You are on page 1of 24

Economic Outlook 4Q23

Resilience Amidst Uncertainty


Investment Summary
◊ Outlook ekonomi global 2023 diperkirakan stabil di level 3.0%, sebelum melambat menjadi 2.7% pada 2024.
Pertumbuhan GDP US diperkirakan tumbuh 1.8% pada 2023, dan 1.0% pada 2024, sementara euro-area
diproyeksi tumbuh 0.8% di 2023 dan 1.4% di 2024. Sementara pertumbuhan ekonomi China akan tertahan
oleh permintaan domestik yang lemah dan tekanan pada sektor property, sehingga GDP 2023 diproyeksikan
sebesar 5.2% dan 4.5% di 2024. Inflasi global diperkirakan tetap berada diatas target bank-bank sentral,
dengan inflasi umum pada negara G20 diproyeksikan turun menjadi 6% pada 2023 dan 4.8% pada 2024.

◊ Bank-bank sentral global mempertahankan komitmen untuk membawa inflasi turun. Meskipun pasar
tenaga kerja US sudah mulai mereda, Federal Reserve tetap mempertimbangkan satu kali kenaikan di akhir
tahun dan mempertahankan suku bunga di 1H24, sebelum membuka peluang dovish di 2H24. Terminal rate
FFR direvisi menjadi 5.75%-6.00% (vs. 5.25%-5.50% di 2Q23). Sementara itu, Bank Indonesia fokus pada
stabilisasi nilai tukar Rupiah dan memitigasi dampak pelemahan ekonomi global. Lagkah hawkish bank-
bank sentral global dapat memicu satu kali kenaikan BI-7DDR di akhir 2023 untuk menjaga spread SBN.
Sedangkan, PBoC diperkirakan akan tetap mempertahankan dovish stance di FY23 untuk mendukungan
pertumbuhan ekonomi, termasuk konsumsi domestik.

◊ Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5.1% di 3Q23 dan 4.3% di 4Q23. Kinerja ekspor yang
sudah mulai menunjukkan penguatan secara bulanan akan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan
FY23, meski harga komoditas saat ini sudah bergerak moderat. Selain itu, momentum tahun politik dapat
mempengaruhi ekonomi domestik. Meski demikian, ekonomi Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai
headwinds global, terutamanya risiko resesi, inflasi yang tetap tinggi, capital outflow pada tahun politik, dan
berlanjutnya ketegangan geopolitik. Nilai tukar Rupiah FY23 diperkirakan pada kisaran IDR15,500/USD.
Sedangkan yield SUN 10Y 2H23 pada kisaran 6.5%–6.8%.

◊ Target JCI (base line scenario) akhir tahun 2023 berada pada kisaran 7,320 (vs. 7,100 di December 2022)
dengan P/E ratio 13.9x. Sedangkan base line scenario JCI di 3Q23 pada kisaran 7,120. Prospek base line
scenario kami untuk 2023 didukung oleh pertumbuhan GDP pada 2Q23 yang positif sebesar 5.17%, inflasi
yang terjaga di level 3.27%, dan kinerja ekspor yang tetap positif.

2
US Narrative – Firm Economic Footings
GDP (%)
CPI
FX Forecast Pertumbuhan GDP US 2023 diperkirakan sebesar 1.8% dan
Inflation (%) Interest 1.0% di 2024. Laju pertumbuhan ekonomi US diperkirakan
Country
Rate (%)
2022A 2023F 2024F 2023F 2024F 4Q23 1Q24 moderat hingga akhir tahun. Pertumbuhan GDP 2Q23 yang
lebih tinggi dibandingkan 1Q23 disebabkan oleh rebound
US 2.1 1.8 1.0 3.4 3.1 107.9 109.3 5.50 pada private investment, government expenditure, dan
belanja konsumen. Sedangkan, CPI August berada pada
EA 3.5 0.8 1.4 5.3 2.9 1.0 1.0 4.50 3.7% dan Core CPI pada 4.3%. Tingkat CPI US akhir tahun
diperkirakan mendekati level 3.4%. Hal ini memberikan
China 3.0 5.2 4.5 2.0 2.2 7.5 7.6 3.45 harapan peluang tercapainya soft landing.
Japan 1.1 1.3 1.0 2.7 2.2 153.8 156.8 (0.10)
Situasi pasar tenaga kerja US masih tetap solid. Hal
India 6.8 5.9 6.3 4.9 4.4 84.2 84.9 6.5 tersebut ditunjukan dari data unemployment rate yang
meningkat menjadi 3.8% dari 3.5% pada July. Selain itu,
Indonesia 5.3 4.9 5.0 4.4 3.0 15,600 15,741 5.75 Non-farm Payroll mencatat penambahan 157,000
pekerjaan pada bulan July dan 187,000 di August.
Sementara tingkat penghasilan rata-rata per jam pada
US Retail Sales bulan August melambat 0.2% MoM setelah meningkat 0.4%
MoM pada June dan July.

Meredanya inflasi dan pasar tenaga kerja US, serta


penurunan ratings terhadap beberapa bank-bank US
menyebabkan pertimbangan atas jeda kenaikan suku
bunga oleh Federal Reserve. Meski demikian, nada
hawkish akan tetap dipertahankan untuk membawa inflasi
turun ke target 2%. Dampak hawkish stance terhadap
ekonomi diperkirakan mencapai puncak pada 2H24. GDP
US diproyeksikan tumbuh 1.9% pada 3Q23 dan 2.1% pada
4Q23. Ekspektasi hawkish stance di akhir tahun dapat
memicu volatilitas hingga awal 2024.

Source : IMF, Semesta Research


3
US Narrative – Firm Economic Footings
US Inflation Rate Terminal rate Federal Reserve diperkirakan 5.75%-6.00%.
Angka tersebut lebih tinggi dari ekspektasi sebelumnya
pada 5.50%-5.75%. Federal Reserve mempertahankan
suku bunga pada September 2023 dengan membuka
kemungkinanan untuk mencapai puncak pada akhir tahun
2023, dan mengambil langkah hold di 1H24 sebelum
melakukan rate cut di 2H24. Hal tersebut dilakukan
karena inflasi yang masih tinggi pada August 3.7% YoY,
disebabkan kenaikan harga bensin yang meningkat 10.6%
MoM. Hal tersebut dapat memberikan alasan Federal
Reserve untuk mempertahankan hawkish stance.

US Trade Defisit July meningkat menjadi USD65.0bn.


Ekspor meningkat 1.6% YoY menjadi empat bulan tertinggi
USD251.7bn melalui mobil penumpang, emas, dan minyak
mentah. Sementara impor meningkat 1.7% YoY menjadi
Dollar Index USD316.7bn melalui telepon seluler, obat-obatan, dan
semikonduktor. Defisit perdagangan dengan China
meningkat USD1.2bn menjadi USD24bn, sedangkan
surplus Hong Kong menjadi USD1.5bn, serta perdagangan
dengan UK surplus USD0.5bn dari defisit 0.8bn pada June.

Beberapa faktor risiko US: 1) Pasar tenaga kerja yang


ketat berisiko melemahkan ekspektasi penurunan inflasi
pada jangka panjang; 2) Musim dingin yang dapat
menyebabkan volatilitas pada harga energy; 3) Virus
Covid-19 yang kembali meningkat secara nasional; 4) Suku
bunga yang tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama dapat
meningkatkan biaya pinjaman, sehingga mempersulit
fasilitas kredit.

Source : Semesta Research


4
China Narrative – Recovery Remains A Long Shot

GDP (%)
CPI
FX Forecast Pertumbuhan China 2023 diperkirakan melambat seiring
Inflation (%) Interest dengan aktivitas ekonomi yang lesu. GDP 2023 diproyeksi
Country
Rate (%)
2022A 2023F 2024F 2023F 2024F 4Q23 1Q24 tumbuh 5.2% dan turun menjadi 4.5% di 2024. GDP 2Q23
tercatat tumbuh 6.3%, lebih tinggi dari 1Q23 sebesar 4.5%
US 2.1 1.8 1.0 3.4 3.1 107.9 109.3 5.50 namun lebih rendah dibandingkan konsensus 7.3%. China
masih mengalami pelemahan ekonomi akibat buruknya
EA 3.5 0.8 1.4 5.3 2.9 1.0 1.0 4.50 performa pasar properti, deflasi yang terjadi pada bulan
July -0.3% YoY, meningkatnya angka pengangguran pada
China 3.0 5.2 4.5 2.0 2.2 7.5 7.6 3.45 generasi muda sejak January 2023, serta pelemahan pada
ekspor dan impor masing-masing sebesar 8.8% YoY dan
Japan 1.1 1.3 1.0 2.7 2.2 153.8 156.8 (0.10)
7.3% YoY pada periode August 2023.
India 6.8 5.9 6.3 4.9 4.4 84.2 84.9 6.5
Pertumbuhan GDP 1H23 tercatat tumbuh 5.5% YoY dengan
Indonesia 5.3 4.9 5.0 4.4 3.0 15,600 15,741 5.75 target pertumbuhan sepanjang 2023 sebesar 5%. Inflasi
China meningkat 0.1% pada August setelah mengalami
deflasi di July. Sementara industrial output meningkat
China Inflation Rate pada August sebesar 4.5% YoY dibandingkann July 3.7%.
Retail sales ikut tumbuh 4.6% YoY, pertumbuhan tertinggi
sejak May, menunjukkan pemulihan konsumsi domestic di
jangka pendek. Meski demikian, pemulihan tersebut belum
berhasil memulihkan kepercayaan market, terutamanya
akibat sektor properti.

Sebagai langkah antisipasi, PBoC akan mempertahankan


kebijakan dovish, setelah sebelumnya menurunkan
reserve requirement ratio perbankan, termasuk Loan
Prime Rate 1Y yang diturunkan menjadi 3.45% dan 5Y tetap
berada pada 4.20%. Hal ini dilakukan untuk membantu
menjaga likuiditas dan mendukung pemulihan ekonomi
China termasuk pada sektor properti yang stagnant.

Source : IMF, Semesta Research


5
China Narrative – Recovery Remains A Long Shot
China Retail Sales Dovish stance PBoC untuk mendukung pemulihan
ekonomi. Kebijakan dovish PBoC diharapkan akan
meningkatkan likuiditas sekaligus menjaga biaya
pinjaman tetap stabil. PBoC telah menurunkan suku bunga
LPR 1Y dua kali sejak July untuk meningkatkan demand
kredit, namun pelonggoran moneter memperbesar spread
dengan yield negara lain, memicu pelemahan Yuan.

Beberapa faktor risiko China: 1) Permintaan kredit yang


tetap rendah dapat menghambat pemulihan ekonomi; 2)
Ekspor dan consumer spending yang relative tetap lemah;
3) Depresiasi mata uang Yuan yang terus berlanjut; 4)
Penjualan properti China yang menurun, mengingat
kontribusi terhadap GDP China mencapai 12%.

China PMI USD/CNY

Source : Semesta Research


6
Central Banks Narrative – Nearing the End of Cycle
Federal Reserve Interest Rate vs. Inflation Rate Federal Reserve diperkirakan akan membawa terminal
rate FFR pada kisaran 5.50%-5.75% di akhir 2023
sebagai komitmen untuk membawa inflasi turun, di
tengah pasar tenaga kerja yang tetap ketat.

Kenaikan suku bunga ECB belum berakhir. Terminal rate


diperkirakan mencapai 4.75% di 2023 mengingat inflasi
August berada pada 5.3%, lebih tinggi 2.5x dibandingkan
target ECB pada level 2%.

PBoC diperkirakan akan tetap mempertahankan dovish


stance untuk mendorong perekonomian dan konsumsi.
Kebijakan untuk memberikan fasilitas kredit seiring
perlambatan ekonomi, balance of trade, dan deflasi.

ECB Interest Rate vs. Inflation Rate PBoC Interest Rate vs. Inflation Rate

Source : Semesta Research


7
Indonesia Narrative – Resilience Amidst Uncertainty

GDP (%)
CPI
FX Forecast GDP Indonesia diperkirakan tumbuh 4.9% FY23. Hingga
Inflation (%) Interest 2Q23 GDP mencatat pertumbuhan 5.2% YoY, didukung oleh
Country
Rate (%)
2022A 2023F 2024F 2023F 2024F 4Q23 1Q24 pertumbuhan konsumsi 3.1% YoY, belanja pemerintah
meningkat 41.3% YoY, ekspor meningkat 12.1% YoY, dan
US 2.1 1.8 1.0 3.4 3.1 107.9 109.3 5.50 impor naik 3.9% YoY. Sedangkan fixed investment turun
melambat 1.3% YoY. Kinerja perekonomian domestik di
EA 3.5 0.8 1.4 5.3 2.9 1.0 1.0 4.50 3Q23 diperkirakan menguat seiring konsumsi yang solid,
rebound harga komoditas utama ekspor, dan nilai tukar
China 3.0 5.2 4.5 2.0 2.2 7.5 7.6 3.45 yang stabil. Daya beli domestic yang tetap solid
diharapkan dapat offset ketidakpastian ekonomi global
Japan 1.1 1.3 1.0 2.7 2.2 153.8 156.8 (0.10)

India 6.8 5.9 6.3 4.9 4.4 84.2 84.9 6.5 Inflasi berada pada level 3.3% YoY per August 2023. Inflasi
melandai seiring dengan penurunan terendah pada July
Indonesia 5.3 4.9 5.0 4.4 3.0 15,600 15,741 5.75 2023, laju terendah dalam 16 bulan terakhir. Kenaikan
inflasi di August disebabkan oleh kenaikan harga BBM
serta lonjakan harga bahan pokok. Tingkat inflasi
Indonesia Inflation Rate diharapkan akan tetap berada pada target Bank Indonesia
sebesar 3,0±1% di sisa 2023 dan 2,5±1% pada 2024. Inflasi
yang terkendali membuka peluang untuk pelonggaran
kebijakan moneter Bank Indonesia pada 1H24.

Bank Indonesia mempertahankan BI-7DRR pada 5.75%.


Sejak awal tahun, BI-7DRR telah dipertahankan sejalan
dengan tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah yang stabil.
Selain itu, fokus kebijakan BI tertuju kepada memitigasi
dampak pelemahan ekonomi global. BI juga memperkuat
Rupiah melalui transaksi spot dan DNDF, serta
menerbitkan SBRI. Bank Indonesia diperkirakan akan
tetap mempertahankan BI-7DRR selama FY23 sebelum
akhirnya memangkas suku bunga pada 1H24.

Source : IMF, Semesta Research


8
Indonesia Narrative – Resilience Amidst Uncertainty
Commodity Prices Beberapa faktor risiko terhadap Indonesia:

Kebijakan moneter global tetap Hawkish. Bank-bank


sentral global, seperti Federal Reserve dan ECB tetap
menunjukkan pengetatan kebijakan dengan ekspektasi
siklus kenaikan suku bunga tetap berlanjut hingga akhir
2023. Spread antara FFR dengan BI-7DDR yang semakin
menipis dapat membebani mata uang Rupiah serta
memicu capital outflow yang berdampak terhadap pasar
saham Indonesia. Sejauh ini, Bank Indonesia mengambil
langkah antisipasi dengan menerbitkan SBRI untuk tetap
mengendalikan nilai tukar Rupiah.

Pertumbuhan ekonomi yang moderate. Per August 2023,


China dan US merupakan negara tujuan ekspor Indonesia.
Exports vs. Imports Sejauh ini, ekonomi global belum sepenuhnya pulih,
terutama mitra dagang Indonesia, sehingga hal ini dapat
berdampak terhadap perekonomian Indonesia. Per 8M23,
ekspor terbesar kepada China terdiri dari Besi dan baja
serta bahan bakar mineral. Sedangkan ekspor kepada US
terbesar adalah mesin dan perlengkapan elektrik.

Penurunan minat investasi menjelang tahun politik.


Investasi diperkirakan melambat karena global investor
cenderung wait and see terhadap masa pemerintahan
baru. Pelaku usaha mengantisipasi kebijakan baru dari
pergantian presiden. Secara historical, ekonomi akan
bergerak cenderung lebih moderat karena adanya
perubahan agenda ekonomi dan regulasi.

Source : Badan Pusat Statistik, Semesta Research


9
Indonesia Narrative – Resilience Amidst Uncertainty
Balance of Trade (in USDbn.) Surplus Balance of trade Indonesia stabil. Surplus neraca
perdagangan August 2023 tercatat sebesar USD$3.1
miliar, didukung kinerja ekspor yang meningkat 5.5% MoM
dibandingkan impor yang mengalami kontraksi sebesar
3.5% MoM. Pelemahan tersebut dikarenakan penurunan
pada impor kapal, perahu, dan struktur terapung -62.3%
MoM. Sementara itu, India, US, dan Filipina merupakan
tiga penyumbang surplus terbesar di July 2023.

Nilai ekspor bulan August 2023 tercatat USD22.0bn (+5.5%


MoM atau -21.2% YoY). Kinerja ekspor yang melambat
disebabkan penurunan baik pada ekspor migas -20.5% YoY
dan nonmigas -21.2% YoY, dengan penurunan terbesar
terjadi pada bahan bakar mineral sebesar -8.4% YoY.

Nilai impor bulan August 2023 tercatat USD18.88bn


Current Account (%GDP) (-3.5% MoM atau -14.8% YoY). Penurunan impor terbesar
berasal dari bahan baku/penolong sebesar -4.2% MoM
atau 20.4% YoY. Peningkatan impor golongan terbesar
adalah ampas dan industri makanan 42.6% MoM.

Current account mencatatkan defisit pada 2Q23 sebesar


USD1.9bn, atau 0.5% dari GDP. Capital dan Financial
Account tercatat defisit USD5bn (1.4% dari GDP). Balance
of Payment 2Q23 tercatat deficit USD7.4bn. Defisit
disebabkan oleh defisit sektor jasa dan pendapatan
primer. Selama 1H23 Current Account surplus menipis
menjadi USD1.1bn dari USD3bn pada 1Q23.

Source : Badan Pusat Statistik, Semesta Research


10
Indonesia Narrative – Resilience Amidst Uncertainty
Fiscal Deficit Pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara akan
berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia di
jangka panjang. Perkembangan IKN tidak hanya
berdampak positif terhadap kinerja infrastruktur, namun
memperkuat konektivitas antar pulau, hingga rantai
pangan dan pertanian yang dapat meningkatkan ekonomi
Indonesia. Pada 4Q23, total investasi untuk proyek
konstruksi IKN diperkirakan mencapai IDR40tn.

Fiscal defisit diperkirakan mencapai 2.4% dari GDP pada


2023 disebabkan oleh pendapatan yang lebih tinggi
dibandingkan ekspektasi. Fiscal defisit 1H23 sebesar 1.9%
dari GDP. Pemerintah menargetkan anggaran RAPBN
2023 sebesar IDR3,041.7tn yang terdiri dari pengeluaran
pemerintah pusat IDR2,230.0tn serta pemerintah daerah
IDR811.7tn. Target dari pendapatan negara ditargetkan
Investment Realization sebesar IDR2,637.2tn. Hingga 1H23, belanja negara
mencapai IDR1,255.7tn atau 41.0% dari target APBN 2023.

Realisasi investasi 2Q23 tercatat IDR349.8tn (+6.4% QoQ;


+15.8% YoY). Realisasi PMA tercatat IDR186.3tn (+5.2% QoQ;
+14.2% YoY), merupakan pertumbuhan tahunan terendah
selama 1.5 tahun terakhir. Sedangkan PMKDN sebesar
IDR163.5tn (+7.6% QoQ; +17.6% YoY). Pemerintah
menargetkan realisasi investasi 2023 sebesar IDR1,400tn.
Realisasi terbesar dari sektor logam IDR89tn,
transportasi 79.1tn, serta pertambangan IDR71.4tn, yang
menunjukan pentingnya investasi pada hilirisasi sumber
daya agar berdampak positif terhadap kinerja investasi.

Source : Indonesia Ministry of Investment, Semesta Research


11
Coal – Demand Shadowed By Risk of Oversupply
Global Coal Production vs. Consumption (in Mn. tons) Rata-rata harga batu bara 4Q23 diperkirakan sebesar
USD133/Mt, lebih rendah dari ekspetasi 2Q23 sebesar
USD230/Mt. Harga mulai bergerak stabil pada 3Q23, meski
lebih rendah dibandingkan rata-rata sebelum pandemic.
Penurunan harga disebabkan penurunan demand China
yang disebabkan penurunan aktifitas jasa sebesar 51.8 di
bulan August. Nilai tersebut juga jauh lebih rendah dari
ekspektasi market sebesar 53.6. Aktivitas jasa menurun
akibat demand yang terus melemah. Tekanan ekonomi
China akan mempengaruhi demand outlook batu bara,
yang menyebabkan harga yang lebih rendah di akhir 2023.

Stock yang tetap terjaga berpotensi membatasi tingkat


impor. Kementerian batu bara India optimist bahwa
terdapat tingkat stock batu bara yang mencukupi untuk
memenuhi peningkatan demand listrik dengan stock
Coal Price kumulatif sebesar 86 juta ton per August 2023. Selain itu,
cuaca musim dingin yang lebih moderate di tahun ini dapat
mempengaruhi demand dari Asia dan Europe.

Kurang bergairahnya demand dari Asia berdampak pada


Indonesia. Akibat utama penurunan ekspor adalah,
penurunan pengiriman ke China sebesar 14% MoM menjadi
7.3 juta ton. China berkontribusi sebesar 26% atas ekspor
batu bara Indonesia. Sedangkan Australia berencana
untuk meningkatkan royalti ekspor sebesar 2.6 sen di
2024. Hal ini berpotensi memicu oversupply yang dapat
diperparah oleh berbagai faktor-faktor risiko di atas.

Source : Semesta Research


12
Coal – Demand Shadowed By Risk of Oversupply
Changes in Electricity Generation from YoY (Bn. kWh) Invasi Russia ke Ukraine telah memperkuat insentif untuk
beralih dari bahan bakar fossil, baik melalui peningkatan
produksi energy terbarukan maupun pengurangan
konsumsi energy, khususnya di US dan Europe. Hal
tersebut telah mendorong ekspektasi bahwa konsumsi
batu bara US dan Europe akan menurun.

Penurunan harga natural gas di Europe juga berdampak


negative terhadap harga batu bara, mengingat natural gas
merupakan energy subsitusi atas batu bara. Harga natural
gas Europe, EU Dutch TTF (EUR) untuk kontrak di bulan
October tercatat turun 7.8% menjadi 31.1 euro per MWh.

Demand outlook dibebani oleh kebijakan carbon pricing.


Pada tahun 2024, hal ini akan menjadi sentiment negative,
seiring dengan melandainya harga natural gas di sejumlah
Coal Price negara konsumen besar, seperti US dan Europe. Meski
saat ini transisi energy masih menjadi topic utama global,
kami memperkirakan berlanjutnya pemulihan ekonomi
China dan musim dingin tahun ini akan offset sebagian
dari sentiemnt negative tersebut.

Beberapa factor yang mempengaruhi harga batu bara: 1)


Pemulihan ekonomi China yang tertahan; 2) meningkatnya
royalty ekspor batu bara Australia sebesar 2.6 sen di
2024; 3) tingkat stock yang tetap tinggi berpotensi
mengalihkan sentiment ke risiko oversupply; 4) harga
natural gas yang tetap bearish; 5) langkah transisi global
untuk mendorong penggunaan energy terbarukan secara
lebih luas.

Source : Semesta Research


13
Natural Gas – Demand to Grow Marginally
Global Demand Forecast Harga natural gas diperkirakan meningkat menjadi
USD3.7/MMBtu di 4Q23. Harga telah mencatat penurunan
sejak awal 2023, dari USD8.8/MMBtu menjadi
USD2.2/MMBtu di May 2023. Harga rata-rata bulanan
diperkirakan akan mencapai USD3.7/MMBtu di December
2023. Supply natural gas global diperkirakan akan tetap
tinggi di akhir 2023 dan keseimbangan saat ini masih
tunduk pada berbagai ketidakpastian global.

Selain itu, harga saat ini masih dibayangi oleh iklim,


terutama di tengah ekspektasi musim dingin yang lebih
moderat tahun ini, tingkat ketersediaan yang rendah, dan
kemungkinan penurunan lebih lanjut dalam pengiriman
gas pipa Russia ke EU. Tingkat supply US saat ini tercatat
3,359 Bcf (per September 22, 2023). Tingkat stock lebih
tinggi 189 Bcf dibandingkan rata-rata lima tahun.
Key Regional Gas Markets Price Trend
Pipa gas Russia ke EU diperkirakan turun lebih dari 45%
di 2023 (+/- 35 Bcm) dibandingkan dengan level pada 1Q23.
Seiring dengan konflik yang masih berlanjut, maka supply
cut Russia diperkirakan mencapai 50 Bcm in FY23.

Faktor yang mempengaruhi harga natural gas; 1) Tingkat


inventaris yang tetap lebih tinggi dibandingkan rata-rata 5
tahun akan meredam potensi pertumbuhan demand di
2023; 2) Musim dingin yang moderat dapat menekan
demand untuk natural gas ; 3) Berlanjutnya ketidakpastian
jaringan pipa Russia akan menjadi katalis negatif di
sepanjang 2023 dan 2024; 4) Langkah pemerintah global
untuk mengamankan supply memasuki tahun 2024.

Source : IEA, Semesta Research


14
CPO – Increasing Risks From El Nino
CPO Production (in Mn. tons) Harga CPO diperkirakan berada di kisaran USD800/ton di
2H23. Pergerakan harga CPO masih terlihat berada dalam
trend bearish. Harga CPO untuk kontrak tiga bulan
tercatat di level USD783/ton pada akhir September 2023.
Angka tersebut telah turun sekitar 7.6% sejak awal
September 2023. Sentiment yang membebani CPO adalah
cuaca El Nino yang dikhawatirkan menganggu panen di
2023 dan penurunan kinerja ekspor sawit di Malaysia,
yang kemudian berdampak terhadap output August 2023.

Kinerja ekspor CPO Malaysia di September turun 9.3%


MoM. Angka di pekan pertama di September turun
menjadi 574,936 ton vs. 633,585 ton selama 1-15 August
2023. Sementara itu, tingkat persediaan CPO Malaysia
tercatat naik ke level tertinggi dalam tujuh bulan menjadi
sekitar 2.1 juta ton pada akhir August 2023.
CPO Price
Pembeli terbesar CPO Malaysia adalah India sebesar 1.1
juta ton pada August (+3.9% MoM), tertinggi dalam
sembilan bulan. Sementara itu, kinerja impor CPO EU
pada tahun 2023 mencapai 634,515 ton per September
2023, turun dari 736,716 ton yang dikirim pada 2022.

Beberapa faktor yang mempengaruhi harga CPO; 1) El


Nino dapat menganggu panen CPO di 2H23; 2) penurunan
kinerja ekspor Malaysia memberikan indikasi
pelemahan demand global terhadap penggunaan CPO; 3)
tingkat persediaan yang tinggi akan membayangi potensi
upside atas harga CPO.

Source : Semesta Research


15
Crude Oil – Supply Concern Outweighed Slower Demand

Oil Market Demand/Supply Forecast Spot Brent diproyeksi pada kisaran USD93/barrel di 4Q23.
Harga akan cenderung melemah di 1Q24 seiring dengan
meningkatnya persediaan minyak, dengan harga rata-rata
turun ke USD88/barrel di sepanjang 2024. Peningkatan
persediaan tahun depan sebagian besar mencerminkan
perlambatan pertumbuhan demand atas minyak mentah,
termasuk pertumbuhan output minyak non-OPEC, dan
berakhirnya kebijakan pemangkasan produksi sukarela
oleh Saudi Arabia. Target output OPEC+ 2024 diperkirakan
mencapai 40.5 juta barrel (-3.3% YoY).

Kami memperkirakan output minyak global akan tumbuh


sebesar 1,7 juta b/d pada tahun 2024. Produksi non-OPEC
merupakan pendorong utama pertumbuhan produksi
global dalam perkiraan kami, meningkat sebesar 1,3 juta
b/d pada tahun 2024, yang dipimpin oleh US, Brazil,
Brent & WTI Spot Price Canada, dan Guyana. Kami memperkirakan produksi
Russia akan turun rata-rata 0,3 juta b/d tahun ini dan
relatif sama pada tahun 2024.

Faktor yang mempengaruhi harga minyak mentah: 1)


Pemangkasan produksi minyak mentah secara sukarela
yang dilakukan oleh Saudi Arabia hingga akhir tahun 2023;
2) Pemulihan ekonomi China yang berjalan lebih lama
dapat mempengaruhi demand outlook; 3) Transisi global
yang cepat menunju energi bersih terbarukan dapat
menghambat investasi terhadap energi fosil; 4)
Tercapainya Iran nuclear agreement yang dapat
berdampak terhadap global supply.

Source : IEA, Semesta Research


16
Gold – Mixed Demand Signals
Gold Price vs. DXY Index Outlook emas mixed di tengah ekspektasi hawkish stance
Federal Reserve. Hingga akhir 2023, emas masih memiliki
upside risk dari ketidakpastian ekonomi. Namun, hawkish
Federal Reserve Federal Reserve menunjukan bahwa
suku bunga dapat dipertahankan pada level yang tinggi
untuk waktu yang lebih lama, sehingga hal ini dapat
menekan daya tarik emas. Selain itu, pemulihan ekonomi
China yang berjalan lebih lambat dari ekspektasi juga
membebani demand outlook. Berdasarkan faktor-faktor
• GOLD tersebut, kami memperkirakan harga emas di 3Q23
sebesar USD1.900/oz.t. dan USD1.990/oz.t. di 4Q23.
• DXY Demand tercatat turun di 1Q23 sebesar 13% YoY menjadi
1,081 ton, meski masih terlihat momentum yang kuat dari
pembelian bank-bank sentral. Demand dari India tetap
tumbuh di 1Q23. Sementara itu, dari sisi supply, tingkat
Gold Demand output tumbuh moderat sebesar 2% YoY.

Faktor yang mempengaruhi harga emas : 1) Meningkatnya


risiko resesi akibat kebijakan moneter yang terlalu focus
untuk membawa inflasi turun mendekati target 2%; 2)
Pemulihan ekonomi China yang berjalan lebih lama dari
ekspektasi sebelumnya membayangi demand outlook; 3)
Hawkish stance Federal Reserve diperkirakan berlanjut
1H24 seiring dengan angka inflasi yang tetap lebih tinggi
dari target; 4) risiko resesi dapat memicu daya tarik asset
safe haven, seperti emas.

Source : Metals Focus, Refinitiv GFMS, World Gold Council, Semesta Research
17
JCI FY23 Outlook
JCI vs. Major Indices (Ytd) JCI vs. LQ45 Monthly Performance (MoM)

Foreign Fund Flow (IDRtn)


Target akhir tahun 2023 JCI diperkirakan pada 7,320,
dengan P/E ratio 13.9x. Sementara target base line
scenario JCI untuk 4Q23 berada pada 7,120. Outlook
pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap dibayangi risiko
resesi global dan kinerja ekspor yang moderate di 2023.

Prospek JCI didukung peningkatan retail sales pada July


2023 sebesar 1.6% YoY dan kinerja ekspor yang tumbuh
positif. inflasi domestik yang terjaga di level 3.3 % YoY di
bulan August turut memberi dampak positif terhadap
peningkatan net foreign inflow di 2Q23 sebesar IDR6.6tn,
setelah mencatat net foreign outflow sebesar IDR8.9tn di
4Q22.

Source : BEI, Semesta Research


18
JCI Review – Technical
Sectoral Performance (Ytd) JCI vs. LQ45

JCI Technical Analysis


Technical Analysis. Setelah bergerak sideways selama
setengah tahun JCI mulai bergerak bullish untuk breakout
resistance di level 7,000. Kenaikan JCI tetap dibayangi
sentiment pelemahan ekonomi global yang disebabkan
oleh inflasi yang tetap tinggi, memicu ekspektasi hawkish
stance bank-bank sentral untuk waktu yang lebih lama.
Kenaikan JCI selama 3Q23 didukung pertumbuhan ekspor
sebesar +5.47% MoM dan langkah Federal Reserve yang
mempertahankan tingkat suku bunga di bulan September.
Setelah berhasil bergerak bullish, JCI harus breakout
resistance 7,000 untuk dapat melanjutkan kenaikan ke
level 7,130, dengan support major di level 6,800.

Source : Semesta Research


19
Bond Market
10-Year Bond Yields Indonesia 10Y Government Bond yield 2H23 diproyeksi
berada pada kisaran 6.50%–6.80%. Inflasi berada pada
3.3% YoY (3.5% di FY23F), sejalan dengan target Bank
Indonesia 3.0%±1% FY23. Yield spread terhadap US
Treasury masih atraktif, membuat Indonesia mencatatkan
net inflow pada 2Q23 sebesar USD1.9bn. Sementara itu,
fiskal defisit diperkirakan pada kisaran 2.3%-2.5% dari
GDP 2023 (vs. defisit 2.4% dari GDP 2022). Per September
2023, Bank Indonesia masih mendominasi kepemilikan
SBN, sedangkan kepemilikan asing sebesar 15.4%.

US 10Y Treasury yield 2H23 diproyeksi berada pada


kisaran 4.60%–4.80%. kenaikan yield tersebut disebabkan
langkah Federal Reserve untuk mempertahankan hawkish
stance hingga akhir 2023 sebagai penegasan komitmen
untuk membawa tingkat inflasi 2023 turun mendekati
USD/IDR target bank sentral pada 2%.

IDR diperkirakan berada pada IDR15,500/USD pada akhir


FY23. IDR telah mencatat penguatan sebesar 2.4% year-
to-date terhadap USD melalui langkah Bank Indonesia
dalam menjaga stabilitas nilai tukar, menerbitkan SBRI,
dan memberikan insentif devisa hasil ekspor untuk
meningkatkan cadangan devisa, meskipun kinerja ekspor
FY23 diekspektasikan tidak sebaik FY22. Namun,
penguatan USD belakangan ini semakin menekan kinerja
Rupiah. Hal ini berpotensi memicu foreign outflow. Nilai
tukar diperkirakan berada pada kisaran IDR15,500/USD di
4Q23 dan IDR15,700/USD di 1Q24.

Source : Semesta Research


20
Sectoral Rating
Sector Rating

U/W N O/W
Banks √
Automotive √
Consumer Goods √
Property √
Infra & Construction √
Transport & Logistics √
Industrial √
Mining & Energy √
Retail √
Telecommunication √
Technology √
Healthcare √
Poultry √
Media √
Plantation √
Tobacco √

Source : Semesta Research


21
JCI Top Picks

P/E (x) EPS Growth (%) P/BV (x) ROE (%)


Market Cap
No. Ticker Company Name Rating
(IDRbn)
2022A 2023F 2022A 2023F 2022A 2023F 2022A 2023F

1 BBNI Bank Negara Indonesia BUY 189,698 9.3 7.8 68.0 12.7 1.2 1.1 13.1 14.3

2 AUTO Astra Otoparts BUY 15,279 5.3 9.8 116.9 19.4 0.5 1.2 10.2 14.5

3 MEDC Medco Energi Internasional BUY 41,475 3.1 4.6 1,144.7 40.8 0.9 1.1 30.4 23.7

4 EXCL XL Axiata BUY 30,983 20.6 22.4 (13.9) 59.4 1.0 1.1 4.3 5.0

5 MAPI Mitra Adiperkasa BUY 30,129 11.4 14.1 402.1 (2.2) 2.5 2.7 21.7 19.7

6 BSDE Bumi Serpong Damai BUY 21,701 8.0 8.8 79.6 29.7 0.6 0.7 6.4 8.3

7 ICBP Indofood CBP BUY 127,989 25.5 15.7 (39.5) 118.9 3.7 3.1 10.1 20.2

8 INTP Indocement BUY 36,720 21.2 24.2 3.0 (7.4) 2.1 2.1 9.4 8.8

* Valuations are based on consensus


22
RESEARCH
Tobias Bernas
Michael Lee
Nicholas Dharmawan
Research Analyst
tobias@semestaindovest.co.id
michael.lee@semestaindovest.co.id
nicholas.dharmawan@semestaindovest.co.id

HEAD OFFICE
PT. Semesta Indovest Sekuritas
Lippo St.Moritz Lt. 15
Jl. Puri Indah Raya Bok U 1-3
Jakarta 11610 - Indonesia

BRANCHES

Jakarta - Menara Imperium Lt.18 Serpong


Jl.HR Rasuna Said Kav.1 Ruko BSD Sektor 7
Jakarta 12980 Blok RN No. 60, Serpong 15321
Tel. (021) 2854-7600 Telp. (021) 537 9545
Fax. (021) 8370-3787 Fax. (021) 537 9967

Surabaya
Ruko Darmo Square Blok B 28
Jl. Raya Darmo No. 54 – 56, Surabaya 60264
Telp. (031) 563 2727
Fax. (031) 562 4616

23
Disclaimer

This report has been prepared by PT. Semesta Indovest on behalf of itself and its affiliated companies and is
provided for information purposes only. Under no circumstances is it to be used or considered as an offer to sell,
or a solicitation of any offer to buy. This report has been produced independently and the forecasts, opinions,
and expectations contained herein are entirely those of PT. Semesta Indovest.

While all reasonable care has been taken to ensure that information contained herein is not untrue or misleading
at the time of publication, PT. Semesta Indovest makes no representation as to its accuracy or completeness
and it should not be relied upon as such. This report is provided solely for the information of clients of PT.
Semesta Indovest who are expected to make their own investment decisions without reliance on this report.
Neither PT. Semesta Indovest nor any officer or employee of PT. Semesta Indovest accept any liability
whatsoever for any direct or consequential loss arising from any use of this report or its contents. PT. Semesta
Indovest and/or persons connected with it may have acted upon or used the information herein contained, or the
research or analysis on which it is based, before publication.

24

You might also like