You are on page 1of 35

LANDASAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

A. Konsep Remaja

Remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja

adalah masa dimana terjadi perubahan pada tubuh secara tiba-tiba dan banyak

memunculkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran para remaja. Pertama mereka tidak

mampu mengatasi perubahan-perubahan tersebut, dan yang kedua perubahan tersebut juga

membawa masalah. Permasalahan yang penuh dengan tantangan pada anak remaja putri

adalah yang berkaitan dengan menstruasi. Menstruasi merupakan proses fisiologis

pelepasan endometrium yang banyak terdapat pembuluh darah dan peristiwa ini terjadi

setiap satu bulan sekali. Siklus menstruasi adalah jarak antara mulainya menstruasi yang

lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (Saifuddin, 2012).

Pada saat remaja terjadi perubahan perubahan psikologis seperti emosi yang tidak

stabil sehingga dapat mempengaruhi remaja dalam menghadapi dan memecahkan masalah

yang sedang dialami. Keadaan emosi yang selalu berubahubah akan menyebabkan remaja

sulit memahami diri sendiri dan akan mendapatkan jalan yang buntu. Apabila masalah

tidak ditangani secara benar, maka akan menimbulkan stres pada remaja (Maghafiroh dkk,

2011).

Hasil penelitian yang dilakukan di Turki oleh Cakir M et al (2015) bahwa

dismenorea merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%), diikuti

ketidakteraturan siklus menstruasi (31,2%) dan panjangnya durasi menstruasi (5,3%).

Perubahan kadar hormon akibat stres atau dalam keadaan emosi yang kurang stabil juga

dapat memicu gangguan pada menstruasi. Selain itu perubahan drastis dalam porsi olahraga

dimana olahraga yang terlalu berat juga mampu menyebabkan gangguan pada fisiologi

siklus menstruasi (Asmarani, 2015).

1
B. Stress Pada Remaja

1. Pengertian Stres

Ada beberapa istilah psikologis populer yang sering dikaburkan sebagai “stres”.

Pada hakikatnya, tentunya kata ini merujuk pada sebuah kondisi seseorang yang

mengalami tuntutan emosi berlebihan dan atau waktu yang membuatnya sulit

memfungsikan secara efektif semua wilayah kehidupan. Keadaan ini dapat

mengakibatkan munculnya cukup banyak gejala, seperti depresi, kelelahan kronis, dan

mudah marah, gelisah, impotensi, dan kualitas kerja yang rendah (Richards, 2015).

Hawari (dalam Yusuf, 2014) berpendapat bahwa istilah stres tidak dapat dipisahkan

dari distress dan depresi, karena satu sama lainnya saling terkait. Stres merupakan

reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya dan apabila fungsi

organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress. Sedangkan depresi merupakan

reaksi kejiwaan terhadap stressor yang dialaminya. Dalam banyak hal manusia akan

cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman stres. Manusia

mempunyai suplai yang baik dan energi penyesuaian diri untuk dipakai dan diisi

kembali bilamana perlu.

Sarafino (2014) mendefinisikan stres adalah kondisi yang disebabkan oleh

interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara

tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis,

psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah tekanan internal maupun eksternal

serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan (an internal and eksternal pressure

and other troublesome condition in life). Ardani (2015) mendefinisikan stress

merupakan suatu keadaan tertekan baik itu secara fisik maupun psikologis.

Menurut Richard (2015) stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa

sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu merespon

peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang

2
memunculkan stres dapat saja positif (misalnya merencanakan perkawinan) atau negatif

(contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan

(stressful event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu

terhadapnya. Compas (dalam Preece, 2011) berpendapat bahwa stres adalah suatu

konsep yang mengancam dan konsep tersebut terbentuk dari perspektif lingkungan dan

pendekatan yang ditransaksikan. Baum (dalam Yusuf, 2004) mendefinisikan stres

sebagai pengalaman emosional yang negatif yang disertai dengan perubahan-perubahan

biokimia, fisik, kognitif, dan tingkah laku yang diarahkan untuk mengubah peristiwa

stres tersebut atau mengakomodasikan dampakdampaknya.

Menurut Dilawati (dalam Syahabuddin, 2015) stres adalah suatu perasaan yang

dialami apabila seseorang menerima tekanan. Tekanan atau tuntutan yang diterima

mungkin datang dalam bentuk mengekalkan jalinan perhubungan, memenuhi harapan

keluarga dan untuk pencapaian akademik. Lazarus dan Folkman (dalam Evanjeli, 2012)

yang menjelaskan stres sebagai kondisi individu yang dipengaruhi oleh lingkungan.

Kondisi stres terjadi karena ketidakseimbangan antara tekanan yang dihadapi individu

dan kemampuan untuk menghadapi tekanan tersebut. Individu membutuhkan energi

yang cukup untuk menghadapi situasi stres agar tidak mengganggu kesejahteraannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu peristiwa

atau pengalaman yang negatif sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun

membahayakan dan individu yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem

biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

2. Aspek-Aspek Stres

Pada saat seseorang mengalami stres ada dua aspek utama dari dampak yang

ditimbulkan akibat stres yang terjadi, yaitu aspek fisik dan aspek psikologis (Sarafino,

2015):

3
a. Aspek fisik

Berdampak pada menurunnya kondisi seseorang pada saat stres sehingga orang

tersebut mengalami sakit pada organ tubuhnya, seperti sakit kepala, gangguan

pencernaan.

b. Aspek psikologis

Terdiri dari gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku. Masing-

masing gejala tersebut mempengaruhi kondisi psikologis seseorang dan membuat

kondisi psikologisnya menjadi negatif, seperti menurunnya daya ingat, merasa

sedih dan menunda pekerjaan. Hal ini dipengaruhi oleh berat atau ringannya stres.

Berat atau ringannya stres yang dialami seseorang dapat dilihat dari dalam dan luar

diri mereka yang menjalani kegiatan akademik di kampus. Berdasarkan teori yang

diuraikan diatas maka dapat didimpulkan aspek- aspek stres terdiri dari aspek fisik

dan aspek psikologis, aspek-aspek tersebut dijadikan sebagai indikator alat ukur

skala sters akademik.

3. Faktor-Faktor Stres

Setiap teori yang berbeda memiliki konsepsi atau sudut pandang yang berbeda

dalam melihat penyebab dari berbagai gangguan fisik yang berkaitan dengan stres. Di

bawah ini akan dijelaskan beberapa sudut pandang tersebut.

a. Sudut pandang psikodinamik

Sudut pandang psikodinamik mendasarkan dirinya pada asumsi bahwa

gangguan tersebut muncul sebagai akibat dari emosi yang direpres. Hal-hal yang

direpres akan menentukan organ tubuh mana yang terkena penyakit. Sebagai

contoh, apabila seseorang merepres kemarahan, maka berdasarkan pandangan ini

kondisi tersebut dapat memunculkan essensial hypertension.

b. Sudut pandang biologis

4
Salah satu sudut pandang biologis adalah somatic weakness model. Model ini

memiliki asumsi bahwa hubungan antara stres dan gangguan psikofisiologis terkait

dengan lemahnya organ tubuh individu. Faktor biologis seperti misalnya genetik

ataupun penyakit yang sebelumnya pernah diderita membuat suatu organ tertentu

menjadi lebih lemah daripada organ lainnya, hingga akhirnya rentan dan mudah

mengalami kerusakan ketika individu tersebut dalam kondisi tertekan dan tidak fit .

c. Sudut pandang kognitif dan perilaku

Sudut pandang kognitif menekankan pada bagaimana individu mempersepsi

dan bereaksi terhadap ancaman dari luar. Seluruh persepsi individu dapat

menstimulasi aktivitas sistem simpatetik dan pengeluaran hormon stres. Munculnya

emosi yang negatif seperti perasaan cemas, kecewa dan sebagainya dapat membuat

sistem ini tidak berjalan dengan berjalan lancar dan pada suatu titik tertentu

akhirnya memunculkan penyakit. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa

bagaimana seseorang mengatasi kemarahannya ternyata berhubungan dengan

penyakit tekanan darah tinggi (Fausiah dan Widury, 2015). Stres bersumber dari

frustasi dan konflik yang dialami individu dapat berasal dari berbagai bidang

kehidupan manusia. Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang

biasanya dihadapi oleh individu seperti:

- Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya.

- Hambatan sosial: kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup

yang keras, perubahan tidak pasti dalam berbagai aspek kehidupan. Hal-hal

tersebut mempersempit kesempatan individu untuk meraih kehidupan yang

layak sehingga menyebabkan timbulnya frustasi pada diri seseorang.

- Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam bentuk

cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu

frustasi dan stres pada individu.

5
C. Teori Siklus Menstruasi

1. Pengertian

Menstruasi adalah darah kotor dan selaput lendir rongga rahim yang terlepas

dengan sendirinya akibat perubahan kadar hormone ekstrogen dan progesterone, yang

akan keluar dari rahim melalui liang vagina. Selaput lendir yang terlepas tersebut akan

diubah oleh zat yang terkandung didalamnya menjadi lendir. Pembuluh darah dibagian

dasarpun akan terkelupas sehingga terbuka, dan darah mengalir keluar. Kadang–

kadang karena sesuatu, selaput lendir belum sempurna menjadi lendir karena misalnya

bergumpal – gumpal. Setelah haid selesai, akan tumbuh selaput lendir baru yang akan

terus berkembang hingga mencapai tingkat ketebalan tertentu. Haid akan berlangsung

selama beberapa hari, berhenti selama beberpa minggu, dan kembali lagi seterusnya

sampai wanita mengalami menopause (Indiarti, 2015).

Siklus menstruasi yang normal adalah jika seorang wanita memiliki jarak haid

yang setiap bulannya relative tetap yaitu selama 28 hari. Jika meleset pun, perbedaan

waktunya juga tidak terlalu jauh berbeda, tetap padakisaran 20 hingga 35 hari, dihitung

dari haid pertama haid sampai bulan berikutnya. Lama haid dilihat dari darah keluar

sampai bersih, antara 2–10 hari. Darah yang keluar dalam waktu sehari belaum dapat

dikatakan sebagai haid. Namun bila telah lebih dari 10 hari, dapat dikategorikan

sebagai gangguan. Jumlah darah haid yang keluar perhari adalah 60–80 cc, atau tidak

lebih dari 5 pembalut penuh. Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan

hormon dalam tubuh, atau bisa juga karena penyakit di dalam organ reproduksi,

contohnya tumor rahim, tumor di indung telur. Selain itu gangguan haid disebabkan

juga karena faktor lainnya seperti stress, kelelahan dan penggunaan kontrasepsi

(Indiarti, 2015).

Tingkat kesuburan seorang wanita dapat dilihat dari ada tidaknya produksi sel

telur dalam tubuh. Seorang wanita dikatakan subur jika ia mampu memproduksi sel

6
telur sebulan seklai, mematangkan telur, dan mengeluarkan telur yang masih setengah

matang dari indung telur. Pematangan sel telur dan keluarnya sel telur dari indungnya

merupakan kerjasama dari otak, indung telur, dan kelenjar buntu di otak yang disebut

sebagai hipofisis. Hipofisis mengeluarkan hormone gonodopropin yangterdiri dari

hormone FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone).

Hormone FSH memiliki fungsi mempercepat pematangan telur, sedangkan LH

menyempurnakan proses pematangan telur hingga dapat mendekati permukaan indung

telur untuk dilepas. Jika tidak terjadi pembuahan dalam waktu 24 jam, sel telur ini akan

mati (Indiarti, 2015). Setiap gangguan pada hormon FSH dan LH tidak akan

menyebabkan terbentuknya sel telur. Jika demikian, hormone ekstrogen dan

progesteron juga tidak akan terbentuk sebagaimana seperti seharusnya.

Siklus haid yang tidak teratur kebanyakan terjadi akibat faktor hormonal.Seorang

wanita yang memiliki hormon ekstrogen dan progesteron secara berlebihan

memungkinkan terjadinya haid dalam waktu yang lebih cepat. Jika gangguan haid

dikarenakan oleh faktor hormonal, maka dapat dipastikan wanita tersebut mengalami

gangguan kesuburan. Dan dapat diatasi dengan suntikan untuk mempercepat

pematangan sel telur. Menstruasi merupakan siklus yang kompleks karena melibatkan

berbagai unsur panca indera, korteks serebri, hipotalamus, aksis hipofisis-ovarium, dan

organ tujuan (uterus, organ seks sekunder) (Indiarti, 2015). Menurut Eva (2016) Siklus

menstruasi dibedakan dalam 4 masa :

1) Stadium menstruasi atau desquamasi yaitu endometrium dilepas dari dinding rahim

disertai perdarahan, hanya lapisan tipis (stratum basale) yang tinggal. Ini

berlangsung 4 hari. Disebut HAID (keluar darah : potongan–potongan endometrium

dan lendir dari serviks).

2) Stadium post menstrum atau stadium regenerasi yaitu luka karena endometrium

dilepas berangsur–angsur ditutup kembali oleh selaput lendir yang baru (berasal

7
dari selepitel kelenjar–kelenjar endometrium). Pada saat kelenjar ini menebal,

endometrium kurang lebih 0,5 mm. stadium ini sudah mulai waktu stadium

menstruasi berlangsung ± 4 hari.

3) Stadium intermenstrum atau stadium poliferasi yaitu padastadium ini endometrium

tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm, kelenjarnya tumbuh lebih cepat dari jaringan lain

hingga berkelok, berlangsung dari hari ke- 5 sampai hari ke -14 dari haid hari

pertama.

4) Stadium pregmenstruum atau stadium sekresi, padastadium ini endometrium

tebalnya menetap, tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan

mengeluarkan getah, dalam endometrium sudah tertimbul glycogen dan kapur yang

kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Eva (2016) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada saat

menstruasi, antara lain :

- Perut terasa mulas, mual dan panas

- Terasa nyeri padasaat buang air kecil

- Tubuh terasa tidak fit

- Demam

- Sakit kepala dan pusing

- Keputihan

- Radang padavagina

- Gatal – gatal padakulit

- Emosi meningkat

- Nyeri dan bengkak pada payudara

8
3. Proses siklus menstruasi

Proses menstruasi mempunyai sistem yang kompleks karena terdapat beberapa

komponen penting yang terlibat, diantaranya Hipotalamus menerima ransangan dari

pancaindera melalui korteks serebri. Hipotalamus berfungsi untuk mengalirkan

ransangan menuju ke hipofisis anterior mellalui sistem portal dari system serat saraf.

Melalui system portal, peransangan pada hipofisis anterior dengan mengeluarkan

GnRH (gonadotropin releasing hormone), sehingga hipofisis mengeluarkan FSH

(follicle stimulating hormone) yang nantinya meransang folikel primer untuk

bertumbuh kembang sampai matang menjadi folikel de graaf.

Hipofisis dianggap sebagai mother of gland, yangmenerima rangsangan tunggal

dari hipotalamus. Pars anterior fungsinya menerima rangsangan melalui system fortal

satu arahdan mengeluarkan dua bentuk releasing hormon yaitu FSH (follicle

stimulating hormone) GnRH (gonadotropin releasing hormone). Ovarium, setiap

perempuan dewasa diperkirakan membawa sekitar 100.000 folikel primordial dalam

berbagai stadia. Selama kurun waktu reproduksi aktif, perempuan dapat melepaskan

ovumnya sekitar 500 buah sehingga kesempatan untuk terjadinya konsepsi adalah

selama 1.500 hari (tiga hari masa subur setelah ovulasi).

Primodial folikel ovarium akan diransang oleh FSH (follicle stimulating

hormone) sehingga mengalami perubahan pematangan menjadi folikel de graaf yang

sudah matang. Kapsul folikel yang telah matang mendekati permukaan ovarium dan

mendesak pembuluh darah di sekitarnya sehingga seolah–olah terjadi devaskularisasi.

Situasi demikian akan memudahkan pelepasan ovum pada saat ovulasi. Setelah ovulasi,

ovum dilepaskan. Segera setelah ovulasi, seolah – olah terjadi tekanan negatif di dalam

bekas folikel de graaf. Sel granulose masuk ke dalam folikel de graaf, untuk

membentuk korpus rubrum. Penurunan drastic pengeluaran ekstrogen, estradiol 17β,

menimbulkan ransangan pada nucleus paraventikular (ventromedial). Sebagai pusat

9
tonic luteinzing hormone. Fungsi tonic luteinzing hormone ini adalah mengubah korpus

rubrum menjadi korpus luteum untuk mengeluarkan dua hormone dasar yaitu hormone

ekstrigen serta progesterone. Kedua hormone ini mengubah status endometrium dari

fase poliferasi menjadi fase sekresi, sebagai persiapan untuk menerima “nidasi atau

impaltasi”, dan terjadilah proses menstruasi yaitu postmenstruasi, fase poliferasi, fase

sekresi (Hasdianah, 2017).

D. Konsep Dasar Keputihan

1. Pengertian

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu

keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003). Leukore adalah semua pengeluaran cairan

dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai

infeksi, keganasan atau tumor jinak organ reproduksi. Pengertian lebih khusus

keputihan merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia wanita dan disebabkan oleh

organisme seperti ragi yaitu candida albicans (Manuaba, 2015).

Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal (fisiologis)

dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi pada masa

menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 saat

menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan abnormal dapat terjadi

pada semua alat genitalia (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim

dan jaringan penyangga, dan pada infeksi penyakit hubungan seksual) (Manuaba,

2015).

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala keputihan

tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor patologis. Gejala

keputihan karena faktor fisiologis antara lain : a). Cairan dari vagina berwarna kuning;

b). Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal; c). Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup

10
banyak Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain : a). Cairan dari vagina

keruh dan kental; b). Warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan; c). Berbau

busuk, amis, dan terasa gatal; d). Jumlah cairan banyak (Katharini, 2017).

2. Penyebab Keputihan

Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit, sehingga

penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk mengetahui adanya suatu

penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari alat genitalia

tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi pewarnaan gram (untuk infeksi

jamur), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau

pembiakan (menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear (untuk menentukan

adanya sel ganas) (Manuaba, 2015).

Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal adalah

infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi adalah vulva,

vagina, leher rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat disebabkan oleh:

a. Bakteri (kuman)

1) Gonococcus Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual, yang

paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini menyebabkan

kencing nanah, sedangkan pada perempuan menyebabkan keputihan.

2) Chlamydia trachomatis Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak

begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit gonore.

3) Gardnerella vaginalis Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih

keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa

gatal dan panas pada vagina.

b. Jamur Candida

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan vagina.

Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat menyebabkan

11
keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis. Gejala yang timbul sangat

bervariasi, tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan yang keluar biasanya

kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti kepala susu atau susu pecah,

disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan berbau asam. Daerah vulva (bibir

genitalia) dan vagina meradang disertai maserasi, fisura, dan kadangkadang disertai

papulopustular.

Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang dilahirkan

melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena jamur tersebut

akan tertelan dan masuk kedalam usus. Dalam rongga mulut, jamur tersebut dapat

menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi pengobatan. Pada suatu saat

jamur yang tertelan tadi akan menyebar ke organ lain, termasuk ke alat kelamin dan

menimbulkan keputihan pada bayi perempuan.

c. Parasit

Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis. Infeksi akut

akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh banyaknya keluar

cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan

baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air, cairan ini tetap keluar. Keputihan

akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun vagina tampak merah, nyeri bila ditekan,

dan pedih bila kencing. Kadang–kadang terlihat bintik–bintik perdarahan seperti

buah strawberry. Bila keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi di lipat paha

dan sekitar bibir genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang

keluar biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abu–abu atau hijau muda

sampai kuning. Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing kremi.

Cacing ini biasanya menyerang anak perempuan umur 2–8 tahun. Infeksi terjadi

akibat sering bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari lubang dubur ke alat

12
genital. Keputihan akibat cacing kremi dasertai rasa gatal, sehingga anak sering

menggaruk genitalianya sampai menimbulkan luka.

d. Virus

Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex

(VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV telah terbukti dapat

meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva. Sedangkan virus herpes

simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.

Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa terbakar, nyeri, atau

rasa kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut. Pada pemeriksaan tampak

gelembung–gelembung kecil berisi vesikel (cairan), berkelompok, dengan dasar

kemerahan yang cepat pecah dan membentuk tukak yang basah. Kelenjar limfe

setempat teraba membesar dan nyeri. Pada perempuan, penyakit ini dapat disertai

keluhan nyeri sewaktu kencing, keputihan, dan radang di mulut rahim. Pencetus

berulangnya penyakit ini adalah stres, aktivitas sek, sengatan matahari, beberapa

jenis makanan, dan kelelahan.

Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2017) antara lain :

a. Benda asing dalam vagina

Benda asing di vagina akan merangsang produksi cairan yang berlebihan. Pada

anak–anak, benda asing dalam vagina berupa biji– bijian atau kotoran yang berasal

dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing dapat berupa tampon, kondom

yang tertinggal didalam akibat lepas saat melakukan senggama, cincin pesarium

yang dipasang pada penderita hernia organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya

IUD pada perempuan yang ber-KB spiral.

Cairan yang keluar mula–mula jernih dan tidak berbau. Tetapi jika terjadi luka

dan infeksi dengan jasad renik normal yang biasanya hidup di vagina, keputihan

menjadi keruh dan berbau, tergantung penyebab infeksinya.

13
b. Penyakit organ kandungan

Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan, misalnya

peradangan, tumor ataupun kanker. Tumor, misalnya papiloma, sering

menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada kanker rahim

atau kanker serviks (leher rahim), cairan yang keluar bisa banyak disertai bau busuk

dan kadang disertai darah.

c. Penyakit menahun atau kelelahan kronis

Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah berlangsung lama, perasaan

cemas, kurang gizi, usia lanjut,terlalu lama berdiri di lingkungan yang panas,

peranakan turun (prolaps uteri), dan dorongan seks tidak terpuaskan dapat juga

menimbulkan keputihan. Keputiohan juga berhubungan dengan keadaan lain seperti

penyakit kencing manis (diabetes mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang

mengandung estrogen–progesteron seperti pil KB atau memakai obat steroid jangka

panjang.

d. Gangguan keseimbangan hormon

Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan

Lactobacilli doderleins, dan proliferasi (ketebalan) sel epitel skuamosa vagina

sehingga membran mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri.

Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal–hal diatas dapat terjadi karena

dalam sel epitel vagina yang menebal banyak mengandung glikogen. Lactobacilli

doderlein yang dalam keadaan normal hidup di vagina, akan memanfaatkan

glikogen tadi selama pertumbuhannya dan hasil metabolismenya akan

menghasilkan asam laktat. Timbulnya suasana asam laktat akan menyuburkan

pertumbuhan Lactobacilli dan Corynebacteria acidogenic, tetapi mencegah

pertumbuhan bakteri lainnya. Proses diatas akan mempertahankan pH vagina yang

dalam keadaan normal memang bersifat asam, yaitu sekitar 3,5–4,5. Keluarnya

14
mucus servix (lendir leher rahim) sehingga vagina tidak terasa kering juga

dipengaruhi oleh stimulasi estrogen. Hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung

telur akan berkurang pada perempuan menjelang dan sesudah menopouse (tidak

haid). Akibatnya dinding vagina menjadi kering, produksi glikogen menurun dan

Lactobacilli menghilang. Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya suasana

asam sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul gatal. Akibat

rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering dilakukan menyebabkan terjadinya

luka–luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan keputihan. Kekurangan atau

hilangnya estrogen juga dapat diakibatkan dibuangnya kedua ovarium (indung

telur) akibat kista atau kanker, atau karena radiasi (penyinaran) indung telur yang

terserang kanker. Pada masa pubertas, remaja putri masih mengalami

ketidakseimbangan hormonal. Akibatnya mereka juga sering mengeluh keputihan

selama beberapa tahun sebelum dan sesudah menarche (haid pertama).

e. Fistel di vagina

Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina dengan

kandung kemih atau usus, bisa terjadi akibat cacat bawaan, cedera persalinan,

kanker, atau akibat penyinaran pada pengobatan kanker serviks. Kelainan ini akan

menyebabkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur feses atau air kemih.

Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya

3. Pencegahan Keputihan

Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah

keputihan patologis antara lain :

a. Menjaga kebersihan, diantaranya:

1) Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap

kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur;

15
2) Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan

lembab;

3) Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi

pada vagina;

4) Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung

deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu dapat mengganggu

pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur atau bakteri;

5) Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah depan ke

belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina;

6) Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida akibat

garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah kuku

tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.

b. Memperhatikan pakaian, diantaranya:

1) Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya segera

diganti dengan yang kering dan bersih;

2) Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu ketat

karena dapat meningkatkan kelembaban organ kewanitaan;

3) Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga dan selesai

renang karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah dan lembab;

4) Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap

kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.

c. Mengatur gaya hidup, diantaranya:

1) Menghindari seks bebas atau berganti–ganti pasangan tanpa menggunakan alat

pelindung seperti kondom;

2) Mengendalikan stres;

16
3) Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan serangan

infeksi;

4) Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi gula dan

karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan;

5) Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat membuat

kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi udara dan

meningkatkan kelembaban sekitar vagina;

6) Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik oral

(yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut sampai habis

sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan keputihan tidak

datang lagi;

7) Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke fasilitas

pelayanan kesehatan agar segera mendapatkan penanganan dan tidak

memperparah keputihan. Menurut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

mencegah keputihan antara lain :

a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan mengganti

pakaian dalam dua kali sehari.

b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan celana

dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang ke

depan.

c. Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika

terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik dari dubur ke

alat genitalia dan saluran kencing.

d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang

tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana yang

berlapis–lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan menyebabkan

17
kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan

menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celana dalam dari

bahan katun atau kaos.

e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena hal

ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur Candida,

Trichomonas, atau virus yang cukup besar.

E. Konsep Dasar Dismenore

1. Pengertian

Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang paling

umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter. Hampir semua

perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak enak di perut

bagian bawah dan biasanya juga disertai dengan mual, pusing, bahkan pingsan. Dengan

demikian istilah disminor hanya digunakan jika nyeri haid demikian hebatnya sehingga

memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau aktifitas rutinya

sehari-hari selama beberapa jam atau beberapa hari. Istilah ini juga digunakan jika

nyeri haid yang terjadi membuat perempuan tersebut tidak dapat aktifitas secara normal

dan memerlukan penanganan khusus (Anurogo, 2011).

Menstruasi seringkali muncul dengan berbagai jenis rasa nyeri. Nyeri yang

dirasakan setiap individu dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara

etimologi nyeri menstruasi (dismenore) berasal dari bahasa Yunani kuno (Greek).Kata

tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri abnormal, meno yang berarti bulan dan

rrhea yang berarti aliran atau arus. Disimpulkan bahwa dysmenorrhea atau dismenore

adalah aliran menstruasi yang sulit atau aliran menstruasi yang mengalami nyeri

(Syafni, 2018).

18
Nyeri haid merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istila disminorea

biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat. Dalam kondisi ini penderita harus

mengibati dengan analgesik atau memeriksakan diri kedokter dan mendapatkan

penanganan, peraatan yang tepat. Disminorea berat adalah nyeri haid yang disertai

mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan kadang-kadang pinsan. Jika sudah

demikian, penderita tidak boleh menganggap remeh dan harus memeriksakan diri ke

dokter. Penanganan pun akan dilakukan menyeluruh dengan memerisa kondisi

kesehatan dan latar belakang, serta riwayat penyakit pada keluarga. Bisa jadi, kondisi

nyeri tersebut dipicu oleh penyakit lain (Anurogo,2011).

Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan

sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan atau

konsultasi ke dokter, atau datang kebidan. Salah satu terjadinya dismenore karena di

temukannya perubahan kadar PGE2 dan PGF2a dalam endometrium dan darah wanita

yang menderita dismenore dengan kadar yang sangat tinggi. Efek mual, muntah,

bahkan diare akan terjadi apabila dilepaksannya jumlah prostglandin dalam darah

(Prawiroharjo, 2014).

2. Patofisiologi

Pada setiap bulannya wanita selalu mengalami menstruasi. Menstruasi terjadi

akibat adanya interaksi hormon di dalam tubuh manusia. Menurut Anurogo (2011)

interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, dan indung telur menyebabkan

lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Hormon-hormon tersebut kemudian

akan mememberikan sinyal pada telur di dalam indung telur untuk berkembang. Telur

akan dilepaskan dari indung telur menuju tuba falopi dan menuju uterus. Telur yang

tidak dibuahi oleh sperma akan menyebabkan terjadinya peluruhan pada endometrium,

luruhnya endometrium menyebabkan perdarahan pada vagina yang disebut dengan

menstruasi.

19
Pada saat masa subur terjadi peningkatan dan penurunan hormon. Peningkatan

dan penurunan hormon terjadi pada fase folikuler (pertumbuhan folikel sel telur). Pada

masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone) akan

meningkat dan merangsang sel telur untuk memproduksi hormon estrogen. Pada saat

estrogen meningkat maka kadar progesteron akan menurun. Penurunan kadar

progesteron ini diikuti dengan adanya peningkatan kadar prostaglandin pada

endometrium (Ernawati, 2017).

3. Faktor Penyebab

Dismenore primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam

jumah tinggi. Endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat, mencapai

tingkat maksimum pada wanita menstruasi di bawah pengaruh progresteron selama fase

luteal siklus menstruasi. Prostaglandin menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat

dan mampu menyempitkan pembuluh darah, mengakibatkan iskemia, disintegrasi

endometrium, perdarahan, dan nyeri. Nyeri mungkin mendahului sampai 24 jam

sebelum pengeluaran darah menstruasi, tetapi biasanya muncul bersamaan dengan

pengeluaran darah menstruasi (Syafni, 2018).

Dismenore sekunder meliputi suatu keadaan atau kelainan pelvis yang

menyebabkan rasa sakit. Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan dismenore adalah

endometriosis, adenomiosis, infeksi dan pelekatan pelvis, kongesti pelvis, stenosis

serviks, polip endometrium yang menyebabkan sumbatan aliran keluar serviks,

penyakit radang panggul, perdarahan uterus disfungsional, prolaps uterus, maladaptasi

pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), produk kontrasepsi yang tertinggal

setelah abortus spontan, abortus terapeutik atau melahirkan, kanker ovarium atau

uterus. Penyebab utama dismenore primer adalah adanya prostaglandin F2a (PGF2a)

yang dihasilkan oleh endometrium. PGF2a merupakan hormon yang diperlukan untuk

menstimulasi kontraksi uterus selama menstruasi (Prawiroharjo, 2014).

20
Penyebab dismenore dibedakan, menurut klasifikasinya, wanita lebih sering

mengalami dismenore primer, rendahnya kadar progesteron pada fase corpus luteum.

Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraksi uterus sedangkan hormon

esterogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain endometrium dalam fase sekresi

memperoduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika

kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka selain

disminorea dapat juga dijumpai efek lainya seperti nuasea (mual), muntah, diare,

flushing (respons involunter tak terkontrol dari sistem saraf yang memicu pelebaran

pembuluh kapiler kulit, dapat berubah warna kemerahan atau sensasi panas). Jelasla

bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang pending pada penderita disminore

primer (Anurogo, 2011).

4. Klasifikasi

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri perut bagian bawah yang terjadi pada saat

menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain. Nyeri tersebut terjadi

akibat adanya jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah menstruasi,

yang merangsang hiperaktivitas uterus. Dismenore primer adalah nyeri pada saat

menstruasi yang timbul tanpa ditemukan adanya kelainan patologi pada panggul.

Dismenore primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh

kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang

diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi. Dismenore seringkali disertai

dengan keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang diduga timbul karena

prostaglandin (Prawirohardjo, 2014).

Dismenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan patologis pada

organ genetalia wanita. Perawatannya termasuk konseling, obat pereda nyeri, dan

terapi hormone. Umumnya terjadi pada wanita nulipara muda tanpa gangguan pada

21
organ reproduksi (Wahyuni, 2020). Dismenore primer adalah nyeri yang banyak

dialami oleh remaja tanpa kelainan pada alat genital. Menyatakan bahwa usia 15

tahun – 25 tahun wanita akan mengalami dismenore primer dan akan menghilang

setalah usia 30 tahun (Lestari, 2013).

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologis yang dapat terjadi

selama siklus menstruasi anovulasi. Dismenorea sekunder lebih sering terjadi pada

wanita berusia lebih dari 20 tahun. Penyebab umum dismenorea sekunder adalah

endometriosis, penyakit radang organ reproduksi, penggunaan alat kontrasepsi

intrauterin (IUD), adenomiosis, fibroid (mioma), dan polip endometrium ,kista

ovarium, adhesi intra-uterine atau stenosis serviks (Wahyuni, 2020).

Dismenore dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia yang

meningkat. Disminorea sekunder berlangsung lebih lama dari pada dismonor

skunder. Dismenore sekunder adalah nyeri perut yang terjadi akibat

adanyagangguan fisik atau kondisi yang mendasari dan umumnya terjadi di

kalangan wanita berusia 40 tahun sampai 50 tahun. Gangguan fisikyang terjadi

seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis serviks, atau penyakit radang

panggul (Ernawati,2017).

5. Tanda dan Gejala Dismenore

Gejala utama adalah nyeri, dimulai pada saat wanita menstruasi. Nyeri bersifat

tajam, tumpul, siklik, atau menetap, dapat berlangsung dalam beberapa jam sampai 1

hari. Kadang-kadang, gejala-gejala tersebut dapat lebih lama dari 1 hari tapi jarang

melebihi 72 jam. Dismenore mungkin disertai oleh berbagai gejala sistemik berupa

mual, muntah,diare, kelelahan, perubahan emosional, nyeri punggung, sakit kepala,

bahkan pingsan. Setengah dari wanita yang mengalami masa haid ini amat menderita

22
ketika mengalami masa hait ini amat menderita dan amat menyakitkan

(Ernawati,2017).

Menurut Nugroho (2014), dismenore menyebabkan nyeri yang dirasakan hilang

timbul dan terjadi terus-menerus yang terasa pada perut bagian bawah. Nyeri yang

dirasakan akan terjadi sebelum dan selama menstruasi. Gejala klinis dismenore adalah

nyeri paha, nyeri punggung, muntah, dan mudah tersinggung.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dismenore

Menurut anurogo (2011), faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan dengan

nyeri disminorea yang berat :

a. Menarche sebelum usia 12 tahun akan mengalami paparan prostaglandin uterus lebih

lama.

b. Priode haid yang lama.

c. Kegemukan.

d. Aliran menstruasi yang meningkat akan menyebabkan peningkatan konsentrasi

prostaglandin yang beredar dalam darah menstruasi.

e. Stres dapat menghambat pelepasan follicle stimulating hormone dan luteinizing

hormone sehingga menganggu sekresi hormon progesteron yang menyebabkan

peningkatan prostaglandin.

f. Sindrom pramenstruasi (PMS).

g. Riwayat penyakit radang panggul.

h. Endometriosis

i. Andenomyosis

j. Endometrial carcinoma (kangker endometrium).

7. Penatalaksanaan Dismenore

Penatalaksanaan dismenore dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

- Terapi Farmakologi

23
menggunakan obat antiinflamasi non steroid atau Non Steroid Anti Inflammatory

Drug (OAINS/NSID). NSAID bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandin

sehingga kontraksi uterus dapat dikurangi. Dengan demikian nyeri juga akan

berkurang. NSAID termasuk obat penghilang rasa sakit yang umum seperti aspirin,

naproxen, ibuprofen, dan asam mefenamat (Wanyuni, 2020).

- Terapi Nonfarmakologi (Tetapi Komplenter)

Pengobatan non-farmakologis terdiri dari terapi komplementer, fisioterapi, suplemen

makanan, dan modifikasi gaya hidup (exercise), obat herbal jepang, akupunktur,

akupresur, terapi horizon, dan obat-obatan tradisional lainnya (Wahyuni, 2020).

- Terapi pembedahan

Terapi bedah yang dilakukan karena ada indikasi tertentu yang disebabkan oleh

gangguan pada organ reproduksi (Wahyuni, 2020)

E. Konsep Dasar Anemia

1. Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan dimaana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah

dari normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah 14-18gr% dan eritrosit 4,5-5jt/mm3.

Sedangkan pada wanita, hemoglobin normal adalah 12-16gr% dengan eritrosit 3,5-

4,5jt/mm3 (Aryani, 2010). Remaja putri mempunyai resiko lebih tinggi mengalami

anemia dibandingkan remaja putra. Peningkatan kebutuhan besi terutama disebabkan

kehilangan zat besi selama haid. Selain itu remaja putri lebih memperhatikan perubahan

ukuran tubuh dan penampilan fisiknya sehingga perilaku atau kebiasaan makannya

seringkali keliru, seperti membatasi asupan makan khususnya makanan hewani yang

kadangkala dianggap sebagai makanan yang mengandung lemak tinggi dan dapat

memicu terjadinya kegemukan (Dieny, 2014:42). Anemia adalah suatu kondisi ketika

tubuh kekurangan sel darah yang mengandung hemoglobin untuk menyebarkan oksigen

24
ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya akan merasa letih

dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal (Alodokter, 2016).

Anemia bukan penyakit melainkan gejala dari beberapa kondisi termasuk

didalamnya kehilangan darah yang berlebih, kerusakan sel darah merah atau penurunan

produksi sel merah. Diagnosa yang dibutuhkan dalam menilai kriteria anemia adalah

dengan hemoglobin dan hematokit. Kadar normal hemoglobin dibedakan berdasarkan

usia dan jenis kelamin serta berbeda pula pada tiap semester masa kehamilan (Dieny,

2014:41).

Tabel 1. Nilai ambang batas hemoglobin untuk anemia (Supariasa dkk, 2016:207

dalam Kemenkes RI, 2014. Barometer Gizi Indonesia).

Kelompok Umur Hemoglobin Ambang batas masalah


(g/l) kesehatan masyarakat
Balita 6 - 59 bulan 11,0 > 20%
Anak 5-11 tahun 12,0 > 20%
Anak 12 - 14 tahun 12,0 > 20%
WUS tidak hamil 15-49 tahun 12,0 > 20%
Ibu hamil 11,0 > 20%
Laki-lakia > 15 tahun 13,0 > 20%

Tabel 2. Nilai ambang batas hemoglobin untuk anemia (Supariasa dkk, 2016:207 menurut
Departemen Kesehatan 1995).
Kelompok Batas Normal
Anak balita 11 gram%
Anak usia sekolah 12 gram%
Wanita dewasa 12 gram%
Laki-laki dewasa 13 gram%
Ibu hamil 11 gram%
Ibu menyusui > 3 bualn 12 gram%

2. Patofisiologi Anemia

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt

25
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat

penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau

hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel

darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat

beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah

(Orma, 2011).

3. Faktor-faktor penyebab anemia pada remaja

Secara umum penyebab anemia terdiri atas dua faktor yakni faktor zat gizi dan non

zat gizi. Penyebab anemia lainnya berdasarkan faktor zat gizi antara lain defisiensi

protein, asam folat, vitamin B12, vitamin A, tembaga, selenium, dan lainnya.

Sedangkan penyebab anemia berdasarkan faktor non zat gizi antara lain: malabsorbsi

akibat diare , peningkatan kebutuhan zat besi yang terjadi selama masa bayi, remaja,

ibu hamil dan menyusui dan peningkatan eskresi karena pengeluaran darah

haid/menstruasi yang berlebihan (Dieny, 2014:50).

a. Status gizi penyebab anemia pada remaja

Status gizi pada remaja menyatakan suatu keadaan yang seimbang antara

konsumsi dan penyerapan zat gizi didalam tubuh. Peningkatan kebutuhan remaja

putri terhadap zat gizi mikro, terutama zat besi, digunakan untuk penggantian zat

besi yang hilang.status gizi yang baik selama masa remaja merupakan dasar untuk

kehidupan remaja yang sehat dan menyiapkan remaja putri menjadi calon ibu yang

baik (Dieny, 2014:51).

b. Lama masa haid penyebab anemia pada remaja

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung

dengan empat tahapan yaitu masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa

haid (Proverawati dan Misaroh, 2009).

26
Remaja putri lebih banyak memerlukan zat besi untuk mengganti zat besi yang

hilang saat haid. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa jumlah darah yang

hilang selama satu periode haid berkisar 20-25 cc, makah kehilangan zat besi

berkisar sebesar 12,5-15mg/bulan atau kira-kira 0,4-0,5 mg/hari dan bila ditambah

dengan kehilangan basal jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25mg/hari.

Apabila darah yang keluar selama haid sangat banyak akan terjadi anemia besi

(Dieny, 2014:51).

c. Asupan zat besi dan protein penyebab anemia pada remaja

Penyebab utama anemia besi adalah inadekuat asupan zat besi yang berasal

dari makanan. Pada umumnya remaja putri lebih banyak mengkonsumsi makanan

nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani

dan sering melakukan diet pengurangan makan karena ingin langsing, sehingga

kebutuhan zat besi tidak terpengaruhi (Dieny, 2014:52).

d. Malabsorpsi zat besi penyebab anemia pada remaja

Malabsorpsi zat besi yang dialami remaja pada saluran cerna akibat gastritis,

ulkus peptikum, diare, adanya parasit cacing tambang, dan sebagainya dapat

menyebabkan anemia (Dieny, 2014:51).

e. Penyakit infeksi penyebab anemia pada remaja

Penyakit infeksi dapat menyebabkan berbagai masalah gizi, hal ini terjadi

karena gejala yang ditimbulkan seperti muntah dan diare serta penurunan nafsu

makan memperlambat pembentukan hemoglobin dalam darah (Dieny, 2014:51).

4. Dampak Anemia

Pada umumnya anemia berdampak terhadap penurunan kualitas sumberdaya

manusia. Berikut adalah dampak anemia, yaitu: (Dieny, 2014:52).

a. Wanita

1) Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit

27
2) Menurunkan produktivitas kerja

3) Menurunkan kebugaran.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya dampak status

anemia terhadap kebugaran jasmani remaja (Dieny, 2014:52)

b. Remaja putri

1) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar

2) Menganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal

3) Menurunkan kemampuan fiisik olahragawati

4) Mengakibatkan muka pucat (Dieny, 2014:52).

5. Tanda dan Gejala Anemia

Tanda yang terlihat pada penderita anemia antara lain: wajah terlihat pucat,

kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, terlihat gelisah,

irama jantung cepat (tachcardia) dan nafsu makan berkurang. Gejala umum anemia

timbul karena iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap

penurunan hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan

hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb < 7g/dl) (Dieny, 2014:52).

Gejala yang umum dialami oleh penderita anemia antara lain (Dieny, 2014:52).

a. Lemah, letih, lesu, lelah, dan lalai (5L)


b. Pusing
c. Mata berkunang-kunang
d. Sesak nafas
e. Telinga mendenging (tinnitus)
f. Kaki terasa dingin

6. Kebutuhan gizi pada remaja

Kebutuhan zat gizi pada remaja lebih tinggi dari pada usia anak. Kebutuhan gizi

pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh

adanya pertumbuhan pesat, kematangan seksual, perubahan komosisi tubuh,

28
mineralisasi tulang, dan perubahan aktivitas fisik. Kebutuhan nutrisi yang meningkat

pada masa remaja adalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc (Aryani, 2010:21)

a. Energi

Kebutuhan energi pada individu remaja yang sedang tumbuh sulit untuk

ditentukan secara tepat. Sumber energi terutama diperoleh dari makanan yang

mengandung karbohidrat seperti beras, terigu dan hasil olahannya, umbi-umbian,

jagung, sagu, gula, dan lain-lainnya (Aryani, 2010:21).

b. Protein

Kebutuhan protein juga meningktat pada masa remaja, karena proses

pertumbuhan terjadi dengan cepat. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein lebih

besar pada remaja laki-laki, karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein

harus memenuhi 12-14% dari pemasukan energi. Bila pemasukan energi tidak

adekuat maka protein akan digunakan sebagai sumber enegi, dan ini akan

mengakibatkan malnutrisi. Makanan sumber protein hewani biologis lebih tinggi

dibandingkan sumber protein nabati, karena komposisi asam amino esensial yang

lebih baik dari segi kualitas dan kuantitas. Contoh sumber protein adalah daging

merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan), susu dan hasil olahannya,

kedelai dan hasil olahan kacang-kacangan (Aryani, 2010:21).

c. Mineral

Kebutuhan mineral terutama kalsium, zinc, dan zat besi juga meningkatkan pada

masa remaja. Kalsium penting untuk kesehatan tulang, sumber lainnya adalah ikan,

kacang-kacangan dan sayuran (Aryani, 2010: 21).

Karena ekspansi volume darah untuk mempertahankan produksi hemoglobin

selama pertumbuhan, maka kebutuhan akan zat gizi pada remaja juga meningkat.

Untuk menganti kehilangan zat besi selama mesntruasi, remaja perempuan lebih

banyak membutuhkan zat besi dibandingkan remaja laki-laki. Penyerapan zat besi

29
dapat ditingkatkan oleh vitamin C, dan sebaliknya dihambat oleh kopi, teh, makanan

tinggi serat, suplemen kalsium, dan produk susu. Makanan yang banyak

mengandung zat besi adalah hati, daging merah, daging putih, kacang-kacangan dan

sayuran hijau (Aryani, 2010;22).

Zinc dibutuhkan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama

bagi remaja laki-laki. Defisiensi zinc dapat menimbulkan resiko retardasi mental dan

hipogonadisme (Aryani, 2010:22).

d. Vitamin

Kebutuhan vitamin tiamin (thiamin), riboflavin, dan niasin (niacin) pada remaja

akan meningkat. Zat-zat tersebut diperlukan untuk membantu proses metabolisme

energi. Begitu juga dengan folat dan vitamin B12 yang penting untuk sintesis DNA

dan RNA. Tak kalah pentingnya adalah vitamin D yang dibutuhkan untuk

mendukung perrumbuhan otot. Vitamin A, C, dan E juga dibutuhkan untuk

pembentukan dan mendukung fungsi sel baru. (Aryani, 2010:23).

F. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah yang

digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan

asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan oleh

bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui tindakan logika dalam

memberi pelayanan.

30
2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai

dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan dalam proses

manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai keadaan

klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik,

dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan laboratorium.

Semua data tersebut di atas harus memberikan informasi yang saling berhubungan

dari semua sumber dan menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah actual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah. Kata

diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya mempunyai pengertian

yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa yang dialami oleh

seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan sebagai suatu masalah.

Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa

yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial yang

memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau

waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu

yang mungkin terjadi.

31
d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien dalam

perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru segera dinilai.

Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan

harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta

hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi antisipasi

dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu mengenai ekonomi,

agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana tindakan harus disetujui klien,

oleh sebab itu harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil

harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan

kondisi tindakan harus dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh bidan

dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim kesehatan lainnya

berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini

dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus

mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan kepada

klien. (Varney, 2019:1958).

32
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup nama,

umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta keluhankeluhan yang

diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang

mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan sebagai dasar

tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan

dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien. (Wahyuningsih,

2018:267).

G. Teori Evidence Based Midwifery(EBM)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaaan semata.

Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan

bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray, 1997).

33
Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian

dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang

tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti, 2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based

tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan

risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga

untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan berdasarkan

bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan obat baru yang

dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu beberapa bulan setelah

obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti memberikan efek samping

yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan

dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi kesehatan dan

kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan

bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus yang baru

berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan pada

semua tahapan penatalaksanaan pasien.

34
4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet maupun

berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs internet yang ada

dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula yang public domain.

35

You might also like