You are on page 1of 7

Nama : Hasan Kamil

NPM : 2243080049

Teori Suspensi dan Mekanisme Stabilitas

A. Teori Suspensi
Menurut Farmakope Edisi VI, Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa. Pengertian suspensi menurut Ansel yaitu preparat yang mengandung partikel obat
yang terbagi secara halus, disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat
menunjukkan kelarutan yang sangat minimum. Dalam sediaan suspensi terdapat
serbuk/partikel padat yang terdispersi dalam cairan pembawa. Terdiri dari fase kontinu dan
fase luar, cairan/semisolid merupakan fase luar pembawanya.
Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau
suspensi yang direkonstitusikan dengan sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum
digunakan. Jenis produk ini umumnya campuran serbuk yang mengandung obat dan bahan
pensuspensi, dengan melarutkan dan pengocokan dalam sejumlah cairan pembawa (biasanya
air murni) sehingga menghasilkan bentuk suspensi yang cocok untuk diberikan. Faktor yang
sangat penting adalah bahwa suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk
menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin
keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Suspensi kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan
digunakan. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang homogen, maka
dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi suspensi kering biasanya terdiri
dari bahan pensuspensi pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa atau aroma, buffer dan
zat warna. Obat yang biasa dibuat dalam sediaan suspensi kering adalah obat yang tidak
stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan adanya pembawa air (sebagai
contoh obat antibiotik) sehingga lebih sering diberikan sebagai campuran kering untuk dibuat
suspensi pada waktu akan digunakan. Biasanya suspensi kering hanya digunakan untuk
pemakaian selama satu minggu dan dengan demikian maka penyimpanan dalam bentuk
cairan tidak terlalu lama. Suatu sediaan suspensi yang baik harus memenuhi kriteria tertentu.
Kriteria dari suatu sediaan suspensi yang baik adalah :
1. Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakaian yang serba sama dapat
dipertahankan dengan pengocokan sediaan.
2. Seandainya terjadi pengendapan selama penyimpanan harus dapat segera terdispersi
kembali apabila suspensi dikocok.
3. Endapan yang terbentuk tidak boleh mengeras pada dasar wadah.
4. Viskositas suspensi tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan dengan mudah dapat
dituang dari wadahnya.
5. Memberikan warna, rasa, bau serta rupa yang menarik.

kriteria suatu sediaan suspensi kering yang baik adalah :


1. Kadar air serbuk boleh melebihi batas maksimum. Selama penyimpanan serbuk harus
stabil secara fisik seperti tidak terjadi perubahan warna, bau, bentuk partikel dan stabil
secara kimia seperti tidak terjadi perubahan kadar zat aktif dan tidak terjadi perubahan pH
yang drastis.
2. Pada saat akan disuspensikan, serbuk harus cepat terdispersi secara merata di seluruh
cairan pembawa dengan hanya memerlukan sedikit pengocokan atau pengadukan.
3. Bila suspensi kering telah dibuat suspensi makan suspensi kering dapat diterima bila
memiliki kriteria dari suspensi.

Ada beberapa Faktor mengapa dibuatnya sediaan suspensi, yaitu :


1. Obat – obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan, tetapi stabil bila
dibuat dalam bentuk suspensi. Sediaan suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan
memungkinkan terapi dengan cairan.
2. Bentuk cair lebih disukai dibanding bentuk padat (tablet/kapsul), karena pemberian lebih
mudah, serta lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar, aman, dan
mudah diberikan untuk anak-anak.
3. Kerugian dari obat tertentu yang mempunyai rasa tidak enak bila diberikan dalam bentuk
larutan akan tidak terasa bila diberikan sebagai partikel yang tidak larut dalam suspensi.
Nyatanya untuk obat-obat yang tidak enak rasanya telah dikembangkan bentuk-bentuk
kimia khusus menjadi bentuk yang tidak larut dalam pemberian yang diinginkan sehingga
didapatkan sediaan obat yang rasanya enak. Sebagai contoh bentuk ester yang tidak larut
dalam air dan kloramfenicol yaitu kloramfenicol palmiat (Chloramphenicol Palmitate
Oral Suspension).

Macam-macam suspensi :
1. Suspensi oral
Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan
oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam
kategori ini.
2. Suspensi topikal
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi
yang diberi etiket sebagai “Lotio” termasuk ke dalam kategori ini.
3. Suspensi tetes telinga
Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel
halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi optalmik
Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.

Beberapa bentuk sediaan suspensi:


1. Suspensi injeksi intramuskuler (Contoh : suspensi penisilin).
2. Suspensi subkutan.
3. Suspensi tetes mata (Contoh : suspensi hidrokortison asetat).
4. Suspensi peroral (Contoh : suspensi amoksisilin).
5. Suspensi rektal (Contoh : suspensi para nitro sulfatiazol).
6. Suspensi yang digunakan sebagai reservoir obat.
7. Patch transdermal.
8. Formulasi topikal konvensional.

Kelebihan sediaan suspensi yaitu :


1. Rasanya yang lebih enak.
2. Dapat meningkatkan absorpsi (penyerapan) obat sehingga meningkatkan ketersediaan
hayati obat.
3. Banyak pasien menyukai obat dalam bentuk cair daripada tablet karena mudah untuk
ditelan.
4. Mudah diberikan untuk anak-anak.
5. Mudah diatur penyesuaian dosisnya, terutama untuk anak-anak.
Kekurangan sediaan suspensi yaitu :
1. Tidak praktis dibawah bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, Contohnya
pulveres,tablet, dan kapsul.
2. Keseragaman dan keakuratan dosis tidak dapat dibandingkan dengan sediaan tablet.
3. Efektifitas formulasi sulit dicapai karena dalam pembuatannya lebih sulit
dibandingkan tablet.
4. Terjadinya sedimentasi zat atau bahan obat yang tidak terlarut.

Bahan-bahan Tambahan/ Eksipien yang ditambahkan dalam Sediaan Suspensi


antara lain :

a. Pelarut pembawa
Pelarut atau pembawa merupakan komponen terbesar dalam sediaan suspensi.
Pelarut ini melarutkan bahan aktif dan bahan tambahan lain. Pelarut yang umum
digunakan adalah air murni. Pemilihan pelarut dalam pembuatan suspensi
tergantung sifat fisika kimia dari bahan aktif obat dan tujuan penggunaannya.
b. Larutan penyangga
Larutan penyangga atau buffering agent adalah larutan yang ditambahkan ke
suspensi untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan pH yang ekstrim pada larutan.
Contoh umum larutan penyangga dalah sitrat dan fosfat. Sitrat digunakan untuk
larutan penyangga dan menstabilkan pada kisaran pH 3-5. Sedangkan fosfat untuk
menstabilkan pada kisaran 7-8.
c. Pengawet
Pengawet ditambahkan pada larutan suspensi berair untuk menjaga larutan dari
kontaminasi mikroba. Pengawet yang umum ditambahkan adalah paraben
(metil/propil paraben), alkohol, gliserin, propilen glikol dan sorbat.
d. Antioksidan
Antioksidan ditambahkan untuk beberapa larutan suspensi untuk meningkatkan
stabilitas kimia dari bahan aktif obat yang mungkin mudah teroksidasi. Contoh dari
antioksidan Contohnya tiourea, BHT, tocopherol, asam askorbat (vitamin C), dan
natrium bisulfat.
e. Agen pembasah
Agen pembasah digunakan untuk meningkatkan aliran pelarut diantara permukaan
partikel sehingga meningkatkan homogenitas suspensi obat. Contohnya adalah
polisorbat, sorbitan dan lain-lain.
f. Agen pencegah penyabunan/ antifoaming agent
Agen Pencegah Penyabunan/ Antifoaming agent
Merupakan bahan tambahan yang mencegah adanya gelembung sabun yang
terbentuk selama pembuatan obat suspensi atau mencegah gelembung pada saat
rekonsitusi serbuk untuk suspensi. Contohnya adalah simetikon, fasfat organik,
alkohol, parafin, sterat dan glikol.
g. Antiflokulan
Antiflokulan merupakan elektrolit netral yang dapat mencegak adanya caking
suspensi. Contohnya adalah natrium atau kalium klorida, alumunium klorida dan
kalsisum
h. Agen suspensi/ suspending agent
Agen pensuspensi atau suspending agent adalah koloid hidrofilik, seperti turunan
selulosa, akasia, dan getah xanthan yang ditambahkan ke suspensi untuk
meningkatkan viskositas, menghambat aglomerasi, dan mengurangi sedimentasi.
i. Zat perasa
Perisa Contohnya peppermint, minyak lemon, butterscotch, perisa ‘tutti-frutti’, dll.,
ditambahkan ke suspensi farmasi untuk tujuan menutupi rasa.
j. Pemanis
Pemanis sering ditambahkan ke suspensi untuk mengurangi rasa tidak enak dari
obat yang larut Sebagian. Contohnya termasuk sorbitol, sirup jagung, sukrosa,
sakarin, asesulfam, dan aspartam.
k. Pewarna
Pewarna ditambahkan untuk memberikan tampilan yang lebih estetis pada produk
akhir. Pilihan pewarna biasanya terkait dengan pilihan rasa, dan pilihannya juga
terkait dengan populasi pasien, seperti kelompok usia dan wilayah geografis, dan
kebutuhan terapeutik. Contohnya, pewarna merah biasanya digunakan dengan rasa
stroberi untuk formulasi pediatrik.
l. Humektan
Humektan ditambahkan untuk memperlambat penguapan zat pembawa berair dari
bentuk sediaan selama penyimpanan dan penggunaan. Contohnya termasuk
gliserol, propilen glikol, dll.
m. Chelating agent
Chelating agent ditambahkan ke suspensi farmasi untuk melindungi bahan obat
dari katalis yang mempercepat reaksi oksidatif.

B. Mekanisme Stabilisasi Suspensi


Menurut Fitriani dkk, (2015) stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen-
komponen yang terdapat dalam formulasi tersebut, salah satunya adalah zat pensuspensi
atau suspending agent. Oleh karena itu, untuk mendapatkan suspensi yang stabil dan baik
diperlukan penanganan dalam proses pembuatan, penyimpanan maupun pemilihan bahan
pensuspensi. Contoh suspending agent yang dapat digunakan adalah CMC Na
(Carboxymethylcellulose Natrium) dan PGS (pulvis gummosus).
Kestabilan sediaan farmasi perlu diperhatikan karena penting dalam penentuan
ketahanan sediaan selama proses penyimpanan. Salah satu aspek dari kestabilan fisika dalam
suspensi di bidang Farmasi adalah menjaga partikel agar tetap terdistribusi secara merata ke
seluruh dispersi. Dalam hal tersebut, ahli farmasi harus mampu memformulasi sediaan
suspensi yang stabil demi kenyamanan dan keamanan penggunaan. Suspensi dievaluasi
dengan mempelajari parameter yang berbeda seperti pH, volume sedimentasi,
redispersibilitas, laju aliran (F), viskositas, tingkat flokulasi, efek suhu, dan lain-lain.
Evaluasi sediaan suspensi dilakukan selama periode waktu tertentu.
Stabilitas sediaan suspensi juga diepngaruhi oleh tegangan antarmuka. Tegangan
permukaan adalah tegangan yang terjadi antarmuka dari fase gas dengan fase padat serta
antara fase gas dengan fase cair, sedangkan tegangan antarmuka adalah tegangan yang terjadi
pada permukaan antar dua fase. Contohnya, antara fase cair-fase padat, antara fase padat-fase
padat dan antara fase cair-fase cair. (Sinala, 2016).
Suspensi yang mengendap harus dapat menghasilkan endapan yang dapat terbagi rata
kembali bila dikocok, karena hal ini merupakan suatu persyaratan dari suatu suspensi.
Pengendapan itu sendiri disebabkan adanya tegangan antar permukaan zat padat dengan zat
cairnya. Bila tegangan antar permukaan zat padat ini lebih besar dari tegangan permukaan zat
cairnya, maka zat padat tersebut akan mengendap. Sebaliknya, bila tegangan antar permukaan
zat padat lebih kecil, maka zat padat tersebut akan terus ditekan ke atas sehingga
pengendapan tidak akan terjadi. Untuk memperkecil tegangan permukaan maka diperlukan
zat pensuspensi yang bekerja menurunkan tegangan permukaan. Selain tegangan permukaan,
zat yang memiliki energi bebas yang besar tidak stabil dalam bentuk suspensi. Untuk
mendapatkan suspensi yang stabil maka energi bebas tersebut harus diturunkan. Hubungan
energi bebas, tegangan permukaan dan luas permukaan dalam suatu suspensi, dijelaskan
dalam rumus :
W=ɣ. ΔA
Dimana W adalah kenaikan energi bebas permukaan (erg), ɣ adalah tegangan antar muka
(dyne/cm), dan Δ A adalah penambahan luas permukaan (cm 2). Persamaan di atas
menunjukkan bahwa untuk menstabilkan suatu suspensi maka ukuran partikel harus
diperkecil sehingga energi bebasnya juga menjadi kecil. Selain dari persamaan di atas Hukum
Stokes juga perlu dipertimbangkan yaitu :

Dimana V adalah kecepatan sedimentasi, d adalah jari-jari partikel terdispersi, ρ 1 adalah


massa jenis fase dalam, ρ 2 adalah masa jenis fase luar, g adalah percepatan gravitasi, η
adalah viskositas fase luar. Dari rumus di atas terlihat :
a. Semakin kecil ukuran partikel, maka laju pengendapan suspensi akan semakin lambat.
b. Semakin tinggi viskositas, maka kecepatan pengendapan akan semakin berkurang.
c. Selisih massa jenis yang semakin kecil menyebabkan kecepatan pengendapan juga
semakin lambat.

You might also like