You are on page 1of 17

LAPORAN PRATIKUM MIKROBIOLOGI

Teknik Isolasi Mikroba

Disusun Oleh:
M. Rafli Ramadhan (2220801036)

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Siti Soleha, M.Sc.

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Respirasi adalah proses metabolik yang terlibat dalam penggunaan
oksigen untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP (adenosin trifosfat).
Bakteri juga melakukan respirasi untuk memperoleh energi yang dibutuhkan
untuk berbagai aktivitas seluler mereka. Meskipun ada variasi dalam mekanisme
respirasi antara berbagai jenis bakteri, prinsip dasarnya tetap sama (Sengupta,
2021).
Secara umum, respirasi bakteri dapat dibagi menjadi tiga jenis: respirasi
aerobik, respirasi anaerobik, dan fermentasi. Dalam respirasi aerobik, bakteri
menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir dalam rantai transpor
elektron, yang menghasilkan jumlah energi yang lebih besar dibandingkan
dengan jenis respirasi lainnya. Beberapa bakteri aerobik juga memiliki
kemampuan untuk tumbuh dalam kondisi anaerobik jika oksigen tidak tersedia
(Sengupta, 2021)
Respirasi bakteri terdiri dari beberapa jenis tergantung pada ketersediaan
oksigen dan jenis akseptor elektron yang digunakan. Jenis respirasi yang paling
umum adalah respirasi aerobik, di mana oksigen berperan sebagai akseptor
elektron terakhir dalam rantai transport elektron. Pada respirasi aerobik, bakteri
mengoksidasi substrat organik seperti glukosa melalui serangkaian reaksi yang
melibatkan glikolisis, siklus asam sitrat (siklus Krebs), dan rantai transport
elektron. Proses ini menghasilkan jumlah ATP yang besar, membuat respirasi
aerobik menjadi efisien dalam memproduksi energi (Skennerton, et al, 2017).
Namun, ketika oksigen tidak tersedia, bakteri dapat beralih ke jenis
respirasi lainnya, seperti respirasi anaerobik atau fermentasi. Pada respirasi
anaerobik, bakteri menggunakan akseptor elektron alternatif seperti nitrat, sulfat,
atau karbon dioksida. Meskipun jumlah ATP yang dihasilkan dalam respirasi
anaerobik lebih sedikit daripada respirasi aerobik, ini masih memungkinkan
bakteri untuk mendapatkan energi yang diperlukan dalam kondisi lingkungan
yang kurang oksigen (Skennerton, et al, 2017).
Selain itu, dalam kondisi tanpa oksigen, bakteri dapat melakukan
fermentasi. Fermentasi melibatkan penggunaan substrat organik sebagai
akseptor elektron dalam reaksi metabolik. Fermentasi menghasilkan jumlah ATP
yang lebih rendah daripada respirasi aerobik atau anaerobik, tetapi masih
memberikan energi yang cukup untuk kelangsungan hidup dan aktivitas seluler
bakteri (Skennerton, et al, 2017).
Respirasi bakteri memiliki peran penting dalam siklus biogeokimia dan
penguraian bahan organik di alam. Bakteri respirasi adalah pengurai utama
dalam ekosistem, membantu mengubah senyawa organik kompleks menjadi
senyawa sederhana yang dapat digunakan oleh organisme lain. Proses ini juga
terlibat dalam transformasi nutrisi dan siklus karbon, nitrogen, sulfur, dan unsur
lainnya di lingkungan (Hugler, 2021)
Studi tentang respirasi bakteri penting dalam pemahaman tentang
mikroorganisme dan ekologi mikrobial. Dalam bidang mikrobiologi, penelitian
mengenai respirasi bakteri membantu dalam identifikasi dan karakterisasi
bakteri patogen serta pengembangan terapi dan pengendalian infeksi (Berg, et
al, 2018)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Respirasi Bakteri


Respirasi bakteri adalah proses metabolik yang terlibat dalam penggunaan
substrat organik atau anorganik sebagai sumber energi untuk menghasilkan
adenosin trifosfat (ATP), yaitu bentuk energi yang dapat digunakan oleh sel
bakteri untuk berbagai aktivitas seluler. Respirasi merupakan proses
fundamental dalam kehidupan bakteri, yang memungkinkan mereka untuk
memperoleh energi yang diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi, dan fungsi
seluler lainnya (Sengupta, 2021).
Respirasi bakteri terjadi melalui serangkaian tahap yang melibatkan
oksidasi substrat dan transfer elektron. Tahap pertama respirasi adalah glikolisis,
di mana substrat organik seperti glukosa diubah menjadi piruvat dan sejumlah
ATP dan molekul pengangkut elektron seperti NADH diproduksi. Selanjutnya,
piruvat masuk ke dalam siklus asam sitrat (siklus Krebs) di dalam mitokondria
atau membran sel bakteri, di mana oksidasi lebih lanjut terjadi dan lebih banyak
ATP, NADH, dan FADH2 dihasilkan. Molekul-molekul pengangkut elektron ini
kemudian berperan dalam rantai transport elektron, di mana energi yang
terkandung dalam NADH dan FADH2 digunakan untuk memompa proton
melintasi membran seluler dan menghasilkan gradien elektrokimia. Gradien ini
kemudian digunakan oleh sintase ATP untuk menghasilkan ATP melalui
fosforilasi oksidatif (Dimroth, 2019).
Respirasi bakteri dapat terjadi dalam kondisi aerobik atau anaerobik,
tergantung pada ketersediaan oksigen di lingkungan sekitarnya. Dalam respirasi
aerobik, oksigen berfungsi sebagai akseptor elektron terakhir dalam rantai
transport elektron, sementara dalam respirasi anaerobik, akseptor elektron yang
berbeda seperti nitrat, sulfat, atau senyawa organik lainnya digunakan.
Fermentasi juga merupakan jenis respirasi yang terjadi dalam kondisi tanpa
oksigen, di mana substrat organik diubah menjadi produk sampingan tertentu
tanpa melalui rantai transport elektron (Dimroth, 2019).
B. Bakteri Aerobik Obligat
Respirasi bakteri aerobik obligat adalah proses respirasi yang terjadi pada
bakteri yang membutuhkan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir dalam
rantai transport elektron. Bakteri aerobik obligat memiliki ketergantungan yang
kuat terhadap oksigen untuk menghasilkan ATP, sehingga keberadaan oksigen
sangat penting bagi kelangsungan hidup dan metabolisme mereka. Proses ini
melibatkan serangkaian tahap yang terkoordinasi dengan baik dalam
mengoksidasi substrat organik dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk
fungsi seluler (Zheng, et al. 2020).
Tahap pertama respirasi aerobik obligat adalah glikolisis, di mana substrat
organik seperti glukosa diubah menjadi piruvat dan sejumlah ATP dan molekul
pengangkut elektron seperti NADH diproduksi. Selanjutnya, piruvat masuk ke
dalam siklus asam sitrat (siklus Krebs) di dalam mitokondria atau membran sel
bakteri, di mana oksidasi lebih lanjut terjadi dan lebih banyak ATP, NADH, dan
FADH2 dihasilkan. Molekul-molekul pengangkut elektron ini kemudian
berperan dalam rantai transport elektron, di mana energi yang terkandung dalam
NADH dan FADH2 digunakan untuk memompa proton melintasi membran
seluler dan menghasilkan gradien elektrokimia. Gradien ini kemudian digunakan
oleh sintase ATP untuk menghasilkan ATP melalui fosforilasi oksidatif (Zheng,
et al. 2020).

C. Bakteri Anaerob Obligat


Respirasi bakteri anaerob obligat adalah proses respirasi yang terjadi pada
bakteri yang tidak membutuhkan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir
dalam rantai transport elektron. Bakteri anaerob obligat dapat tumbuh dan
menghasilkan energi hanya dalam kondisi tanpa oksigen atau dengan konsentrasi
oksigen yang sangat rendah. Mekanisme respirasi ini memungkinkan bakteri
untuk mengoksidasi substrat organik atau anorganik alternatif untuk
menghasilkan ATP, yang merupakan sumber utama energi dalam sel (Zecchin,
et al. 2019).
Respirasi anaerob obligat pada bakteri melibatkan berbagai jalur
metabolisme yang berbeda, tergantung pada substrat yang digunakan. Contoh
jalur metabolisme anaerob obligat meliputi fermentasi, respirasi nitrat, respirasi
sulfat, dan respirasi metana. Dalam fermentasi, bakteri menggunakan substrat
organik seperti glukosa untuk menghasilkan ATP dan produk sampingan tertentu
melalui jalur metabolik yang tidak melibatkan rantai transport elektron. Pada
respirasi nitrat, bakteri menggunakan nitrat sebagai akseptor elektron terakhir
dalam rantai transport elektron, sementara pada respirasi sulfat, bakteri
menggunakan sulfat sebagai akseptor elektron terakhir. Respirasi metana
melibatkan penggunaan metana sebagai substrat untuk menghasilkan ATP
(Zecchin, et al. 2019).

D. Bakteri Anaerob Fukultatif


Respirasi bakteri anaerob fakultatif adalah proses respirasi yang terjadi
pada bakteri yang memiliki kemampuan untuk mengadaptasi dan menggunakan
baik oksigen maupun akseptor elektron alternatif dalam kondisi anaerob. Bakteri
anaerob fakultatif dapat tumbuh dan menghasilkan energi baik dalam
keberadaan oksigen maupun dalam kondisi tanpa oksigen. Mekanisme ini
memungkinkan bakteri untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang
tersedia di lingkungan mereka (Liu, et al. 2020).
Respirasi anaerob fakultatif pada bakteri melibatkan peralihan antara
respirasi aerobik dan anaerobik, tergantung pada ketersediaan oksigen dan jenis
substrat yang tersedia. Ketika oksigen tersedia, bakteri anaerob fakultatif akan
menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir dalam rantai transport
elektron dan menghasilkan ATP melalui fosforilasi oksidatif. Namun, ketika
oksigen tidak tersedia, bakteri akan beralih ke respirasi anaerobik, menggunakan
akseptor elektron alternatif seperti nitrat, sulfat, atau senyawa organik lainnya
untuk menghasilkan ATP (Liu, et al. 2020).

E. Mikroaerofil
Respirasi bakteri mikroaerofil adalah proses respirasi yang terjadi pada
bakteri yang membutuhkan konsentrasi oksigen yang rendah untuk
menghasilkan energi. Bakteri mikroaerofil dapat tumbuh dan melakukan
respirasi dengan efisiensi tertinggi pada tingkat oksigen yang lebih rendah
daripada yang diperlukan oleh bakteri aerobik obligat. Mekanisme ini
memungkinkan bakteri untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang
memiliki kadar oksigen terbatas, seperti di dalam usus manusia atau dalam tanah
yang terendam air (Gao, et al. 2021).
Respirasi bakteri mikroaerofil melibatkan penggunaan oksigen sebagai
akseptor elektron terakhir dalam rantai transport elektron, namun pada tingkat
yang lebih rendah daripada dalam respirasi aerobik obligat. Konsentrasi oksigen
yang optimal untuk pertumbuhan bakteri mikroaerofil dapat bervariasi
tergantung pada jenis bakteri dan lingkungan tempat mereka hidup. Proses
respirasi ini melibatkan produksi ATP melalui fosforilasi oksidatif dengan
menggunakan energi yang dihasilkan dari transfer elektron melalui rantai
transport elektron (Gao, et al. 2021).

F. Tahap-Tahap Respirasi
Respirasi bakteri adalah proses metabolik yang melibatkan penggunaan
oksigen (aerob) atau senyawa lain sebagai akseptor elektron untuk menghasilkan
energi yang dibutuhkan oleh sel. Respirasi bakteri terdiri dari beberapa tahap,
yaitu glikolisis, siklus asam sitrat, rantai transport elektron, dan fosforilasi
oksidatif.
1. Glikolisis: Tahap pertama respirasi bakteri adalah glikolisis, yang terjadi di
sitoplasma. Dalam glikolisis, glukosa (molekul gula) dipecah menjadi dua
molekul asam piruvat. Tahap ini menghasilkan sejumlah kecil ATP dan juga
senyawa pengangkut elektron seperti NADH. (Berg et al, 2021)
2. Siklus Asam Sitrat: Setelah glikolisis, asam piruvat masuk ke dalam
mitokondria bakteri, di mana mereka dioksidasi menjadi senyawa asetil
koenzim A (asetyl-CoA) dan memasuki siklus asam sitrat (siklus Krebs).
Dalam siklus asam sitrat, asetil-CoA bereaksi dengan oksalasetat untuk
menghasilkan energi, CO2, dan senyawa lain seperti NADH dan FADH2.
(Alberts et al, 2020)
3. Rantai Transport Elektron: NADH dan FADH2 yang dihasilkan selama
glikolisis dan siklus asam sitrat mengandung energi yang tersimpan dalam
elektron mereka. Molekul-molekul ini memasuki rantai transport elektron
yang terletak di membran mitokondria bakteri atau membran plasma dalam
bakteri anaerob. Rantai transport elektron adalah serangkaian kompleks
protein yang mengalirkan elektron dari molekul ke molekul, menghasilkan
energi dalam bentuk gradien elektrokimia. (Nelson & Cox, 2017)
4. Fosforilasi Oksidatif: Akhir dari rantai transport elektron adalah
penggunaan energi yang dihasilkan untuk memompa ion hidrogen (H+)
melintasi membran mitokondria bakteri atau membran plasma dalam
bakteri anaerob. Hal ini menciptakan gradien elektrokimia di mana ion H+
berada dalam konsentrasi yang lebih tinggi di luar membran. Ion H+
mengalir kembali ke dalam sel melalui enzim ATP sintase, yang
menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat anorganik. Proses ini disebut
fosforilasi oksidatif. (Lodish et al, 2018)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat pada pukul 08.30 - 10.10
WIB. Bertempat di Laboratorium Terpadu Kampus B Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembng, Jakabaring Kota Palembang.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu
Incubator, tabung reaksi, bunsen, jarum ose, vortek, rak tabung reaksi dan
kertas label.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Media
Laktosa bord(LB), alcohol 70%, biakan bakteri murni dalam media agar
miring yang berumur 1x24 jam.

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum respirasi bakteri ini sebagai berikut:
1. Siapkan media kultur yang sudah diseterilisasi dan beri label masing-lasing
media.
2. Ambil biakan murni bakteri yang yang sudah anda buat.
3. Inokulasikan sebanyak 1 ose masing-masing biakan kedalam media cair
secara aseptic.
4. Rata suspense dengan menggunakan vortek atau dengan cara memutar-
mutar tabung kultur antara kedua telapak tangan sampai homogen.
5. Inkubasi biakan kultur pada suhu 37° C selama 2x24.
6. Amati akumulasi pertumbuahan bakteri tersebut pada 1x24 jam dan 2x24
jam, kemudian tentukan kelompok bakteri yang anda amati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel. 1 Morfologi koloni bakteri (Hari ke-1)

Sumber Warna Bentuk Ukuran Tekstur Sifat


Gambar
koloni koloni koloni koloni koloni respirasi

Merah Anaerob
STT Irregular 1-2 cm Mucoid
muda obligat

Merah Anaerob
STU Irregular 1 cm Mucoid
muda obligat

Merah Anaerob
STI Irregular 1-2 cm Mucoid
muda obligat

Tabel. 2 Morfologi koloni bakteri (Hari ke-2)


Sumber Warna Bentuk Ukuran Tekstur Sifat
Gambar
koloni koloni koloni koloni koloni respirasi

Merah Anaerob
STT Irregular 1-2 cm Mucoid
muda obligat

Merah Anaerob
STU Irregular 1 cm Mucoid
muda obligat
Merah Anaerob
STI Irregular 1-2 cm Mucoid
muda obligat

B. Pembahasan
Hasil pada praktikum respirasi bakteri adalah menggunakan media STI
(Serum Test Indicator), STU (Serum Test Urea), dan STT (Serum Test
Trehalose), kami melakukan percobaan untuk mengamati aktivitas respirasi
bakteri dengan menggunakan substrat yang berbeda-beda. Media STI
mengandung indikator yang berubah warna jika terjadi produksi asam sebagai
hasil respirasi bakteri. Media STU mengandung urea yang dapat diuraikan oleh
bakteri ureolitik menjadi amonia, sehingga perubahan pH terjadi. Media STT
mengandung trehalose yang dapat dihidrolisis oleh bakteri yang mampu
menggunakan trehalose sebagai sumber karbon (Zulkarnaen,2017).
Serum test indicator adalah suatu tes yang digunakan untuk
mengidentifikasi sifat respirasi bakteri. Tes ini berfokus pada kemampuan
bakteri dalam menggunakan akseptor elektron alternatif selain oksigen dalam
proses respirasi. Akseptor elektron alternatif yang umum digunakan dalam
serum test indicator adalah nitrat, sulfat, atau karbonat (Madigan, et al. 2018)
Hasil dari serum test indicator dapat memberikan informasi tentang sifat
respirasi bakteri, terutama dalam hal respirasi anaerobik. Respirasi anaerobik
terjadi ketika bakteri menggunakan akseptor elektron alternatif selain oksigen
untuk menghasilkan energi. Hasil positif pada serum test indicator menunjukkan
bahwa bakteri memiliki kemampuan untuk menggunakan akseptor elektron
alternatif tersebut dan melakukan respirasi anaerobik(Madigan, et al. 2018)
Misalnya, jika bakteri menghasilkan gas nitrogen atau gas hidrogen sulfida
setelah diberikan nitrat atau sulfat dalam serum test indicator, ini
mengindikasikan bahwa bakteri melakukan respirasi anaerobik dengan
menggunakan nitrat atau sulfat sebagai akseptor elektron. Sebaliknya, jika
bakteri tidak menghasilkan gas atau ada perubahan warna pada medium setelah
diberikan akseptor elektron alternatif, ini menunjukkan bahwa bakteri tidak
memiliki kemampuan untuk melakukan respirasi anaerobik menggunakan
akseptor elektron tersebut (Madigan, et al. 2018)
Serum test urea adalah suatu tes yang digunakan untuk mengidentifikasi
sifat respirasi bakteri, terutama dalam hal respirasi anaerobik menggunakan urea
sebagai substrat. Respirasi anaerobik terjadi ketika bakteri menggunakan
akseptor elektron alternatif selain oksigen untuk menghasilkan energi (Madigan,
et al. 2018)
Hasil dari serum test urea dapat memberikan informasi tentang
kemampuan bakteri dalam mengoksidasi atau menggunakan urea sebagai
sumber energi dalam proses respirasi. Jika bakteri memiliki kemampuan untuk
melakukan respirasi anaerobik menggunakan urea, mereka akan menghasilkan
produk metabolit tertentu, seperti amonia atau karbon dioksida, yang dapat
terdeteksi dalam hasil tes (Madigan, et al. 2018)
Jika terjadi penguraian urea oleh bakteri, terjadi perubahan pH dalam
medium tes yang dapat dilihat sebagai perubahan warna. Peningkatan pH yang
signifikan menunjukkan bahwa bakteri memiliki kemampuan untuk melakukan
respirasi anaerobik dengan menggunakan urea sebagai substrat (Madigan, et al.
2018)
Serum test trehalose adalah suatu tes yang digunakan untuk
mengidentifikasi sifat respirasi bakteri, terutama dalam hal respirasi anaerobik
menggunakan trehalose sebagai substrat. Respirasi anaerobik terjadi ketika
bakteri menggunakan akseptor elektron alternatif selain oksigen untuk
menghasilkan energi (Madigan, et al. 2018)
Hasil dari serum test trehalose dapat memberikan informasi tentang
kemampuan bakteri dalam memfermentasi atau mengoksidasi trehalose dalam
kondisi anaerobik. Jika bakteri memiliki kemampuan untuk melakukan respirasi
anaerobik menggunakan trehalose, mereka akan menghasilkan produk metabolit
tertentu yang dapat terdeteksi dalam hasil tes (Madigan, et al. 2018)
Pada serum test trehalose, pengamatan perubahan warna atau
pembentukan gas dalam medium tes dapat menunjukkan adanya aktivitas
respirasi anaerobik pada bakteri terkait penggunaan trehalose sebagai substrat.
Perubahan warna atau pembentukan gas dapat diakibatkan oleh perubahan pH,
produksi asam organik, atau produksi gas seperti hidrogen atau karbon dioksida
(Madigan, et al. 2018).
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pratikum diatas dapat disimpulkan bahwa bakteri memiliki
kemampuan untuk melakukan berbagai jenis respirasi, termasuk respirasi
aerobik dan anaerobik, tergantung pada ketersediaan oksigen dan substrat yang
ada.

B. Saran
Adapun saran yang didapat pada praktikum respirasi bakteri adalah
Analisis hasil dengan teliti ,teliti memeriksa dan menganalisis hasil praktikum
respirasi bakteri yang diperoleh. Identifikasi pola atau tren yang muncul dari data
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sifat respirasi bakteri
yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., & Walter, P. (2020).
Membran, Pigmen Fotosintetik, dan Fotofosforilasi. Dalam: Molecular
Biology of the Cell. 4th edition. New York: Garland Science.
Berg, J. M., Tymoczko, J. L., & Gatto, G. J. (2018). Sifat-sifat Kinetik Enzim dan
Metabolisme. Dalam Sintesis ATP melalui respirasi aerobik. Biochemistry
(Edisi Ke-8). W. H. Freeman and Company.
Berg, J.M., Tymoczko, J.L., & Gatto, G.J. (2021). Sintesis dan Pemecahan
Polisakarida. Dalam: Stryer, L., editor. Biochemistry. 8th edition. New
York: W. H. Freeman.
Hügler, M., & Sievert, S. M. (2021). On the evolution of chemolithotrophy in the
marine nitrogen cycle. Frontiers in microbiology, 11, 617371.
Liu, L., Yao, Z., Zhang, G., & Zheng, S. (2020). Roles of facultative anaerobic
bacteria in complex organic matter degradation and fermentation in the
digestive system of herbivorous animals. Journal of Animal Science and
Biotechnology, 11(1), 1-11.
Lodish, H., Berk, A., Zipursky, S.L., Matsudaira, P., Baltimore, D., & Darnell, J.
(2018). Respirasi dan Metabolisme Karbohidrat. Dalam: Molecular Cell
Biology. 4th edition. New York: W. H. Freeman.
Madigan, M. T., Martinko, J. M., Bender, K. S., Buckley, D. H., & Stahl, D. A.
(2018). Brock Biology of Microorganisms (15th ed.). Pearson.
Nelson, D.L., Cox, M.M. (2017). Glukosa dapat Mengalami Glikolisis atau
Jalur Alternatif. Dalam Lehninger Principles of Biochemistry (7th ed.).
W.H. Freeman and Company.
Sengupta, A., & Prakash, O. (2021). Bacterial respiratory electron transport chains:
diversity, biogenesis, and regulation. International microbiology, 24(2), 161-
176.
Skennerton, C. T., Ward, L. M., Michel, A., Metcalfe, K., Valiente, C., Mullin, S.,
... & Tyson, G. W. (2017). Genomic reconstruction of an uncultured
hydrothermal vent gammaproteobacterial methanotroph (family
Methylothermaceae) indicates multiple adaptations to oxygen limitation.
Environmental microbiology, 19(1), 383-396.
Zecchin, S., Mueller, R. S., Seifert, J., Stingl, U., Anantharaman, K., & von Bergen,
M. (2019). Polysaccharide utilization by microbial communities in sediments
of an Amazonian floodplain as detected by metagenomics. Microbiome, 7(1),
1-15.
Zheng, D., Constantinidou, C., Hobman, J. L., & Minchin, S. D. (2020).
Identification of the CRP regulon using in vitro and in vivo transcriptional
profiling. Nucleic Acids Research, 48(2), 663-674.
LAMPIRAN

Sumber: Doc. Pribadi, Sumber: Doc. Pribadi, Sumber: Doc. Pribadi,


2023 2023 2023

Sumber: Doc. Pribadi,


2023 Sumber: Doc. Pribadi, Sumber: Doc. Pribadi,
2023 2023

Sumber: Doc. Pribadi, Sumber: Doc. Pribadi, Sumber: Doc. Pribadi,


2023 2023 2023

You might also like