You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

ANTENATAL PADA PASIEN G3P2A0 DENGAN INDIKASI


PERDARAHAN ANTEPARTUM ( PLASENTA PERVIA )
DIRUANG ANGGREK 2 UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun oleh :
ANNISA PUTRI YULIA AUDINA
92022040365

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2023
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Isi
Tinjauan Teori
A. Pengertian ............................................................................................1
B. Etiologi..................................................................................................1
C. Tanda Gejala.........................................................................................2
D. Patofisiologi..........................................................................................3
E. Pathway.................................................................................................4
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................5
G. Penatalaksanaan Medis.........................................................................5
H. Penatalaksanaan Keperawatan..............................................................6
Asuhan Keperawatan.....................................................................................7
1. Pengkajian pola fungsional ..................................................................7
2. Pengkajian Head To Toe.......................................................................7
3. Diagnosa Keperawatan.........................................................................9
4. Intervensi Keperawatan........................................................................10
Daftar Pustaka................................................................................................14
A. Pengertian
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Ante natal care (ANC) adalah usaha yang dilakukan pada waktu hamil
dengan tujuan mempersiapkan ibu dalam masa hamil agar waktu
melahirkan dan sesudahnya ibu dan bayinya dalam keadaan baik.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
minggu ke 28 masa kehamilan. Perdarahan antepartum merupakan
perdarahan yang berasal dari traktus genitalia setelah usia kehamilan
24 minggu dan sebelum onset pelahiran janin.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada
kehamilan diatas 28 minggu atau lebih (Manuaba, 2014)
Perdarahan antepartum ( Antepartum Haemoragic;APH) diartikan
sebagai perdarahan yang terjadi dari traktus genetalia pada kehamilan
setelah 20 minggu. Perdarahan ini dianggap dari placenta sebelum
terbukti akibat penyebab yang lain
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu, dari traktus genetalis sebelum partus
B. ETIOLOGI
Perdarahan antepartum dapat bersumber dari :
 kelainan plasenta yaitu plasenta previa solusio plasenta atau
perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya seperti insersio
velamentosa ruptur sinus marginalis dan plasenta sirkumvalata
 bukan dari kelainan plasenta biasanya tidak begitu berbahaya
misalnya kelainan serviks dan vagina (erosio porsionis uteri, polip
serviks uteri, varises vulva, karsinoma proporsional uteri) serta
trauma
Secara pasti penyebab terjadinya placenta previa belum diketahui
dengan jelas, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko
terjadinya placenta previa (manuaba, 2010) adalah:
 multiparitas dan umur lanjut > 35 tahun

1
 efek vascularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat
perubahan atroik dan inflamatorik
 cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas
pembedahan ( SC,curretage dll)
 chorion leave persisten
 korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi
 konsepsi dan nidasi lambat
 placenta besar pada kehamilan ganda/gemelli.

C. Tanda Gejala
Manifestasi klinis pada plasenta previa :
 Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang
terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat
fatal.Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari
sebelumnya
 Pasien yang sedang dengan perdarahan plasenta previa tidak
mengeluh adanya rasa sakit
 Pada uterus tidak teraba keras dan tegang
 Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
dan tidak jarang letak bayi melintang/sungsang

Manifestasi klinis solusio plasenta :


 Perdarahan pervaginam warna kehitam-hitaman yang sedikit sekali
 tidak timbul rasa nyeri
 nyeri tegang uterus
 DJJ sulit dinilai
 Air ketuban berwarna kemerahan

2
D. Pathofisiologi
Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim belum
diketahui secara pasti. Ada teori menyebutkan bahwa vaskularisasi
desidua yang tidak memadahi yang mungkin diakibatkan oleh proses
radang atau atrofi dapat menyebabkan plasenta berimplantasi pada
segmen bawah rahim. Plasenta yang terlalu besar dapat tumbuh
melebar ke segmen bawah rahim dan menutupi ostium uteri internum
misalnya pada kehamilan ganda, eritroblastosis dan ibu yang
merokok.
Pada saat segmen bawah rahim terbentuk sekitar trisemester III
atau lebih awal tapak plasenta akan mengalami pelepasan dan
menyebabkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
akan mengalami laserasi. Selain itu, laserasi plasenta juga disebabkan
oleh serviks yang mendatar dan membuka. Hal ini menyebabkan
perdarahan pada tempat laserasi. Perdarahan akan dipermudah dan
diperbanyak oleh segmen bawah rahim dan serviks yang tidak bisa
berkontraksi secara adekuat.
Pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung secara
progresif, hal tersebut menyebabkan terjadi laserasi dan perdarahan
berulang pada plasenta previa. Pada plasenta previa totalis perdarahan
terjadi lebih awal dalam kehamilan bila dibandingankan dengan
plasenta previa parsialis ataupun plasenta letak. rendah karena
pembentukan segmen bawah rahim dimulai dari ostium uteri
internum.
Segmen bawah rahim mempunyai dinding yang tipis sehingga
mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili trofoblas yang mengakibatkan
terjadinya plasenta akreta dan inkreta. Selain itu segmen bawah rahim
dan serviks mempunyai elemen otot yang sedikit dan rapuh sehingga
dapat menyebabkan perdarahan postpartum pada plasenta previa.

3
E. Pathway

Sumber: Modifikasi dari Sukarni, I, Sudarti. 2014


4
F. Pemeriksaan Penunjang
 USG (Ultrasonografi) : Dapat mengungkapkan posisi rendah
berbaring plasenta
 Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin dan hematokrit menurun
 Pengkajian Vaginal : pengkajian ini akan mendiagnosa plasenta
previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga
kelangsungan hidup tercapai (lebih baik /3 minggu)
 Amniosentesis : jika 35-36 minggu kehamilan tercapai panduan
ultrasound pada amniosentesis untuk menaksir kematangan paru-
paru

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Sukarni. I,. Sudarti (2014), penatalaksanaan plasenta
previa yaitu:
(1) Konservatif
Dilakukan perawatan konservatif bila kehamilan kurang 37
minggu, perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam
batas normal), tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit
(dapat menempuh perjalanan dalam 1 menit). Perawatan
konservatif berupa:
(a) Istirahat
(b) Pemberian hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia
(c) Memberikan antibotik bila ada indikasi
(d) Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan
perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien
dipulangkan bila tetap tidakada perdarahan. Bila timbul perdarahan
segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
(2) Penanganan aktif
Penanganan aktif bila perdarahan banyak tanpa memandang
usia kehamilan, umur kehamilan 37 minggu atau lebih, anak mati.

5
Penanganan aktif berupa persalinan pervaginam dan persalinan per
abdominal.
Penderita di persiapkan untuk pemeriksaan dalam diatas meja
operasi. (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila
pemeriksaan dalam didapatkan:
(a) Plasenta previa margnalis,
(b) Plasenta previa letak rendah
(c) Plasenta previa lateralis atau marginalis dimana janin mati dan
serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan
tidak ada perdarahan atau hanya sedikit maka lakukan amniotomi
yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus pervaginam, bila
gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan).

H. Penatalaksanaan Keperawatan
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus
perdarahan antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin,
melakukan resusitasi secara tepat apabila diperlukan, apabila terdapat
fetal distress dan bayi sudah cukup matur untuk dilahirkan maka perlu
dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan dan memberikan
Imunoglobulin anti D pada semua ibu dengan rhesus negatif.
Penanganan ibu dengan plasenta previa simtomatik meliputi :
setelah terdiagnosis maka ibu disarankan untuk rawat inap di rumah
sakit, tersedia darah transfusi apabila dibutuhkan segera, fasilitas yang
mendukung untuk tindakan bedah sesar darurat, rencana persalianan
pada minggu ke 38 kehamilan namun apabila terdapat indikasi
sebelum waktu yang telah ditentukan maka dapat dilakukan bedah
sesar saat itu juga.

6
1. Pengkajian ( Pola Fungsi Kesehatan )
 Pola Nutrisi
Kaji makan dan minum ibu nifas agar bergizi dan tidak tarak
 Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BABdan BAK karena
kecemasan dan rasa takut kalua membuat perdarahan.
 Pola Istrahat Tidur
Pola tidur akan terganggu karena harus intenst karena terganggu
oleh kontraksi atau Gerakan janin
 Pola Personal Hygiene
Kaji perawatan diri klien
 Pertumbuhan dan Perkembangan
Pemantauan BB dan adaptasi psikologis ibu serta janin
2. Pemeriksaan Head To Toe
 Kepala
1) Rambut : Kaji rambut pasien apakah tipis atau lebat
2) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
 Telinga
1) Pemeriksaan kesimetrisan telinga
2) Cek produksi serumen, dan kemampuan mendengar
 Mata
1) Kaji konjungtiva anemis atau ananemis
2) Kaji palpasi bola mata akan terasa teraba kenyal dan
melenting, pada sekitar mata akan teraba edema atau tidak
ada
3) Kaji konjungtiva an emis, dan sclera tidak ikterik.
 Hidung
1) Periksa adanya produksi sekret, ada atau tidak pernapasan
cuping hidung
2) Periksa kesimetrisan kedua lubang hidung.
 Mulut

7
1) Periksa bibir apakah terdapat peradangan mukosa mulut,
ulserasi gusi, perdara han gusi, dan napas berbau
2) Lidah : kaji ada tidaknya terjadi perdarahan atau ada tidaknya
stomatitis
 Leher
1) Periksa ada massa atau tidak, pembengkakan atau kekakuan
leher, kulit kering, pucat, kusam.
2) Palpasi adanya pembesaran kelenjar limfe, massa atau tidak.
 Dada
1) Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan
kusmaul (cepat/dalam)
2) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
3) Perkusi : Biasanya Sonor
4) Auskultasi : Kaji suara nafas tambahan
 Jantung
1) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
2) Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2
linea dekstra sinistra
3) Perkusi : Kaji bunyi perkusi
4) Auskultasi : Kaji suara jantung
 Abdomen
1) Inspeksi :Lihat apakah ada lesi,benjolan,luka,cembung atau
cekung
2) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-
35 kali/menit
3) Palpasi : Kaji TFU pasien sesudah persalinan secara bertahap
4) Perkusi : Kaji timpani atau tidak
 Kulit dan kuku
1) Periksa turgor kulit kemudian kaji tanda tanda dehidrasi
 Ekstermitas
1) Kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah
2) Kaji dipasang alat atau tidak diekstermitas

8
3) Kaji apakah ada edema atau tidak

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan ditegakan dengan
panduan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ( lihat SDKI )
Beberapa diagnosis yang dapat di tegakan berdasarkan SDKI,
2017 adalah:
 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi
 Ansietas b. d krisis situasional
 Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar infoe=rmasi
 Resiko hipovolemia b.d perdarahan pervaginam
 Resiko Infeksi
 Gangguan ibu dan janin b.d penurunan suplai oksigen
uteroplasental

9
4. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
1 Nyeri Akut a. Tujuan umum : Setelah Manajemen Nyeri (I.08238)
Berhubungan dilakukan intervensi a) Observasi
Dengan Agen keperawatan selama waktu (1) Identifikasi lokasi,
Pencedera Fisik tertentu diharapkan tingkat karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri menurun. intensitas nyeri.
b. Kriteria hasil : (2) Identifikasi skala nyeri.
a) Pasien melaporkan (3) Identifikasi faktor yang
keluhan nyeri berkurang memperberat dan memperingan
b) Keluhan nyeri meringis nyeri.
menurun (4) Identifikasi pengetahuan
c) Pasien menunjukkan dan keyakinan tentang nyeri
sikap protektif menurun. (5) Monitor keberhasilan terapi
d) Pasien tidak tampak komplementer yang sudah
gelisah. diberikan.

b) Terapeutik
(1) Berikan tehnik
norfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(2) Fasilitasi istirahat dan tidur

c) Edukasi
(1) Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri.
(2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
(3) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
(4) Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengutangi nyeri.

d) Kolaborasi Kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu

10
2 Ansietas Tingkat ansietas Reduksi ansietas :
(D.0080) Setelah dikaukan Observasi :
tindakan keperawatan - Identifikasi saat tingkat
selama 1 x 24 jam ansietas berubah (misal
diharapkan kecemasan kondisi, waktu, stressor ).
menurun atau pasien - Identifikasi kemampuan
dapat tenang dengan mengambil keputusan
kriteriaa hasil: - Monitor tanda tanda
- Tidak ada tanda ansietas (non verbal dan
kecemasan verbal)
- Tidak ada perilaku Terapeutik :
gelisah - Ciptakan lingkungan
- Frekuensi nafas yang tenang dan tanpa
dan nadi menurun gangguan dengan
- Konsentrasi pencahayaan dan suhu
membaik ruang nyaman, jika
- Pola tidur memungkinkan
membaik. - Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
- Pahami situasi yang
membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
menyakinkan
- Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang.
Edukasi :
- Jelaskan prosedure,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan secara
faktual mengenai

11
diagnosis, pengobatan
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi\
- Latihan tehnik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas , jika perlu.
3 Risiko Infeksi Kriteria hasil untuk Pencegahan Infeksi (I.14539)
membuktikan bahwa Observasi
tingkat infeksi menurun Monitor tanda dan gejala
adalah: infeksi lokal dan sistemik

Demam menurun Terapeutik


Kemerahan menurun Batasi jumlah pengunjung
Nyeri menurun Berikan perawatan kulit pada
Bengkak menurun area edema
Kadar sel darah putih Cuci tangan sebelum dan
membaik sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi

Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
Ajarkan etika batuk
Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi

12
Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
4 Defisit Tujuan umum: setelah Edukasi Kesehatan (I.12383)
Pengetahuan dilakukan tindakan a) Observasi
keperawatan diharapkan (1) Identifikasi kesiapan dan
tingkat pengetahuan kemampuan menerima
meningkat informasi
(2) Identifikasi faktor-faktor
Kriteria hasil : yang dapat meningkatkan dan
a) perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi perilaku
meningkat hidup bersih dan sehat
b) verbalisasi minat dalam
belajar meningkat b) Terapeutik
c) kemampuan (1) Sediakan materi dan medla
menjelaskan pengetahuan pendidikan kesehatan
tentang suatu topik (2) Jadwalkan pendidikan
meningkat kesehatan sosial kesepakatan
d) kemampuan (3) Berikan kesempatan untuk
menggambarkan bertanya
pengalaman sebelumnya
yang sesuai dengan topik c) Edukasi
meningkat (1) Jekaskan faktor risiko yang
e) perilaku sesuai dengan dapat mempengaruhi kesehatan
pengetahuan meningkat (2) Ajarkan perilaku hidup
f) pertanyaan tentang bersih dan sehat
masalah yang dihadapi (3) Ajarkan strategi yang dapat
menurun digunakan untuk meningkatkan
g) persepsi yang keliru perilaku hidup bersih dan sehat
terhadap masalah menurun
h) menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat menurun
i) perilaku membaik

13
I. DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I. B. G. F. and Manuaba, I. A. C. (2012) Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. monica est. Edited by M. Ester.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, A. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:
Salemba medika
Manuaba, Ida Ba gus Gede. 2015. Ilmu Kebidanan Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta : EGC
Prawirohardjo, S. (2016) Ilmu Kebidanan. kelima. Edited by
T.Rachimhadni and G. H.Wiknjosastro. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sari, M. Y. (2016) ‘Asuhan Kebidanan Komprehensif Standart
Pelayanan Kebidanan’, AsuhanKebidanan Komprehensif Kebidanan DIII
UMP, 2016, (Universitas MuhammadiyahPurwokerto), pp. 10–82.
Putra, Ardian Gotawa. 2021. Laporan Pendahuluan kehamilan
Serotinus. Fakultas Kesehatan Universitas Galuh.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Devinisi dan Tindakan Keperawatan . Cetakan II.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Cetakan II. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Cetakan III.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

14

You might also like