Professional Documents
Culture Documents
(Makalah) Kelompok 6 - Kemasan, Label, Dan Barang Palsu
(Makalah) Kelompok 6 - Kemasan, Label, Dan Barang Palsu
Kelompok 6:
Adilah Zahra Fadhilah (220207600007)
Alfitrah (220207602012)
Andi Dery Maharani (220207602020)
Makalah Kemasa, Label, dan Barang Palsu disusun guna memenuhi tugas oleh Ibu
Haerani, S.Pd., M.Kes pada mata kuliah Pendidikan Konsumen di Universitas Negeri
Makassar. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Karakter Wirausaha.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Haerani, S.Pd., M.Kes
selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum hubungan hukum antara produsen dan konsumen merupakan
hubungan yang terus menerus dan berkesinambungan. Hubungan hukum antara
produsen dan konsumen karena keduanya menghendaki dan mempunyai tingkat
ketergantungan yang cukup tinggi. Hubungan tersebut terjadi sejak proses produksi,
distribusi, pemasaran dan penawaran hingga pada akibat mengkonsumsi produk
tertentu.
Setiap orang, pada suatu waktu, dalam posisi tunggal/sendiri maupun
berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen
untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan yang universal ini pada beberapa
sisi menunjukkan adanya berbagai kelemahan pada konsumen sehingga konsumen
tidak mempunyai kedudukan yang “aman”.
Bagi konsumen, informasi tentang barang dan/atau jasa memiliki arti yang
sangat penting. Informasi-informasi tersebut meliputi tentang ketersediaan barang atau
jasa yang dibutuhkan masyarakat konsumen, tentang kualitas produk, keamanannya,
harga, tentang berbagai persyaratan dan/atau cara memperolehnya, tentang jaminan
atau garansi produk, persediaan suku cadang dan hukum perlindungan konsumen.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang yang telah dibahas sebelumnya,
yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kemasan, label serta barang palsu?
2. Bagaimana sejarah perkembangan kemasan makanan?
3. Apa tujuan dan fungsi dari kemasan makanan serta label kemasan?
4. Apa saja jenis-jenis kemasan makanan dan label kemasan?
5. Bagaimana ketentuan dan peraturan sebuah label kemasan?
6. Apa saja resiko produksi serta penggunaan barang palsu?
7. Bagaimana pengaruh dan dampak barang palsu terhadap pasar?
8. Bagaimana cara membedakan dan menghindari barang palsu?
1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, terdapat pula tujuan penulisan dari
makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Menjelaskan definisi kemasan, label kemasan, dan barang palsu.
2. Memaparkan sejarah perkembangan kemasan makanan.
3. Menjelaskan tujuan dan fungsi dari kemasan makanan dan label kemasan.
4. Menjelaskan jenis-jenis kemasan makanan serta label kemasan.
5. Menjelaskan ketentuan dan peraturan label kemasan.
6. Menjelaskan risiko produksi serta penggunaan barang palsu.
7. Menjelaskan pengaruh dan dampak barang palsu terhadap pasar.
8. Memaparkan cara membedakan dan menghindari barang palsu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemasan
1. Definisi Kemasan
Menurut Julianti (2014:15), kemasan adalah wadah untuk meningkatkan
nilai dan fungsi sebuah produk. Sedangkan menurut Klimchuk dan Krasovec
(2006:34). Kemasan mengacu pada objek fisik itu sendiri. Kata “kemasan”
mengimplikasikan hasil akhir proses mengemas. Dapat disimpulkan kemasan
adalah wadah berupa hasil akhir proses mengemas untuk meningkatkan nilai
dan fungsi sebuah produk Sedangkan desain kemasan adalah bisnis kreatif yang
mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-
elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan
(Klimchuk, 2006:33). Penjelasan tambahan dinyatakan oleh Noviadji (2014:13-
14) yang memaparkan bahwa Kemasan berasal dari kata kemas yang berarti
teratur (terbungkus) rapi dan bersih. Pengertian kemasan lainnya. Merupakan
hasil mengemas atau bungkus pelindung dagang (niaga). Kemasan adalah
wadah atau pembungkus, bagi produk pangan, kemasan mempunyai peranan
penting dalam upaya mempertahankan mutu dan keamanan pangan serta
meningkatkan daya tarik produk Agar bahan pangan yang akan dikonsumsi bisa
sampai kepada yang membutuhkannya dengan baik dan menarik, maka
diperlukan pengemasan yang tepat. Pengemasan dalam hal ini ditunjukkan
untuk melindungi bahan pangan segar maupun bahan pangan olahan dari
penyebab kerusakan, baik fisik, kimia, maupun mekanis.
4
bentuk dan model kemasan dirasakan sangat penting peranannya dalam strategi
pemasaran.
John Wesley Hyatt dari Amerika mengembangkan material plastik yang
diberi nama celluloid sebagai bahan pengemasan Kemudian penemuan Robert
Gair pada awal abad 19 yaitu pembuatan kotak kemasan secara massal dengan
pre-cut karton yang dilipat menjadi kotak kemasan. Penemuan ini membuat
distribusi produk semakin mudah karena harga produksi murah dan mudah
digunakan (Julianti, 2014:6). Menurut Sri Julianti (2014:9), sejarah kemasan di
Indonesia tidak jauh berbeda dengan perkembangan kemasan di dunia. Bahan
kemasan yang umum digunakan adalah daun, kayu, bambu, gerabah, kertas,
kaca, gelas, dan kaleng Indonesia mengikuti perkembangan teknologi kemasan
dunia dalam hal desain, bentuk, dan material. Kotak karton popular dari semua
packaging dan sering dipakai untuk kebutuhan yang paling sederhana sampai
yang sulit. Hal ini disebabkan tersedianya bermacam-macam material karton,
beragam jenis cetakan, bentuk, ukuran, dan relatif tidak memerlukan investasi
yang besar (Julianti, 2014:60-61).
5
Kemasan juga dapat berfungsi untuk mengkomunikasikan suatu citra
tertentu. Contohnya, produk-produk makanan Jepang. Orang Jepang dikenal
paling pintar membuat kemasan yang bagus. Permen Jepang seringkali lebih
enak dilihat daripada rasanya. Mereka berani menggunakan bahan-bahan mahal
untuk membungkus produk yang dijual. Walaupun tidak ada pesan apa-apa
yang ditulis pada bungkus tersebut, tapi kemasannya mengkomunikasikan suatu
citra yang baik.
6
Caranya adalah dengan menempatkan produk dibagian
dalam daun, kemudian dilipat dengan menarik keempat bagian
ujing daun ke atas, lalu dikunci dengan semat yang terbuat dari
bambu. Untuk menjaga kebocoran bagian tengan kemasan,
bisanya dilapisi lagi dengan daun pisang..Adapun beberapa cara
membungkus dengan kemasan daun pisang, diantaranya:
Tum, untuk membungkus gado-gado, nasi remes, pecel, dll,
yaitu makanan yang mengandung air. Selalu disemat dengan lidi
agar makanan tidak tumpah ke luar.
Pincuk, digunakan sebagai wadah kotak piring, urap dan bubur
dan makanan berkuah seperti mangkuk.
Pinjung, untuk membungkus bunga rampai, botok dan
pengganan kecil bentuknya seperti limas piramid.
Sudi, untuk wadah lauk kering tak berkuah seperti kelpon
Terpelang, untuk wadah nasi uduk, atau ketan urap. Kemasan
tanpa disemat, hanya dilipat
Semir, untuk alas nasi.
Sumpil, untuk membungkus lapis, tempe dan lontong ukurannya
lebih Kecil dari yang lainnya. Kadang disemat.
Takir
Biasanya digunakan untuk wadah yang agak berkuah seperti
kolak pisang, bubur dan sebaginya. Bentuknya mirip dengan
mangkuk dan harus disemat lidi di kanan kirinya. Biasanya
digunakan untuk wadah yang agak berkuah seperti kolak pisang,
bubur dan sebaginya. Bentuknya mirip dengan mangkuk dan
harus disemat lidi di kanan kirinya.
2) Bambu
Kemasan yang juga digunakan oleh masyarakat dibuat
dari bambu. Kemasan dari bambu dan rotan merupakan kemasan
tradisional yang biasanya ditampilkan dalam bentuk anyaman.
Perhatikan pula apakah kemasan tersebut primer atau sekunder,
adakah cat atau vernis yang digunakan untuk lebih menarik.
7
Pemakaian keranjang dari anyaman bambu untuk pengemasan,
biasanya digunakan untuk buah-buahan dengan permukaan yang
halus, dengan bobot yang terbatas, atau untuk hasil olahan
dengan dilapisi daun, kertas dan plastik yang bertujuan agar
produk yang dikemas tidak keluar dari jalinan anyaman, dan
tidak terkontaminasi oleh kotoran dan air dari luar.
Produk yang dapat dikemas antara lain; tape singkong,
tahu, brem, bunga, mangga dan sebagainya. Kelebihan: kemasan
yang terbuat dari anyaman bambu, adalah mampu menjaga
kelembaban udara, dan dengan sifatnya yang opak, dapat
melindungi bahan yang dikemasnya terhindar dari reaksi
penguraian yang diakibatkan oleh sinar atau cahaya.
Kekurangan: Bila tertarik anyamannya akan terbuka dan sulit
menutup kembali.
Bakul yang terbuat dari anyaman bambu biasanya
digunakan untuk pengemasan sekunder, sekaligus berfungsi
sebagai tempat pewadahan / penyimpanan, mendistribusikan
barang. Pada acara-acara tertentu, bakul ini juga berfungsi
sebagai tempat menyimpan nasi. Kelebihan dari bakul ini, selain
ringan untuk dipikul juga sangat fl eksibel, karena kapasitasnya
dapat diatur sesuai kebutuhan. Di sebahagian tempat bakul ini
dipergunakan untuk menjajakan makanan oleh kaum ibu. Selain
terbuat dari anyaman bambu, bakul ini dapat dibuat dari
anyaman rotan, kulit sisal.
3) Kemasan kayu
Kemasan kayu biasanya berbagai jenis peti yang
merupakan kemasan sekunder dan merupakan wadah yang
paling tua digunakan orang sebagai bahan kemas. Jenis kayu
yang digunakan dapat terbuat dari bahan lunak (kayu jengjeng
atau albizia) ataupun dari plywood atau veneer. Amati ukuran
kotak, letak paku, cara mengikat simpai (lempengan atau plat
logam) dan cara menutup.Wadah kayu yang dibuat dari bahan
8
yang lebih keras (kayu keras) jarang digunakan untuk hasil
pertanian.
Kemasan kayu yang digunakan untuk ikan asin, sayuran
(kol) dan buah-buahan (apel, mangga) berbeda dengan kemasan
kayu yang digunakan untuk teh kering. Pada peti kayu untuk teh
perlu dilapisi dengan bahan yang kedap air pada dinding bagian
dalam. Hal ini diperlukan untuk mencegah penyerapan air dari
luar atau penguapan dari dalam. Kelebihan: Umumnya bentuk
kemasan kayu persegi atau persegi panjang, hal ini untuk
memudahkan penataan bahan atau barang yang dikemas.
Kekurangan: apabila kemasan tidak tertutup rapat maka isi
dalam kemasan itu dapat basah atau rusak jika terkena air.
b. Kertas
Kemasan kertas adalah kemasan fleksibel yang pertama sebelum
ditemukannya plastik dan aluminium foil. Kemasan kertas masih
banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti
plastik dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan
penggunaannya yang luas. Selain sebagai kemasan, kertas juga
berfungsi sebagai media komunikator dan media cetak. Kelemahan
kemasan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah sifanya yang
sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara
lingkungan.
Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses
pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya.
Kemasan kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku.
Beberapa jenis kertas yang dapat digunakan sebagai kemasan fleksibel
adalah kertas kraft, kertas tahan lemak (grease proof). Glassin dan kertas
lilin (waxed paper) atau kertas yang dibuat dari modifi kasi kertas-kertas
ini. Wadah-wadah kertas yang kaku terdapat dalam bentuk karton,
kotak, kaleng fi ber, drum, cawan-cawan yang tahan air, kemasan
tetrahedral dan lain-lain, yang dapat dibuat dari paper board, kertas
laminasi, corrugated board dan berbagai jenis board dari kertas khusus.
Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan bahan-bahan kemasan
9
lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif. Macam-
macam kertas:
1) Kertas glasin dan kertas tahan minyak (grease proof)
Kertas glasin dan kertas tahan minyak dibuat dengan cara
memperpanjang waktu pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke mesin
pembuat kertas. Penambahan bahan-bahan lain seperti plastisizer
bertujuan untuk menambah kelembutan dan kelenturan kertas, sehingga
dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang lengket.
Penambahan antioksidan bertujuan untuk memperlambat ketengikan
dan menghambat pertumbuhan jamur atau khamir.
Kedua jenis kertas ini mempunyai permukaan seperti gelas dan
transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap lemak, oli dan
minyak, tidak tahan terhadap air walaupun permukaan dilapisi dengan
bahan tahan air seperti lak dan lilin. Kertas glasin digunakan sebagai
bahan dasar laminat.
2) Kertas permanen
Kertas perkamen digunakan untuk mengemas bahan pangan
seperti mentega, margarine, biskuit yang berkadar lemak tinggi, keju,
ikan (basah, kering atau digoreng), daging (segar, kering, diasap atau
dimasak), hasil ternak lain, the dan kopi. Sifat-sifat kertas perkamen
adalah mempunyai ketahanan lemak yang baik, mempunyai kekuatan
basah (wet strength) yang baik walaupun dalam air mendidih,
permukaannya bebas serat, tidak berbau dan tidak berasa, transparan dan
translusid, sehingga sering disebut Kertas glasin, dan tidak mempunyai
daya hambat yang baik terhadap gas, kecuali jika dilapisi dengan bahan
tertentu.
3) Kertas lilin
Kertas lilin adalah kertas yang dilapisi dengan lilin yang bahan
dasarnya adalah lilin parafi n dengan titik cair 46-74°C dan dicampur
polietilen (titik cair 100-124°C) atau petrolatum (titik cair 40-52°C).
Kertas ini dapat menghambat air, tahan terhadap minyak/ oli dan daya
10
rekat panasnya baik. Kertas lilin digunakan untuk mengemas bahan
pangan, sabun, tembakau dan lain-lain.
5) Kertas kraft
Beberapa sifat kertas kraft adalah sangat kuat, warna kecoklatan,
harga relatif murah, diproduksi sebagai lembaran satu lapis, berlapis-
lapis dan bergelombang (corrugated), ketebalan kertas 10 – 180 gr/m,
dibuat melalui proses sulfat dan pemucatan (bleaching), dibuat berbagai
bentuk kemasan (sak, kantung, pembungkus, tabung, kaleng komposit),
dan untuk mengemas bahan-bahan dengan BJ yang besar.
12
digunakan untuk berbagai tujuan (60% dari penjualan plastik yang ada
di dunia) kemasan adalah polistiren, polietilen dan polivinil klorida.
d. Styrofoam
Salah satu jenis kemasan yang cukup populer di kalangan
masyarakat produsen maupun konsumen adalah jenis polistirena
terutama polistirena foam. Polistirena foam dikenal luas dengan istilah
styrofoam yang seringkali digunakan secara tidak tepat oleh publik
karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah
dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya
Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada bahan
konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan pangan.
Kemasan polistirena foam dipilih karena mampu
mempertahankan pangan yang panas/dingin, tetap nyaman dipegang,
mempertahankan kesegaran dan keutuhan pangan yang dikemas, ringan,
dan inert terhadap keasaman pangan. Karena kelebihannya tersebut,
kemasan polistirena foam digunakan untuk mengemas pangan siap saji,
segar, maupun yang memerlukan proses lebih lanjut. Banyak restoran
siap saji menyuguhkan hidangannya dengan menggunakan kemasan ini,
begitu pula dengan produk-produk pangan seperti mi instan, bubur
ayam, bakso, kopi, dan yoghurt.
Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena
dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent
yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat
merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan
blowing agent yang lebih ramah lingkungan. Polistirena dibuat dari
monomer stirena melalui proses polimerisasi. Polistirena foam dibuat
dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan
suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin
dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku,
transparan, rapuh, inert secara kimiawi, dan merupakan insulator yang
baik. Sedangkan polistirena foam merupakan bahan plastik yang
memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan
13
kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar
butiran yang berisi udara.
e. Aluminium foil
Foil adalah bahan tipis dari logam yang digulung dengan
ketebalan kurang dari 0,15 mm dan memiliki lebar 1,52 meter hingga
4,06 meter. Umumnya foil tidak murni berbasis logam. Karakteristik
aluminum foil dikagumi karena kuat, ringan, tahan panas, dan hampir
kedap udara, tidak mengandung magnet, sehingga membantu
memisahkan aluminium dari kaleng saat daur ulang. Kekedapan
terhadap oksigen membuat aluminum foil merupakan kemasan ideal
untuk ekspor karena sering mengalami kendala korosi. Selain itu, mudah
dibentuk, sekalipun mudah berkerut.
Aluminum foil sering digunakan sebagai lapisan dalam dari
kontainer untuk melindungi produk dari kerusakan, seperti melapisi
bagian dalam kotak jus. Meskipun dapat menahan lemak, ketahanannya
terhadap asam dan basa masih kurang, sehingga memerlukan tambahan
lapisan dari lilin atau lapisan kimia lain. Ketahanannya terhadap panas
matahari membuat aluminum foil banyak digunakan juga pada bahan-
bahan kesehatan. Ketahanan aluminum foil terhadap panas dapat
mencapai suhu 550°C Sehingga alat-alat kedokteran dapat disterilkan
dengan dibungkus bahan Ini.
f. Gelas / Kaca
Kemasan gelas merupakan bahan kemas tertua dan telah populer
sejak 3000 SM . Kemasan gelas sudah digunakan oleh bangsa Mesir
Kuno. Pada zaman perunggu, kepala anak panah menggunakan sejenis
gelas yang dibuat dari bahan yang berasal dari gunung api. Pliny
melaporkan pada abad permulaan pelaut Venesia yang berlabuh di suatu
pulau membuat tungku perapian di tepi pantai yang digunakan untuk
mengatasi rasa dingin dan kegelapan malam. Tungku perapian ini dibuat
di atas pasir pantai menggunakan bongkahan soda abu (muatan kapal
mereka). Keesokan harinya dalam sisa pembakaran itu ditemukan
14
gumpalan bening. Dari sini diketahui bahwa soda dan pasir pada suhu
yang tinggi akan melebur membentuk gelas.
g. Logam
Wadah logam dalam bentuk kotak atau cangkir emas digunakan
pada zaman kuno sebagai lambang prestise. Teknik pengalengan
makanan sebagai upaya pengawetan bahan pangan pertama sekali
dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan
Napoleon Bonaparte yaitu dari hasil penemuan Nicholas Appert. Aspek
legislasi pengalengan makanan ditetapkan tahun 1810 yang dikenal
dengan” l’art de conserver”. Tahun 1810 Peter Duran dari Ingris
menciptakan kaleng.
Tahun 1817 William Underwood (imigran asal Inggris)
mendirikan industri pengalengan makanan yang pertama di Amerika
Serikat. Kapten Edward Perry yang melakukan ekspedisi ke kutub utara
pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah menggunakan makanan kaleng
sebagai logistik mereka. Alumunium foil (alufo) diproduksi secara
komersial pertama kali pada tahun 1910. Kaleng aluminium untuk
kemasan bir digunakan pertama sekali tahun 1965.
Awalnya pembuatan kaleng dilakukan secara manual yaitu
hanya dihasilkan 5-6 kaleng per jam. Akhir tahun 1900 ditemukan cara
pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan penutupannya yang
lebih maju dan bersih. Kaleng alumunium awalnya diperkenalkan
sebagai wadah pelumas. Tahun 1866 ditemukan alat pembuka kaleng
yang berupa kunci pemutar untuk menggantikan paku atau pahat. Tahun
1875 ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip ungkit. Tahun
1889 ditemukan kaleng- kaleng aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol
banyak ditentang karena dapat merusak lapisan ozon.
B. Label
1. Pengertian Labeling Produk Makanan
Label merupakan identitas suatu produk. Dengan adanya label,
konsumen akan mampu membedakan antara produk satu dengan produk
15
lainnya. Labeling adalah upaya memberi label berupa informasi singkat
mengenai produk tersebut. Beberapa informasi yang perlu dicantumkan dalam
label meliputi; a) nama produk, b) pembuat produk, c) alamat pembuat produk,
d) bahan yang digunakan untuk membuat produk, e) komposisi gizi, f) masa
kadaluarsa, g) izin depkes atau instansi terkait.
16
e. Memberi “rasa aman” bagi konsumen.
17
b. Grande Label adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu
dari suatu barang. Label ini dinyatakan dengan suatu tulisan atau kata-
kata.
c. Label Deskriptif (Descriptive Label) adalah informasi objektif tentang
penggunaan, konstruksi, pemeliharaan penampilan dan ciri-ciri lain dari
produk.
18
b. Keterangan Bahan yang Digunakan dalam Pangan. Keterangan ini
diurutkan dari bahan yang paling banyak digunakan kecuali vitamin,
mineral dan zat penambah gizi lainnya. Bahan tambahan pangan atau
pengawet yang digunakan juga harus dicantumkan. Pernyataan mengenai
bahan yang ditambahkan, diperkaya, atau difortifikasi juga harus
dicantumkan selama itu benar dilakukan pada proses produksi dan tidak
menyesatkan.
c. Berat Bersih Atau Isi Bersih Pangan. Berat bersih atau isi bersih
menerangkan jumlah produk pangan yang terdapat dalam kemasan produk
tersebut. Keterangan tersebut dinyatakan dalam satuan metrik seperti gram,
kilogram, liter atau mililiter. Untuk produk makanan padat dinyatakan
dalam ukuran berat, produk makanan cair dinyatakan dalam ukuran isi dan
produk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam ukuran isi atau
berat.
19
g. Kode Produksi Pangan. Kode produksi yang dimaksud adalah kode yang
dapat memberikan penjelasan mengenai riwayat suatu produksi pangan
yang diproses pada kondisi dan waktu yang sama. Kode produksi tersebut
disertai dengan atau tanggal produksi. Tanggal produksi yang dimaksud
adalah tanggal, bulan dan tahun pangan tersebut diolah.
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah
dalam hitungan sebagaimana dinyatakan dalam label atau etiket
barang tersebut.
20
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan iklan atau promosi penjualan barang dan atau jasa
tersebut.
21
umum kelompok seperti stabilizer (jenis bahan seperti bubuk
pati dan dextrin dan lainya yang dapat menstabilkan dan
mengentalkan makanan dengan suhu kelembaban yang lebih
tinggi), pewarna, flavor, enzim (senyawa protein yang
digunakan untuk hydrolysis atau sintetis bahan-bahan organik
yang digunakan untuk bahan makanan), antoi foaming, gelling
agent, atau hanya menyantumkan kode Internasional E untuk
bahan tambahan.
3) Batas Kadaluwarsa
4) Keterangan Legalitas
22
ragu maka sikap yang terbaik adalah tidak membeli produk yang
diragukan kehalalanya.
C. Barang Palsu
1. Pengertian Barang Palsu
Pemalsuan (Counterfeiting) didefinisikan sebagai Tindakan dalam
meniru suatu barang asli yang sudah memiliki merek secara illegal. Ada dua
jenis pemalusan, yaitu Pemalsuan yang menipu (Deceiptive Counterfeiting)
adalah ketika pembeli tidak menyadari bahwa mereka membeli produk tiruan
dan dianggap sebagai korban pemalsuan. Sedangkan Pemalsuan yang tidak
menipu (Non-deceptive counterfeiting) adalah ketika konsumen sudah
mengetahui bahwa mereka membeli produk palsu setelah melakukan
pemeriksaan.
23
sebuah teori oleh Tsai dan Chou mereka mencoba menyelidiki efek
pemalsuan pada kesejahteraan masyarakat dengan menerapkan model
diferensiasi vertikal dan memperoleh hasil sebagai berikut. Kesimpulan
pertama, dengan adanya barang palsu, penjualan barang asli masih
dimungkinkan meningkat. Namun, harga dan keuntungan yang diterima
penjual dari produk asli akan berkurang. Selain itu, dampak penegakan
hukum pemerintah terhadap kegiatan pemalsuan diperiksa barang publik.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemasan adalah wadah berupa hasil akhir proses mengemas untuk
meningkatkan nilai dan fungsi sebuah produk sedangkan Label merupakan identitas
suatu produk. Dengan adanya kemasan dan label, konsumen akan mampu membedakan
antara produk satu dengan produk lainnya. Labeling adalah upaya memberi label
berupa informasi singkat mengenai produk tersebut.
Beberapa informasi yang perlu dicantumkan dalam label meliputi nama produk,
pembuat produk,alamat pembuat produk,bahan yang digunakan untuk membuat
produk, komposisi gizi, masa kadaluarsa, izin depkes atau instansi terkait. Kemasan
telah dikenal sejak jaman manusia purba namun terus berkembang hingga sekarang.
Sekarang ini kemasan sudah berfungsi sebagai media komunikasi.
B. Saran
Sebagai mahasiswa tata boga,kita perlu untuk memahami terkait label dan
kemasan. Upaya upaya tersebut dapat dilakukan agar pengaplikasian serta keterampilan
sebanding dengan pengetahuan. Pastikan untuk mengingat segala aspek mengenai
pengertian,sejarah,fungsi,karakteristik dan bagian bagian dari label dan kemasan
25
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Mutiara Nugraheni, S. M. (2018). Kemasan Pangan (1st ed.). Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia: Plantaxia. Retrieved September 4, 2023
Sound, D. (n.d.). Peringatan Produk Palsu. Retrieved September 7, 2023, from PT TOA
GALVA Prima Karya: https://toa.com.sg/document/2460-counterfeit-warning-
message_indonesian_id-others.pdf
Sudjadi Tjipto R, M. (2019). DESAIN GRAFIS KEMASAN UMKM (1st ed.). Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia: PENERBIT DEEPUBULISH. Retrieved September
4, 2023
26