Professional Documents
Culture Documents
Makalah Hukum Perikatan KLMPK
Makalah Hukum Perikatan KLMPK
HUKUM PERIKATAN
HUKUM
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Zahra Amalia Maimanah 11000217410006
Cornella Olivia Rumbay 11000217410009
Mega Prawesthie 11000217410011
Ruci Pebriyani 11000217410027
Qiroatul Anis Ummami 11000217410017
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
pelanggarnya.
yang terdapat dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merupakan
hukum yang bersifat khusus dalam melakukan perjanjian dan perbuatan hukum
yang bersifat ekonomis atau perbuatan hukum yang dapat dinilai dari harta
dibuat secara sah yaitu berdasarkan syarat sahnya perjanjian, berlaku sebagai
mengikat mereka yang tersangkut bagi yang membuatnya, mempunyai hak yang
oleh perjanjian itu diberikan kepadanya dan kewajiban melakukan hal-hal yang
oleh perjanjian itu diberikan kepdanya dan berkewajiban melakukan hal-hal yang
memenuhhi syarat yang ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata (tentang syarat
sahnya perjanjian).
dengan istilah prestasi. Namun dalam perjanjian adakalanya salah satu pihak tidak
melakukan kewajiban dengan baik atau tidak memperoleh haknya, hal ini disebut
juga oleh hukum, walaupun akibat itu memang tidak dikehendaki oleh yang
hubungan antara kedua hal tersebut diatas dengan judul Makalah “ Hubungan
B. RUMUSAN MASALAH
hukum?
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Perjanjian
karenanya sekiranya harus ada dua pihak yang yang setuju untuk melakukan
sesuatu. Prof. Subekti menjelaskan bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa
dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling
oleh hukum dianggap sebagai suatu tugas.2 Perumusan tersebut juga didasarkan
pada Pasal 1313 KUH-Perdata yang merumuskan tentang perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
hubungan hukum mengenai harta benda dua pihak, dalam mana suatu pihak
berjanji atau dianggap berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, sedang pihak lain
berhak menuntut pelaksanaan janji itu.3 Dari peristiwa ini muncullah suatu
1
R. Subekti, 2001, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa, hal. 1.
2
Munir Fuady I, 2007, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung: Citra Aditya Bakti,
hal. 4.
3
Wirjono Pradjodikoro, 1973, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung Sumur Bandung, hal. 19.
Menurut Prof. Subekti, perikatan merupakan suatu hubungan hukum
antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak
menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk
terjadi antara debitur dan kreditur yang terletak dalam bidang harta kekayaan. 5
Dari perikatan itu timbullah sebab akibat yang mana satu pihak berkewajiban
untuk memenuhi suatu pretasi dan pihak lain berhak untuk menuntut atas prestasi
dapat berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
2. Asas-Asas Perjanjian
a. Asas Konsensusalisme
sepakat. Berdasarkan asas ini, maka suatu perjanjian dan/atau perikatan sudah
dilahirkan sejak tercapainya kata sepakat diantara para pihak yang membuat
perjanjian tersebut. Hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1320
perjanjian. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada
adalah bahwa jika suatu kontrak dibuat, maka dia telah sah dan mengikat
4
Ibid., hal. 29.
5
Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perikatan,Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 78.
secara penuh, tanpa memerlukan persyaratan lain, seperti persyaratan tertulis,
asas ini adalah tidak diperlukan lagi adanya formalitas atau perbuatan lain
Asas kebebasan berkontrak ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1)
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Hal ini berarti bahwa orang
itu dibuat secara sah dan beritikad baik serta tidak melanggar ketertiban umum
akan dibuat.
6
Munir Fuady II, 2007, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, hal. 50.
7
Farns Satriyo Wicaksono, 2008, Panduan Lengkap Membuat Surat-Surat Kontrak, Jakarta: Visimedia,
hal. 3.
Dari ruang lingkup tersebut dapat dipahami secara seksama bahwa
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat
oleh para pihak, mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi
konrak dan/atau perjanjian yang dibuat oleh para pihak. 8 Pacta sunt servanda
diakui sebagai suatu aturan yang menetapkan bahwa semua perjanjian yang
penataannya.9
atau itikat adalah kepercayaan, keyakinan yang teguh, maksud, kemauan yang
baik.10 Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH-Perdata, bahwa :
8
Salim I, 2010, Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 10.
9
Herlien Budiono, 2008, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya dibidang Kenotariatan,
Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 31.
10
Tim Penyusun Kamus, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 708.
mengindahkan norma-norma kepatutan dan keadilan. Ridwan Khairandy
yaitu :
yang digunakan dalam itikad baik obyektif adalah standar yang mengacu
pada suatu norma obyektif. Perilaku para pihak dalam kontrak harus diuji
yang beritikad baik atau pembeli barang yang beritikad baik sebagai lawan
menjual motor tanpa surat dengan harga yang sangat murah, Si A menolak
mengadakan perjanjian kecuali untuk dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat
dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH-Perdata, Pasal 1315 KUH-Perdata
berbunyi “Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama
sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya
11
Ridwan Khairandy, 2003, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Jakarta: Program Pasca Sarjana
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hal. 194-195.
yaitu yang terdapat dalam Pasal 1317 dan 1318 KUH-Perdata. Salim
syarat yang ditentukan, sedangkan inti Pasal 1318 KUH-Perdata tidak hanya
kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak dari
padanya.12
syarat-syarat untuk sahnya perjanjian itu dapat dipenuhi. Suatu perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya,
agar perjanjian itu mengikat bagi pihak yang membuatnya, maka dalam perjanjian
Perdata, suatu perjanjian baru sah apabila memenuhi 4 (empat) syarat sebagai
berikut :
Syarat yang pertama dan kedua adalah merupakan syarat subyektif karena
mengadakan perjanjian itu harus setuju atau seia sekata mengenai hal-hal
12
Sudaryati, 2011, Prinsip-Prinsip Hukum Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) Pada
Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah, Jember: Program Magister Ilmu Hukum Kosentrasi Hukum Ekonomi,
hal. 37.
pokok dari perjanjian. Menurut Sudikno Mertokusumo seperti yang dikutip
oleh Salim, bahwa ada lima cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak,
yaitu dengan :
3) Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan.
undang-undang. Hal ini sangat diperlukan sebab, orang yang membuat suatu
perjanjian dan nantinya akan terikat oleh perjanjian harus mempunyai cukup
adalah orang yang telah dewasa. Ukuran dewasa menurut hukum perdata
dianggap tidak cakap atau tidak berwenang untuk membuat suatu perbuatan
hukum adalah seperti yang telah di rumuskan dalam Pasal 1330 KUH-Perdata
sebagai berikut :
13
Sudaryati, 2011, Prinsip-Prinsip Hukum Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) Pada
Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah, Jember: Program Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum
Ekonomi, hal. 25.
sebagaimana yang diataur dalam Pasal 31 UU No. 1 Tahun 1974 jo SEMA
Ketentuan tentang belum dewasa diatur dalam Pasal 330 ayat (1)
mencapai genap duapuluh satu tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin”.
batas umum kedewasaan manakala anak yang belum mencapai usia delapan
dengan apa yang telah disepakati. Hal ini berarti dalam perjanjian harus ada
suatu hal atau suatu barang yang cukup jelas, yang menjadi hak dan kewajiban
para pihak dalam perjanjian. Suatu perjanjian harus memenuhi obyek tertentu,
yang ada sekarang atau benda yang baru nanti akan ada.
Suatu sebab yang halal atau tidak terlarang adalah syarat terakhir untuk
berlakunya suatu perjanjian. Yang dimaksud dengan suatu sebab yang halal
adalah isi dan tujuan atau maksud dalam suatu perjanjian tidak bertentangan
umum, hal ini termaktub dalam Pasal 1320 ayat (4) jo Pasal 1337 KUH-
Perdata.
Di awal telah di jelaskan bahwa persyaratan yang terdiri dari suatu hal
tertentu dan suatu sebab yang terlarang disebut sebagai syarat obyektif karena
menyangkut obyek dari perjanjian. Jika syarat itu tidak terpenuhi maka
14
Salim I, 2010, Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 34.
perjanjian itu batal demi hukum, artinya dari semula perjanjian itu tidak
1. Pengertian Wanprestasi
Istilah mengenai wanprestasi ini terdapat di berbagai istilah yaitu ingkar janji,
suatu prestasi didalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus
wanprestasi atau cidera janji. Kata karena salahnya sangat penting, oleh karena
debitur tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sama sekali bukan karena
salahnya.15
adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut
pembatalan perjanjian.
Hal ini mengakibatkan apabila salah satu pihak tidak memenuhi atau
tidak melaksanakan isi perjanjian yang telah mereka sepakati atau yang telah
mereka buat maka yang telah melanggar isi perjanjian tersebut telah melakukan
perbuatan wanprestasi. Dari uraian tersebut di atas kita dapat mengetahui maksud
dari wanprestasi itu, yaitu pengertian yang mengatakan bahwa seorang dikatakan
telah ditetapkan dalam pejanjian”. Faktor waktu dalam suatu perjanjian adalah
sangat penting, karena dapat dikatakan bahwa pada umumnya dalam suatu
perjanjian kedua belah pihak menginginkan agar ketentuan perjanjian itu dapat
suatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perjanjian. Prestasi
merupakan isi dari suatu perjanjian, apabila debitur tidak memenuhi prestasi
15
Subekti, 1979, Hukum Perjanjian, Cetakan Ke-4, Pembmbing Masa, Jakarta
wanprestasi.
ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang
Pasal 1238 KUHPerdata: “Debitur dinyatakan Ialai dengan surat perintah, atau
dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri,
yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap Ialai dengan
Pasal 1243 KUHPerdata: “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak
dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang
2. Bentuk-Bentuk Wanprestasi
Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru
tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi
perjanjian, kadang-kadang tidak mudah karena sering sekali juga tidak dijanjikan
diperjanjikan.
“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri,
ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan
wanprestasi apabila sudah ada somasi (in gebreke stelling). Adapun bentuk-
1) Surat perintah.
lisan kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi. Hal ini
2) Akta
Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta Notaris
wanprestasi.
yang melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan tetapi untuk
mempermudah pembuktian dihadapan hakim apabila masalah tersebut
Dalam keadaan tertentu somasi tidak diperlukan untuk dinyatakan bahwa seorang
debitur melakukan wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam
perjanjian (fatal termijn), prestasi dalam perjanjian berupa tidak berbuat sesuatu,
merawatnya sebagai seorang bapak keluarga yang baik, sampai pada saat
penyerahan.”
Dalam hal debitur tidak memenuhi kewajiban sebagaimana mestinya dan ada
unsur kelalaian dan salah, maka ada akibat hukum yang atas tuntutan dari
KUHPerdata dan Pasal 1243 KUHPerdata, juga diatur pada Pasal 1237
KUHPerdata.
“si berhutang adalah wajib untuk memberikan ganti biaya, rugi dan bunga kepada
menyelamatkannya”.
“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan,
dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang
telah dilampaukannya”.
Pasal 1236 KUHPerdata dan Pasal 1243 KUHPerdata berupa ganti rugi dalam
arti:
berpiutang. maka sejak debitur lalai, maka resiko atas obyek perikatan menjadi
tanggungan debitur.”
Pada umumnya ganti rugi diperhitungkan dalam sejumlah uang tertentu. Dalam
ganti rugi.
Pasal 1365 B.W. (burgelijk wetboek atau KUHPerdata) yang terkenal sebagai
tiap perbuatan yang melawan hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
mengganti kerugian tersebut.
Dalam Pasal 1365 B.W. telah disebutkan “melawan hukum”, maka
Untuk dapat menjawab pertanyaan itu, maka kita harus berpaling kepada
undang. Melawan hukum adalah suatu perbuatan melanggar hak subjektif orang
paham legisme ini, artinya perbuatan melawan hukum adalah melanggar undang-
Samuel Cohen dan Max Lindenbaum. Pada suatu waktu Cohen membujuk
hukum tidak dapat diterapkan kepada pihak ketiga (Cohen) karena ia tidak
Hingga sekarang masih belum ada definisi yang positif dalam Undang-
atau mengatur perilaku bahaya, untuk memberikan tanggung jawab atas suatu
kerugian yang terbit dari interaksi sosial, dan untuk menyediakan ganti rugi
undang, tetapi juga berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain
kepatutan dalam lalu lintas masyarakat. Perbuatan melawan hukum juga dapat
tanggung jawab atas suatu kerugian yang terbit dari interaksi sosial, dan untuk
menyediakan ganti rugi terhadap korban dengan suatu gugatan yang tepat.
Menurut arrest 1919 tersebut di atas, bahwa berbuat atau tidak berbuat
sebagai berikut :
masyarakat.
b. Adanya Kesalahan
mencegah manusia yang baik untuk berbuat atau tidak berbuat. Secara
c. Adanya Kerugian
berupa :
kerugian.
BAB III
PEMBAHASAN
kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
tertulis saja. Namun sejak tahun 1919, Hoge Raad Belanda dalam perkara
sehingga perbuatan melawan hukum tidak lagi terbatas pada perbuatan yang
berikut:
undang, tetapi juga berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain
kepatutan dalam lalu lintas masyarakat. Perbuatan melawan hukum juga dapat
tanggung jawab atas suatu kerugian yang terbit dari interaksi sosial, dan untuk
menyediakan ganti rugi terhadap korban dengan suatu gugatan yang tepat.
tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah
dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang
2. Ada pihak melanggar atau tidak melaksakan isi perjanjian yang sudah
disepakati;
3. Sudah dinyatakan lalai tapi tetap juga tidak mau melaksanakan isi perjanjian.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa wanprestasi adalah
melawan hukum (genus spesific). Alasannya adalah, seorang debitur yang tidak
kreditur.
Anggapan seperti ini sekilas benar adanya namun ketika akan dituangkan
dalam bentuk gugatan tertulis, tidak boleh mencampur adukan antara keduanya
mengaburkan tujuan dari gugatan itu sendiri. Ada beberapa perbedaan yang
1. Sumbernya;
suatu subjek hukum telah wanprestasi, harus ada lebih dahulu perjanjian
KUHPerdata :
suatu perikatan; suatu pokok persoalan tertentu; suatu sebab yang tidak
terlarang.”
Wanprestasi terjadi karena debitur (yang dibebani kewajiban) tidak
orang”
unlawfull).
kesalahan perdata (law of tort) atau betindih sekaligus delik pidana dengan
yang menyatakan :
sebelum hal itu dinyatakan kepadanya secara tertulis oleh pihak kreditur”.
diperlukan somasi. Sekali timbul perbuatan melawan hukum, saat itu juga
rechtvordering.
“Pada suatu perikatan untuk memberikan barang tertentu, barang itu menjadi
diperolehnya”.
penghitungan ganti rugi harus dapat diatur berdasarkan jenis dan jumlahnya
wanprestasi (injury damage) yang dapat dituntut haruslah terinci dan jelas.
dengan ketentuan pasal 1265 KUHPerdata, tidak perlu menyebut ganti rugi
rugi didasarkan pada hitungan objektif dan konkrit yang meliputi materiil dan
moril. Dapat juga diperhitungkan jumlah ganti rugi berupa pemulihan kepada
Putusan Mahkamah Agung No. 196 K/ Sip/ 1974 tanggal 7 Oktober 1976,
Agung No. 1226 K/Sip/ 1977 tanggal 13 April 1978, menyatakan : “ Soal
besarnya ganti rugi pada hakekatnya lebih merupakan soal kelayakan dan
maka dikatakan ia melakukan “wanprestasi”. Ia alpa atau lalai atau ingkar janji.
Overmach adalah suatu keadaan atau kejadian yang tidak dapat diduga-duga
sebelum ia lalai untuk apa dan keadaan mana tidak dapat dipersalahkan
kepadanya.
berbeda, dimana akibat akibat adanya kesengajaan, sidebitur harus lebih banyak
dengan somasi.
Dari ketentuan pasal 1238 KUH Perdata dapat dikatakan bahwa debitur
diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang
sesuatu dari pihak yang lain, baik uang maupun barang, maka itu harus
KUHPerdata).
Tentang ganti rugi debitur diharuskan membayar ganti kerugian yang telah
diderita oleh kreditur. Ketentuan ini berlaku untuk semua perikatan juga
berikut:
1. Komponen kerugian
kewajibannya, atau
memberikan tersebut.
Berdasarkan pasal ini, ada dua cara penentuan titik awal penghitungan ganti
Terhadap debitur baru dapat dimintakan ganti rugi jika wanprestasi tersebut
bukan dikarenakan oleh alasan yang tergolong ke dalam force majeure, yaitu
Kecuali jika debitur beritikad jahat, di mana dalam hal ini debitur tetap
dapat dimintakan tanggung jawabnya.
debitur tersebut tidak terkena kewajiban membayar ganti rugi (Pasal 1245
KUHPerdata).
diharapkan akan terjadi atau sedianya sudah dapat diduga sejak saat
terpenuhinya kontrak itu terjadi karena adanya tindakan penipuan oleh pihak
debitur
Apabila dalam suatu kontrak ada provisi yang menentukan jumlah ganti rugi
yang harus dibayar oleh pihak debitur jika debitur tersebut wanprestasi, maka
pembayaran ganti rugi tersebut hanya sejumlah yang ditetapkan dalam
sebaliknya;
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Yogakarta, 2011.
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005
2012