpan balik dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
siswa. Belajar dengan model siklus belajar akan menjadi bermakna bila
guru mampu memberikan pengalaman langsung, sehingga siswa secara
aktif akan mengetahui bagaimana belajar.4
Model siklus belajar berorientasi pada peristiwa alami, saling
berhubungan, atau prinsip-prinsip yang melibatkan beberapa konsep.
Siklus belajar memberikan pengalaman konkrit pada siswa dengan tujuan
untuk mengembangkan pemahaman konseptual. Model ini terdiri atas tiga
tahapan yaitu Exploration (eksplorasi), Invention (pengenalan konsep),
dan Discovery (penerapan konsep).
2. Tahap-tahap model siklus belajar
a. Tahap Eksplorasi
4
Carin A.A , Teaching Science Through Discovery, (Seventh Edition .New York
: Mcmillan Publishing Company, 1993) hal, 64

6
Tahap ini merupakan awal dari langkah-langkah siklus belajar.
Guru membagikan materi dan benda-benda konkrit agar siswa
dapat mencari dan mengumpulkan fakta-fakta dengan melakukan
observasi dan percobaan.
b. Tahap Invitasi (pengenalan konsep)
Tahap kedua ini guru menciptakan (invent) suatu konsep,
prinsip, atau hubungan-hubungan yang secara langsung berkaitan
dengan hasil eksplorasi. Pada tahap ini guru memperkenalkan
istilah, kalimat, dan penjelasan yang membantu pengkomunikasian
dan pemahaman pengalaman konkrit siswa.5
c. Tahap Discovery (aplikasi konsep)
Pada tahap terakhir ini siswa mengembangkan dan
menggunakan struktur mentalnya dengan mengaplikasikan
pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam contoh-contoh atau
situasi baru tetapi masih berhubungan.
3. Kelebihan dan kekurangan model siklus belajar
Penerapan model siklus belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Beberapa kelebihan sebagai berikut:
a. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran.
b. Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa, dan pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan model siklus belajar yang harus
selalu diantisipasi adalah sebagai berikut:
a. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran.
b. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
c. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
d. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran.

5
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, cet. 1, 2007), hal, 5

7
C. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian pembelajaran kooperatif
Lie menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerja bersama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang
terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.6
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada
akhir tugas.7
Model belajar kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi
peserta didik dalam keberanian mengungkapkan pendapatnya, menghargai
pendapat orang lain, dan saling memberikan pendapat. Selain itu dalam
belajar biasanya peserta didik dihadapkan pada latihan-latihan soal. Oleh
sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena
peserta didik dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi
tugas yang dihadapinya.
2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Langkah-langkah atau fase-fase model pembelajaran kooperatif,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
b. Menyampaikan informasi
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
d. Memantau kelompok siswa dan membimbing di mana perlu evaluasi
dan umpan balik dan memberikan penghargaan8
6
Made Wina, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), hal, 189-190
7
Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal, 54
8
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Teknik Mengembangkan Kemampuan
Individual Siswa, (t.t.p: GP Press, 2008), hal, 75

8
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan pembelajaran kooperatif, yaitu dapat meningkatkan
kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah,
meningkatkan komitmen, menghilangkan prasangka buruk terhadap
teman sebaya, tidak memiliki rasa dendam.
b. Kekurangan pembelajaran kooperatif, yaitu: dalam menyelesaikan suatu
materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu
yang relatif lebih lama, materi tidak dapat disesuaikan dengan
kurikulum apabila guru belum berpengalaman, siswa berprestasi rendah
menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah
kepada kekecewaan, siswa yang berkemampuan tinggi merasakan
kekecewaan ketika mereka harus membantu temannya yang
berkemampuan rendah.9
4. Macam-macam model pembelajaran kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam tipe yaitu
akan di jelaskan sebagai berikut:
a. Student Teams Achievements Division (STAD)
Dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD
juga mengacu pada belajar kelompok siswa dan menyajikan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu dengan menggunakan
persentasi verbal atau teks.
Langkah-langkah pembelajaran STAD antara lain:
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara
individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.

9
Kuntjojo, Model-Model Pembelajaran, (Kediri: Universitas Nusantara PGRI,
2010),hal, 14.

9
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4-5 anggota di mana anggota kelompok mempunyai
kemampuan akademik yang berbeda beda.
4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan
materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-
sama, saling membantu antara anggota lain serta membahas
jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah
memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan
materi.
5) Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara
individu.
6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan dan memeberikan penegasan pada materi
pembelajaran yang telah dipelajari.
7) Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal
kenilai kuis berikutnya.10
b. Group Investigation Group Investigation
Suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada
pilihan dan kontrol siswa dari pada menerapkan tekhnik-tekhnik
pengajaran di ruang kelas, selain itu juga memadukan prinsip belajar
demokratis dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran Group Investigation antara lain
sebagai berikut:
1) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2) Guru menjelaskan maksut pembelajaran dan tugas kelompok yang
harus dikerjakan.
3) Guru mengundang ketua-ketua kelompok untuk memanggil materi
tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.

10
Aris Shoimin,Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), hal 184

10
4) Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara
kooperatif dalam kelompoknya.
5) Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua
ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil
pembahasan.
6) Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil
pembahasan.
7) Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi
kesaahan konsep dan memberikan kesimpulan.
8) Evaluasi11
c. Tipe Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer
Kagen ,dkk.Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan
lain, pendekatan ini memberi pendekatan pada penggunaan struktur
tertentu yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa.
Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil dan lebih bercirikan penghargaan kooperatif dari pada
penghargaan individual.
d. Jigsaw Jigsaw
pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elilot
Aronson dkk. Di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin
dkk, di Universitas John Hopkin. Dalam pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri atas 4-6
anggota. Kelompok terdiri atas siswa-siswa yang heterogen dan mereka
bekerja sama, dan tiap-tiap anggota memiliki saling kebergantungan
positif seta bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran
yang harus dipelajari. Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw para
siswa bekerja dalam tim yang heterogen, para siswa tersebut diberikan
tugas untuk membaca beberapa bab atau unit dan diberikan “lembar
ahli” yang dibagi atas topik-topik yang berbeda, yang harus menjadi
fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca.
11
Aris Shoimin,Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), hal 80-81

11
Setelah semua siswa selesai membaca, siswa-siswa yang dari tim yang
bereda yang memiliki fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok
ahli” untuk mendiskusikan topik mereka. Setelah itu para ahli kembali
ke timnya secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai
topik mereka.
Langkah-langkah pembelajaran jigsaw antara lain:
1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (setip kelompok
beranggotakan 5-6 orang). Yang disebut dengan kelompok asal.
2) Dalam satu kelompok tersebut masing-masing siswa memperoleh
materi yang berbeda.
3) Dari beberapa kelompok, para siswa dengan keahlian yang sama
atau materi yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam
kelompok-kelompok ahli.
4) Setelah selsai berdiskusi para ahli kembali kedalam kelompok asal.
5) Para ahli menerangkan hasil diskusi kepada kelompok asal.
6) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan
menunjuk salah satu anggota sebagai perwakilan kelompok.
7) Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup
semua topik.12
e. Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran model TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permaiaman dan
reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja
sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Adapun komponen
utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu : penyajian kelas,
kelompok (teams), Game, Turnament, Teams Recognize (penghargaan
kelompok).

12
A Widodo, Pendidikan IPA Di SD ,(Bandung:UPI PRESS 2007), hal 50

12
Langkah-langkah pembelajaran TGT sebagai berikut:
1) Penyajian kelas ( class presentations) Pada awal pembelajaran,
guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau disebut
dengan persentasi kelas. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, pokok materi, dan penjelasan singkat tentang LKS
yang dibagikan kepada kelompok.
2) Belajar dalam kelompok (teams) Guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (persentasi)
peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin, etnik,
dan ras. Kelompok biasanya terdidri dari 5 samapi 6 orang peserta
didik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi
bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game atau permainan.
3) Permaiman (Games) Game atau permainan terdiri dari dari
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan dirancang
untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari
penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau
permainan terdiri dari pertanyaanpertanyaan sederhana.
4) Pertandingan atau lomba (tournament) Turnamen atau lomba
adalah struktur belajar, di mana game atau permainan terjadi.
Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau
pada setiap unit setelah guru melakuan persentasi kelas dan
kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta didik.
5) Penghargaaan kelompok Setelah turnamen atau lomba berakhir,
guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-
masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah
apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan.13

13
Aris Shoimin,Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013,
(Yogyakarta :Ar-Ruzz Media, 2017), hal 203-207

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model pembelajaran interaktif dirancang untuk menjadikan suasana
belajar mengajar berpusat pada siswa agar aktif membangun pengetahuannya
melalui penyelidikan terhadap pertanyaan yang mereka ajukan sendiri.
Penelitian menunjukkan melalui siklus belajar siswa memahami

14
konsep sains dengan lebih baik dan dapat mengaplikasikan pengetahuannya
dalam kehidupan karena siswa tidak hanya diberi kesempatan dan waktu
untuk mengeksplor fenomena alam tetapi secara langsung siswa mempunyai
kesempatan untuk berinteraksi dengan guru yang berpengalaman dalam
melayani pembelajaran dan memberikan umpan balik dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru.
B. SARAN
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis juga membuka
kesempatan bagi kritik dan saran yang membangun dan mengembangkan
makalah ini.
Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA
A.A,Carin, (1993), Teaching Science Through Discovery, (Seventh Edition .New
York : Mcmillan Publishing Company.
I. Ansari , Martinis Yamin dan Bansu, (2008), Teknik Mengembangkan
Kemampuan Individual Siswa. t.t.p: GP Press.
Kuntjojo, (2010), Model-Model Pembelajaran. Kediri: Universitas Nusantara
PGRI

15
Majid, A. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Shoimin Aris. 2017. Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Suprijono, Agus, (2010), Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto, (2007), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktifistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, cet. 1
Widodo, A. (2007). Pendidikan IPA Di SD. Bandung:UPI PRESS.
Wina, Made, (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: PT
Bumi Aksara.

16

You might also like