You are on page 1of 19

handy.my.

id

P5 Kurikulum Merdeka - Cara


Merencanakan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5) di Satuan Pendidikan
Handy
35–45 minutes

Merencanakan, melaksanakan, dan menilai Projek


Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di Satuan
Pendidikan
DAFTAR ISI

 Pendahuluan dan Pengertian Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


o PPT Perencanaan P5 Kurikulum Merdeka
o Tujuan Membaca Artikel Tentang P5 Kurikulum Merdeka - Cara Merencanakan
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di Satuan Pendidikan
o Apa itu P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila)?
o Dimensi Profil Pelajar Pancasila
o Budaya Sekolah yang Mendukung Keberhasilan Pelaksanaan P5
o Peran pemangku kepentingan dalam pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila
o Prinsip-Prinsip Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila P5
 Alur Perencanaan P5 Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
 1. Pembentukan Tim Fasilitator Projek Penguatan Pelajar Pancasila
o Langkah Pembentukan Tim Fasilitator Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
 2. Mengidentifikasi Tingkat Kesiapan Satuan Pendidikan
 3. Merancang Dimensi, Tema, dan Alokasi Waktu Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila
o Tema-Tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
o Pilihan Waktu Pelaksanaan Projek
o Contoh pemetaan dimensi, tema, dan alokasi waktu projek
 4. Menyusun Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
o Contoh Alur Aktifitas Modul Projek
o Hal-hal yang perlu diketahui mengenai asesmen projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila
 5. Merancang Strategi Pelaporan Hasil Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
o Alur Rencana Pembelajaran dan Asesmen Projek
o Prinsip Rancangan Rapor Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
o Contoh format rapor projek

Pendahuluan dan Pengertian Projek Penguatan Profil


Pelajar Pancasila
P5 Kurikulum Merdeka - P5 merupakan singkatan dari Penguatan Projek Profil Pelajar
Pancasila, projek ini merupakan kegiatan kokurikuler yang berdiri sendiri terlepas dari kegiatan
intrakurikuler yang merupakan bagian dari kurikulum merdeka.

PPT Perencanaan P5 Kurikulum Merdeka

Tujuan Membaca Artikel Tentang P5 Kurikulum Merdeka - Cara


Merencanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di Satuan
Pendidikan

Kenapa Anda harus membaca tentang artikel ini, yaitu agar Anda dapat:

 Memahami dan menerapkan Perencanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di


Satuan Pendidikan.
 Memahami dan menerapkan Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di
Satuan Pendidikan.
 Memahami dan menerapkan Penilaian Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di
Satuan Pendidikan.

Apa itu P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila)?

Berdasarkan Kepmendikbudristek No.262/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar pancasila


merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan pencapaian
kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan
Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan
secara felksibel, dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan.

Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan muatan,
dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran
intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk
merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar pancasila.

Note

: Kokurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, atau


pengayaan kegiatan intrakurikuler. Kokurikuler dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa
(termasuk waktu libur) serta dapat dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah untuk
menunjang pelaksanaan intrakurikuler.

Dimensi Profil Pelajar Pancasila

Sebelum kita ke bagian bagaimana merencanakan, melaksanakan dan menilai projek penguatan
profil pelajar Pancasila, ada baiknya kita mengetahui apa saja dimensi profil pelajar Pancasila di
bawah ini;

6 Dimensi Profil Pelajar Pancasila

Dimensi yang pertama Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia -
Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa. la memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta
menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.

Dimensi yang kedua Berkebinekaan Global - Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur,
lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain,
sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya bar yang
positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.

Dimensi yang ketiga Gotong Royong - Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong-royong,
yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar
kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.

Dimensi yang keempat Mandiri - Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar
yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya.

Dimensi yang kelima Bernalar Kritis - Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif
memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai
informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya.

Dimensi yang keenam Kreatif - Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan
sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak.

Budaya Sekolah yang Mendukung Keberhasilan Pelaksanaan P5

Kesuksesan keberhasilan pelaksanaan P5 ini tentunya harus dibangun budaya yang baik terlebih
dahulu di satuan pendidikan dan para stakeholder, berikut ini budaya yang harus ada pada
stakeholder satuan pendidikan:

Berpikiran Terbuka

Karakteristik yang melibatkan penerimaan terhadap beragam informasi, ide, dan argumen . Open
Minded adalah kualitas positif yang harus dimiliki setiap pendidik. Ini adalah kemampuan yang
diperlukan untuk berpikir kritis dan rasional dalam pelaksanaan projek penguatan profil pelajar
Pancasila.

Jika Anda belum terbuka pikirannya terhadap ide dan perspektif yang lain, Anda akan
mengalami kesulitan untuk melihat semua faktor yang berkontribusi terhadap masalah atau
menghasilkan solusi yang efektif. Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, mampu melangkah
keluar dari zona nyaman Anda dan menganggap perspektif dan ide lain adalah penting.

Senang Mempelajari Hal Baru

Rasa bosan merupakan hal yang sangat lumrah dan manusiawi dan bisa dialami semua orang
bahkan termasuk kita yang seorang pendidik. Biasanya rasa bosan datang ketika kita hanya
melakukan hal yang sama setiap hari tanpa adanya perubahan. Dengan mempelajari hal-hal yang
baru baik fasilitator, pendidik, dan ataupun peserta didik akan termotivasi untuk melaksanakan
projek penguatan ini. Rasa bosan ini juga bisa dikurangi dengan hal-hal yang baru.

Kolaboratif

Kunci penting dalam kesuksesan pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila P5 ini
tentu adalah kerjasama yang baik. Karena projek ini sifatnya pekerjaan TIM bukan one man
show atau hanya perindividual saja. Kolaborasi adalah proses bekerja sama untuk menelurkan
gagasan atau ide dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama menuju visi bersama.

Peran pemangku kepentingan dalam pelaksanaan Projek Penguatan Profil


Pelajar Pancasila

Kepala Satuan Pendidikan

1. Membentuk tim fasilitator projek dan turut merencanakan projek.


2. Mendampingi jalannya projek dan melakukan pengelolaan sumber daya satuan
pendidikan yang transparan dan akuntabel.
3. Membangun komunikasi untuk kolaborasi antara orangtua peserta didik, warga satuan
pendidikan, dan narasumber pengaya projek; masyarakat, komunitas, universitas,
praktisi, dsb.
4. Mengembangkan komunitas praktisi di satuan pendidikan untuk meningkatkan
kompetensi pendidik yang berkelanjutan.
5. Melakukan coaching secara berkala bagi pendidik.
6. Merencanakan, melaksanakan, merefleksikan, dan mengevaluasi pengembangan aktvitas
dan asesmen projek yang berpusat pada peserta didik.

Pendidik

(Peran ini khususnya perlu diampu oleh pendidik yang menjadi Tim Fasilitator Projek)

1. Perencana projek - Melakukan perancangan tujuan, alur kegiatan, strategi pelaksanaan,


dan asesmen projek secara berkelanjutan.
2. Fasilitator - Memfasilitasi peserta didik dalam menjalankan projek yang sesuai dengan
minatnya, dengan pilihan cara belajar dan produk belajar yang sesuai dengan preferensi
peserta didik.
3. Pendamping - Membimbing peserta didik dalam menjalankan projek, menemukan isu
yang relevan, dan mengarahkan peserta didik dalam merencanakan aksi yang
berkelanjutan.
4. Supervisor dan konsultan - Mengawasi dan mengarahkan peserta didik dalam pencapaian
projek, memberikan saran dan masukan secara berkelanjutan untuk peserta didik, dan
melakukan asesmen performa peserta didik selama projek berlangsung.
5. Moderator - Memandu peserta didik dalam berbagai aktivitas diskusi.

Peserta Didik

1. Mengasah komitmen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah disepakati.


2. Mengembangkan kemandirian untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
sesuai minat dan kemampuan yang dimiliki.
3. Melakukan refleksi secara konsisten dan berkelanjutan untuk memahami potensi diri dan
mengoptimalkan kemampuan.

Prinsip-Prinsip Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila P5

1. Holistik

Holistik bermakna memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-
pisah. Dalam konteks perancangan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, kerangka berpikir
holistik mendorong kita untuk menelaah sebuah tema secara utuh dan melihat keterhubungan
dari berbagai hal untuk memahami sebuah isu secara mendalam.

Oleh karenanya, setiap tema proyek yang dijalankan bukan merupakan sebuah wadah tematik
yang menghimpun berbagai mata pelajaran, namun lebih kepada wadah untuk meleburkan
beragam perspektif dan konten pengetahuan secara terpadu. Di samping itu, cara pandang
holistik juga mendorong kita untuk dapat melihat koneksi yang bermakna antarkomponen dalam
pelaksanaan proyek, seperti peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, masyarakat, dan realitas
kehidupan sehari-hari.

2. Kontekstual

Prinsip kontekstual berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada


pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian. Prinsip ini mendorong pendidik dan peserta
didik untuk dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari sebagai
bahan utama pembelajaran. Oleh karenanya, satuan pendidikan sebagai penyelenggara kegiatan
proyek harus membuka ruang dan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat mengeksplorasi
berbagai hal di luar lingkup satuan pendidikan. Tema-tema proyek yang disajikan sebisa
mungkin dapat menyentuh persoalan lokal yang terjadi di daerah masing-masing. Dengan
mendasarkan proyek pada pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian, diharapkan
peserta didik dapat mengalami pembelajaran yang bermakna untuk secara aktif meningkatkan
pemahaman dan kemampuannya.

3. Berfokus pada peserta didik

Baca Juga Kemendikbudristek Angkat 4 Agenda Prioritas Pendidikan dalam G20

Prinsip berpusat pada peserta didik berkaitan dengan skema pembelajaran yang mendorong
peserta didik untuk menjadi subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara
mandiri. Pendidik diharapkan dapat mengurangi peran sebagai aktor utama kegiatan belajar
mengajar yang menjelaskan banyak materi dan memberikan banyak instruksi. Sebaliknya,
pendidik sebaiknya menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan banyak kesempatan bagi
peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas dorongan dari diri sendiri. Harapannya,
setiap kegiatan pembelajaran dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam memunculkan
inisiatif serta meningkatkan daya untuk menentukan pilihan dan memecahkan masalah yang
dihadapinya.

4. Eksploratif

Prinsip eksploratif berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang yang lebar bagi proses
inkuiri dan pengembangan diri. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tidak berada dalam
struktur intrakurikuler yang terkait dengan berbagai skema formal pengaturan mata pelajaran.

Oleh karenanya, proyek ini memiliki area eksplorasi yang luas dari segi jangkauan materi
pelajaran, alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan pembelajaran. Namun demikian,
diharapkan pada perencanaan dan pelaksanaannya, pendidik tetap dapat merancang kegiatan
proyek secara sistematis dan terstruktur agar dapat memudahkan pelaksanaannya. Prinsip
eksploratif juga diharapkan dapat mendorong peran Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
untuk menggenapkan dan menguatkan kemampuan yang sudah peserta didik dapatkan dalam
pelajaran intrakurikuler.

Alur Perencanaan P5 Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Ini merupakan contoh alur perencanaan sampai dengan penilaian Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila, Anda bisa menyesuaikannya sesuai dengan kondisi satuan pendidikannya masing-
masing.

Contoh 6 Alur Perencanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila P5

Mensosialisasikan perihal perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian p5.

2. Membentuk tim tasilitator projek penguatan profil pelajar pancasila

Kepala satuan pendidikan menyusun tim fasilitator proiek Tim in berperan merencanakan dan
melaksanakan kegiatan projek untuk seluruh kelas.
3. Mengidentifikasi tingkat kesiapan satuan pendidikan

Kepala satuan pendidikan bersama tim fasilitator merefleksikan dan menentukan tingkat
kesiapan satuan pendidikan.

4. Merancang dimensi, tema, dan alokasi waktu projek penguatan profil pelajar Pancasila

Tim Fasilitator menentukan fokus dimensi profil pelajar Pancasila dan tema projek serta
perancangan jumlan projek beserta alokasi waktunya. (Dimensi dan tema dipilih berdasarkan
kondisi dan kebutuhan satuan pendidikan).

5. Menyusun modul projek

Tim fasilitator menyusun modul projek sesuai tingkat satuan pendidikan dengan tahapan umum:
menentukan sub-elemen (tujuan projek, mengembangkan topik, alur, dan durasi projek, serta
mengembangkan aktifitas dan asesmen projek.

6. Merancang strategi pelaporan hasil projek

Tim fasilitator merencanakan strategi pengolahan dan pelaporan hasil projek.

1. Pembentukan Tim Fasilitator Projek Penguatan Pelajar Pancasila

Tim fasilitator projek terdiri dari sejumlah pendidik yang berperan merencanakan, menjalankan,
dan mengevaluasi proiek. Tim fasilitator dibentuk dan dikelola oleh kepala satuan pendidikan
dan koordinator projek. Jumlan tim fasilitator proiek dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan satuan pendidikan, dilinat dari:

 Jumlah peserta didik dalam satu satuan pendidikan,


 Banyaknya tema yang dipilih dalam satu tahun ajaran,
 Jumlah jam mengajar pendidik yang belum terpenuhi atau dialihkan untuk projek, dan
 Atau pertimbangan lain sesuai kebutuhan masing-masing satuan pendidikan

4 Langkah Pembentukan Tim Fasilitator

Langkah Pembentukan Tim Fasilitator Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

1. Pimpinan satuan pendidikan menentukan seorang koordinator proiek, bisa dari wakil
kepala satuan pendidikan atau pendidik yang mempunyai pengalaman mengembangkan
dan mengelola projek.
2. Apabila mempunyai SDM yang cukup, koordinator sekolah dapat membentuk
koordinator di level kelas. Misalnva satu orang koordinator kelas 7, satu orang
koordinator kelas 8, dan seterusnya. Untuk pendidikan Khusus, Koordinator dapat dipilih
berdasarkan kekhususan.
3. Pimpinan satuan pendidikan bersama koordinator projek memetakan pendidik dan setiap
kelas (atau apabila SD terbatas, perwakilan dari masing-masing tase) untukmeniadi tim
fasilitator projek.
4. Koordinator mengumpulkan dan memberikan arahan kepada tim fasilitator projek untuk
merencanakan dan membuat modul projek bagi setlap kelas atau fase

2. Mengidentifikasi Tingkat Kesiapan Satuan Pendidikan

cara Mengidentifikasi Tingkat Kesiapan Satuan Pendidikan

Dari gambar bagan di atas, maka tahapan kesiapan satuan Pendidikan dalam menjalankan Projek
penguatan profil Pancasila (P5) dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

Tahap Awal

Satuan Pendidikan belum memiliki sistem dalam mempersiapkan dan melaksanakan project
based learning. Konsep pembelajaran berbasis projek baru diketahui pendidik. Satuan
Pendidikan menjalankan projek secara internal (tidak melibatkan pihak luar).

Tahap Berkembang

Satuan Pendidikan sudah memiliki sistem*) untuk menjalankan pembelajaran berbasis projek.

Konsep project based learning sudah dipahami sebagian pendidik. Satuan pendidikan mulai
melibatkan pihak di luar satuan pendidikan untuk membantu salah satu aktivitas projek.

Tahap Lanjutan

project based learning sudah menjadi kebiasaan satuan pendidikan. Konsep project based
learning sudah dipahami semua pendidik. Satuan pendidikan sudah menjalin kerjasama dengan
pihak mitra di luar satuan Pendidikan agar dampak projek dapat diperluas secara berkelanjutan.

sudah memiliki sistem*): satuan pendidikan memiliki evaluasi berkala, pengayaan pendidik
menyelenggarakan pembelajaran berbasis projek yang memberikan otonomi lebih besar kepada
peserta didik.

3. Merancang Dimensi, Tema, dan Alokasi Waktu Projek Penguatan Profil


Pelajar Pancasila

Pemilihan Dimensi

1. Tim fasilitator dan kepala satuan pendidikan menentukan dimensi profil pelajar Pancasila
yang akan menjadi fokus untuk dikembangkan pada tahun ajaran berjalan.
2. Pemilihan dimensi dapat merujuk pada visi misi satuan pendidikan atau program yang
akan dijalankan di tahun ajaran tersebut.
3. Disarankan untuk memilih 2-3 dimensi yang paling relevan untuk menjadi fokus yang
sasaran projek pada satu tahun ajaran.
4. Sebaiknya jumlah dimensi profil pelajar Pancasila yang dikembangkan dalam suatu
projek tidak terlalu banyak agar tujuan pencapaian projek jelas dan terarah.
5. Penentuan dimensi sasaran in akan dilanjutkan dengan penentuan elemen dan sub-elemen
yang sesuai dengan kondisi
6. Apabila pimpinan satuan pendidikan sudah berpengalaman menjalankan kegiatan
berbasis projek, jumlah dimensi yang dipilin dapat ditambah sesual dengan keslapan
tingkat satuan pendidikan.

Tema-Tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Tema-Tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

1. Gaya Hidup Berkelanjutan

Peserta didik memahami dampak aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun panjang,
terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun lingkungan sekitarnya.

Peserta didik juga membangun kesadaran untuk bersikap dan berperilaku ramah lingkungan,
mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya serta
mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan memitigasinya. Tema ini ditujukan untuk
jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.

Contoh kontekstualisasi tema:

1. Jakarta: situasi banjir;


2. Kalimantan: hutan sebagai paru-paru dunia;
3. Daerah pedesaan: pemanfaatan sampah organik.

2. Kearifan Lokal

Peserta didik membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksplorasi budaya dan
kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta perkembangannya. Peserta didik

Contoh kontekstualisasi tema:


1. Jawa Barat: sistem masyarakat di Kampung Naga;
2. Papua: sistem masyarakat di Lembah Baliem;
3. SMK tata kecantikan: eksplorasi seni pranata acara adat Jawa.

3. Bhinneka Tunggal Ika

Peserta didik mengenal dan mempromosikan budaya perdamaian dan anti kekerasan, belajar
membangun dialog penuh hormat tentang keberagaman serta nilai-nilai ajaran yang dianutnya.

Peserta didik juga mempelajari perspektif berbagai agama dan kepercayaan, secara kritis dan
reflektif menelaah berbagai stereotip negatif dan dampaknya terhadap terjadinya konflik dan
kekerasan. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan
sederajat.

Contoh kontekstualisasi tema: Menangkap isu-isu atau masalah keberagaman di lingkungan


sekitar dan mengeksplorasi pemecahannya (contoh: kisah Bu Mondang di halaman …).

4. Bangunlah Jiwa dan Raganya

Peserta didik membangun kesadaran dan keterampilan memelihara kesehatan fisik dan mental,
baik untuk dirinya maupun orang sekitarnya.

Peserta didik melakukan penelitian dan mendiskusikan masalah-masalah terkait kesejahteraan


diri (wellbeing), perundungan (bullying), serta berupaya mencari jalan keluarnya.

Mereka juga menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan
fisik dan mental, termasuk isu narkoba, pornografi, dan kesehatan reproduksi. Tema ini ditujukan
untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.

Contoh kontekstualisasi tema:

1. aenjang SMP/SMA dan setara: Mencari solusi untuk masalah cyber bullying yang marak
di kalangan remaja.
2. Jenjang SMPLB/SMALB: Pengembangan kemandirian dalam merawat diri dan menjaga
kesehatan

5. Suara Demokrasi

Peserta didik menggunakan kemampuan berpikir sistem, menjelaskan keterkaitan antara peran
individu terhadap kelangsungan demokrasi Pancasila.

Melalui pembelajaran ini peserta didik merefleksikan makna demokrasi dan memahami
implementasi demokrasi serta tantangannya dalam konteks yang berbeda, termasuk dalam
organisasi sekolah dan/atau dalam dunia kerja. Tema ini ditujukan untuk jenjang SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.
Contoh kontekstualisasi tema: Sistem musyawarah yang dilakukan masyarakat adat tertentu
untuk memilih kepala desa.

6. Rekayasa dan Teknologi

Peserta didik melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus kemampuan berempati untuk
berekayasa membangun produk berteknologi yang memudahkan kegiatan diri dan sekitarnya.

Peserta didik dapat membangun budaya smart society dengan menyelesaikan persoalan-
persoalan di masyarakat sekitarnya melalui inovasi dan penerapan teknologi, mensinergikan
aspek sosial dan aspek teknologi. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.

Contoh kontekstualisasi tema: Membuat desain inovatif sederhana yang menerapkan teknologi

untuk menjawab permasalahan di sekitar satuan pendidikan.

7. Kewirausahaan

Peserta didik mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat lokal dan masalah yang ada dalam
pengembangan potensi tersebut, serta kaitannya dengan aspek lingkungan, sosial dan
kesejahteraan masyarakat.

Melalui kegiatan ini, kreativitas dan budaya kewirausahaan akan ditumbuhkembangkan. Peserta
didik juga membuka wawasan tentang peluang masa depan, peka akan kebutuhan masyarakat,
menjadi problem solver yang terampil, serta siap untuk menjadi tenaga kerja profesional penuh
integritas.

Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan sederajat. (Karena jenjang
SMK/MAK sudah memiliki mata pelajaran Projek Kreatif dan Kewirausahaan, maka= tema ini
tidak menjadi pilihan untuk jenjang SMK.)

Contoh kontekstualisasi tema: Membuat produk dengan konten lokal yang memiliki daya jual.

8. Kebekerjaan

Peserta didik menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah dipahami dengan pengalaman
nyata di keseharian dan dunia kerja.

Peserta didik membangun pemahaman terhadap ketenagakerjaan, peluang kerja, serta kesiapan
kerja untuk meningkatkan kapabilitas yang sesuai dengan keahliannya, mengacu pada kebutuhan
dunia kerja terkini.

Di dalam projeknya, peserta didik juga akan mengasah kesadaran sikap dan perilaku sesuai
dengan standar yang dibutuhkan di dunia kerja. Tema ini ditujukan sebagai tema wajib khusus
jenjang SMK/MAK.
Contoh kontekstualisasi tema:

1. Lampung: eksplorasi pengembangan serat tekstil dari limbah daun nanas;


2. Kawasan industri sekitar Jakarta: budidaya dan pengolahan tanaman lokal Betawi

Untuk lebih detail tema-tema yang bisa di implementasikan di satuan pendidikan Anda bisa
melihatnya di Panduan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dari PAUD/TK, SD, SMP/Mts,
SMA/MA/SMK/MAK di tautan link dibawah ini

Pilihan Waktu Pelaksanaan Projek

1. Menentukan satu hari dalam seminggu untuk melaksanakan projek (misal hari Jum’at).
Seluruh jam belajar pada hari itu digunakan untuk projek.

2. Mengalokasikan waktu 1-2 jam pelajaran di akhir hari, khusus untuk mengerjakan projek. Bisa
digunakan untuk eksplorasi di sekitar satuan pendidikan sebelum peserta didik pulang.

3. Mengumpulkan dan memadatkan tema dalam satu periode waktu (misalnya 2 minggu atau 1
bulan efektif, tergantung jumlah jam tatap muka projek yang dialokasikan pada setiap
projeknya), dimana semua tenaga pendidik berkolaborasi mengajar projek setiap hari selama
durasi waktu yang ditentukan.

Contoh pemetaan dimensi, tema, dan alokasi waktu projek

Di sebuah SMP, kepala satuan pendidikan dan tim fasilitator memutuskan bahwa di tahun ajaran
berjalan dimensi profil pelajar Pancasila yang aka difokuskan adalah Berkebinekaan Global,
Bergotong-Royong, dan Bernalar Kritis. Sementara tema projek pilihannya adalah Bhinneka
Tunggal Ika, Kearifan Lokal, dan Kewirausahaan. Pemilihan dimensi dan tema tersebut
berangkat dari kondisi dan kebutuhan sekolah.

Contoh pemetaan dimensi, tema, dan alokasi


waktu projek

4. Menyusun Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Menyusun Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Pemerintah menyediakan beragam contoh modul projek. Pada tahap awal guru diharapkan dapat
mengadaptasi modul tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah, sementara pada
tahap lanjutan guru diharapkan dapat merancangnya secara mandiri.

Mengadaptasi modul yang sudah ada

Mengadaptasi modul yang sudah tersedia adalah pilihan awal bagi sekolah yang belum terbiasa
melaksanakan pembelajaran berbasis projek yang integratif.

Membuat modul secara mandiri

Membuat modul secara mandiri adalah pilihan lanjutan bagi sekolah yang sudah terbiasa
melaksanakan pembelajaran berbasis proiek yang integratif dan kolaboratif.

Komponen Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Modul projek dilengkapi dengan komponen yang menjadi dasar dalam proses penyusunannya
serta dibutuhkan untuk kelengkapan pelaksanaan pembelajaran. Modul projek setidaknya
memiliki komponen sebagai berikut:

Komponen Modul Projek Penguatan Profil


Pelajar Pancasila

1. Tema dan topik atau judul modul


2. Fase atau jenjang sasaran
3. Durasi kegiatan

Tujuan

1. Pemetaan dimensi, elemen, sub-elemen Profil Pelajar Pancasila yang menjadi tujuan
projek
2. Rubrik pencapaian berisi rumusan kompetensi yang sesuai dengan fase peserta didik.

Aktifitas

1. Alur aktifitas projek secara umum


2. Penjelasan detail tahapan kegiatan dan asesmennya

Asesmen

1. Instrumen pengolahan hasil asesmen untuk menyimpulkan pencapaian projek

Tim fasilitator memiliki kebebasan untuk mengembangkan komponen dalam modul projek,
untuk menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan kebutuhan peserta didik. Modul dapat
diperkaya dengan menambahkan komponen berikut:

 Deskripsi singkat projek


 Pertanyaan pemantik untuk memancing diskusi atau proses inkuiri peserta didik
 Alat, bahan, serta media belajar yang perlu disiapkan
 Referensi pendukung

Contoh Alur Aktifitas Modul Projek

Berikut ini adalah contoh alur aktivitas modul projek tingkat SMP.

contoh alur aktivitas modul projek tingkat SMP

Modul Projek Profil Fase D

Tema: Gaya Hidup Berkelanjutan

Topik: Sampahku, Tanggungjawabku

Total waktu: 57 JP

Dimensi Profil Pelajar Pancasila:


 Beriman dan bertakwa kepada Tuan Yang Maha Esa
 Gotong royong
 Bernalar kritis

Sub-elemen yang disasar

 Memahami keterhubungan ekosistem bumi


 Menjaga lingkungan alam sekitar
 Kerja sama
 Koordinasi sosial
 Mengajukan pertanyaan
 Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengolah informasi dan gagasan

Asesmen Formatif Awal.

Asesmen Formatif Awal.

Dilakukan sebelum projek profil dimulai untuk mengukur kompetensi awal peserta didik yang

dipakai untuk menentukan kebutuhan diferensiasi, pengembangan alur dan kegiatan projek

profil, dan penentuan perkembangan sub-elemen antarfase

Tahap Pengenalan: Mengenali dan membangun kesadaran peseta didik terhadap isu
pengelolaan sampah dan implikasinya terhadap perubahan iklim

Berikut ini aktivitasnya:

1. Perkenalan: Perubahan Iklim dan Masalah Pengelolaan Sampah


2. Eksplorasi Isu
3. Refleksi awal
4. Kunjungan ke TPA/Komunitas Peduli Sampah
5. Diskusi Kritis Masalah Sampah
Tahap Kontekstualisasi

Tahap Kontekstualisasi: mengkontekstualisasi masalah di lingkungan terdekat

Berikut ini aktivitasnya:

1. Pengumpulan, Pengorganisasian, dan Penyajian Data


2. Trash-Talk: Sampah di sekolahku
3. Pengorganisasian Data Secara Mandiri
4. Asesmen Formatif Presentasi: Sampahdi sekolahku

Tahap Aksi: bersama-sama mewujudkan pelajaran yang mereka dapat melalui aksi nyata

1. Poster Aksi Nyata Sayangi Sekolahku: Eksplorasi program pengelolaan sampah yang
ada
2. Poster Aksi Nyata Sayangi Sekolahku: Peranku dan Solusiku
3. Poster Aksi Nyata Sayangi Sekolahku: Menentukan Karakteristik Poster yang Baik
4. Poster Aksi Nyata Sayangi Sekolahku: Membuat Poster
5. Asesmen Formatif Simulasi Pameran Poster Aksi Nyata Sayangi Sekolahku

Tahap Genapi: Menggenapi proses dengan berbagi karya, evaluasi dan refleksi

Aktivitasnya: Menyajikan pembuatan teh mans pada orang lain (orang tua atau teman yang lain)

Tahap Refleksi dan Tindak Lanjut: Menggenapi proses dengan berbagi karya, evaluasi dan
refleksi,

serta menyusun langkah strategis


1. Asesmen Sumatif Pameran Poster Aksi Nyata Sayangi Sekolahku
2. Asesmen Sumatif Evaluasi Solusi Yang Ditawarkan
3. Mari Beraksi Sambil Refleksi Mengelola Sampah di Sekolah

Hal-hal yang perlu diketahui mengenai asesmen projek penguatan Profil Pelajar Pancasila

1. Memiliki variasi bentuk asesmen (formatif dan sumatif) serta instrumen asesmen (lembar
ceklis, rubrik, catatan pengamatan, tes, dan sebagainya).
2. Penekanan pada asesmen performa/kinerja.
3. Asesmen akhir berupa rubrik dengan 4 kriteria: Mulai Berkembang, Sedang Berkembang,
Berkembang sesuai Harapan, Sangat Berkembang
4. Rumusan kompetensi yang menjadi tujuan (fase D) ditempatkan dalam kriteria
"Berkembang Sesuai Harapan".
5. Perlu diperhatikan keselarasan antara tujuan, aktivitas, dan asesmen projek.
6. Pelaporan hasil belajar terpisah dengan rapor intrakurikuler, diberikan 1 kali dalam
setahun.

5. Merancang Strategi Pelaporan Hasil Projek Penguatan Profil Pelajar


Pancasila

Merancang Strategi Pelaporan Hasil Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Alur Rencana Pembelajaran dan Asesmen Projek

1. Menentukan tujuan pembelajaran (projek): Apa kompetensi yang akan dicapai oleh
peserta didik? (Memilih tujuan kompetensi dari alur perkembangan dimensi profil pelajar
Pancasila yang sesuai dengan fase peserta didik)
2. Merancang indikator kemampuan: Apa yang perlu dipahami atau dilakukan peserta
didik untuk menunjukkan kemampuannya? (Merumuskan tujuan pembelajaran dengan
kalimat yang lebih kontekstual dan mudah diukur)
3. Menyusun strategi asesmen: Dengan cara apa peserta didik dapat menunjukkan
kemampuan & perilaku yang sesuai dengan tujuan? (Mengembangkan bentuk asesmen:
Mengerjakan tes/Menyajikan informasi/Membuat produk/Melakukan
sesuatu/Menunjukkan sikap, dsb. Dengan cara apa pendidik bisa mengukur kemampuan
peserta didik tersebut? (Mengembangkan instrumen asesmen: Soal tertulis, kuis, jurnal,
lembar ceklis/observasi, rubrik, portfolio, dsb.
4. Mengembangkan topik dan alur aktivitas pembelajaran: Aktivitas belajar apa saja
yang dapat dilakukan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
tema projek yang dipilih? (Merancang ragam aktivitas pembelajaran sesuai tema yang
dipilih dan menentukan pada bagian mana asesmen perlu dilakukan untuk membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.)
5. Mengolah hasil asesmen dan bukti pencapaian: Bagaimana hasil asesmen yang
diperoleh? Apa bukti pencapaiannya? (Membuat inferensi (kesimpulan) mengenai
pencapaian peserta didik terhadap tujuan pembelajaran. Hasil asesmen bisa didapatkan
dari skor tes, isian lembar ceklis/observasi, identifikasi rubrik. dsb. Bukti pencapaian
dapat berupa produk belajar seperti catatan, lembar jawaban, hasil karya, foto/rekaman
saat melakukan pekerjaan, dsb.)
6. Menyusun rapor: Sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran? Bagaimana
catatan prosesnya? (Menentukan pencapaian peserta didik (berupa pencapaian standar
fase: mulai berkembang, sedang berkembang, berkembang sesuai harapan dan sangat
berkembang) dan mendeskripsikan catatan prosesnya dalam satu paragraf.)

Prinsip Rancangan Rapor Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Prinsip Rancangan Rapor Projek Penguatan


Profil Pelajar Pancasila

Rapor bersifat informatif dalam menyampaikan perkembangan peserta didik, namun tidak
merepotkan pendidik dalam pengerjaannya.

Menunjukkan keterpaduan

Rapor terdiri dari hasil penilaian terhadap performa peserta didik dalam projek profil. Meskipun
ada beberapa disiplin ilmu terintegrasi dalam projek profil, namun bagian projek profil fokus
pada keterpaduan pembelajaran dan perkembangan karakter dan kompetensi sesuai profil pelajar
Pancasila.

Tidak menjadi beban administrasi yang berat

Aspirasinya, penulisan rapor akan lebih sederhana, terlebih apabila dibantu teknologi. Teknologi
"Report generator" di mana pendidik memasukkan judul projek profil, deskripsi singkat, dan
seluruh elemen Profil Pelajar Pancasila, dan hanya memberikan penilaian pilihan elemen profil
yang berkaitan dengan projek profil tanpa harus menuliskannya.

Penulisan deskripsi proses peserta didik benar-benar fokus pada hal unik dan istimewa yang
layak direfleksikan, misalnya situasi di mana peserta didik mengambil keputusan yang bijak,
perkembangan suatu karakter yang sangat nyata dalam kurun waktu tertentu, dsb.

Kompetensi utuh

Penilaian dalam rapor projek profil memadukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai
satu

komponen. Deskripsi juga disampaikan secara utuh tanpa membedakan aspek tersebut.

Contoh format rapor projek

Untuk format rapor Anda dapat melihatnya di buku panduan projek penguatan profil pelajar
pancasila halaman 108: https://bit.ly/3V502aq

Demikian artikel tentang P5 Kurikulum Merdeka - Cara Merencanakan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5) di Satuan Pendidikan mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk para
pembaca semuanya. Jangan lupa dishare ke teman-teman dan rekan-rekan Anda. Terimakasih

Referensi

Buku Panduan-Penguatan-Projek-Profil-Pancasila

Kepmendikbudristek nomor 009/H/KR/2022

Kepmendikbudristek No.262/M/2022

You might also like