You are on page 1of 11

(AKHLAK ISLAM)

PENGERTIAN AKHLAK, RUANG LINGKUP AKHLAK, HUBUNGAN AKHLAK


DENGAN AKIDAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Aqidah Akhlak

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Aisyah Wulandari 12130420398

2. Nurizzatul Jannah 12130420457

Dosen pengampu :

Dr. Nurliana, MA.

JURUSAN ILMU HADIST

FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF


KASIM RIAU

(UIN SUSKA RIAU)

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-
Nya kepada seluruh makhluk yang ada di atas bumi ini.

Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada baginda nabi besar Muhammmad
SAW yang telah memberi syafa’atnya kepada kita semua, sehingga kita bisa hidup di
zaman kemajuan saat ini.

Ucapan terimakasih kepada Ustadzah Nurliana selaku dosen pengampu yang telah
membimbing kami, serta teman-teman yang telah mendukung kami, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini,


karena memang kami masih dalam proses pembelajaran. Kritik dan saran dari pembaca
sungguh kami harapkan untuk hasil yang lebih baik lagi. Harapan kami semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dimanfaatkan sebagaimana semestinya.

Penyusun

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 4

1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................................................... 4

BAB II........................................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN........................................................................................................................ 5

2.1 Pengertian Akhlak.............................................................................................................5

2.2 Ruang Lingkup Akhlak..................................................................................................... 6

2.3 Hubungan Aqidah dengan Akhlak.................................................................................... 7

BAB III..................................................................................................................................... 10

PENUTUP................................................................................................................................ 10

1. Kesimpulan....................................................................................................................... 10

2.Saran...................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar selamat
di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW
adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang
prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.

Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak dan
keluhuran budi Nabi Muhamad SAW itu dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai
bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya di dunia dan
akhirat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari Akhlak ?
2. Apa saja ruang lingkup Akhlak ?
3. Apa Hubungan Akhlak dengan Aqidah ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui pengertian Akhlak
2. Untuk mengetahui ruang lingkup Akhlak
3. Untuk mengetahui Hubungan Akhlak dengan Aqidah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak


Akhlak atau dalam bahasa arab khuluq adalah perangai atau budi pekerti. Secara istilah
akhlak dapat diartikan sebagai suatu perbuatan manusia yang tidak direncanakan baik itu
perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Sedangkan untuk merujuk arti akhlaq ini dapat
diambil beberapa pendapat para imam, sebagai berikut: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Imam Ghazali berpendapat : “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-
macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan”.
Beberapa ahli mengutarakan pendapatnya mengenai pengertian akhlak secara
terminologi. Diantaranya adalah Ibnu Maskawaih Menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan
jiwa yang mendorong atau mengajak melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui proses
berpikir, dan pertimbangan terlebih dahulu. Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu
suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan yang harus dilakukan,
menyatakan tujuan yang harus dituju dan menunjukkan apa yang harus di perbuat. Didalam
buku akhlak dalam berbagai dimensi, akhlak yaitu sifat-sifat yang berurat berakar dalam diri
manusia, serta berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa
perbuatan tersebut baik atau buruknya dalam pandangan manusia.
Perbuatan baik dan buruk bukan merupakan sesuatu yang mutlak ditetapkan oleh Allah
SWT. Melainkan manusia dapat memilih untuk melakukan salah satunya. Pada dasarnya,
akhlak sudah melekat dalam diri manusia secara fitriah. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan
manusia untuk membedakan yang mana hal yang baik dan yang mana hal yang tidak baik.
Mana hal yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri dan lingkungannya, dan mana yang tidak
bermanfaat.
Dan sebenarnya manusia lebih cenderung memilih hal yang baik dari pada hal yang
buruk. Hal ini dapat dibuktikan bahwa tidak ada manusia yang menganggap bahwa mencuri,
berbohong, merusak, menindas, menipu dan hal buruk lainnya adalah suatu bentuk kebaikan.
Mereka pasti akan menolak segala perbuatan seperti diatas. Dan sebaliknya, tidak ada
manusia yang menganggap bahwa sikap tenggang rasa, saling menghormati, sopan, santun,
saling menghargai dan hal baik lainnya adalah merupakan suatu hal yang buruk. Mereka pasti
akan mampu menerima dengan mudah hal-hal seperti itu.
Syeikh Muhammad Abduh ketika menafsirkan QS. al-Baqarah (2): 286 menjelaskan
bahwa kebaikan dikaitkan dengan kasaba, sedang keburukan dikaitkan dengan iktasaba. Ini
menandakan bahwa fitrah manusia pada dasarnya adalah cenderung kepada kebaikan,
sehingga manusia dapat melakukan kebaikan dengan mudah. Berbeda dengan keburukan,
yang akan dikerjakan dengan susah payah, goncang, dan kacau.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak
adalah segala perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar, spontan, tanpa pertimbangan
dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Itulah yang dimaksud dengan akhlak.
Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya bersumber dari kekuatan
batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
1. Tabiat(pembawaan); yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan
manusia, tetapi disebabkan oleh naluri(gharizah) dan factor warisan sifat-sifat dari orang
tuanya atau nenek moyangnya.
2. Akal pikiran; yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah
melihat sesuatu, mendengarkanya, merasakan serta merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat
menilai sesuatu yang lahir (yang nyata).
3. Hati nurani; yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat kejiwaan yang dapat
menilai hal-hal yang sifatnya absrak (yang batin) karena dorongan ini mendapatkan
keterangan(ilham) dari allah swt.

2.2 Ruang Lingkup Akhlak


Berdasarkan berbagai macam definisi akhlak, maka akhlak tidak memiliki pembatasnya,
ia melingkupi dan mencakup semua kegiatan, usaha, dan upaya manusia, yaitu dengan nilai-
nilai perbuatan. Dalam perspektif Islam, akhlak itu komprehensif dan holistik, dimana dan
kapan saja mesti berakhlak. Oleh sebab itulah merupakan tingkah laku manusia dan tidak
akan pernah berpisah dengan aktivitas manusia. Jadi, ruang lingkup akhlak Islam adalah
seluas kehidupanmanusia itu sendiri yang mesti diaplikasikan fi kulli al-makan wa fi kulli al
zaman. Akhlak Islam meliputi:
1) Hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Bersyukur kepada Allah. Titik
tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuandan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan
Allah. Adapun akhlak kepada Allah meliputi selalu menjaga tubuh dan pikiran dalam
keadaan bersih, menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar, dan menyadari bahwa
semua manusia sederajat.
2) Akhlak terhadap sesama manusia. Banyak sekali rincian tentang perlakuan terhadap
sesama manusia. Petunjuk mengenai hal itu tidak hanya berbentuk larangan melakukan hal-
hal yang negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan
yang benar, melainkan juga menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib sesama. Akan
tetapi akhlak kepada sesama manusia meliputi menjaga kenormalan pikiran orang lain,
menjaga kehormatannya, bertenggang rasa dengan keyakinan yang dianutnya, saling tolong
menolong dan lain-lain.
3) Akhlak terhadap lingkungan,yaitu lingkungan alam dan lingkungan makhluk hidup lainnya,
termasuk air, udara, tanah, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Jangan membuat kerusakan
dimuka bumi ini.
Sebagai mana firman Allah SWT Yang Artinya:
“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanam-tanamandan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan”.(QS. Al-Baqarah: 205).

2.3 Hubungan Aqidah dengan Akhlak


Aqidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi
manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akhlak
mendapatkan perhatian istimewa dalam aqidah Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi).
Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini, agama
menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai kewajiban
(taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini
agama tidak mengutarakan akhlak semata tanpa dibebani rasa tanggung jawab. Bahkan
agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya karena agama tersusun
dari keyakinan (aqidah) dan perilaku.
Oleh karena itu akhlak dalam pandangan Islam harus berpijak pada keimanan. Iman
tidak cukup hanya disimpan dalam hati, namun harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-
hari dalam bentuk akhlak yang baik. Dengan kata lain bahwa untuk mempergunakan dan
menjalankan bagian aqidah dan ibadah, perlu pula berpegang kuat dan teguh dalam
mewujudkan bagian lain yang disebut dengan bagian akhlak. Sejarah risalah ketuhanan dalam
seluruh prosesnya telah membuktikan bahwa kebahagiaan di segenap lapangan kehidupan
hanya diperoleh dengan menempuh budi pekerti (berakhlak mulia).
Hasbi Ash Shiddieqy di dalam bukunya Al Islam mengatakan bahwa kepercayaan dan
Budi pekerti dalam pandangan Al-Quran hampir dihukum satu, dihukum setaraf, sederajat.
Lantaran demikianlah Tuhan mencurahkan kehormatan kepada akhlak dan membesarkan
kedudukannya. Bahkan Allah memerintahkan seorang muslim memelihara akhlaknya dengan
kata-kata perintah yang pasti, terang, dan jelas. Para muslim tidak dibenarkan sedikit juga
menyia-nyiakan akhlaknya, bahkan tak boleh memudah-mudahkannya (Shiddieqy, tth).
Aqidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat
berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya
akhlak tanpa aqidah hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu
bergerak. Oleh karena itu Islam memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan
akhlak. Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada
kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”.
(HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui
tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari
imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang
kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai iman yang lemah.
Dengan kata lain bahwa iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang
iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk.
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan melahirkan
perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya iman. Orang yang
berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau
bersabda:
”Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilang pula
yang lain”. (HR. Hakim)
Kalau diperhatikan hadits di atas, nyatalah bahwa rasa malu sangat berpautan dengan
iman hingga boleh dikatakan bahwa tiap orang yang beriman pastilah ia mempunyai rasa
malu; dan jika ia tidak mempunyai rasa malu, berarti tidak beriman atau lemah imannya.
Aqidah erat hubungannya dengan akhlak. Aqidah merupakan landasan dan dasar pijakan
untuk semua perbuatan. Akhlak adalah segenap perbuatan baik dari seorang mukalaf, baik
hubungannya dengan Allah, sesama manusia, maupun lingkungan hidupnya. Berbagai amal
perbuatan tersebut akan memiliki nilai ibadah dan terkontrol dari berbagai penyimpangan jika
diimbangi dengan keyakinan aqidah yang kuat. Oleh sebab itu, keduanya tidak dapat
dipisahkan, seperti halnya antara jiwa dan raga.
Hal ini dipertegas oleh Allah SWT dalam Al-Quran, yang mengemukakan bahwa orang-
orang yang beriman yang melakukan berbagai amal shaleh akan memperoleh imbalan pahala
disisi-Nya. Dia akan dimasukkan ke dalam surga Firdaus. Penegasan ini dikemukakan dalam
firman Allah SWT. sebagai berikut:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga
Firdaus menjadi tempat tinggal, Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah
dari padanya” (QS. Al-Kahfi: 107-108).
Ayat di atas memperlihatkan betapa pentingnya aqidah dan akhlak, dengan keterpaduan
keduanya seseorang akan memperoleh pahala yang besar disisi Allah dengan jaminan surga
Firdaus. Hubungan antara aqidah dan akhlak ini tercermin dalam pernyataan Nabi
Muhammad SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah yang artinya:
“Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW. bersabda, ‘orang mukmin yang sempurna
imannya ialah yang terbaik budi pekertinya’”.
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar, karena akhlak
tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan
benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah
salah maka akhlaknya pun akan salah.
Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan bisa menjalankan
ibadah dengan baik dan benar, dengan itu ia akan mampu mengimplementasikan tauhid ke
dalam akhlak yang mulia (akhlaqul karimah).
Hubungan manusia dengan Allah SWT dan kelakuannya terhadap Allah SWT ditentukan
dengan mengikut nilai-nilai aqidah yang ditetapkan. Karena barangsiapa mengetahui Sang
Penciptanya dengan benar, niscaya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana
perintah Allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh atau bahkan meninggalkan perilaku-
perilaku yang telah ditetapkan-Nya.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan
tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan. akhlak
adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-
petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan keburukan
Akhlak pun memiliki kaitan erat dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan.
Aqidah erat hubungannya dengan akhlak. Aqidah merupakan landasan dan dasar pijakan
untuk semua perbuatan. Akhlak adalah segenap perbuatan baik dari seorang mukalaf, baik
hubungannya dengan Allah, sesama manusia, maupun lingkungan hidupnya. Berbagai amal
perbuatan tersebut akan memiliki nilai ibadah dan terkontrol dari berbagai penyimpangan jika
diimbangi dengan keyakinan aqidah yang kuat. Oleh sebab itu, keduanya tidak dapat
dipisahkan, seperti halnya antara jiwa dan raga.
Pembahasan mengenai ruang lingkup ilmu akhlak adalah tentang perbuatan-perbuatan
manusia yang mendorong kepada baik atau buruknya. ilmu akhlak bukanlah tingkah laku
manusia melainkan perbuatan yang dilakukan atas kemauan manusia itu sendiri yang selalu
dilakukannya dan kemudian mendarah daging dalam diri manusia itu sendiri.

2.Saran
Mempelajari ilmu akhlak merupakan sesuatu yang sangat mudah. Dalam artian, kita
dapat memahami ruang lingkup, definisi dan juga sumber keilmuan tersebut. namun hal yang
harus dilakukan bukan hanya saja mempelajari ilmu akhlak tersebut, melainkan untuk
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Marzuki, M.Ag. Buku PAI UNY- BAB 10. Konsep Akhlak Islam. Akhlak, Etika, Moral,
Tasawuf dan Mahabbah. Marzuki Konsep Akhlak Islam hal 175. Abdullah, Y. (2007). Studi
Akhlak Islam dalam persepektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah Al-Ghazali, 1 (tth). Ihya’Ulum
ad-Din. Beirut : Dar Ihya’ al-Kutub al-Islamiyah. Alim, M. (2006). Pendidikan Agama Islam,
Bandung: P.T Remaja Rosda Karya.

You might also like