You are on page 1of 24

PEDOMAN PELAYANAN ESWL

DI UNIT RAWAT JALAN

2022

i
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN.............iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar belakang.......……………………………………………….…1
B. Tujuan pedoman.....…………………………………………………2
C. Ruang lingkup pelayanan . ……………………………………….....3
D. Batasan operasional...........……………………………………….....3
E. Landasan hukum ………………………………………….3
BAB II STANDAR KETENAGAAN................................................................ 4
A. Kualifikasi sumber daya manusia ………………………………….4
B. Distribusi ketenagaan…...………………………………………......4
C. Pengaturan jaga................………………………………………......5
BAB III STANDAR FASILITAS........................................................................6
A. Denah ruangan....…………………………………………………...6
B. Standar fasilitas...…………………………………………………...6
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN........................................................10
BAB V LOGISTIK...............………………………………………………........13
BABVI KESELAMATAN PASIEN....................................................................14
A. Pengertian.........………………………………………………….....14
B. Tujuan...............………………………………………………….....14
C. Tatalaksana…....…………………………………………………....14
BAB VII KESELAMATAN KERJA....................................................................16
A. Pengertian ….......………………………………………………........16
B. Tujuan…..............…………………………………………………....16
C. Tatalaksana….......……………………………………...…………....16
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU..................................................................18
A. Pra analitik….......…………………………………………………....18
B. Analitik…............………………………………………………..…..18
C. Pasca analitik…...………………………………………………..…..18
BAB IX PENUTUP...............................................................................................19

ii
PERATURAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT ISLAM ”SUNAN KUDUS”

NOMOR : 1447.4/181/PER/RSI.SK/VIII/2022

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN ESWL

(EXTRA CORPOREAL SHOCK WAVE LITHOTRIPSY)

DI RUMAH SAKIT ISLAM ”SUNAN KUDUS”

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM ”SUNAN KUDUS”,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pelayanan kesehatan di


Rumah Sakit Islam “SUNAN KUDUS”sesuai peraturan
perundangan perlu ditetapkan panduan pelayanan ESWL
di Rumah Sakit Islam “SUNAN KUDUS” ;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka
perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Islam “SUNAN KUDUS”

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 1441 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008
tentang Rekam Medis;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
iii
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
5. Surat Keputusan Pengurus YAKIS Nomor
124/YAKIS/SK/XII/2016 tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Islam “SUNAN KUDUS” Periode 2017-
2019;
6. Rapat Direksi tanggal 2 Juli 2018 tentang pelayanan ESWL

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM


“SUNAN KUDUS” TENTANG PANDUAN PELAYANAN
ESWL DI RUMAH SAKIT ISLAM “SUNAN KUDUS”

Pasal 1

Panduan Pelayanan ESWL Sebagaimana dimaksud dalam


Diktum Kesatu sebagaimana terlampir dalam lampiran
keputusan ini.

Pasal 2

Panduan Pelayanan ESWL sebagaimana dimaksud dalam


diktum kesatu, agar digunakan sebagai acuan dalam
memberikan pelayanan di Rumah Sakit Islam ”SUNAN
KUDUS”.

Pasal 3

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan


apabila dikemudian hari terdapat kekliruan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Kudus

iv
Pada tanggal :10 Agustus2022

DIREKTUR

RUMAH SAKIT ISLAM

“SUNAN KUDUS”

Dr.AHMADSYAIFUDDIN,M.Ke

v
BAB I
PENDAHULUAN\

A. Latar belakang
Kasus-kasus dengan batu saluran kemih,seperti batu ureter, batu buli, nefrolitiasis, saat
ini makin meningkat jumlahnya, hal ini sebagai dampak dari berbagai bidang, perkembangan
industri, kepadatan penduduk dan perubahan pola hidup dalam masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut maka rumah sakit telah dilengkapi dengan fasilitas dan
peralatan dalam pengelolaan serta penatalaksanaan pasien dengan gangguan sistem
perkemihan. Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang pesat telah menghasilkan
banyak penemuan-penemuan baru baik untuk diagnostic maupun terapi. Salah satu temuan
alat yang banyak digunakan dibidang perkemihan adalah ESWL yang bisa di gunakan untuk
mengeluarakan batu saluran kemih dengan cara memecahkannya (Lithotripsy) menggunakan
mesin di luar tubuh ( Extracorpreal ) mesin tersebut menghasilkan energy berupa gelombang
kejut (Shockwave) yang di arahkan langsung ke lokasi batu. Keberhasilan pemeriksaan ini
tidak lepas dari persiapan yang harus dilakukan, baik persiapan pasien maupun persiapan
alat /obat yang akan dipakai tidak lepas dari tugas dan tanggung jawab petugas. Agar petugas
dapat melaksanakan peran, tugas dan fungsinya dengan baik, diperlukan petunjuk teknis
sebagai pedoman kerja bagi petugas yang bekerja di unit ESWL.
Sehubungan dengan uraian tersebut, telah disusun Panduan pelayanan
ESWL.Penyusunan panduan tersebut sangat penting dalam upaya pencegahan/menghindari
terjadinya infeksi dan penyulit dalam pelaksanaan pelayanan/tindakan ESWL, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan ESWL di Rumah Sakit Islam Sunan kudus.
Penerapan pedoman kerja tersebut harus dipantau dan dinilai secara teratur dan
berkesinambungan dan bila perlu dilakukan penyempurnaan, dengan demikian kualitas
pelayanan ESWL dapat dijamin.
Pelayanan ESWL adalah pelayanan di rumah sakit Islam “SUNAN KUDUS”dengan tindakan
untuk melakukan mengeluarakan batu saluran kemih dengan cara memecahkannya
( Lithotripsy ) menggunakan mesin di luar tubuh ( Extracorpreal ) mesin tersebut
menghasilkan energy berupa gelombang kejut ( Shockwave ) yang di arahkan langsung ke
lokasi batu. Kesuksesan dari ESWL sangat di pengaruhi oleh banyaknya banyaknya

1
factor.Tidak semua jenis batu dapat di hancurkan dengan metode ini, ukuran, lokasi batun,
anatomi ginjal dan kondisi kesehatan pasien juga mempengaruhi.
I. Kandidat yang baik untuk ESWL antara lain :
1. Ukuran batu antara lain 1 mm sampai 3 cm dengan gejala yang menggangu.
2. Jenis batu yang mengandung kalsium atau asam urat lebih rapuh dan mudah pecah.
3. Lokasi batu di ginjal atau ureter bagian proksimal dan medial .
4. Tidak adanya obtruksi ginjal
5. Kondsisi kesehatan pasien memenuhi syarat ( lihat kontra indikasi ESWL )
II. KONTRA INDIKASI ESWL
1. Kehamilan
2. Koagulopati ( gangguan pembekuan darah )
3. Hipertensi tak terkontrol
4. Obstruksi saluran kemih distal
5. Ginjal sudah tidak berfungsi
6. Adanya infeksi aktif
III. KOMPLIKASI ESWL
1. Steinstrasse atau pecahan batu yang tertahan di saluran kemih sehingga menyumbat
aliran kemih. Pecahan ini nantinya dapat keluar sendiri atau di butuhkan tindakan
operatiftambahan untuk mengeluarkannya
2. Hematom ( perdarahan ) ringan perirenal
3. Hematuri ( kencing berdarah ) akibat pecahan batu yang melukai saluran kemih saat
mau di keluarkan.

B. Persiapan psikologis
Pasien harus diberitau tentang tata cara menggunakan mesin ESWL (corporeal shock
wave lithotripsy), terutama dari suara yang di hasilkan dari sumber shockwavenya. Tujuannya
agar pasien tidak melakukan gerakan reflek selama penembakan. Sebelum dilakukan
penembakan pasien harus mengisi formulir atau surat pernyataan persetujuan tindakan
(informed consent ) di tandatangani oleh pasien atau keluarga dan menjelaskan pelaksanaan
administrasi. Hal ini di sesuaikan dengan masing- masing rumah sakit.

C. Tujuan Pedoman

2
Pedoman pelayanan ini dibuat agar pelayan di Rumah Sakit Islam Sunan kudus
memiliki acuan atau standar dalam melakukan pelayanan, sehingga tercapai standar mutu dan
keselamatan pasien yang diharapkan.
D. Ruang Lingkup Pelayanan
Pemeriksaan ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsi ) di Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus ini menerima pasien umum dan pasien pemakai ansuransi dan bisa rawat jalan,
rawat inap dan rujukan dari Rumah Sakit lain.
E. Batasan Operasional
Pemeriksaan ESWL di ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsi )Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus buka pada jam 18.00 sampai jam 19.30 setiap hari senin sampai hari jum’at,
karna mengikuti jam praktek dokter spesialis.

F. Landasan Hukum

Pelaksanan pelayanan ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi) Di Rumah Sakit


Islam Sunan Kudus berdasarkan pada :
1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktek Bidan.
5. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Registrasi Kesehatan.
6. Keputusan mentri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Sandart Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
7. Standra Asuhan Keperawatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
8. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 1999
9. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar asuhan Keperawatan Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2001..
10. Standar Menejemen Pelayanan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001
11. Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
2005
12. Dasar - dasar Asuhan Kebidanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005
13. Keputusan YAYASAN KESEHATAN ISLAM SUNAN KUDUS No.
018/YAKIS/RSI.SK/II/2017 tentang Pengurus Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam ‘’
SUNAN KUDUS ‘’

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Dokter Spesialis
Dokter yang mempunyai kompetensi di bidang ilmu Urologi
2. Perawat Pelaksana
 Yang telah mengikuti pelatihan tentang ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi
)
 Kualiufikasi sumber daya manusia ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi )
adalah sebagai berikut :
a) Penaggung jawab teknis / kepala instansi : dokter spesialis Urologi
b) Perawat sebagai pelaksana dan administtrasi.
c) Petugas clening servis
B. Distribusi Ketenagaan
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan ESWL, dibutuhkan berbagai jenis tenaga.
Berikut akan dibahas tentang. Jenis tenaga dan uraian tugas tim perawat ESWL
 Jenis Tenaga
1. Tim ESWL terdiri dari :
1) Dokter urologi
2) Petugas ESWL
2. Tim perawat ESWL terdiri dari : Perawat pelaksana
3. Tenaga lain terdiri dari :
a. Administrasi
b. Petugas cleaning service
 Perawat Pelaksana Unit ESWL
Perawat pelaksana unit ESWL adalah Seorang tenaga perawat profesional yang diberi
wewenang dan tanggung jawab sebagai anggota tim ESWL untuk kelancaran pelaksanaan
tindakan pelayanan ESWL serta ditugaskan dalam pengelolaan dan pemeliharaan alat
ESWL.
1. Persyaratan
a. Diutamakan sarjana muda keperawatan/lulusan DIII keperawatan
b. Mempunyai bakat, minat dan iman

4
c. Berdedikasi tinggi
d. Berkepribadian mantap/emosional stabil
e. Dapat bekerjasama dengan anggota tim
2. Tanggung jawab
Secara administratif maupun secara operasional seluruh petugas unit ESWL bertanggung
jawab kepada koordinator ruang ESWL
3. Uraian tugas
Sebelum pelaksanaan ESWL :
a. Menerima dan mencatat program pasien yang akan menjalani proses ESWL.
b. Menyiapkan ruangan prosedur ESWL agar siap pakai mencakup :
1. Kebersihan ruangan
2. Meja periksa
3. Sumber cahaya
4. Oksigen
5. Tensi meter
6. Stetoskop
7. Mengecek komponen- komponen seperti:
- Coupling cshion
- Carm
- Kabel kabel koneksi
- Control panel dan muvement
- Cek balon yang buat bantalan
c. kelangkapan dokumen Memeriksa medis, antara lain :
1. Izin tindakan ESWL atau yang biasa disebut “informed consent”
2. Hasil pemeriksaan radiologi terakhir seperti USG
3. Memeriksa persiapan fisik
4. Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan sesuai isi ceklist dengan
perawat ruangan.

C. Pengaturan Jaga
ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsi ) Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
memberikan pelayanan mulai jam 18.00 - 19.30 WIB pada sore hari saja.

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

RUANG
RUANG RUANG RUANGA
PENERIMAAN GANTI TINDAKAN
TUNGGU
BERKAS

DAN RUANG

PEMEMERIK

SAAN

B . Standar Fasilitas
1.1 Pelayanan ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi ) yang baik harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. Ruangan Terdiri Dari :
1. Lantai dinding dan langit-langit rata, warna tidak mencolok
2. Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang keras, kedap air, mudah di
bersihkan dan tidak menampung debu
b. System ventilasi
1. Ruang prosedur harus memiliki ventilasi yang baik yang dilengkapi dengan AC,
Suhu ruangan antara 18 – 22 0C
2. Kelembaban udara ± 55% - 60%
c. Sistem penerangan
Lampu penerangan ruangan menggunakan lampu neon dengan penerangan yang
cukup.

6
d. Peralatan
1. Semua peralatan yang ada di dalam ruang prosedur sebaiknya beroda dan mudah
dibersihkan
2. Untuk peralatan yang menggunakan arus listrik, petunjuk penggunaan harus
menempel pada alat tersebut, sehingga mudah digunakan.
3. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk
memusatkan arus listrik dan mencegah terjadinya bahaya. Pada setiap ujung ada
stop kontak. (sesuai dengan kebutuhan).
e. Air
Air yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung zat beracun
1.2 Standar Peralatan ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsi )
Ruang penerimaan pasien / tata usaha, yang dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut :
a. Ruang penerimaan pasien / tata usaha, yang dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut :
1. Kursi dan meja kerja
2. Alat komunikasi dan alat tulis
3. Komputer
4. Papan tulis untuk jadwal ESWL
5. Tempat sampah tertutup
b. Ruang perawat ESWL yang dilengkapi dengan :
1. Kursi dan meja tulis
2. Alat komunikasi dan alat tulis
3. Tempat sampah tertutup
c. Ruang ganti baju pasien dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet yang mempunyai
peralatan sebagai berikut :
1. Lemari pakaian
2. Locker/bila memungkinkan
3. Tempat cuci tangan dan cermin
4. Tempat sampah tertutup
5. Tempat menggantung baju

d. Ruang tunggu pasien yang mempunyai peralatan sebagai berikut :


1. Kursi

7
2. Meja
3. Tempat sampah tertutup
f. Ruang tindakan prosedur ESWL, dilengkapi dengan :
1. Oksigen dan selang oksigen
2. Spuit injeksi berbagai ukuran
3. Set infuse dan standar infuse
4. Intra vena kateter
5. Sarung tangan
6. Plester
7. Kassa
8. Gunting perban
9. Masker
10. Tempat sampah
11. Tisue
12. Jelly
13. Tensi meter
14. Termometer
15. Stetoskop
g. Obat-obatan dan cairan
1. Obat-obat premedikasi
2. Cairan infuse (sesuai kebutuhan)
3. Cairan desinfektan
1.3 Pembersihan Ruang Prosedur
Pembersihan ruang prosedur merupakan salah satu cara pemeliharaan ruang
prosedur beserta peralatannya yang bertujuan untuk mencegah infeksi silang dari atau
kepada pasien
h. Pembersihan rutin
Pembersihan rutin / harian adalah pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan
ruang prosedur agar siap pakai dengan ketentuan sebagai berikut
1. Semua permukaan peralatan harus di bersihkan dengan menggunakan desinfektan
2. Semua alat kesehatan yang digunakan untuk tindakan ESWL dibersihkan antara
lain :
- Alat bekas di tiduri pasien

8
- Kebersihaan ruangan dan lingkungan harus selalu dijaga, termasuk, lantai dan
sebagainya agar tidak licin.
i. Pembersihan sewaktu
Pembersihan sewaktu dilakukan bila ruang prosedur digunakan untuk tindakan ESWL
dengan ketentuan sebagai berikut :
- Ruang prosedur secara menyeluruh, meliputi : dinding, meja periksa
dan semua peralatan yang ada diruang prosedur.
1.4 Pembersihan Ruang Prosedur
Pembersihan ruang prosedur merupakan salah satu cara pemeliharaan ruang
prosedur beserta peralatannya yang bertujuan untuk mencegah infeksi silang dari atau
kepada pasien
1. Pembersihan rutin
Pembersihan rutin/harian adalah pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan ruang
prosedur agar siap pakai dengan ketentuan sebagai berikut
2. Semua permukaan peralatan harus di bersihkan dengan menggunakan desinfektan.

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

1. Pasien datang melakukan pendaftaran dan membawa hasil radiologi / imaging


elektromedik meliputi : CT urografi non kontras atau BNO – IVP, USG yang
sudah ada
2. Jelaskan ulang kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakun
3. Melakukan pemeriksaan tanda- tanda vital
4. Siapkan pasien untuk memakai baju khusus yang sudah di sediakan di kamar ganti
5. Nyalakan ESWL dengan menarik tuas power MCB keatas pada boks listrik
6. Tekan tombol POWER pada operating panel pada operating desk
7. Posisikan pasien sesuai dengan posisi batu yang akan ditreatment
- Untuk batu ginjal posisi pasien adalah terlentang
- Untuk batu ureterproximal adalah terlentang
- Untuk batu ureter tengah adalah terlentang
- Untuk batu ureter distal adalah tengkurap
- Untuk batu buli ( bladder ) adalah tengkurap
8. Sebelum memasang probe USG pada motorized heat, untuk memudahkan melihat
batu opak ataupun lusen pada ginjal, dapat di lakukan USG secara manual
dengan mencari terlebih dahulu dengan tangan setelah dapat di berikan marking
garis lurus dengan sepidol.
9. Pasang probe USG pada motorized hendle, kencangkan dengan menggunakan
kunci L, kemudian pasangkan pada shockwave HEAD
10. Setelah terpasang naikan posisi USG probe dengan menekan tombol, tekan
tombol probe kearah atas sampai mengenai tubuh pasien kemudian cari kearah
kanan atau kiri dengan menekan tombol meja 3 dimensi.
11. Setelah dapat posisi batu yang akan ditembak,tekan “freeze” pada USG ukuran
jarak batu tersebut dari posisi “ O “ cm garis ukur pada USG sampai mengenai
posisi letak batu pada bagian tengah dengan menekan tombol “ set“ pada USG
kemudian tarik garis lurus sampai ketengah batu tersebut, pastikan batu tersebut
berada di tengah tengah layar USG

10
12. Jarak posisi batu harus sama pada USG layar dan pada control table pasien ,
misalnya pada USG layar tertera 52 mm maka di control table pasien juga harus
52 mm , apabila tidak sama , maka dapat di naikan posisi meja dan posisi probe
13. Berikan jelly pada balon ESWL dan usahakan pasien tidak diperbolehkan
bergerak lagi.
14. Isilah balon ESWL dengan air dan usahakan sesuaikan ukuran balon dengan
tubuh pasien, apabila pasien kurus balon dapat dibesarkan dan apabila pasien
gemuk balon jangan terlalu mengembang besar karena dapat menggeser posisi
batu yang sudah fokus.
15. Tekan tombol HV On dan naikan energy level dengan menekan tombol
- Tekan continues trigger
- Tekan water circulation
16. Selama tindakan berlangsung monitor tanda – tanda vital dan keadanan pasien
17. Bila pasien kesakitan beri obat analgetik
18. Setelah selasai treatment tekan tombol continoues tringer kemudian turunkan
energy level ke posisi bawah lalu buang sisa energy dengan menekan tombol “
single tringer “ kemudian tekan HV off untuk menonaktifkan.
19. Matikan mesin ESWL dengan menekan kembali tombol “power”.
20. Setelah selesai rapikan alat dan pasien
21. Petugas memberikan edukasi ke pasien anjurkan pasien minum air putih yang
banyak,makan makanan yang tinggi serat seperti sayur-sayuran,rendah protein
dan rendah garam.
22. Perawat menjelaskan memberikan kapan control kembali

d. Pasca pelaksanaan ESWL


1. Membersihkan dan merapikan pasien yang telah selesai menjalani tindakan
ESWL
2. Mengukur dan mencatat tanda vital : tensi, nadi, pernafasan, suhu
3. Mendokumentasikan reaksi pasien selama tindakan ESWL
4. Melakukan serah terima dengan perawat ruang rawat inap apa bila pasien rawat
inap tentang :
a. Kelengkapan dokumen medik

11
b. Keadaan umum pasien
c. Obat-obatan dan resep baru
d. Membersihkan dan membereskan alat
5. Bila rawat jalan pasien di saran kan untuk ke administrasi setelah itu pulang
6. Membuat jadwal pemeriksaan ulang bila diperlukan

12
BAB V
LOGISTIK

A. Iventaris alat
Membutuhkan
1. Kursi tunggu pasien
2. Meja untuk menaruh berkas dan alat
3. Komputer
4. Alat ESWL
5. Kursi petugas
6. Kursi untuk dokter
7. Sampah tertutup
8. Timbanggan
9. Tensimeter
10. Stetoskop
11. Termometer
12. Oksigen
13. Alat komunikasi
14. Papan tulis untuk jadwal ESWL

B. Kebutuhan ATK
a. Tulis barang yang di minta pada lembar permintaan barang
b. Ditanda tanggani oleh kepala ruang
c. Barang siap diambil

13
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien / Patient Safety adalah keadaan dimana pasien bebas dari
harm atau cedera, yang dapat meliputi penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial,
penderitaan, cacat, kematian dan lainnya, yang seharusnya tidak terjadi. Di Pelyanan ESWL
Keselamatan Pasien bertarti semua standar prosedur operasional yang sudah dibuat untuk
kegiatan pelayanan ESWL harus ditaati, tidak ada kesalahan dalam pemanggilan pasien karna
harus sesuai dengan nama dan tanggal lahir, tidak ada kesalahan petugas dan tidak ada
kesalahan lokasi yang inggin di tembak hasil. Keselamatan pasien di ESWL, berarti juga
semua fasilitas yang dipakai adalah fasilitas yang aman untuk pasien. Dimulai dari standar
bangunan, dan alat - alat yang dipilih adalah alat yang menunjang mutu dan keselamatan
pasien. Keselamatan pasien ESWL juga meliputi pencegahan infeksio nosokomial yang
berhubungan dengan tindakan ESWL dengan cara mengikuti standar pengendalian infeksi
mulai dari cuci tangan dan penggunaan alat pengaman diri ( APD ).
B. Tujuan

2.1 TUJUAN UMUM :


Memenuhi standar keselamatan pasien di RSI Sunan Kudus
2.2 TUJUAN KHUSUS :
1. Menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan di RSI Sunan Kudus
2. Mengumpulkan , menganalisa , mengevaluasi data dan mengusulkan jalan keluar
pemecahan KNC, KTD dan Sentinel Event yang terjadi
3. Menganalisa resiko klinis dari suatu sistem yang diterapkan
C. TATA LAKSANA

Tata laksana keselamtan pasien di Uroflowmetry adalah sebagai berikut:

a. Mulai dengan membuat standar prosedur operasional (SPO)


b. Melakukan SPO di semua segi pelayanan ESWL
c. Mencatat dan menuliskan laporan kejadian bila terjadi kejadian yang tidak
diharapkan (KTD).
d. Kepala Instalasi bersama pihak yang terkait melakukan penyelidikan terhadap KTD,
mencari jalan keluar bila perlu merubah system sehingga lebih baik dan lebih aman untuk

14
pasien, membuat tindak lanjut dan mensosialisasikan untuk dilakukan bersama dan
mengevaluasi system yang baru tersebut.
e. Melaporkan Indikator keselamatan pasien setiap bulan dalam rapat kerja bulanan dengan
direksi yaitu :
a) Kejadian yang berhubungan dengan ketidak cocokan Indentitas pasien
b) Kejadian yang berhubungan dengan komunikasi yang efektif
c) Kejadian pasien jatuh
d) Kejadian yang berhubungan dengan standar pengendalian infeksi ( cuci tangan )
e) Melakukan semua standar pengendalian infeksi
f) Memilih peralatan yang bermutu dan aman bagi pasien

15
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomer 43 tahun 2013 Bab VIII
menyatakan bahwa Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) merupakan
bagian dari pengelolaan secara keseluruhan. Tindakan ESWL berhubungan dengan specimen
yang berasal dari manusia . Bagi petugas ESWL yang selalu kontak dengan specimen, maka
berpotensi terinfeksi kuman pathogen.
Potensi infeksi juga terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan
ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang
ketat. Petugas harus memahami keamanan, mempunyai sikap dan kemampuan untuk
melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO.
undang no 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :
a. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan
kerja.
b. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat dan selamat.
c. faktor produksi dapat dipakai dan dijalankan secara efisien.

B. Tujuan
Tujuan dari Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah supaya setiap pekerja
aman dari kecelakaan akibat kerja, termasuk aman dari paparan cairan tubuh yang infeksius
dan zat kimia lainnya.

C. Tatalaksana
1.1 Gedung
Design ruangan ESWL harus memiliki system ventilasi yang memadai dengan sirkulasi udara
yang adekuat, mempunyai alat pemadam api yang tepat, harus dibuat sedemikian rupa agar
dapat menghindari panas sejauh mungkin, dengan memakai alat pembakar gas yang terbuka
untuk menghindari bahaya kebakaran. Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan ( P3K )

16
1.2. Alat Pengaman Diri
Jenis alat pelindung yang digunakan petugas meliputi : sarung tangan, baju kerja, masker.
Sarung tangan harus selalu dipakai pada saat melakukan tindakan diperkirakan akan terjadi
kontak dengan cairan tubuh, dan benda yang terkontaminasi. Cuci tangan harus selalu
dilakukan pada saat sebelum memakai dan melepas sarung tangan. Sarung tangan harus
berbeda untuk setiap pasien. Baju kerja berupa gaun pelindung merupakan salah satu jenis
pakaian kerjawajib digunakan selama tindakan. Tujuan pemakaian gaun pelindung untuk
melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau cairan tubuh yang lain yang dapat
mencemari baju seragam. Baju harus segera diganti bila terkena kotoran, cairan tubuh yang
lain. Sepatu sandal kerja digunakan di area pemeriksaan sehingga dapat mencegah
terperciknya sampel ke kaki petugas.
1.4. Monitoring Kesehatan
Keadaaan kesehatan petugas harus memenuhi standar kesehatan yang telah ditentukan.
Untuk menjamin kesehatan para petugas dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Pemeriksaan foto toraks bagi pegawai yang bekerja dengan bahan yang diduga
mengandung bakteri tuberculosis.
2. Pemberian imunisasi
3. Pemantauan kesehatan pegawai dilakukan setiap 6 bulan sekali secara rutin.
● Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan
1. Mencegah penyebaran bahan infeksi :
- Melakukan dekontaminasi permukaan meja kerja dengan desinfektan yang sesuai setiap
habis kerja.
- Menempatkan sisa specimen dalam wadah yang tahan bocor,
2. Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata selama bekerja :
- Mencuci tangan dengan sabun/desinfektan sebelum dan sesudah bekerja.
- Menggunakan alat pelindung mata/muka jika terjadi resiko percikan bahan infeksi saat
bekerja.
3. Mencegah infeksi melalui tusukan.
- Bila terjadi luka tusukan maka setiap pekerja wajib melakukan pemeriksaan /
test Panel Hepatitis dan HIV.

17
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pra Analitik
Pra analitik adalah suatu rangkaian kegiatan sebelum specimen siap diperiksa. Cakupan
kegiatan pranalitik adalah persiapan pasien, identitas pasien dan bekas pasien
- kegiatan pra
analitik diatas sangat mempengaruhi hasil akhir suatu tes, Pengendalian mutu pre analitik
harus dimulai dari sejak persiapan pasien sampai sentrifugasi specimen.
Hal-hal yang diukur untuk melihat mutu preanalitik adalah :
1. Apakah persiapan pasien sudah benar ?
2. Apakah tempat atau lokasi sudah benar ?
B. Analitik
Kegiatan analitik dimulai dengan memastikan alat yang dipakai dalam kondisi baik
sebelum pemeriksaan dilakukan. Cara memastikan alat dalam kondisi baik adalah dengan cara
melakukan control kualitas dengan langkah sebagai berikut :
- Coupling cshion
- Carm
- Kabel kabel koneksi
- Control panel dan muvement
- Cek balon yang buat bantalan
C. Pasca Analitik
Kegiatan mutu paska analitik adalah kegiatan untuk memastikan hasil tertera dengan benar
pada formulir hasil dan diterima oleh pasien yang benar dalam waktu yang tepat. Kegiatan
mutu paska analitik termasuk didalamnya adalah :
1. Validasi tempat penembakan
2. Validasi memasukan hasil
3. Ekpertisi dokter
4. Validasi Penyerahan hasil

18
BAB IX
PENUTUP

Demikianlah Pedoman Pelayanan ini dibuat, supaya menjadi pedoman dalam


semua kegiatan pelayanan. Bila ada perubahan yang harus dilakukan
untuk tujuan Keselamatan pasien dan peningkatan mutu, maka Pedoman ini dapat
dirubah mengikuti standar yang ada dan yang diharuskan.

19

You might also like