You are on page 1of 1

SUMBING

Mohon maaf sebelumnya, bukan berarti mengejek atau merendahkan ciptaan Tuhan, namun tulisan ini
hanyalah sebagian dari makna kehidupan dan isi dunia. Sumbing bukanlah termasuk penyakit menular ataupun
keturunan, namun sumbing merupakan bagian dari ciptaan Tuhan yang perlu kita cermati. Sumbing dikategorikan
sebagai cacat fisik yang tidak terlalu membahayakan dalam beraktifitas sehari hari layaknya cacat fisik yang lainnya.
Penyembuhannyapun cukup dengan operasi ringan dan tidak terlalu sulit. Kalau kita cermati hampir semua
sumbing adalah terbelahnya bibir bagian atas sekitar bawah hidung, jarang sekali terjadi sumbing bibir bagian
bawah. Dengan terbelahnya bibir inilah penderita kurang jelas dalam berbicara. Boleh dikatakan bicaranya orang
sumbing hampir layaknya orang nggremeng, bindeng alias kurang jelas untuk didengarkan,dan kadang kadang orang
yang diajak bicara ikut ikutan bindeng juga dalam bicaara tentu tanpa bermaksud untuk menghina atau
mengoloknya.

Apa korelasinya dengan keseharian kita…??? Kalau kita mau mencermati dan memperhatikan orang
orang di sekeliling kita, terutama bagi yang mempunyai predikat atasan, apapun posisinya ternyata diantara
mereka ada yang layaknya penderita bibir sumbing, bicaranya nggremeng, bingseng bindeng alias tidak jelas apa
yang dimaksud, padahal dalam sebuah organisasi baik itu merupa ormas, perusahaan maupun yang lainnya
komunikasi dua arah yang baik adalah faktor penentu dari keberhasilan meraih tujuan bersama.

Memang sumbing biasanya terjadi pada bibir bagian atas, berbicara seolah olah demi kemajuan
perusahaan dan demi kesejahteraan bersama, namun setelah ditelaah secara seksama ternyata hanyalah demi
keamanan diri sendiri dan kepentingan ambisi pribadinya. Kalau atasan memberi juklak (petunjuk pelaksanaan)
sebuah tugas dengan tidak jelas, sudah tentu kita akan kebingungan dalam melaksanakannya. Ditambah lagi
deployment kita kepada bawahan berdasarkan penafsiran dari juklak yang tidak jelas maka akan semakin jauh
panggang dari api, semakin sulit kita raih apa yang menjadi tujuan baersama.

Setiap hari, setiap saat dengan mudah kita lihat dan rasakan meeting untuk membahas sesuatu. Rekan sejawat
kita adu kesumbingan dan kesombongan agar dirinya kelihatan lebih dari yang lain, padahal tidak lain dan tidak
bukan semuanya adalah gisu. Kalau tidak bicara sungkan karena punya bibir, tapi kalau bicara bingseng. Lebih baik
diam seribu bahasa daripada bicara tanpa makna. Apalagi kalau bicara mengenai evaluasi tahunan tentang
kinerja kita atau yang lazim disebut Performance Appraisal, dimana mana kita jumpai pembicaraan yang bernada
sumbang, fals, dan menggelikan, tak ubahnya dua penderita sumbing yang sedang ngrumpi dan tidak jelas
jluntrungnya.

Wahai para atasan yang sedang menderita bibir sumbing, segeralah melakukan operasi dengan
mengintrospeksi kesumbingan dan kesombongan yang mungkin tidak kamu sadari. Selama bibir atas masih
sumbing tentu bibir bawah akan susah untuk menerjemahkan. Sampaikan kebijakan, perintah, juklak, KPI dengan
jelas, benar dan terukur. Karena sesuatu yang bisa diukur akan bisa dikontrol, sesuatu yang bisa dikontrol bisa
diimprove dan dengan adanya continual improvement kita harapkan hari ini lebih baik dari hari kemarin, besuk
lebih baik dari hari ini. Kalau bibir atas sudah tidak sumbing lagi, bicaranya akan jelas dan mudah difahami sudah
barang tentu yang namanya bawahan akan bisa menerjemahkan apa yang menjadi kemauan atasan sehingga bawahan
tidak akan mengalami “salah tembak” dalam melaksanakan tugasnya serta tidak akan ada lagi perdebatan panjang
yang tidak berguna dalam acara Performance Appraisal

Mulat saliro hangrosoweni…!!!!!!


Salam inspirasi

You might also like