Professional Documents
Culture Documents
Cara Merencanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Di Satuan Pendidikan
Cara Merencanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Di Satuan Pendidikan
id
Kenapa Anda harus membaca tentang artikel ini, yaitu agar Anda dapat:
Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan muatan,
dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran
intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk
merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar pancasila.
Note
Sebelum kita ke bagian bagaimana merencanakan, melaksanakan dan menilai projek penguatan
profil pelajar Pancasila, ada baiknya kita mengetahui apa saja dimensi profil pelajar Pancasila di
bawah ini;
Dimensi yang pertama Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia -
Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa. la memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta
menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
Dimensi yang kedua Berkebinekaan Global - Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur,
lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain,
sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya bar yang
positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
Dimensi yang ketiga Gotong Royong - Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong-royong,
yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar
kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.
Dimensi yang keempat Mandiri - Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar
yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya.
Dimensi yang kelima Bernalar Kritis - Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif
memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai
informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya.
Dimensi yang keenam Kreatif - Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan
sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak.
Kesuksesan keberhasilan pelaksanaan P5 ini tentunya harus dibangun budaya yang baik terlebih
dahulu di satuan pendidikan dan para stakeholder, berikut ini budaya yang harus ada pada
stakeholder satuan pendidikan:
Berpikiran Terbuka
Karakteristik yang melibatkan penerimaan terhadap beragam informasi, ide, dan argumen . Open
Minded adalah kualitas positif yang harus dimiliki setiap pendidik. Ini adalah kemampuan yang
diperlukan untuk berpikir kritis dan rasional dalam pelaksanaan projek penguatan profil pelajar
Pancasila.
Jika Anda belum terbuka pikirannya terhadap ide dan perspektif yang lain, Anda akan
mengalami kesulitan untuk melihat semua faktor yang berkontribusi terhadap masalah atau
menghasilkan solusi yang efektif. Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, mampu melangkah
keluar dari zona nyaman Anda dan menganggap perspektif dan ide lain adalah penting.
Rasa bosan merupakan hal yang sangat lumrah dan manusiawi dan bisa dialami semua orang
bahkan termasuk kita yang seorang pendidik. Biasanya rasa bosan datang ketika kita hanya
melakukan hal yang sama setiap hari tanpa adanya perubahan. Dengan mempelajari hal-hal yang
baru baik fasilitator, pendidik, dan ataupun peserta didik akan termotivasi untuk melaksanakan
projek penguatan ini. Rasa bosan ini juga bisa dikurangi dengan hal-hal yang baru.
Kolaboratif
Kunci penting dalam kesuksesan pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila P5 ini
tentu adalah kerjasama yang baik. Karena projek ini sifatnya pekerjaan TIM bukan one man
show atau hanya perindividual saja. Kolaborasi adalah proses bekerja sama untuk menelurkan
gagasan atau ide dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama menuju visi bersama.
Pendidik
(Peran ini khususnya perlu diampu oleh pendidik yang menjadi Tim Fasilitator Projek)
Peserta Didik
1. Holistik
Holistik bermakna memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-
pisah. Dalam konteks perancangan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, kerangka berpikir
holistik mendorong kita untuk menelaah sebuah tema secara utuh dan melihat keterhubungan
dari berbagai hal untuk memahami sebuah isu secara mendalam.
Oleh karenanya, setiap tema proyek yang dijalankan bukan merupakan sebuah wadah tematik
yang menghimpun berbagai mata pelajaran, namun lebih kepada wadah untuk meleburkan
beragam perspektif dan konten pengetahuan secara terpadu. Di samping itu, cara pandang
holistik juga mendorong kita untuk dapat melihat koneksi yang bermakna antarkomponen dalam
pelaksanaan proyek, seperti peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, masyarakat, dan realitas
kehidupan sehari-hari.
2. Kontekstual
Prinsip berpusat pada peserta didik berkaitan dengan skema pembelajaran yang mendorong
peserta didik untuk menjadi subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara
mandiri. Pendidik diharapkan dapat mengurangi peran sebagai aktor utama kegiatan belajar
mengajar yang menjelaskan banyak materi dan memberikan banyak instruksi. Sebaliknya,
pendidik sebaiknya menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan banyak kesempatan bagi
peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas dorongan dari diri sendiri. Harapannya,
setiap kegiatan pembelajaran dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam memunculkan
inisiatif serta meningkatkan daya untuk menentukan pilihan dan memecahkan masalah yang
dihadapinya.
4. Eksploratif
Prinsip eksploratif berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang yang lebar bagi proses
inkuiri dan pengembangan diri. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tidak berada dalam
struktur intrakurikuler yang terkait dengan berbagai skema formal pengaturan mata pelajaran.
Oleh karenanya, proyek ini memiliki area eksplorasi yang luas dari segi jangkauan materi
pelajaran, alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan pembelajaran. Namun demikian,
diharapkan pada perencanaan dan pelaksanaannya, pendidik tetap dapat merancang kegiatan
proyek secara sistematis dan terstruktur agar dapat memudahkan pelaksanaannya. Prinsip
eksploratif juga diharapkan dapat mendorong peran Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
untuk menggenapkan dan menguatkan kemampuan yang sudah peserta didik dapatkan dalam
pelajaran intrakurikuler.
Ini merupakan contoh alur perencanaan sampai dengan penilaian Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila, Anda bisa menyesuaikannya sesuai dengan kondisi satuan pendidikannya masing-
masing.
Kepala satuan pendidikan menyusun tim fasilitator proiek Tim in berperan merencanakan dan
melaksanakan kegiatan projek untuk seluruh kelas.
3. Mengidentifikasi tingkat kesiapan satuan pendidikan
Kepala satuan pendidikan bersama tim fasilitator merefleksikan dan menentukan tingkat
kesiapan satuan pendidikan.
4. Merancang dimensi, tema, dan alokasi waktu projek penguatan profil pelajar Pancasila
Tim Fasilitator menentukan fokus dimensi profil pelajar Pancasila dan tema projek serta
perancangan jumlan projek beserta alokasi waktunya. (Dimensi dan tema dipilih berdasarkan
kondisi dan kebutuhan satuan pendidikan).
Tim fasilitator menyusun modul projek sesuai tingkat satuan pendidikan dengan tahapan umum:
menentukan sub-elemen (tujuan projek, mengembangkan topik, alur, dan durasi projek, serta
mengembangkan aktifitas dan asesmen projek.
Tim fasilitator projek terdiri dari sejumlah pendidik yang berperan merencanakan, menjalankan,
dan mengevaluasi proiek. Tim fasilitator dibentuk dan dikelola oleh kepala satuan pendidikan
dan koordinator projek. Jumlan tim fasilitator proiek dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan satuan pendidikan, dilinat dari:
1. Pimpinan satuan pendidikan menentukan seorang koordinator proiek, bisa dari wakil
kepala satuan pendidikan atau pendidik yang mempunyai pengalaman mengembangkan
dan mengelola projek.
2. Apabila mempunyai SDM yang cukup, koordinator sekolah dapat membentuk
koordinator di level kelas. Misalnva satu orang koordinator kelas 7, satu orang
koordinator kelas 8, dan seterusnya. Untuk pendidikan Khusus, Koordinator dapat dipilih
berdasarkan kekhususan.
3. Pimpinan satuan pendidikan bersama koordinator projek memetakan pendidik dan setiap
kelas (atau apabila SD terbatas, perwakilan dari masing-masing tase) untukmeniadi tim
fasilitator projek.
4. Koordinator mengumpulkan dan memberikan arahan kepada tim fasilitator projek untuk
merencanakan dan membuat modul projek bagi setlap kelas atau fase
Dari gambar bagan di atas, maka tahapan kesiapan satuan Pendidikan dalam menjalankan Projek
penguatan profil Pancasila (P5) dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
Tahap Awal
Satuan Pendidikan belum memiliki sistem dalam mempersiapkan dan melaksanakan project
based learning. Konsep pembelajaran berbasis projek baru diketahui pendidik. Satuan
Pendidikan menjalankan projek secara internal (tidak melibatkan pihak luar).
Tahap Berkembang
Satuan Pendidikan sudah memiliki sistem*) untuk menjalankan pembelajaran berbasis projek.
Konsep project based learning sudah dipahami sebagian pendidik. Satuan pendidikan mulai
melibatkan pihak di luar satuan pendidikan untuk membantu salah satu aktivitas projek.
Tahap Lanjutan
project based learning sudah menjadi kebiasaan satuan pendidikan. Konsep project based
learning sudah dipahami semua pendidik. Satuan pendidikan sudah menjalin kerjasama dengan
pihak mitra di luar satuan Pendidikan agar dampak projek dapat diperluas secara berkelanjutan.
sudah memiliki sistem*): satuan pendidikan memiliki evaluasi berkala, pengayaan pendidik
menyelenggarakan pembelajaran berbasis projek yang memberikan otonomi lebih besar kepada
peserta didik.
Pemilihan Dimensi
1. Tim fasilitator dan kepala satuan pendidikan menentukan dimensi profil pelajar Pancasila
yang akan menjadi fokus untuk dikembangkan pada tahun ajaran berjalan.
2. Pemilihan dimensi dapat merujuk pada visi misi satuan pendidikan atau program yang
akan dijalankan di tahun ajaran tersebut.
3. Disarankan untuk memilih 2-3 dimensi yang paling relevan untuk menjadi fokus yang
sasaran projek pada satu tahun ajaran.
4. Sebaiknya jumlah dimensi profil pelajar Pancasila yang dikembangkan dalam suatu
projek tidak terlalu banyak agar tujuan pencapaian projek jelas dan terarah.
5. Penentuan dimensi sasaran in akan dilanjutkan dengan penentuan elemen dan sub-elemen
yang sesuai dengan kondisi
6. Apabila pimpinan satuan pendidikan sudah berpengalaman menjalankan kegiatan
berbasis projek, jumlah dimensi yang dipilin dapat ditambah sesual dengan keslapan
tingkat satuan pendidikan.
Peserta didik memahami dampak aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun panjang,
terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun lingkungan sekitarnya.
Peserta didik juga membangun kesadaran untuk bersikap dan berperilaku ramah lingkungan,
mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya serta
mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan memitigasinya. Tema ini ditujukan untuk
jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.
2. Kearifan Lokal
Peserta didik membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksplorasi budaya dan
kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta perkembangannya. Peserta didik
Peserta didik mengenal dan mempromosikan budaya perdamaian dan anti kekerasan, belajar
membangun dialog penuh hormat tentang keberagaman serta nilai-nilai ajaran yang dianutnya.
Peserta didik juga mempelajari perspektif berbagai agama dan kepercayaan, secara kritis dan
reflektif menelaah berbagai stereotip negatif dan dampaknya terhadap terjadinya konflik dan
kekerasan. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan
sederajat.
Peserta didik membangun kesadaran dan keterampilan memelihara kesehatan fisik dan mental,
baik untuk dirinya maupun orang sekitarnya.
Mereka juga menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan
fisik dan mental, termasuk isu narkoba, pornografi, dan kesehatan reproduksi. Tema ini ditujukan
untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.
1. aenjang SMP/SMA dan setara: Mencari solusi untuk masalah cyber bullying yang marak
di kalangan remaja.
2. Jenjang SMPLB/SMALB: Pengembangan kemandirian dalam merawat diri dan menjaga
kesehatan
5. Suara Demokrasi
Peserta didik menggunakan kemampuan berpikir sistem, menjelaskan keterkaitan antara peran
individu terhadap kelangsungan demokrasi Pancasila.
Melalui pembelajaran ini peserta didik merefleksikan makna demokrasi dan memahami
implementasi demokrasi serta tantangannya dalam konteks yang berbeda, termasuk dalam
organisasi sekolah dan/atau dalam dunia kerja. Tema ini ditujukan untuk jenjang SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.
Contoh kontekstualisasi tema: Sistem musyawarah yang dilakukan masyarakat adat tertentu
untuk memilih kepala desa.
Peserta didik melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus kemampuan berempati untuk
berekayasa membangun produk berteknologi yang memudahkan kegiatan diri dan sekitarnya.
Peserta didik dapat membangun budaya smart society dengan menyelesaikan persoalan-
persoalan di masyarakat sekitarnya melalui inovasi dan penerapan teknologi, mensinergikan
aspek sosial dan aspek teknologi. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.
Contoh kontekstualisasi tema: Membuat desain inovatif sederhana yang menerapkan teknologi
7. Kewirausahaan
Peserta didik mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat lokal dan masalah yang ada dalam
pengembangan potensi tersebut, serta kaitannya dengan aspek lingkungan, sosial dan
kesejahteraan masyarakat.
Melalui kegiatan ini, kreativitas dan budaya kewirausahaan akan ditumbuhkembangkan. Peserta
didik juga membuka wawasan tentang peluang masa depan, peka akan kebutuhan masyarakat,
menjadi problem solver yang terampil, serta siap untuk menjadi tenaga kerja profesional penuh
integritas.
Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan sederajat. (Karena jenjang
SMK/MAK sudah memiliki mata pelajaran Projek Kreatif dan Kewirausahaan, maka= tema ini
tidak menjadi pilihan untuk jenjang SMK.)
Contoh kontekstualisasi tema: Membuat produk dengan konten lokal yang memiliki daya jual.
8. Kebekerjaan
Peserta didik menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah dipahami dengan pengalaman
nyata di keseharian dan dunia kerja.
Peserta didik membangun pemahaman terhadap ketenagakerjaan, peluang kerja, serta kesiapan
kerja untuk meningkatkan kapabilitas yang sesuai dengan keahliannya, mengacu pada kebutuhan
dunia kerja terkini.
Di dalam projeknya, peserta didik juga akan mengasah kesadaran sikap dan perilaku sesuai
dengan standar yang dibutuhkan di dunia kerja. Tema ini ditujukan sebagai tema wajib khusus
jenjang SMK/MAK.
Contoh kontekstualisasi tema:
Untuk lebih detail tema-tema yang bisa di implementasikan di satuan pendidikan Anda bisa
melihatnya di Panduan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dari PAUD/TK, SD, SMP/Mts,
SMA/MA/SMK/MAK di tautan link dibawah ini
1. Menentukan satu hari dalam seminggu untuk melaksanakan projek (misal hari Jum’at).
Seluruh jam belajar pada hari itu digunakan untuk projek.
2. Mengalokasikan waktu 1-2 jam pelajaran di akhir hari, khusus untuk mengerjakan projek. Bisa
digunakan untuk eksplorasi di sekitar satuan pendidikan sebelum peserta didik pulang.
3. Mengumpulkan dan memadatkan tema dalam satu periode waktu (misalnya 2 minggu atau 1
bulan efektif, tergantung jumlah jam tatap muka projek yang dialokasikan pada setiap
projeknya), dimana semua tenaga pendidik berkolaborasi mengajar projek setiap hari selama
durasi waktu yang ditentukan.
Di sebuah SMP, kepala satuan pendidikan dan tim fasilitator memutuskan bahwa di tahun ajaran
berjalan dimensi profil pelajar Pancasila yang aka difokuskan adalah Berkebinekaan Global,
Bergotong-Royong, dan Bernalar Kritis. Sementara tema projek pilihannya adalah Bhinneka
Tunggal Ika, Kearifan Lokal, dan Kewirausahaan. Pemilihan dimensi dan tema tersebut
berangkat dari kondisi dan kebutuhan sekolah.
Pemerintah menyediakan beragam contoh modul projek. Pada tahap awal guru diharapkan dapat
mengadaptasi modul tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah, sementara pada
tahap lanjutan guru diharapkan dapat merancangnya secara mandiri.
Mengadaptasi modul yang sudah tersedia adalah pilihan awal bagi sekolah yang belum terbiasa
melaksanakan pembelajaran berbasis projek yang integratif.
Membuat modul secara mandiri adalah pilihan lanjutan bagi sekolah yang sudah terbiasa
melaksanakan pembelajaran berbasis proiek yang integratif dan kolaboratif.
Modul projek dilengkapi dengan komponen yang menjadi dasar dalam proses penyusunannya
serta dibutuhkan untuk kelengkapan pelaksanaan pembelajaran. Modul projek setidaknya
memiliki komponen sebagai berikut:
Tujuan
1. Pemetaan dimensi, elemen, sub-elemen Profil Pelajar Pancasila yang menjadi tujuan
projek
2. Rubrik pencapaian berisi rumusan kompetensi yang sesuai dengan fase peserta didik.
Aktifitas
Asesmen
Tim fasilitator memiliki kebebasan untuk mengembangkan komponen dalam modul projek,
untuk menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan kebutuhan peserta didik. Modul dapat
diperkaya dengan menambahkan komponen berikut:
Berikut ini adalah contoh alur aktivitas modul projek tingkat SMP.
Total waktu: 57 JP
Dilakukan sebelum projek profil dimulai untuk mengukur kompetensi awal peserta didik yang
dipakai untuk menentukan kebutuhan diferensiasi, pengembangan alur dan kegiatan projek
Tahap Pengenalan: Mengenali dan membangun kesadaran peseta didik terhadap isu
pengelolaan sampah dan implikasinya terhadap perubahan iklim
Tahap Aksi: bersama-sama mewujudkan pelajaran yang mereka dapat melalui aksi nyata
1. Poster Aksi Nyata Sayangi Sekolahku: Eksplorasi program pengelolaan sampah yang
ada
2. Poster Aksi Nyata Sayangi Sekolahku: Peranku dan Solusiku
3. Poster Aksi Nyata Sayangi Sekolahku: Menentukan Karakteristik Poster yang Baik
4. Poster Aksi Nyata Sayangi Sekolahku: Membuat Poster
5. Asesmen Formatif Simulasi Pameran Poster Aksi Nyata Sayangi Sekolahku
Tahap Genapi: Menggenapi proses dengan berbagi karya, evaluasi dan refleksi
Aktivitasnya: Menyajikan pembuatan teh mans pada orang lain (orang tua atau teman yang lain)
Tahap Refleksi dan Tindak Lanjut: Menggenapi proses dengan berbagi karya, evaluasi dan
refleksi,
Hal-hal yang perlu diketahui mengenai asesmen projek penguatan Profil Pelajar Pancasila
1. Memiliki variasi bentuk asesmen (formatif dan sumatif) serta instrumen asesmen (lembar
ceklis, rubrik, catatan pengamatan, tes, dan sebagainya).
2. Penekanan pada asesmen performa/kinerja.
3. Asesmen akhir berupa rubrik dengan 4 kriteria: Mulai Berkembang, Sedang Berkembang,
Berkembang sesuai Harapan, Sangat Berkembang
4. Rumusan kompetensi yang menjadi tujuan (fase D) ditempatkan dalam kriteria
"Berkembang Sesuai Harapan".
5. Perlu diperhatikan keselarasan antara tujuan, aktivitas, dan asesmen projek.
6. Pelaporan hasil belajar terpisah dengan rapor intrakurikuler, diberikan 1 kali dalam
setahun.
1. Menentukan tujuan pembelajaran (projek): Apa kompetensi yang akan dicapai oleh
peserta didik? (Memilih tujuan kompetensi dari alur perkembangan dimensi profil pelajar
Pancasila yang sesuai dengan fase peserta didik)
2. Merancang indikator kemampuan: Apa yang perlu dipahami atau dilakukan peserta
didik untuk menunjukkan kemampuannya? (Merumuskan tujuan pembelajaran dengan
kalimat yang lebih kontekstual dan mudah diukur)
3. Menyusun strategi asesmen: Dengan cara apa peserta didik dapat menunjukkan
kemampuan & perilaku yang sesuai dengan tujuan? (Mengembangkan bentuk asesmen:
Mengerjakan tes/Menyajikan informasi/Membuat produk/Melakukan
sesuatu/Menunjukkan sikap, dsb. Dengan cara apa pendidik bisa mengukur kemampuan
peserta didik tersebut? (Mengembangkan instrumen asesmen: Soal tertulis, kuis, jurnal,
lembar ceklis/observasi, rubrik, portfolio, dsb.
4. Mengembangkan topik dan alur aktivitas pembelajaran: Aktivitas belajar apa saja
yang dapat dilakukan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
tema projek yang dipilih? (Merancang ragam aktivitas pembelajaran sesuai tema yang
dipilih dan menentukan pada bagian mana asesmen perlu dilakukan untuk membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.)
5. Mengolah hasil asesmen dan bukti pencapaian: Bagaimana hasil asesmen yang
diperoleh? Apa bukti pencapaiannya? (Membuat inferensi (kesimpulan) mengenai
pencapaian peserta didik terhadap tujuan pembelajaran. Hasil asesmen bisa didapatkan
dari skor tes, isian lembar ceklis/observasi, identifikasi rubrik. dsb. Bukti pencapaian
dapat berupa produk belajar seperti catatan, lembar jawaban, hasil karya, foto/rekaman
saat melakukan pekerjaan, dsb.)
6. Menyusun rapor: Sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran? Bagaimana
catatan prosesnya? (Menentukan pencapaian peserta didik (berupa pencapaian standar
fase: mulai berkembang, sedang berkembang, berkembang sesuai harapan dan sangat
berkembang) dan mendeskripsikan catatan prosesnya dalam satu paragraf.)
Rapor bersifat informatif dalam menyampaikan perkembangan peserta didik, namun tidak
merepotkan pendidik dalam pengerjaannya.
Menunjukkan keterpaduan
Rapor terdiri dari hasil penilaian terhadap performa peserta didik dalam projek profil. Meskipun
ada beberapa disiplin ilmu terintegrasi dalam projek profil, namun bagian projek profil fokus
pada keterpaduan pembelajaran dan perkembangan karakter dan kompetensi sesuai profil pelajar
Pancasila.
Aspirasinya, penulisan rapor akan lebih sederhana, terlebih apabila dibantu teknologi. Teknologi
"Report generator" di mana pendidik memasukkan judul projek profil, deskripsi singkat, dan
seluruh elemen Profil Pelajar Pancasila, dan hanya memberikan penilaian pilihan elemen profil
yang berkaitan dengan projek profil tanpa harus menuliskannya.
Penulisan deskripsi proses peserta didik benar-benar fokus pada hal unik dan istimewa yang
layak direfleksikan, misalnya situasi di mana peserta didik mengambil keputusan yang bijak,
perkembangan suatu karakter yang sangat nyata dalam kurun waktu tertentu, dsb.
Kompetensi utuh
Penilaian dalam rapor projek profil memadukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai
satu
komponen. Deskripsi juga disampaikan secara utuh tanpa membedakan aspek tersebut.
Untuk format rapor Anda dapat melihatnya di buku panduan projek penguatan profil pelajar
pancasila halaman 108: https://bit.ly/3V502aq
Demikian artikel tentang P5 Kurikulum Merdeka - Cara Merencanakan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5) di Satuan Pendidikan mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk para
pembaca semuanya. Jangan lupa dishare ke teman-teman dan rekan-rekan Anda. Terimakasih
Referensi
Buku Panduan-Penguatan-Projek-Profil-Pancasila
Kepmendikbudristek No.262/M/2022