You are on page 1of 29

MAKALAH

KEMASAN, LABEL, DAN BARANG PALSU


Disusun guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah:
Pendidikan Konsumen

Dosen Pengampuh: Haerani, S.Pd., M.Kes


Dosen Mitra: Rissa Megavitry, S.Pd., M.Si

Kelompok 6:
Adilah Zahra Fadhilah (220207600007)
Alfitrah (220207602012)
Andi Dery Maharani (220207602020)

PROGRAM STUDI D4 TATA BOGA


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Kemasan, Label, dan Barang Palsu tepat waktu.

Makalah Kemasa, Label, dan Barang Palsu disusun guna memenuhi tugas oleh Ibu
Haerani, S.Pd., M.Kes pada mata kuliah Pendidikan Konsumen di Universitas Negeri
Makassar. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Karakter Wirausaha.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Haerani, S.Pd., M.Kes
selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 29 Agustus 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Kemasan......................................................................................................................... 3
1. Definisi Kemasan ........................................................................................................ 3
2. Sejarah Perkembangan Kemasan Makanan ................................................................ 4
3. Fungsi Kemasan Makanan .......................................................................................... 5
4. Jenis-Jenis Kemasan Makanan .................................................................................... 6
B. Label ............................................................................................................................. 15
1. Pengertian Labeling Produk Makanan ...................................................................... 15
2. Tujuan dan Fungsi Label ........................................................................................... 16
3. Jenis-Jenis Label pada Makanan ............................................................................... 17
4. Ketentuan dan Peraturan Label ................................................................................. 18
C. Barang Palsu................................................................................................................ 23
1. Pengertian Barang Palsu............................................................................................ 23
2. Resiko Produksi dan Penggunaan Barang Palsu ....................................................... 23
3. Dampak dan Pengaruh Barang Palsu Terhadap Pasar .............................................. 23
4. Cara Membedakan dan Menghindari Barang Palsu .................................................. 24
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 25
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 25
B. Saran ............................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum hubungan hukum antara produsen dan konsumen merupakan
hubungan yang terus menerus dan berkesinambungan. Hubungan hukum antara
produsen dan konsumen karena keduanya menghendaki dan mempunyai tingkat
ketergantungan yang cukup tinggi. Hubungan tersebut terjadi sejak proses produksi,
distribusi, pemasaran dan penawaran hingga pada akibat mengkonsumsi produk
tertentu.
Setiap orang, pada suatu waktu, dalam posisi tunggal/sendiri maupun
berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen
untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan yang universal ini pada beberapa
sisi menunjukkan adanya berbagai kelemahan pada konsumen sehingga konsumen
tidak mempunyai kedudukan yang “aman”.
Bagi konsumen, informasi tentang barang dan/atau jasa memiliki arti yang
sangat penting. Informasi-informasi tersebut meliputi tentang ketersediaan barang atau
jasa yang dibutuhkan masyarakat konsumen, tentang kualitas produk, keamanannya,
harga, tentang berbagai persyaratan dan/atau cara memperolehnya, tentang jaminan
atau garansi produk, persediaan suku cadang dan hukum perlindungan konsumen.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang yang telah dibahas sebelumnya,
yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kemasan, label serta barang palsu?
2. Bagaimana sejarah perkembangan kemasan makanan?
3. Apa tujuan dan fungsi dari kemasan makanan serta label kemasan?
4. Apa saja jenis-jenis kemasan makanan dan label kemasan?
5. Bagaimana ketentuan dan peraturan sebuah label kemasan?
6. Apa saja resiko produksi serta penggunaan barang palsu?
7. Bagaimana pengaruh dan dampak barang palsu terhadap pasar?
8. Bagaimana cara membedakan dan menghindari barang palsu?

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, terdapat pula tujuan penulisan dari
makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Menjelaskan definisi kemasan, label kemasan, dan barang palsu.
2. Memaparkan sejarah perkembangan kemasan makanan.
3. Menjelaskan tujuan dan fungsi dari kemasan makanan dan label kemasan.
4. Menjelaskan jenis-jenis kemasan makanan serta label kemasan.
5. Menjelaskan ketentuan dan peraturan label kemasan.
6. Menjelaskan risiko produksi serta penggunaan barang palsu.
7. Menjelaskan pengaruh dan dampak barang palsu terhadap pasar.
8. Memaparkan cara membedakan dan menghindari barang palsu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemasan
1. Definisi Kemasan
Menurut Julianti (2014:15), kemasan adalah wadah untuk meningkatkan
nilai dan fungsi sebuah produk. Sedangkan menurut Klimchuk dan Krasovec
(2006:34). Kemasan mengacu pada objek fisik itu sendiri. Kata “kemasan”
mengimplikasikan hasil akhir proses mengemas. Dapat disimpulkan kemasan
adalah wadah berupa hasil akhir proses mengemas untuk meningkatkan nilai
dan fungsi sebuah produk Sedangkan desain kemasan adalah bisnis kreatif yang
mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-
elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan
(Klimchuk, 2006:33). Penjelasan tambahan dinyatakan oleh Noviadji (2014:13-
14) yang memaparkan bahwa Kemasan berasal dari kata kemas yang berarti
teratur (terbungkus) rapi dan bersih. Pengertian kemasan lainnya. Merupakan
hasil mengemas atau bungkus pelindung dagang (niaga). Kemasan adalah
wadah atau pembungkus, bagi produk pangan, kemasan mempunyai peranan
penting dalam upaya mempertahankan mutu dan keamanan pangan serta
meningkatkan daya tarik produk Agar bahan pangan yang akan dikonsumsi bisa
sampai kepada yang membutuhkannya dengan baik dan menarik, maka
diperlukan pengemasan yang tepat. Pengemasan dalam hal ini ditunjukkan
untuk melindungi bahan pangan segar maupun bahan pangan olahan dari
penyebab kerusakan, baik fisik, kimia, maupun mekanis.

Syamsudin (2015:182-183) mengutip penjelasan Kotler (2008)


menjelaskan bahwa kemasan melibatkan perancangan dan produksi wadah atau
pembungkus untuk suatu produk. Pada dasarnya, fungsi utama kemasan adalah
menyimpan dan melindungi produk. Namun saat ini ada banyak faktor yang
membuat kemasan menjadi sarana pemasaran yang penting. Kompetisi dan
kerumunan yang semakin padat di rak-rak toko pengecer berarti bahwa kemasan
sekarang haruslah melakukan banyak tugas penjualan mulai dari menarik
perhatian pelanggan, menggambarkan produk hingga membuat penjualan.
3
Kemasan suatu produk dapat memberikan pengaruh yang penting dalam
mempertahankan atau meningkatkan penjualan.

2. Sejarah Perkembangan Kemasan Makanan


Sejarah desain kemasan diawali dengan kebutuhan manusia menyimpan
barang. Sejak 8000 SM manusia menggunakan material- material alami seperti
anyaman rumput dan kain, kulit pohon, daun, kerang, kerajinan tanah liat, dan
peralatan kaca yang kasar (Klimchuk, 2006:1).

Kemasan telah dikenal sejak jaman manusia purba. Orang- orang


primitif menggunakan kulit binatang dan keranjang rumput untuk mewadahi
buah-buahan yang dipungut dari hutan. Kemudian 8.000 tahun yang lalu,
bangsa Cina membuat aneka ragam keramik untuk mewadahi benda padat
ataupun cair. Orang-orang Indonesia kuno membuat wadah dari bambu untuk
menyimpan benda cair. Menjelang abad pertengahan, bahan-bahan kemasan
terbuat dari kulit, kain, kayu, batu, keramik dan kaca. Tetapi pada jaman itu,
kemasan masih terkesan seadanya dan lebih berfungsi untuk melindungi barang
terhadap pengaruh cuaca atau proses alam lainnya yang dapat merusak barang.
Selain itu, kemasan juga berfungsi sebagai wadah agar barang mudah dibawa
selama dalam perjalanan. Selama berabad-abad, fungsi sebuah kemasan
hanyalah sebatas untuk melindungi barang atau mempermudah barang untuk
dibawa. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin kompleks, barulah
terjadi penambahan nilai-nilai fungsional dan peranan kemasan dalam
pemasaran mulai diakui sebagai satu kekuatan utama dalam persaingan pasar.

Sebenarnya peranan kemasan baru dirasakan pada tahun 1950-an, saat


banyak munculnya supermarket atau pasar swalayan, di mana kemasan harus
“dapat menjual” produk-produk di rak-rak toko. Tetapi pada saat itupun
kemasan hanya berfungsi memberikan informasi – memberitahu kepada
konsumen tentang apa isi atau kandungan di dalam kemasan tersebut. Baru pada
tahun 1980-an di mana persaingan dalam dunia usaha semakin tajam dan
kalangan produsen saling berlomba untuk merebut perhatian calon konsumen,

4
bentuk dan model kemasan dirasakan sangat penting peranannya dalam strategi
pemasaran.
John Wesley Hyatt dari Amerika mengembangkan material plastik yang
diberi nama celluloid sebagai bahan pengemasan Kemudian penemuan Robert
Gair pada awal abad 19 yaitu pembuatan kotak kemasan secara massal dengan
pre-cut karton yang dilipat menjadi kotak kemasan. Penemuan ini membuat
distribusi produk semakin mudah karena harga produksi murah dan mudah
digunakan (Julianti, 2014:6). Menurut Sri Julianti (2014:9), sejarah kemasan di
Indonesia tidak jauh berbeda dengan perkembangan kemasan di dunia. Bahan
kemasan yang umum digunakan adalah daun, kayu, bambu, gerabah, kertas,
kaca, gelas, dan kaleng Indonesia mengikuti perkembangan teknologi kemasan
dunia dalam hal desain, bentuk, dan material. Kotak karton popular dari semua
packaging dan sering dipakai untuk kebutuhan yang paling sederhana sampai
yang sulit. Hal ini disebabkan tersedianya bermacam-macam material karton,
beragam jenis cetakan, bentuk, ukuran, dan relatif tidak memerlukan investasi
yang besar (Julianti, 2014:60-61).

3. Fungsi Kemasan Makanan


Hermawan Kartajaya, seorang pakar di bidang pemasaran mengatakan
bahwa teknologi telah membuat packaging berubah fungsi, dulu orang bilang
“Packaging protects what it sells (Kemasan melindungi apa yang dijual).”
Sekarang, “Packaging sells what it protects (Kemasan menjual apa yang
dilindungi).” 3 Dengan kata lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau
wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya.

Perkembangan fungsional kemasan tidak hanya berhenti sampai di situ


saja. Sekarang ini kemasan sudah berfungsi sebagai media komunikasi.
Misalnya pada kemasan susu atau makanan bayi seringkali dibubuhi nomor
telepon toll-free atau bebas pulsa. Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen
tidak hanya untuk complain, tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya
tentang segala hal yang berhubungan dengan produk tersebut.

5
Kemasan juga dapat berfungsi untuk mengkomunikasikan suatu citra
tertentu. Contohnya, produk-produk makanan Jepang. Orang Jepang dikenal
paling pintar membuat kemasan yang bagus. Permen Jepang seringkali lebih
enak dilihat daripada rasanya. Mereka berani menggunakan bahan-bahan mahal
untuk membungkus produk yang dijual. Walaupun tidak ada pesan apa-apa
yang ditulis pada bungkus tersebut, tapi kemasannya mengkomunikasikan suatu
citra yang baik.

Semua produk yang dijual di pasar swalayan harus benar-benar


direncanakan kemasannya dengan baik. Karena produk dalam kategori yang
sama akan diletakkan pada rak yang sama. Jika produsen ingin meluncurkan
suatu produk baru, salah satu tugas yang penting adalah membuat kemasannya
stands out, lain daripada yang lain dan unik. Kalau tidak terkesan berbeda
dengan produk lain, maka produk baru itu akan “tenggelam”. Sebelum mencoba
isinya, konsumen akan menangkap kesan yang dikomunikasikan oleh lemasan.
Dengan demikian kemasan produk baru tersebut harus mampu “beradu” dengan
kemasan produk-produk lainnya.

4. Jenis-Jenis Kemasan Makanan


a. Tradisional
1) Daun
Beberapa produk pangan menggunakan kemasan yang
berasal dari daun tumbuhan. Misalkan daun pisang, daun jati,
daun kelapa. Tidak semua daun pisang baik digunakan untuk
mengemas, dikarenakan sifat fi sik yang berbeda terutama fl
eksibilitas. Cara penggunaannya dapat secara langsung atau
melalui proses pelayuan terlebih dahulu, hal ini untuk lebih
melenturkan daun sehingga mudah untuk dilipat dan tidak sobel
atau pecah. Seperti hanya pada pengemasan tape ketan, produk
ini banyak mengandung air sehingga dengan permukaan yang
licin, rendah menyerap panas, kedap air dan udara, maka cocok
untuk digunakan mengemas.

6
Caranya adalah dengan menempatkan produk dibagian
dalam daun, kemudian dilipat dengan menarik keempat bagian
ujing daun ke atas, lalu dikunci dengan semat yang terbuat dari
bambu. Untuk menjaga kebocoran bagian tengan kemasan,
bisanya dilapisi lagi dengan daun pisang..Adapun beberapa cara
membungkus dengan kemasan daun pisang, diantaranya:
 Tum, untuk membungkus gado-gado, nasi remes, pecel, dll,
yaitu makanan yang mengandung air. Selalu disemat dengan lidi
agar makanan tidak tumpah ke luar.
 Pincuk, digunakan sebagai wadah kotak piring, urap dan bubur
dan makanan berkuah seperti mangkuk.
 Pinjung, untuk membungkus bunga rampai, botok dan
pengganan kecil bentuknya seperti limas piramid.
 Sudi, untuk wadah lauk kering tak berkuah seperti kelpon
 Terpelang, untuk wadah nasi uduk, atau ketan urap. Kemasan
tanpa disemat, hanya dilipat
 Semir, untuk alas nasi.
 Sumpil, untuk membungkus lapis, tempe dan lontong ukurannya
lebih Kecil dari yang lainnya. Kadang disemat.
 Takir
Biasanya digunakan untuk wadah yang agak berkuah seperti
kolak pisang, bubur dan sebaginya. Bentuknya mirip dengan
mangkuk dan harus disemat lidi di kanan kirinya. Biasanya
digunakan untuk wadah yang agak berkuah seperti kolak pisang,
bubur dan sebaginya. Bentuknya mirip dengan mangkuk dan
harus disemat lidi di kanan kirinya.

2) Bambu
Kemasan yang juga digunakan oleh masyarakat dibuat
dari bambu. Kemasan dari bambu dan rotan merupakan kemasan
tradisional yang biasanya ditampilkan dalam bentuk anyaman.
Perhatikan pula apakah kemasan tersebut primer atau sekunder,
adakah cat atau vernis yang digunakan untuk lebih menarik.

7
Pemakaian keranjang dari anyaman bambu untuk pengemasan,
biasanya digunakan untuk buah-buahan dengan permukaan yang
halus, dengan bobot yang terbatas, atau untuk hasil olahan
dengan dilapisi daun, kertas dan plastik yang bertujuan agar
produk yang dikemas tidak keluar dari jalinan anyaman, dan
tidak terkontaminasi oleh kotoran dan air dari luar.
Produk yang dapat dikemas antara lain; tape singkong,
tahu, brem, bunga, mangga dan sebagainya. Kelebihan: kemasan
yang terbuat dari anyaman bambu, adalah mampu menjaga
kelembaban udara, dan dengan sifatnya yang opak, dapat
melindungi bahan yang dikemasnya terhindar dari reaksi
penguraian yang diakibatkan oleh sinar atau cahaya.
Kekurangan: Bila tertarik anyamannya akan terbuka dan sulit
menutup kembali.
Bakul yang terbuat dari anyaman bambu biasanya
digunakan untuk pengemasan sekunder, sekaligus berfungsi
sebagai tempat pewadahan / penyimpanan, mendistribusikan
barang. Pada acara-acara tertentu, bakul ini juga berfungsi
sebagai tempat menyimpan nasi. Kelebihan dari bakul ini, selain
ringan untuk dipikul juga sangat fl eksibel, karena kapasitasnya
dapat diatur sesuai kebutuhan. Di sebahagian tempat bakul ini
dipergunakan untuk menjajakan makanan oleh kaum ibu. Selain
terbuat dari anyaman bambu, bakul ini dapat dibuat dari
anyaman rotan, kulit sisal.

3) Kemasan kayu
Kemasan kayu biasanya berbagai jenis peti yang
merupakan kemasan sekunder dan merupakan wadah yang
paling tua digunakan orang sebagai bahan kemas. Jenis kayu
yang digunakan dapat terbuat dari bahan lunak (kayu jengjeng
atau albizia) ataupun dari plywood atau veneer. Amati ukuran
kotak, letak paku, cara mengikat simpai (lempengan atau plat
logam) dan cara menutup.Wadah kayu yang dibuat dari bahan

8
yang lebih keras (kayu keras) jarang digunakan untuk hasil
pertanian.
Kemasan kayu yang digunakan untuk ikan asin, sayuran
(kol) dan buah-buahan (apel, mangga) berbeda dengan kemasan
kayu yang digunakan untuk teh kering. Pada peti kayu untuk teh
perlu dilapisi dengan bahan yang kedap air pada dinding bagian
dalam. Hal ini diperlukan untuk mencegah penyerapan air dari
luar atau penguapan dari dalam. Kelebihan: Umumnya bentuk
kemasan kayu persegi atau persegi panjang, hal ini untuk
memudahkan penataan bahan atau barang yang dikemas.
Kekurangan: apabila kemasan tidak tertutup rapat maka isi
dalam kemasan itu dapat basah atau rusak jika terkena air.

b. Kertas
Kemasan kertas adalah kemasan fleksibel yang pertama sebelum
ditemukannya plastik dan aluminium foil. Kemasan kertas masih
banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti
plastik dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan
penggunaannya yang luas. Selain sebagai kemasan, kertas juga
berfungsi sebagai media komunikator dan media cetak. Kelemahan
kemasan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah sifanya yang
sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara
lingkungan.
Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses
pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya.
Kemasan kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku.
Beberapa jenis kertas yang dapat digunakan sebagai kemasan fleksibel
adalah kertas kraft, kertas tahan lemak (grease proof). Glassin dan kertas
lilin (waxed paper) atau kertas yang dibuat dari modifi kasi kertas-kertas
ini. Wadah-wadah kertas yang kaku terdapat dalam bentuk karton,
kotak, kaleng fi ber, drum, cawan-cawan yang tahan air, kemasan
tetrahedral dan lain-lain, yang dapat dibuat dari paper board, kertas
laminasi, corrugated board dan berbagai jenis board dari kertas khusus.
Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan bahan-bahan kemasan
9
lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif. Macam-
macam kertas:
1) Kertas glasin dan kertas tahan minyak (grease proof)
Kertas glasin dan kertas tahan minyak dibuat dengan cara
memperpanjang waktu pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke mesin
pembuat kertas. Penambahan bahan-bahan lain seperti plastisizer
bertujuan untuk menambah kelembutan dan kelenturan kertas, sehingga
dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang lengket.
Penambahan antioksidan bertujuan untuk memperlambat ketengikan
dan menghambat pertumbuhan jamur atau khamir.
Kedua jenis kertas ini mempunyai permukaan seperti gelas dan
transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap lemak, oli dan
minyak, tidak tahan terhadap air walaupun permukaan dilapisi dengan
bahan tahan air seperti lak dan lilin. Kertas glasin digunakan sebagai
bahan dasar laminat.

2) Kertas permanen
Kertas perkamen digunakan untuk mengemas bahan pangan
seperti mentega, margarine, biskuit yang berkadar lemak tinggi, keju,
ikan (basah, kering atau digoreng), daging (segar, kering, diasap atau
dimasak), hasil ternak lain, the dan kopi. Sifat-sifat kertas perkamen
adalah mempunyai ketahanan lemak yang baik, mempunyai kekuatan
basah (wet strength) yang baik walaupun dalam air mendidih,
permukaannya bebas serat, tidak berbau dan tidak berasa, transparan dan
translusid, sehingga sering disebut Kertas glasin, dan tidak mempunyai
daya hambat yang baik terhadap gas, kecuali jika dilapisi dengan bahan
tertentu.

3) Kertas lilin
Kertas lilin adalah kertas yang dilapisi dengan lilin yang bahan
dasarnya adalah lilin parafi n dengan titik cair 46-74°C dan dicampur
polietilen (titik cair 100-124°C) atau petrolatum (titik cair 40-52°C).
Kertas ini dapat menghambat air, tahan terhadap minyak/ oli dan daya

10
rekat panasnya baik. Kertas lilin digunakan untuk mengemas bahan
pangan, sabun, tembakau dan lain-lain.

4) Kertas berlapis (Laminated)


Kertas laminasi adalah kertas yang permukaannya dilaminasi
dengan menggunakan bahan lain. Bahan untuk melaminasi yang
biasanya digunakan adalah plastik, alumunium foil, lilin, dan
sebagainya. Kertas ini mempunyai warna kecoklatan. Pada
penggunaannya sebagai kemasan, kertas laminasi biasanya direkatkan
dengan menggunakan panas dan terdapat dalam bentuk kantung ataupun
kotak. Contoh kemasan yang terbuat dari bahan kertas lapis adalah tetra
pack yang terdiri dari lilin, karton, alumunium foil, dan polietilen.
Dilaminasi bahan lain seperti plastik, alumunium foil, dibuat dalam
berbagai bentuk, contoh Tetrapack yang terdiri dari lilin, karton alufo
dan polietilen.

5) Kertas kraft
Beberapa sifat kertas kraft adalah sangat kuat, warna kecoklatan,
harga relatif murah, diproduksi sebagai lembaran satu lapis, berlapis-
lapis dan bergelombang (corrugated), ketebalan kertas 10 – 180 gr/m,
dibuat melalui proses sulfat dan pemucatan (bleaching), dibuat berbagai
bentuk kemasan (sak, kantung, pembungkus, tabung, kaleng komposit),
dan untuk mengemas bahan-bahan dengan BJ yang besar.

6) Kertas karton (paperboard)


Karton adalah kertas tebal yang disebut sebagai paperboard,
pembuatannya sama dengan pembuatan kertas. Perbedaan kertas dengan
karton umumnya pada ketebalan, dimana ketebalan karton 10 kali lebih
tebal dari ketebalan kertas dan gramatur karton di atas 224 gr/m2.
Kemasan paperboard dapat dibagi dalam beberapa kelas: Solid Bleached
Sulfate (SBS); Coated Unbleached Kraft Paperboard (CUK; Uncoated
Recycled Paperboard; Coated Recycled PaperboardSolid Bleached
Sulfate (SBS; Coated Unbleached Kraft Paperboard (CUK); Uncoated
Recycled Paperboard dan Coated Recycled Paperboard.
11
c. Plastik
Saat ini kemasan plastik mendominasi industri makanan di
Indonesia, sehingga menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas.
Hal ini disebabkan karena kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan,
fl eksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat
termoplastis (heat seal), dapat diberi warna dan harganya yang murah.
Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer dan molekul kecil
dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan yang
dikemas.
Plastik sering dibedakan dengan resin, karena antara plastik dan
resin tidak jelas perbedaannya. Secara alami, resin dapat berasal dari
tanaman seperti balsam, damar, terpentin. Oleoresin dan lain-lain.
Tetapi kini resin sintesis sudah dapat diproduksi misalnya selofan,
akrilik seluloid, formika, nilon, fenol formaldehida resin dan
sebagainya.
Bahan pembuat plastik pada mulanya adalah minyak dan gas
sebagai sumber alami, tetapi di dalam perkembangannya bahan-bahan
ini digantikan dengan bahan sintesis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat
plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi dan
ekstruksi.
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah
monomer yang merupakan bagian atau rantai paling pendek. Misalnya
plastik polivinil klorida mempunyai monomer vinil klorida. Di samping
bahan dasar berupa monomer plastik, maka terdapat bahan-bahan
tinambah non plastik atau bahan aditif yang diperlukan untuk
memperbaiki sifat-sifat plastik. Bahan-bahan aditif dalam pembuatan
plastik ini merupakan bahan dengan berat molekul rendah, yaitu berupa
pemlastis, antioksidan, antiblok, antistatis, pelumas, penyerap sinar
ultraviolet, bahan pengisi dan penguat.
Beberapa jenis kemasan plastik yang dikenal adalah polietilen,
polipropilen, poliester , nilon dan vinil fi lm. Jenis plastik yang banyak

12
digunakan untuk berbagai tujuan (60% dari penjualan plastik yang ada
di dunia) kemasan adalah polistiren, polietilen dan polivinil klorida.

d. Styrofoam
Salah satu jenis kemasan yang cukup populer di kalangan
masyarakat produsen maupun konsumen adalah jenis polistirena
terutama polistirena foam. Polistirena foam dikenal luas dengan istilah
styrofoam yang seringkali digunakan secara tidak tepat oleh publik
karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah
dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya
Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada bahan
konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan pangan.
Kemasan polistirena foam dipilih karena mampu
mempertahankan pangan yang panas/dingin, tetap nyaman dipegang,
mempertahankan kesegaran dan keutuhan pangan yang dikemas, ringan,
dan inert terhadap keasaman pangan. Karena kelebihannya tersebut,
kemasan polistirena foam digunakan untuk mengemas pangan siap saji,
segar, maupun yang memerlukan proses lebih lanjut. Banyak restoran
siap saji menyuguhkan hidangannya dengan menggunakan kemasan ini,
begitu pula dengan produk-produk pangan seperti mi instan, bubur
ayam, bakso, kopi, dan yoghurt.
Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena
dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent
yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat
merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan
blowing agent yang lebih ramah lingkungan. Polistirena dibuat dari
monomer stirena melalui proses polimerisasi. Polistirena foam dibuat
dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan
suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin
dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku,
transparan, rapuh, inert secara kimiawi, dan merupakan insulator yang
baik. Sedangkan polistirena foam merupakan bahan plastik yang
memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan

13
kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar
butiran yang berisi udara.

e. Aluminium foil
Foil adalah bahan tipis dari logam yang digulung dengan
ketebalan kurang dari 0,15 mm dan memiliki lebar 1,52 meter hingga
4,06 meter. Umumnya foil tidak murni berbasis logam. Karakteristik
aluminum foil dikagumi karena kuat, ringan, tahan panas, dan hampir
kedap udara, tidak mengandung magnet, sehingga membantu
memisahkan aluminium dari kaleng saat daur ulang. Kekedapan
terhadap oksigen membuat aluminum foil merupakan kemasan ideal
untuk ekspor karena sering mengalami kendala korosi. Selain itu, mudah
dibentuk, sekalipun mudah berkerut.
Aluminum foil sering digunakan sebagai lapisan dalam dari
kontainer untuk melindungi produk dari kerusakan, seperti melapisi
bagian dalam kotak jus. Meskipun dapat menahan lemak, ketahanannya
terhadap asam dan basa masih kurang, sehingga memerlukan tambahan
lapisan dari lilin atau lapisan kimia lain. Ketahanannya terhadap panas
matahari membuat aluminum foil banyak digunakan juga pada bahan-
bahan kesehatan. Ketahanan aluminum foil terhadap panas dapat
mencapai suhu 550°C Sehingga alat-alat kedokteran dapat disterilkan
dengan dibungkus bahan Ini.

f. Gelas / Kaca
Kemasan gelas merupakan bahan kemas tertua dan telah populer
sejak 3000 SM . Kemasan gelas sudah digunakan oleh bangsa Mesir
Kuno. Pada zaman perunggu, kepala anak panah menggunakan sejenis
gelas yang dibuat dari bahan yang berasal dari gunung api. Pliny
melaporkan pada abad permulaan pelaut Venesia yang berlabuh di suatu
pulau membuat tungku perapian di tepi pantai yang digunakan untuk
mengatasi rasa dingin dan kegelapan malam. Tungku perapian ini dibuat
di atas pasir pantai menggunakan bongkahan soda abu (muatan kapal
mereka). Keesokan harinya dalam sisa pembakaran itu ditemukan

14
gumpalan bening. Dari sini diketahui bahwa soda dan pasir pada suhu
yang tinggi akan melebur membentuk gelas.

g. Logam
Wadah logam dalam bentuk kotak atau cangkir emas digunakan
pada zaman kuno sebagai lambang prestise. Teknik pengalengan
makanan sebagai upaya pengawetan bahan pangan pertama sekali
dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan
Napoleon Bonaparte yaitu dari hasil penemuan Nicholas Appert. Aspek
legislasi pengalengan makanan ditetapkan tahun 1810 yang dikenal
dengan” l’art de conserver”. Tahun 1810 Peter Duran dari Ingris
menciptakan kaleng.
Tahun 1817 William Underwood (imigran asal Inggris)
mendirikan industri pengalengan makanan yang pertama di Amerika
Serikat. Kapten Edward Perry yang melakukan ekspedisi ke kutub utara
pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah menggunakan makanan kaleng
sebagai logistik mereka. Alumunium foil (alufo) diproduksi secara
komersial pertama kali pada tahun 1910. Kaleng aluminium untuk
kemasan bir digunakan pertama sekali tahun 1965.
Awalnya pembuatan kaleng dilakukan secara manual yaitu
hanya dihasilkan 5-6 kaleng per jam. Akhir tahun 1900 ditemukan cara
pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan penutupannya yang
lebih maju dan bersih. Kaleng alumunium awalnya diperkenalkan
sebagai wadah pelumas. Tahun 1866 ditemukan alat pembuka kaleng
yang berupa kunci pemutar untuk menggantikan paku atau pahat. Tahun
1875 ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip ungkit. Tahun
1889 ditemukan kaleng- kaleng aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol
banyak ditentang karena dapat merusak lapisan ozon.

B. Label
1. Pengertian Labeling Produk Makanan
Label merupakan identitas suatu produk. Dengan adanya label,
konsumen akan mampu membedakan antara produk satu dengan produk

15
lainnya. Labeling adalah upaya memberi label berupa informasi singkat
mengenai produk tersebut. Beberapa informasi yang perlu dicantumkan dalam
label meliputi; a) nama produk, b) pembuat produk, c) alamat pembuat produk,
d) bahan yang digunakan untuk membuat produk, e) komposisi gizi, f) masa
kadaluarsa, g) izin depkes atau instansi terkait.

Pembuatan label sangat dianjurkan dalam suatu produk. Selain


meningkatkan minat konsumen untuk membeli suatu produk tersebut, juga
menghindari terjadinya kesalahan dalam pembelian. Mengingat banyak sekali
produk yang sama yang dijual. Misalnya saja bakpia pathok. Hampir semua
orang membuat bakpia, tentu ini akan membuat konsumen kebingungan dalam
memilih varian bakpia yang aan dibeli. Maka, dengan melihat label yang ada,
mungkin dapat membantu konsumen mencari bakpia sesuai harapan.

Labeling produk makanan sangat bervariasi. Dari mulai yang sederhana


sampai pada yang rumit. Misalnya saja labelingnya hanya berupa kertas label
yang diprint/cetak kemudian ditempelkan dalam plastik kemasan. Atau label
yang disablon diplastik atau kertas/kardus yang akan dijadikan kemasan. Dalam
pemasangan label juga memiliki variasi yang berbeda-beda. Ada yang
memasang label dibadan kemasan, ada pula label yang dipasang di atas
kemasan.

2. Tujuan dan Fungsi Label


Adapun tujuan label pada kemasan:
a. Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus
membuka kemasan.
b. Berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen
tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh konsumen tentang produk
tersebut, terutaman hal-hal yang tak kasat mata atau tak diketahui secara
fisik.
c. Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi
produk yang optimum.
d. Sarana periklanan bagi produsen.

16
e. Memberi “rasa aman” bagi konsumen.

Mengingat label adalah alat penyampai infomasi, sudah selayaknya


informasi yang termuat pada label adalah sebenar-benarnya dan tidak
menyesatkan. Hanya saja, mengingat label juga berfungsi sebagai iklan, di
samping sudah menjadi sifat manusia untuk mudah jatuh dalam kekhilafan
dengan berbuat “kecurangan” baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja, maka perlu dibuat rambu-rambu yang mengatur. Dengana adanya
rambu-rambu ini diharapkan fungsi label dalam memberi “rasa aman” pada
konsumen dapat tercapai.

Menurut Kotler, fungsi label adalah:

1) Label mengidentifikasikan produk atau merek.


2) Label menentukan kelas produk.
3) Label menggambarkan beberapa hal mengenai produk (siapa
pembuatnya, di mana dibuatnya, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana
menggunakannya, dan bagaimana menggunakan secara aman).
4) Label mempromosikan prodk lewat aneka gambar yang menarik.

Pemberian label dipengaruhi oleh penetapan, yaitu:


a. Harga unit (unit pricing); menyatakan harga per unit dari ukuran
standar.
b. Tanggal kadaluarsa (open dating); menyatakan berapa lama produk
layak dikonsumsi.
c. Label keterangan gizi (nutritional labeling); menyatakan nilai gizi
dalam produk.

3. Jenis-Jenis Label pada Makanan


Menurut Marimus (2002:192), terdapat 3 (tiga) tipe label berdasarkan
fungsinya, yaitu sebagai berikut:
a. Brand Label adalah penggunaan label yang semata-mata digunakan
sebagai brand.

17
b. Grande Label adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu
dari suatu barang. Label ini dinyatakan dengan suatu tulisan atau kata-
kata.
c. Label Deskriptif (Descriptive Label) adalah informasi objektif tentang
penggunaan, konstruksi, pemeliharaan penampilan dan ciri-ciri lain dari
produk.

Sedangkan menurut Simamora (2000:502), label diklasifikasikan


menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Label produk (product label) adalah bagian dari pengemasan sebuah


produk yang mengandung informasi mengenai produk atau penjualan
produk.
b. Lable merek (brand label) adalah nama merek yang diletakkan pada
pengemasan produk.
c. Label tingkat (grade label) mengidentifikasi mutu produk, label ini bisa
terdiri dari huruf, angka atau metode lainnya untuk menunjukkan tingkat
kualitas dari produk itu sendiri.
d. Label deskriptif (descriptive label) menggambarkan isi, pemakaian dan
ciri-ciri produk. Pemberian label (labeling) merupakan elemen produk
yang sangat penting yang patut memperoleh perhatian saksama dengan
tujuan menarik para konsumen.

4. Ketentuan dan Peraturan Label


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang label
dan iklan pangan, label produk sekurang-kurangnya memuat nama produk,
berat bersih atau isi bersih, serta nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia.
a. Nama Produk Pangan. Pada setiap produk pangan terdapat nama produk.
Nama produk pangan tersebut memberikan keterangan mengenai identitas
produk pangan yang menunjukkan sifat dan keadaan produk pangan yang
sebenarnya. Untuk produk pangan yang sudah terdapat dalam Standar
Nasional Indonesia penggunaan nama produk menjadi bersifat wajib.

18
b. Keterangan Bahan yang Digunakan dalam Pangan. Keterangan ini
diurutkan dari bahan yang paling banyak digunakan kecuali vitamin,
mineral dan zat penambah gizi lainnya. Bahan tambahan pangan atau
pengawet yang digunakan juga harus dicantumkan. Pernyataan mengenai
bahan yang ditambahkan, diperkaya, atau difortifikasi juga harus
dicantumkan selama itu benar dilakukan pada proses produksi dan tidak
menyesatkan.

c. Berat Bersih Atau Isi Bersih Pangan. Berat bersih atau isi bersih
menerangkan jumlah produk pangan yang terdapat dalam kemasan produk
tersebut. Keterangan tersebut dinyatakan dalam satuan metrik seperti gram,
kilogram, liter atau mililiter. Untuk produk makanan padat dinyatakan
dalam ukuran berat, produk makanan cair dinyatakan dalam ukuran isi dan
produk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam ukuran isi atau
berat.

d. Nama dan Alamat Pabrik Pangan. Keterangan mengenai nama dan


alamat pabrik pada produk pangan berisi keterangan mengenai nama dan
alamat pihak yang memproduksi, memasukkan dan mengedarkan pangan
ke wilayah Indonesia. Untuk nama kota, kode pos dan Indonesia
dicantumkan pada bagian utama label sedangkan nama dan alamat
dicantumkan dalam bagian informasi.

e. Tanggal Kedaluwarsa Pangan. Setiap produk pangan mempunyai


keterangan kedaluwarsa yang tercantum pada label pangan. Keterangan
kedaluwarsa yaitu batas akhir suatu pangan dijamin mutunya sepanjang
penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen.
Keterangan kedaluwarsa dicantumkan terpisah dari tulisan "Baik
Digunakan Sebelum" dan disertai dengan petunjuk tempat pencantuman
tanggal kedaluwarsa.
f. Nomor Pendaftaran Pangan. Dalam hal peredaran pangan, pada label
pangan tersebut wajib mencantumkan nomor pendaftaran pangan. Adapun
tanda yang diberikan untuk pangan yang diproduksi baik di dalam negeri
maupun yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia adalah tanda MD
untuk pangan olahan yang diproduksi di dalam negeri dan tanda ML untuk
pangan olahan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia.

19
g. Kode Produksi Pangan. Kode produksi yang dimaksud adalah kode yang
dapat memberikan penjelasan mengenai riwayat suatu produksi pangan
yang diproses pada kondisi dan waktu yang sama. Kode produksi tersebut
disertai dengan atau tanggal produksi. Tanggal produksi yang dimaksud
adalah tanggal, bulan dan tahun pangan tersebut diolah.

h. Penggunaan atau Penyajian dan Penyimpanan Pangan. Keterangan


tentang petunjuk penggunaan dan atau petunjuk penyimpanan dicantumkan
pada pangan olahan yang memerlukan penyiapan sebelum disajikan atau
digunakan. Selain itu, cara peyimpanan setelah kemasan dibuka juga harus
dicantumkan pada pangan kemasan yang tidak mungkin dikonsumsi dalam
satu kali makan. Kemudian pada pangan yang memerlukan saran penyajian
atau saran penggunaan dapat mencantumkan gambar bahan pangan lainnya
yang sesuai dan disertai dengan tulisan "saran penyajian".

Undang - Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


(UUPK) menetapkan tujuan untuk melindungi kepentingan konsumen dari
dampak buruk pemakaian barang dan/atau jasa. Pelaku usaha dilarang
memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan atau jasa yang:

1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang


dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah
dalam hitungan sebagaimana dinyatakan dalam label atau etiket
barang tersebut.

3. Tidak sesuai dengan ukuran takaran, timbagan, dan jumlah dalam


hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau ke
manjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau
keterangan barang dan atau jasa tersebut;

5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan komposisi, proses pengolahan,


gaya, model atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan
dalam label atau keterangan barang dan atau jasa tersebut.

20
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan iklan atau promosi penjualan barang dan atau jasa
tersebut.

7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu


penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.

8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi.

9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang


memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi,
aturan pakai,tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan
alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang
menurut ketentuan harus dipasang/dibuat.

10. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan


barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku Larangan-larangan tersebut dimaksudkan
untuk mengupayakan agar barang dan/atau jasa yang beredar di
masyarakat merupakan produk yang layak edar, antara lain asal
usul, kualitas sesuai dengan informasi pengusaha baik melalui label,
etiket, iklan, dan lain sebagainya.

Menurut Mushlihin Al-Hafizh (2013) Label adalah sejumlah


keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus
berisi nama atau merek produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi,
informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, isi produk, dan keterangan
legalitas. Adapun label sebagai sejumlah keterangan yang dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui apakah produk mengandung unsur-
unsur yang diharamkan atau membahayakan bagi kesehatan adalah
sebagai berikut:

1) Keterangan Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang tidak digunakan sebagai


bahan utama yang ditambahkan dalam proses teknologi
produksi. Kebanyakan produsen tidak merinci jenis bahan-bahan
tambahan yang digunakan. Biasanya digunakan istilah-istilah

21
umum kelompok seperti stabilizer (jenis bahan seperti bubuk
pati dan dextrin dan lainya yang dapat menstabilkan dan
mengentalkan makanan dengan suhu kelembaban yang lebih
tinggi), pewarna, flavor, enzim (senyawa protein yang
digunakan untuk hydrolysis atau sintetis bahan-bahan organik
yang digunakan untuk bahan makanan), antoi foaming, gelling
agent, atau hanya menyantumkan kode Internasional E untuk
bahan tambahan.

2) Komposisi dan Nilai Gizi

Label yang menunjukan secara umum informasi gizi yang


diberikan adalah kadar air, kadar protein, kadar lemak, vitamin
dan mineral.

3) Batas Kadaluwarsa

Sebuah produk harus dilengkapi dengan tanggal kedaluwarsa


yang menyatakan umur pemkaian dan kelayakan pemakaian atau
penggunaan produk. Menurut PP No. 69 tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan Pasal 27, “Baik digunakan sebelum
tanggal sesuai dengan jenis dan daya tahan produk yang
bersangkutan.” “Dalam hal produk pangan yang kedaluwarsa
lebih dari tiga bulan dibolehkan hanya mencantumkan bulan dan
tahun kedaluwarsa saja”.

4) Keterangan Legalitas

Keterangan legalitas memberikan informasi bahwa produk telah


terdaftar dibadan pengawasan obat dan makanan (Badan POM ),
berupa kode nomor registrasi. Kode MD dan SP adalah untuk
makanan lokal dan ML untuk makanan impor. Namun masih
banyak produk yang berlabel halal, akan tetapi tidak terdaftar
sebagai produk yang telah disertifikasi halal, hal ini khususnya
produk yang berkode SP atau tidak berkode sama sekali.

Untuk produk-produk sperti itu, maka pengetahuan konsumen


yang menentukan apakah diragukan kehalalanya atau tidak, jika ragu-

22
ragu maka sikap yang terbaik adalah tidak membeli produk yang
diragukan kehalalanya.

C. Barang Palsu
1. Pengertian Barang Palsu
Pemalsuan (Counterfeiting) didefinisikan sebagai Tindakan dalam
meniru suatu barang asli yang sudah memiliki merek secara illegal. Ada dua
jenis pemalusan, yaitu Pemalsuan yang menipu (Deceiptive Counterfeiting)
adalah ketika pembeli tidak menyadari bahwa mereka membeli produk tiruan
dan dianggap sebagai korban pemalsuan. Sedangkan Pemalsuan yang tidak
menipu (Non-deceptive counterfeiting) adalah ketika konsumen sudah
mengetahui bahwa mereka membeli produk palsu setelah melakukan
pemeriksaan.

2. Resiko Produksi dan Penggunaan Barang Palsu


Kerugian yang ditimbulkan akibat pemalsuan bukan hanya kehilangan
pendapatan bagi pemilik hak cipta dan penerimaan negara dalam bentuk pajak.
Barang-barang palsu yang diproduksi dalam skala besar berpeluang untuk
membahayakan kesehatan dan keamanan masyarakat luas. Obat-obatan palsu,
misalnya, dapat menyebabkan gangguan lain atau bahkan kematian jika
dikonsumsi. Selain itu, dari hasil penelitian diduga bahwa obat-obatan palsu
ikut berkontribusi terhadap perkembangan penyakit yang semakin hari semakin
kebal (resisten) terhadap obat.

3. Dampak dan Pengaruh Barang Palsu Terhadap Pasar


Pemalsuan di suatu sektor industri tidak hanya merugikan sektor
industri bersangkutan, tetapi juga memiliki dampak multiplier kepada sektor-
sektor lainnya. Perhitungan dapat dilakukan dengan dan tanpa
memperhitungkan dampak multiplier. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB)
yang hilang akibat adanya pemalsuan adalah sebesar Rp 34.2 triliun, dihitung
berdasarkan Tabel Input Output Tahun 2005.
Semakin banyak produksi barang palsu beredar maka semakin besar
kemungkinan kerusakan lingkungan terjadi. Dampak kegiatan pemalsuan
dalam bidang ekonomi dapat dibuktikan secara teori dan empiris, dalam

23
sebuah teori oleh Tsai dan Chou mereka mencoba menyelidiki efek
pemalsuan pada kesejahteraan masyarakat dengan menerapkan model
diferensiasi vertikal dan memperoleh hasil sebagai berikut. Kesimpulan
pertama, dengan adanya barang palsu, penjualan barang asli masih
dimungkinkan meningkat. Namun, harga dan keuntungan yang diterima
penjual dari produk asli akan berkurang. Selain itu, dampak penegakan
hukum pemerintah terhadap kegiatan pemalsuan diperiksa barang publik.

4. Cara Membedakan dan Menghindari Barang Palsu


Adapun cara untuk membedakan barang palsu, yaitu sebagai berikut:
a. Belilah produk hanya melalui distributor, agen penjualan, dan
pengecer resmi kami untuk menghindari barang palsu/tiruan.
b. Berhati-hatilah terhadap produk yang ditawarkan kepada Anda
dengan potongan harga lebih besar daripada yang biasanya dapat
Anda peroleh dari distributor resmi dengan klaim bahwa penjual
memiliki hubungan langsung dengan pabrik atau agen penjualan.
Jangan membeli dari sumber yang mencurigakan baik online maupun
offline.
c. Jangan membeli produk apabila kemasan telah disegel kembali,
digunakan kembali atau dirusak dengan cara apa pun.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemasan adalah wadah berupa hasil akhir proses mengemas untuk
meningkatkan nilai dan fungsi sebuah produk sedangkan Label merupakan identitas
suatu produk. Dengan adanya kemasan dan label, konsumen akan mampu membedakan
antara produk satu dengan produk lainnya. Labeling adalah upaya memberi label
berupa informasi singkat mengenai produk tersebut.

Beberapa informasi yang perlu dicantumkan dalam label meliputi nama produk,
pembuat produk,alamat pembuat produk,bahan yang digunakan untuk membuat
produk, komposisi gizi, masa kadaluarsa, izin depkes atau instansi terkait. Kemasan
telah dikenal sejak jaman manusia purba namun terus berkembang hingga sekarang.
Sekarang ini kemasan sudah berfungsi sebagai media komunikasi.

Ada banyak macam label kemasan namun, pengaplikasiannya masing masing


disesuaikan dengan jenis dan karakteristik produk itu sendiri.kemasan dan label penting
bukan hanya sebagai bungkus dan nama suatu produk namun berkembang sebagai ciri
khas,karakteristik dan identitas produk itu sendiri.

B. Saran

Sebagai mahasiswa tata boga,kita perlu untuk memahami terkait label dan
kemasan. Upaya upaya tersebut dapat dilakukan agar pengaplikasian serta keterampilan
sebanding dengan pengetahuan. Pastikan untuk mengingat segala aspek mengenai
pengertian,sejarah,fungsi,karakteristik dan bagian bagian dari label dan kemasan

25
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Mutiara Nugraheni, S. M. (2018). Kemasan Pangan (1st ed.). Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia: Plantaxia. Retrieved September 4, 2023

MARDANUGRAHA, D. E. (2014). DAMPAK EKONOMI PEMALSUAN DI INDONESIA.


Universitas Indonesia. Surabaya: Makara MAS. Retrieved September 7, 2023, from
https://miap.or.id/wp-content/uploads/2014_Laporan-Akhir-Bahasa-Indonesia_2.pdf

Sound, D. (n.d.). Peringatan Produk Palsu. Retrieved September 7, 2023, from PT TOA
GALVA Prima Karya: https://toa.com.sg/document/2460-counterfeit-warning-
message_indonesian_id-others.pdf

Sudjadi Tjipto R, M. (2019). DESAIN GRAFIS KEMASAN UMKM (1st ed.). Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia: PENERBIT DEEPUBULISH. Retrieved September
4, 2023

26

You might also like