You are on page 1of 14

LAPORAN PRATIKUM MIKROBIOLOGI

Respirasi Bakteri

Disusun Oleh:
Lathy Okta Ramandha (2220801044)

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Siti Soleha, M.Sc.

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap organisme di alam selalu melakukan aktivitas metabolisme dasar
untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Begitu pula dengan mikroba. Hal
tersebutmerupakan proses yang spontan yang dapat mempertahankan tingkatan
organisasi tertentu karena selalu mendapatkan suplai etabo dari lingkungan.
Setiap jasad hidup memiliki sifat-sifat yang dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok kegiatan, yaitu metabolisme dan pelestarian diri. Di dalam arti luas
metabolisme diartikan dengan fungsi-fungsi nutrisi, síntesis, dan respirasi.
Oksigen bebas dari udara sangatlah penting bagi bakteri untuk respirasi
sel, namun keperluan bakteri akan oksigen bebas tersebut sangatlah berbeda,
tergantung pada adanya sistem enzim biooksidatif yang ada pada tiap spesies,
sehingga dikenal adanya respirasi aerob dan anaerob. Respirasi yang
menggunakan oksigen bebas sebagai penerima elektron disebut respirasi aerob,
dan yang menggunakan senyawa anorganik sebagai penerima elektron disebut
respirasi anaerob.
Pengamatan terhadap kelompok bakteri yang mempunyai perbedaan sifat
respirasi dapat dilakukan pada media pertumbuhan bakteri, baik media padat
maupun media cair, untuk memperjelas pengamatan terhadap sifat respirasi
bakteri biasanya menggunakan media cair. Dalam media cair pertumbuhan
bakteri tersebut dapat diamati lebih jelas dengan mengamati akumulasi dari sel-
sel bakteri yang tumbuh. Bakteri aerob akan berada dipermukaan atas karena ia
akan mengambil oksigen bebas dari udara, bakteri anaerob akan berada didasar
jauh dari permukaan, bakteri yang anaerob fakultatif akan tumbuh tersebar
pada medium cair tersebut, sebagai bakteri mikroaerofil akan tumbuh sedikit
dibawah permukaan.
Respirasi bakteri memiliki peran penting dalam siklus nutrisi global
karena bakteri memproses nutrisi dan membebaskan nutrisi yang diperlukan
oleh organisme lain. Selain itu, respirasi bakteri juga penting dalam penguraian
materi organik dan dalam pembentukan senyawa-senyawa kimia yang berguna
seperti asam amino, asam lemak, dan vitamin. (Madigan et al, 2017)

B. Tujuan Pratikum
Adapun tujuan pada praktikum respirasi bakteri yaitu :
1. Mengetahui sifat respirasi bakteri
2. Mengidentifikasi bakeri berdasarkan sifat respirasinya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Respirasi Bakteri


Respirasi bakteri adalah proses biokimia yang digunakan oleh bakteri
untuk menghasilkan energi melalui pemecahan zat organik dan transfer
elektron. Proses ini terjadi di dalam mitokondria bakteri atau membran sel
bakteri, tergantung pada jenis bakteri yang terlibat. Respirasi bakteri dapat
terjadi dalam kondisi aerobik (dengan oksigen) maupun anaerobik (tanpa
oksigen) (Lane, 2019).
Secara umum, respirasi bakteri melibatkan serangkaian tahap yang
meliputi glikolisis, siklus asam sitrat (siklus Krebs), dan fosforilasi oksidatif.
Glikolisis adalah tahap awal yang terjadi di sitoplasma, di mana glukosa diubah
menjadi piruvat dengan menghasilkan sedikit ATP dan NADH. Selanjutnya,
dalam siklus asam sitrat, piruvat dioksidasi menjadi senyawa lain,
menghasilkan lebih banyak ATP dan molekul pengangkut elektron (NADH dan
FADH2). Terakhir, fosforilasi oksidatif terjadi di membran mitokondria bakteri
atau membran sel bakteri, di mana molekul pengangkut elektron mengalami
transfer elektron melalui rantai transport elektron, yang menghasilkan ATP
melalui sintesis ATP oleh ATP sintase (Sawers, 2020)

B. Glikolisis
Glikolisis adalah tahap awal dan universal dalam respirasi bakteri, di
mana molekul glukosa dipecah menjadi dua molekul piruvat melalui
serangkaian reaksi biokimia. Proses ini terdiri dari sepuluh langkah reaksi
enzimatik yang terjadi di sitoplasma bakteri dan menghasilkan energi serta
prekursor metabolik penting bagi sel. Glikolisis merupakan proses kunci dalam
produksi energi seluler, terlepas dari apakah bakteri tersebut adalah aerobik
(membutuhkan oksigen) atau anaerobik (tidak membutuhkan oksigen) (Buckel,
2018).
Proses glikolisis dimulai dengan tahap persiapan, di mana glukosa diubah
menjadi glukosa-6-fosfat melalui reaksi fosforilasi menggunakan ATP.
Selanjutnya, glukosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-6-fosfat melalui reaksi
isomerisasi, dan kemudian fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-
bisfosfat melalui reaksi fosforilasi menggunakan ATP. Tahap persiapan ini
membutuhkan investasi energi dalam bentuk ATP (Buckel, 2018).
Setelah tahap persiapan, glukosa telah berubah menjadi fruktosa-1,6-
bisfosfat, yang kemudian dipisah menjadi dua senyawa tiga karbon, yaitu
dihidroksiaseton fosfat (DHAP) dan gliseraldehida-3-fosfat (GAP).
Gliseraldehida-3-fosfat diubah menjadi DHAP untuk memastikan bahwa
semua senyawa yang dihasilkan dalam tahap pemecahan dapat masuk ke
langkah selanjutnya (Buckel, 2018).
Tahap selanjutnya adalah tahap oksidasi dan produksi ATP. Setiap
molekul GAP mengalami serangkaian reaksi yang menghasilkan ATP dan
molekul pengangkut elektron (NADH). Reaksi-reaksi ini melibatkan fosforilasi
tingkat substrat, di mana senyawa organik fosforilasi tanpa melibatkan oksigen,
dan oksidasi, di mana molekul gliseraldehida-3-fosfat dioksidasi dan
menghasilkan NADH. Selama tahap ini, gliseraldehida-3-fosfat diubah menjadi
1,3-bisfosfogliseraldehida dan kemudian menjadi 3-fosfogliserat. Selanjutnya,
3-fosfogliserat menghasilkan fosfoenolpiruvat melalui beberapa reaksi, yang
pada akhirnya menghasilkan ATP dan piruvat (Buckel, 2018).

C. Siklus Krebs
Siklus asam sitrat, juga dikenal sebagai siklus Krebs atau siklus asam
sitrat, merupakan salah satu tahap penting dalam respirasi seluler bakteri dan
eukariotik. Siklus ini terjadi di dalam mitokondria bakteri atau membran sel
bakteri, tergantung pada jenis bakteri yang terlibat. Tujuan utama siklus Krebs
adalah mengoksidasi piruvat yang dihasilkan dari tahap glikolisis menjadi
CO2, menghasilkan energi yang disimpan dalam bentuk molekul pengangkut
energi seperti ATP, NADH, dan FADH2 (Suberata, 2021).
Siklus Krebs dimulai ketika piruvat, yang dihasilkan dari glikolisis,
memasuki mitokondria bakteri. Piruvat tersebut mengalami oksidasi dan
dekarboksilasi, menghasilkan senyawa asetil-KoA, CO2, dan NADH. Senyawa
asetil-KoA kemudian bergabung dengan oksaloasetat (senyawa empat karbon)
untuk membentuk senyawa enam karbon yang disebut sitrat. Tahap ini dikatalis
oleh enzim sitrat sintase (Hakim, 2022)
Selanjutnya, sitrat mengalami serangkaian reaksi yang menghasilkan
senyawa-senyawa lainnya. Reaksi oksidasi dan dekarboksilasi terjadi pada
beberapa langkah, menghasilkan CO2 dan molekul pengangkut elektron seperti
NADH dan FADH2. Selama reaksi ini, senyawa antara seperti isositrat, α-
ketoglutarat, suksinil-KoA, dan suksinat terbentuk. Reaksi-reaksi ini
melibatkan enzim-enzim seperti isositrat dehidrogenase, α-ketoglutarat
dehidrogenase, dan suksinil-KoA sintase (Hakim, 2022).
Selain menghasilkan NADH dan FADH2, siklus Krebs juga
menghasilkan sedikit jumlah ATP melalui fosforilasi tingkat substrat. Pada satu
titik dalam siklus, guanosin trifosfat (GTP) dihasilkan secara langsung, yang
kemudian dapat dikonversi menjadi ATP melalui enzim nukleosid
trifosfatkinase (Hakim, 2022).
Pada akhir siklus Krebs, oksaloasetat regenerasi untuk memulai siklus
baru. Dalam proses ini, suksinat dioksidasi menjadi fumarat, yang kemudian
diubah menjadi malat dan akhirnya kembali menjadi oksaloasetat. Reaksi ini
melibatkan enzim fumarase dan malat dehydrogenase (Hakim, 2022).

D. Rantai Transpor Elektron


Rantai transpor elektron merupakan salah satu tahap penting dalam
proses respirasi bakteri. Tahap ini terjadi di dalam membran sel, baik itu
membran dalam mitokondria pada eukariota atau membran plasma pada
bakteri. Rantai transpor elektron bertanggung jawab dalam menghasilkan
energi ATP yang sangat penting bagi kehidupan sel. Proses ini melibatkan
serangkaian kompleks protein yang mentransfer elektron dari donor elektron,
seperti NADH atau FADH2, ke akseptor elektron, seperti oksigen atau senyawa
anorganik lainnya (Wardani, Dkk, 2022).
Rantai transpor elektron dimulai dengan transfer elektron dari donor
awal, misalnya NADH, ke kompleks protein pertama dalam rantai. Kompleks
ini biasanya dikenal sebagai kompleks I atau NADH dehidrogenase. Pada
bakteri, kompleks ini merupakan pompa proton, yang berarti ia memompa
proton melintasi membran sel sepanjang proses transfer elektron. Ini
menciptakan gradien elektrokimia antara kedua sisi membran, dengan lebih
banyak proton terkonsentrasi di salah satu sisi membrane (Wardani, Dkk,
2022).
Selanjutnya, elektron yang ditransfer ke kompleks I dilewatkan melalui
serangkaian kompleks protein yang berbeda, yang disebut kompleks II,
kompleks III, dan kompleks IV. Setiap kompleks ini berperan dalam
mentransfer elektron dan mendorong pompa proton tambahan untuk
mempertahankan gradien elektrokimia. Akhirnya, elektron yang diterima oleh
kompleks IV ditransfer ke akseptor akhir, yang biasanya adalah oksigen
molekuler (O2). Pada proses ini, oksigen menerima elektron dan memperoleh
proton, membentuk molekul air (Wardani, Dkk, 2022).
Selama perjalanan elektron melalui rantai transpor, proton dipompa dari
dalam sel ke ruang antara membran dalam mitokondria atau di luar membran
plasma bakteri. Akumulasi proton di ruang ini menghasilkan gradien
elektrokimia dengan konsentrasi proton yang lebih tinggi di luar sel. Gradien
elektrokimia ini kemudian digunakan oleh ATP sintase, yang merupakan enzim
yang menghasilkan ATP, untuk menggerakkan sintesis ATP. Proton mengalir
melalui ATP sintase, menyebabkan protein ini berputar dan memicu
penggabungan ADP dengan fosfat anorganik untuk membentuk ATP (Wardani,
Dkk, 2022).
Proses rantai transpor elektron ini penting untuk menghasilkan energi
dalam bentuk ATP yang dibutuhkan oleh sel untuk menjalankan berbagai
fungsi metabolik. Pemahaman tentang rantai transpor elektron pada respirasi
bakteri telah diperluas dalam beberapa tahun terakhir melalui penelitian ilmiah
yang berkelanjutan (Wardani, Dkk, 2022).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat pada pukul 08.30 - 10.10
WIB. Bertempat di Laboratorium Terpadu Kampus B Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembng, Jakabaring Kota Palembang.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu
Incubator, tabung reaksi, bunsen, jarum ose, vortek, rak tabung reaksi dan
kertas label.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Media
Laktosa bord(LB), alcohol 70%, biakan bakteri murni dalam media agar
miring yang berumur 1x24 jam.

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum respirasi bakteri ini sebagai
berikut:
1. Siapkan media kultur yang sudah diseterilisasi dan beri label masing-
lasing media.
2. Ambil biakan murni bakteri yang yang sudah anda buat.
3. Inokulasikan sebanyak 1 ose masing-masing biakan kedalam media cair
secara aseptic.
4. Rata suspense dengan menggunakan vortek atau dengan cara memutar-
mutar tabung kultur antara kedua telapak tangan sampai homogen.
5. Inkubasi biakan kultur pada suhu 37° C selama 2x24.
6. Amati akumulasi pertumbuahan bakteri tersebut pada 1x24 jam dan 2x24
jam, kemudian tentukan kelompok bakteri yang anda amati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel. 1 Morfologi koloni bakteri (Hari ke-1)

Sumber Warna Bentuk Ukuran Tekstur Sifat


Gambar
koloni koloni koloni koloni koloni respirasi

Merah Anaerob
STT Irregular 1-2 cm Mucoid
muda obligat

Merah Anaerob
STU Irregular 1 cm Mucoid
muda obligat

Merah Anaerob
STI Irregular 1-2 cm Mucoid
muda obligat

Tabel. 2 Morfologi koloni bakteri (Hari ke-2)


Sumber Warna Bentuk Ukuran Tekstur Sifat
Gambar
koloni koloni koloni koloni koloni respirasi

Merah Anaerob
STT Irregular 1-2 cm Mucoid
muda obligat

Merah Anaerob
STU Irregular 1 cm Mucoid
muda obligat
Merah Anaerob
STI Irregular 1-2 cm Mucoid
muda obligat

B. Pembahasan
Hasil pratikum respirasi bakteri adalah perubahan warna menjadi merah
muda pada Serum Test Trehalose (STT), Serum Test Urea (STU), dan Serum
Test Indicator (STI) mungkin menunjukkan adanya aktivitas respirasi bakteri
yang menghasilkan produk metabolik tertentu (Zulkarnaen, 2017).
Pada praktikum respirasi bakteri menggunakan media STI (Serum Test
Indicator), STU (Serum Test Urea), dan STT (Serum Test Trehalose), kami
melakukan percobaan untuk mengamati aktivitas respirasi bakteri dengan
menggunakan substrat yang berbeda-beda. Media STI mengandung indikator
yang berubah warna jika terjadi produksi asam sebagai hasil respirasi bakteri.
Media STU mengandung urea yang dapat diuraikan oleh bakteri ureolitik
menjadi amonia, sehingga perubahan pH terjadi. Media STT mengandung
trehalose yang dapat dihidrolisis oleh bakteri yang mampu menggunakan
trehalose sebagai sumber karbon (Zulkarnaen, 2017).
Pada awal praktikum, kami menginokulasi tiga jenis bakteri yang
berbeda pada media STI, STU, dan STT. Setelah inkubasi selama periode
waktu tertentu, kami mengamati perubahan warna media dan perubahan pH
yang terjadi. Pada media STI, jika bakteri menghasilkan asam, terjadi
perubahan warna media menjadi kuning atau oranye. Pada media STU, jika
bakteri menguraikan urea menjadi amonia, terjadi peningkatan pH dan
perubahan warna media menjadi merah muda atau jingga. Pada media STT,
jika bakteri menghidrolisis trehalose, terjadi perubahan warna media menjadi
kuning atau oranye (Nuraini, 2015).
STT digunakan untuk mendeteksi kemampuan bakteri dalam
menguraikan trehalose, yang merupakan jenis gula disakarida. Jika terjadi
perubahan warna menjadi merah muda pada STT setelah inkubasi dengan
bakteri, hal ini mungkin mengindikasikan bahwa bakteri tersebut memiliki
enzim trehalase yang dapat menguraikan trehalose menjadi senyawa yang
menghasilkan perubahan warna tersebut (Yusuf, 2018).
STU digunakan untuk mendeteksi aktivitas enzim urease pada bakteri.
Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi amonia dan karbon
dioksida. Jika terjadi perubahan warna menjadi merah muda pada STU setelah
inkubasi dengan bakteri, ini mungkin menunjukkan keberadaan enzim urease
dalam bakteri tersebut (Krisnwati, 2017).
STI mungkin merujuk pada indikator khusus yang digunakan dalam tes
atau media yang dirancang untuk mengamati aktivitas respirasi bakteri secara
keseluruhan. Jika perubahan warna pada STI menjadi merah muda setelah
inkubasi dengan bakteri, ini mungkin menunjukkan adanya respirasi bakteri
yang aktif yang menghasilkan produk metabolik tertentu yang berinteraksi
dengan indikator tersebut (Krisnwati, 2017).
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pratikum diatas dapat disimpulkan bahwa Perubahan warna
menjadi merah muda pada Serum Test Trehalose (STT), Serum Test Urea
(STU), dan Serum Test Indicator (STI) dapat menunjukkan adanya aktivitas
respirasi bakteri yang menghasilkan produk metabolik tertentu.

B. Saran
Adapun saran yang didapat pada praktikum respirasi bakteri adalah
Analisis hasil dengan teliti ,teliti memeriksa dan menganalisis hasil praktikum
respirasi bakteri yang diperoleh. Identifikasi pola atau tren yang muncul dari
data untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sifat respirasi
bakteri yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Buckel W, Thauer RK. (2018). Flavin-Based Electron Bifurcation, Ferredoxin,


Flavodoxin, and Anaerobic Respiration with Protons (Ech) or NAD+ (Rnf)
as Electron Acceptors: A Historical Review. Frontiers in Microbiology, 9,
401. doi: 10.3389/fmicb.2018.00401.
Hakim, L. (2022). Bakteri Patogen Tumbuhan. Syiah Kuala University Press.
Krisnawati, D., Syafitri, E., & Wiratama, I. A. (2017). Comparative study of
biogas production from kitchen waste using continuous stirred tank reactor
(CSTR) and batch digester. Energy Procedia, 105, 4532-4537.
Lane N. (2019). The Oxygen Revolution: Biology's Great Innovation. Cold Spring
Harbor Perspectives in Biology, 11(6), a037830. doi: 10.1101/cshperspect.
a037830.
Nuraini, I., Sudibyo, H., & Rahayu, S. (2015). Study of landfill leachate treatment
using an anaerobic sequencing batch reactor (ASBR) with activated carbon
as biofilm support. Procedia Environmental Sciences, 23, 192-197.
Sawers RG, Fischer HM. (2020). Anaerobic Respiration in Bacteria: Diversity of
Metal Ion Transport Chains. Annual Review of Microbiology, 74, 53-77.
doi: 10.1146/annurev-micro-012920-091848.
Suberata, I. W. (2021). Metabolisme mikroba. simdos. unud. ac. id.
Wardani, K. A., Sakati, S. N., Sulami, N., Syahrir, M., & Kanan, M. (2022). Teori
Mikrobiologi. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Yusuf, A. N., Siregar, M. S., & Subowo, G. (2018). Comparative study of biogas
production from cattle manure using anaerobic digestion and anaerobic co-
digestion processes. Journal of Renewable Energy and Environmental
Engineering, 6(1), 51-57.
Zulkarnaen, A. N., Wibowo, N. A., & Purbosari, D. (2017). Biogas production
from rice straw using two-stage anaerobic digestion process. IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering, 193(1), 012051.
LAMPIRAN

Sumber: Doc. Pribadi, Sumber: Doc. Pribadi, Sumber: Doc. Pribadi,


2023 2023 2023

Sumber: Doc. Pribadi,


2023 Sumber: Doc. Pribadi, Sumber: Doc. Pribadi,
2023 2023

Sumber: Doc. Pribadi, Sumber: Doc. Pribadi, Sumber: Doc. Pribadi,


2023 2023 2023

You might also like