You are on page 1of 5

Dept R&D PT.

BJAP Terjemahan

PENGGUNAAN OPTIMAL KOMPOS DALAM PERAWATAN KELAPA SAWIT

RINGKASAN

Penggunaan humus da lam perawatan kelapa sawit adalah suatu pekerjaan yang tidak dapat
ditolak sejak hal itu memenuhi wilayah darimana humus itu berasal atau dokumpulkan. Penggunaan
kompos alternatif dibuat dari buangan pabrik kelapa sawit yang telah lebih dari 6 sampai 12
minggu,dicampur dengan tanah dengan proporsi yang berbeda dengan atau tanpa penambahan 25 %
pupuk standar yang diaplikasikan selama 8 bulan akan dilaporkan dalam tulisan ini.
Pertumbuhan dan kandungan nutrisi pembibitan selama 6 bulan ditemukan lebih baik dalam
kompos yang berumur 12 minggu daripada kompos yang berumur 6 minggu, dan untuk kompos yang
dicampur dengan setidaknya 25 % tanah tidak diperlukan pupuk untuk dapat melebihi hasil yang
diperoleh selama 6 bulan dengan pupuk standar . Tetapi pada 11 bulan pembibitan dalam semua
perlakuan pada kompos yang tidak menerima tambahan pupuk mempunyai kandungan N,P dan K yang
lebih rendah dibandingkan dengan pupuk standar yang dikoreksi dengan menghilangkan pupuk Mg.
karena itu 100% kompos berumur 12 minggu ditambahkan pupuk NPK standar dari umur 8 bulan yang
direkomendasikan untuk perawatan kelapa sawit, sejak perlakuan ini tidak memerlukan humus dan hanya
sejumlah kecil pupuk karena itu adalah sistim yang paling dapat menopang.

PENDAHULUAN

Mutu pohon kelapa sawit yang ditanam dipengaruhi oleh banyak factor yang meliputi medium
yang digunakan untuk menumbuhkan semaian didalam perawatan, humus yang bermutu tinggi dalam
bahan organik yang memberikan hasil yang bagus. Tetapi untuk menemukan bahan-bahan tersebut bisa
jadi sulit. Pengambilan humus dari suatu daerah penanaman kelapa sawit dipertimbangkan sebagai suatu
praktek yang tidak dapat ditahan karenanya itu tidak direkomendasikan. Suatu alternatif untuk
menggantikan sebagian atau bahkan semua tanah dengan produk buangan organic seperti endapan (Solid)
dari kolam effluent atau kompos yang dibuat dari produk limbah panen. Siregar et al (2002)
mengemukakan bahwa kompos yang diproduksi dari janjangan kosong yang berumur diatas 8-9 minggu
dapat menggantikan pupuk anorganik dalam proses perawatan jika diterapkan pada angka 7,5 kg /polibag.
Lord et al (2002) mengemukakan bahwa kompos yang dibuat dari janjangan kosong, batang,biji kelapa
sawit dan effluent pabrik kelapa sawit (POME) yang lebih dari periode 36 minggu memberikan
pertumbuhan semaian yang unggul, sedangkan Chong (2005) menemukan bahwa suatu kompos dapat
dibuat dari janjangan kosong dan dari effluent yang lebih dari 10 hari juga memberikan hasil yang bagus
dalam proses perawatan.
Produk-produk limbah dari kelapa sawit seperti janjangan kosong, serabut, kulit dan limbah
cair mengandung nutrisi dalam jumlah yang cukup seperti N,P,K dan Mg. jadi penggunaan produk-produk
ini mempunyai potensi untuk menggantikan bukan hanya tanah tapi juga pupuk-pupuk yang digunakan
untuk perawatan. Produk-produk solid mempunyai rasio C dan N yang tinggi yang kurang cocok untuk
perawataan tapi dengan proses waktu penkomposan akan mengurangi rasio C dan N ini untuk nilai yang
dapat diterima.
PT. London Sumatera Indonesia Tbk. Telah megembangkan metode yang tepat (Abner dan
Foster 2006) untuk memproduksi kompos yang diaplikasikan sebagai suatu pengganti pupuk dilahan yang
ditanami secara komersil untuk kelapa sawit. Tulisan ini melaporkan hasil-hasil perawatan yang
dilakukan untuk menentukan jika ini benar pupuk yang sama yang diproses juga untuk 6-12 minggu, dapat
secara memuaskan menggantikan sebagian atau keseluruhan tanah dan dengan atau tanpa pupuk tambahan
didalam suatu perawatan polibag.

1
METODE DAN BAHAN

Percobaan ini dilakukan dalam satu perawatan kelapa sawit di Bali lias Estate Sumatera utara.
Pokok-pokok yang ditanam adalah D x P BLRS dan humus yang digunakan adalah suatu O x K
Dystrudepts yang dikoleksi dari Bali Lias Estate .Kompos diproduksi seperti digambarkan oleh Abner
dan Foster (2006) . Tambahan effluent (POME) diberhentikan setelah 5 minggu pengkomposan dengan
penggiliran 2 minggu dilanjutkan mencapai 6 sampai 12 minggu. Rata-rata kandungan kimia kompos
janjangan kosong yang digunakan dalam percobaan ini sesudah 6 sampai 12 minggu pengkomposan
dapat dilihat pada table dibawah ini :

________________________________________________________________________
Periode Kandungan %C %N &P %K %MG C/N
pengkomposan kelembaban(%)

______________________________________________________________________
6 minggu 58,3 38,4 2,22 9,387 3,87 0,88 17,3
_______________________________________________________________________
12 minggu 24,6 26,1 2,11 0,369 3,24 0,86 12,4

Percobaan dilakukan secara acak dengan 6 perlakuan dan 3 kali replikasi . Setiap jalur berisi
6 semaian. Perlakuan awal adalah sebagai berikut :

% Volume tanah % Volume kompos Usisa kompos % Pupuk standar


Perlakuan
A 100 0 12 minggu 100
B 0 100 12 minggu 0
C 50 50 12 minggu 0
D 75 75 12 minggu 0
E 100 0 12 minggu o
F 25 75 6 minggu 0
_________________________________________________________________________----

Jadwal pupuk standar yang di aplikasikan pada perlakuan A ditunjukan pada apendiks 3 .
Pada usia 8 bulan jalur-jalur didalam semua perlakuan kecuali A dibagi kira- kira 25% dari pupuk
standar lalu diaplikasikan setengah bagian jalur sampai usia 11 bulan. Pengukuran pertumbuhan pada
semaian dan sampling daun untuk dianalisa secara kimia dilakukan setiap 3 bulan

HASIL-HASIL DAN DISKUSI

Pertumbuhan rata-rat semaian kelapa sawit dan tingkat nutrisi daunnya pada usia 4 dan 6
bulan ditunjukan dalam tabel 1 dan tabel 2 . Hasil-hasil pada usia 4 bulan menunjukan bahwa semua
perlakuan yang meliputi campuran tanah dan kompos lebih baik dari jadwal perawatan pupuk
standar .tetapi perlakuan kompos 100% juga memilki kandungan N yang secara signifkan lebih rendah
pada suatu bagian silang petiole lebih rendah yang cukup besar. Walaupun kandungan N pada daun
sekarang lebih rendah,perlakuan pupuk dan kandungan P pada daun pada usia kompos 6 minggu secara
signifikan juga lebih rendah .’

Pertumbuhan vegetatif semaian pada usia 11 bulan tidak berbeda secara signifikan dari
jadwal pupuk standar dalam semua perlakuan kompos yang menerima tambahan pupuk yang dimulai
pada usia 8 bulan dan juga pada 50% dan 100% perlakuan kompos yang berusia 12 minggu tanpa
tambahan pupuk apapun. Tetapi perlakuan kompos baik yang 6 minggu dan 12 minggu yang menerima
pupuk tambahan pada usia 8 bulan , hanya 50 % yang tidak mempunyai tingkat nutrisi daun dibawah
pupuk standar . Baik 25% dan 100% kompos mempunyai kandungan K yang lebih rendah , sedangkan 75
% kompos mempunyai kandungan N yang secara signifikan lebih rendah . Perlakuan kompos 50% tanpa
pupuk tambahan mempunyai tingkat kandungan Mg yang lebih tinggi pada usia 11 bulan, jadi kelihatan
aplikasi pupuk kieserite dapat dibuat untuk perlakuan yang sama dan tidak perlu menerima pupuk lagi.

2
KESIMPULAN_KESIMPULAN

1. Sampai usia 4 bulan, penyemaian-penyemaian dalam semua perlakuan kompos menunjukan


pertumbuhan yang lebih baik dan mempunyai kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan pupuk standar, kecuali untuk 100% kompos berusia 12 minggu yang disebabkan oleh
pertumbuhan yang kelihatan minim terhadap berkurangnya persediaan N. .
2. Pada usia 6 bulan , penyemaian dalam semua campuran kompos masih bertumbuh lebih baik, tetapi
tidak mempunyai kandungan N dibandingkan dengan pupuk standar , sedangkan kompos campuran
berusia 6 minggu juga mempunyai kandungan P yang lebih rendah.
3 Pada usia 11 bulan semua penyemaian pada perlakuan-perlakuan kompos yang tidak menerima
pupuk mempunyai suatu kandungan N,P dan K yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan
dengan pupuk standar , jadi walaupu pertumbuhan dapat diterima dari campuran kompos , hal itu tidak
dapat direkomendasikan secara umum untuk menggunakan kompos dalam perawatan tanpa pupuk
tambahan.
4. Tetapi dengan aplikasi pupuk N,PK standar yang sangat sedang yang dimulai pada usia 8 bulan baik
pertumbuhan penyemaian dan nutrisi berkembang cepat pada usia 11 bulan tidak berbeda dengan
pupuk standar pada kasus campuran 50% untuk perlakuan kompos berumur 12 minggu , dan perlakuan
ini adalah alternative terbaik untuk pupuk standar, jika mengabaikan penyokongan atau support dari
pupuk tambahan..
5. Pertumbuhan dan kandungan nutrisi penyemaian pada kompos 100% berusia 12 minggu adalah kecil
sampai 6 bulan dibandingkan dengan pupuk standar dari kebanyaka pupuk kompos yang lain.Walaupun
demikian sampai 11 bulan, dengan tambahan pupuk NPK standar 25% yang dimulai pada usia 8
bulan ,pertumbuhan dan kandungan nutrisi dari semaian ini tidak berbeda secara signifikan dengan pupuk
standar kecuali untuk kandungan K yang sedikit agak lebih rendah. Hampir-hampir kandungan K
tertentu bisa memuaskan jika pupuk Kieserit tambahan tidak diberikan pada usia 9 bulan . Karena itu
perlakuan (tanpa tambahan pupuk Mg apapun) direkomendasikan sebagai hal yang paling menopang ,
tidak memerlikan humus dan hanya sedikit jumlah pupuk NPK yang dimulai pada usia 8 bulan.

REFERENSI

1. LORD S HOARE M.K dan THOMPSON N,M (2002 )


Composting for zero dischange
NBPOL”s solution.
2. CHOONG S ( 2005 ) Usages of Biomass wastes in EFB and POME Composting – contribution
` to the industry,
3. SIREGAR F. A , SALETES. S , CALIMAN J>P and LIWANG T (2002) Empty fruit fruit
c compost ; Processing and Utilities.
4. ABNER J.S and FOSTER H.L (2006) Effluent production of compost from oil palm.

3
PERTUKARAN GAS PADA DAUN KELAPA SAWIT DENGAN VARIASI AIR Tanah

PADA EMPAT EKOLOG[ YANG BERBEDA :: SEBUAH MODEL PERBANDINGAN

RINGKASAN

Tujuan studi ini adalah untuk membandingkan tiga model klasik fungsi stomata dari Ball et al,
Leuning dan Lloyd dalam hubungannya dengan kandungan air pada humus yang dihitung dengan model
keseimbangan air dari Dufrene . Empat zone agroekologi yang diperhatikan ialah : La Me (Pantai Gading
Afrika), Pobe ,(Benin Afrika) Mariat (Sumatre Utara), dan Lampung,’ Periode masing-masing dari tiap
pertukaran gas pada daun memberikan pada studi ini suatu tingkat yang menarik atas kondisi edhapic
kelapa sawit, Pengukuran pertukaran gas pada daun telah dilakukan dengan LCA 2 (ADC Inggris di
daerah La Me Pantai Gading , atas control keluarga LM2T X DA10D selama bulan FEB/APR
/OKTO/NOV 1987, di Pobe atas tiga turunan keluarga kembar ( induk LM10T X DA17d ,lm10t
xda*d,lm10t x da118d ; JALUR 426/447 1988 ) SELAMA Okto/Des 1992 di Marihat Sumatra Utara ,
atas tiga keluarga kembar selama Feb/Maret 1994 dan di Bekri Lampung atas tiga keluarga selama
September 1997. Dari perkiraan AWC (persediaan air tanah ) , Dengan model keseimbangan air Dufrene ,
dimungkinkan untuk membuat garis kemunduran yang sangat sederhana dengan nilai- yang diamati yaitu
fungsi stomata. Itu boleh jadi suatu dasar empiris yang bagus untuk pasangan karbon danmodel air yang
seimbang untuk kelapa sawit .Dengan kondisi untuk menyesuaikan keseimbangan air secara tepat untuk
skala air yang lebih luas.

PENDAHULUAN

Fotosintesis daun pada kelapa sawit sangat sensitive untuk lingkungan yang kekurangan
penguapan air (1) dan juga untuk kondisi air tanah (2). Fungsi stomata adalah sebagai variable yang
sangat berhubungan erat untuk memadukan kedua factor lingkungan . Untuk banyak spesies hubungan
antare fotosintesis daun fungsi stomata dismpan dengan baik .(3) . Pengamatan yang sama telah
dilakukan untuk kelapa sawit (4) . Walaupun tingkah laku stomata sepenuhnya tidak dapat dimengerti
maka ada hubungan0hubungan yang terjaga dengan baik antara jarring fotosintesis dan fungsi stomata
seperti yang digambarkan oleh Lloyd. Dufrene menjelaskan bahwa stomata kelapa sawit sangat sensitif
untuk perubahan-perubahan dalam kelembaban udara ( VPD) yang deficit tekanan udara karena factor
kelembaban .. Peran pengaturan stomata yang baik dapat membuat kelapa sawit dibiarkan selama proses
perawatan pada periode kering yang singkat di Afrika . Stomata dapat bermetabolisma secara singkat
selama defisiensi kelembaban udara yang berluktuasi dan defisit air tanah . Tujuan umum pekerjaan
sekarang ini adalah untuk membandingkan tiga model klasik fungsi stomata dari Ball et al(5), Leuning
(6) dan Lloyd (3) ,dalam hubungannya dengan kandungan air pada humus yang diperkirakan dengan
model keseimbangan air Dufrene .
Empat zone agroekologi yang diperhatikan adalah : La Me (Pantai Gading mAfrika ),Pobe
(Benin,Afrika),Marihat (Sumatra Utara) dan Bekri (Lampung) . Periode masing-masing atas setiap
pengukuran pertukaran gas pada daun memberikan pada studi ini suatu skala edhapic yang unik.

METODE DAN BAHAN

Semua pengukuran pertukaran gas pada daun telah dilakukan dengan sistim terbuka, dengan
LCA2 (ADC UK) di La Me Pantai Gading atas kontrol keluarga LM2T X DA 10 D (7) selama Feb/
Apr/okto /Nov 1987 , di Pobe Republik Benin untuk tiga kembaran (induk LM10T X DA 17D, LM 10TX
DA8D, LM10Tx DA118D, jalur 426/447 ,1988. selama Okto/Des 1992, di Marihat Sumatra Utara
untuk tiga kembaran (8) di Feb/Mar 1984 dan di Lampung untuk tiga kembaran (9) selama September
1997 dibawah kondisi iklim El Nino. Keseimbangan air Dufrene digunakan dengan suatu input data
tiap-tiap hari tentang iklim. (pobe : hanya bulanan dan AWC,ETR dan ETP sangat diperkirakan untuk
tiap hari pengukuran fungsi stomata dan jarring fotosintesis perhitungan nya didahului dengan sistim
SAS 6.12 (tabel 1 ).
______________________________________________________________________
Lame Pobe Marihat Lampung
______N____________ 180______739________813__________161______________________

You might also like