You are on page 1of 7

Ayu Marlina Humairah

Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika


Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Jl.Raya Palembang & Prabumulih KM.32 Indralaya,Sumatera Selatan
*Korenpondensi Penulis: aiiu_marlina@yahoo.com

$% ! ! % % & & !
! ' ! ( ! ! ) % % ! $ % *
% % + $ %% ! $ %
% , % % % - . % $ ! ! % !
! ! % $ ( ! / 0
1 2 , % % 3+ & + $ % ! !
% % 4"5 ! $ ! !
! % -* 3 . ( ! 6 7 , % %
% ! ! 5 4"5 # 5 $$ % #+ + +
% , % % & 1 % + * 3 % $
% ! ! $ & + $ & % % ( ! $
% % -' 7' . % % % ! ! 5 4"5 # 5% ! %
# 6* # 6* # * 8 % - %7&. % % %
! ! 5 4"5 # 5% ! % # " * " 4 * ## * $ % %
! ! ! 4"5 ! $ ! ! $ % % & -' 7' . ! $ * &
# 6 * -# 6 % 3 . )% % -9 . $ # &
"4 : % % & - %7&. + !$ * & "4 * )% %
-9 . $ #& ": # ! % % ! ! 5
# 5

8 !( ! 8 * ! ; % 8 < %

= ) $ % * % * , ! % % & < & * % , * 3


) 3 * ) 3 , * & %* ) , ! $ % % ) $% % & % &> $
*$ % $ , ! , - $ &. $ $ ) %* $ % &
* % !& $ ! & % $ , % $ ? 3 %* *
0 / *$ *% 1& *% ! & 3+ & 2 , % & $ % & % $ $& *%
% > *$ % ) 4"5 ) , ! & % % $
3 ) 3 $ *$ %3 %* 3 $ !% , %3 * 3 $ ) 3
3 % 6 7 $ , % ) ! & % 3 5 4"5 # 5 $
% 3 $ #$ $ % $ %) *$ , % $ % % ) $%% &
%$ 3 $ $ ) 3 , * & ) % 3 % * % $ ) $ % $
*$ % ) *$ & ** $ , ! / ? , ! *$ % -' 7 ' . ) !
& ) 5 4"5 # 53 # 6* # 6* # * $ ? $ )
%* - %7&. ) ! & ) 5 4"5 # 53 #" * "4 * ## *
$ % ! & 3 $ ) 4" , ! $ ! % 3 $ $ % % , ! *$ % -'
7' . 3 % # 6 * $ * )) * ) -9 . 3 % " 4 : % $ % % %*
$ - %7&. 3 % " 4 * $ * )) * ) -9 . 3 % " : # * $
& ! %

( ! < & 0 39 9, ! @$ % ; $ * %

diantaranya topografi, iklim, maupun segala gejala alam


Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk dalam proses pembentukkannya. Sungai yang menjadi
secara alamiah di atas permukaan bumi dimana air salah satu sumber air, tidak hanya menampung air tetapi
mengalir dengan muka air bebas. Setiap sungai memiliki juga mengalirkannya dari bagian hulu ke bagian hilir.
karakteristik dan bentuk yang berbeda antara satu dengan Persoalan sungai yang menarik untuk diamati adalah
yang lainnya, hal ini disebabkan oleh banyak faktor terjadinya perubahan morpologi sungai. Perubahan ini

382
! "#
1 $A/ A % 1 ' 8 !( ! $ -2++ / ! .

terjadi secara alami maupun karenaa bany


banyaknya perlakuan bangunan krib. Krib adalahh bangunan
bang yang dibuat mulai
yang ada di sepanjang sungai, misalsal ada
adanya bendungan, dari tebing sungai ke arahh tengah
teng guna mengatur arus
waduk, jembatan, dan karena kondisindisi aalam yang tidak sungai (Suryono Sosrodorsoodorsono: 2008). Contoh
dapat dihindarkan seperti adanya ya ti tikungan sungai. penggunaan krib diperlihatkan pada
pa Gambar 1.
Perubahan yang terjadi pada dasar sungai yang
diakibatkan oleh pergerakan sedimen en yayang terbawa oleh
arus sungai dan pengendapan akann terjaterjadi bila material
yang akan dipindahkan jauh lebih berat dari pada gaya
penyebab pergerakan. Hal ini dapat mempengaruhi
kemiringan atau terjadinya erosi pada
da din
dinding atau pada
tebing atau tanggul yang dapat mengakib
ngakibatkan terjadinya
longsor.
Bangunan pengamanan belokann salu saluran atau sungai,
pada umumnya berupa bangunan krib yang berfungsi Gambar 1. Penggu
enggunaan Krib
sebagai pengarah arus atau berfungsi si unt
untuk memperbaiki
alinyemen saluran atau sungai. Peningeningkatan kecepatan Tujuan utama dalam pemasan
masangan krib adalah sebagai
aliran pada saat memasuki daerahh belo belokan sungai dan pengatur arah arus sungai, men engurangi kecepatan arus
kemampuan krib dalam mengatur, meng mengubah arah aliran sungai sepanjang tebing sungai,
ngai, mempercepat
m sedimentasi
serta memperlambat kecepatan aliran ran papada daerah yang dan menjamin keamanan tanggul
tangg atau tebing terhadap
dipasangi krib. Kegagalan konstruk nstruksi krib dapat gerusan dan mempertahankan kan lebar
le dan kedalaman air
disebabkan oleh adanya arus air yang
ng mas
masih cukup kuat di pada alur sungai diperlihatkan
an pada
pad Gambar 2.
sekitar krib, sehingga menimbulkan an ger
gerusan dasar atau
tebing di sekitar krib.

!" # "! $ %! ! #$& $


Gaya sentrifugal pada tikungann aka
akan menyebabkan
timbulnya arus melintang sungai ai yayang selanjutnya
bersama dengan aliran utama akan an memembentuk aliran
helicoidal. Besarnya kecepatan arus melin
melintang ini berkisar
Gambar 2. Krib untuk melindungi
melin tebing sungai
antara 10% & 15% dari kecepatan an ara
arah utama aliran
(Legono, 1990). Dengan demikian an papada sungai yang
Menurut Suryono Sosrodorso
odorsono (2008) Pemasangan
bermeander, erosi akan terjadi padaa sisi luar belokan dan
krib pada sungai mempunyai yai beberapa
be klasifikasi yaitu
pengendapan terjadi pada sisi dalam belok
belokan. Pada daerah
krib ! (krib lolos air), krib ! (krib
tikungan pengikisan terjadi diawal iawal tikungan dan
tidak lolos air), krib semi permea
ermeabel (krib permeabel dan
pengendapan terjadi di akhir tikungan.
ngan. Dan pengikisan
krib padat), dan krib silang dan memanjang.
paling banyak di bagian luar tikungan
an dan pengendapan di
bagian dalam tikungan. Pengaru
engaruh kemiringan
) $ !
(superelevasi tikungan), memperbesar
besar pengikisan bila
Jarak antara krib ditetapkan
pkan secara empiris yang
superelevasi miring ke arah dalam m tiku
tikungan dan akan
didasarkan pada pengamatan matan data sungai yang
berkurang bila kemiringan sebaliknya.
ya. Te
Tetapi pengerusan
bersangakutan antara lain situasi
situas sungai, lebar sungai,
masih besar akibat aliran yang terpunti
rpuntir (turbulensi) di
kemiringan sungai, debit banjir,
banjir kedalaman air, debit
tikungan.
normal, transportasi sedimen
men dan kondisi sekeliling
sungai. Secara empiris (Ernawan
nawan: 2007), penentuan jarak
' '! !$& #$& ! % $ $ $&&#" $& $
antara masing&masing krib adalah:
adalah
Erosi atau penggerusan terjadi rjadi akibat adanya
turbulensi tambahan yang disebabkan
kan ol
oleh terganggunya
aliran baik besar maupun arahnya. ya. AAkibatnya terjadi (1)
material dasar atau tebing saluran an ya
yang hanyut atau
bergerak terbawa oleh aliran. Untukk men
mengatasi erosi pada di mana:
tebing dapat dilakukan dengan memakaiakai dinding penahan L = jarak antar krib, m
berupa bronjong, krib maupun tiang panca
pancang. α = parameter empiris (≈ ≈ 0,6)
0
C = koefisien Chezy, m1/2/dt
( $&#$ $ ! h = mean (nilai tengah)
ah) kedalaman
ke air, m
Masalah perbaikan alur sungai yang berubah karena g = percepatan gravitasi, m 2 (≈ 9,8)
tasi, m/dt
terjadi erosi dan sedimentasi tidak ak dadapat diselesaikan
secara teoritis, karena karakteristik aliran
alirannya yang sangat ) $&
komplek. Pengujian model dann for formulasi empirik Saluran terbuka dapat dibedakan
dibeda menjadi aliran sub
merupkan alat utama yang dig digunakan untuk kritis (mengalir) dan superr kritis (meluncur). Penentuan
merencanakan alur sungai.Salah satu metode untuk tipe aliran dapat didasarkan pada nilai angka 0 -0
melindungi tebing sungai adalah denga dengan menggunakan

383
! "#
1 $A/ A % 1 ' 8 !( ! $ -2+ / ! .

.. Aliran adalah sub kritis apabila 0 B #, kritis apabila 0 d. Melakukan perataan tanah pada bak saluran.
C #, dan super kritis apabila 0 D #. (Bambang,2008)

e. Membuat alur sungai dengan menggunakan alat


Fr = (2) pembentuk sungai dengan sketsa yang telah
direncanakan yaitu mempunyai satu tikungan dengan
sudut meander 90˚.
Dimana :
f. Membuat kemiringan saluran agar air bisa mengalir
Fr = Angka 0
pada saluran yang telah direncanakan yaitu pada
Y = kedalaman aliran (m)
daerah hulu lebih tinggi 5 cm dari daerah hilir.
V = Kecepatan (m/s)
g. Pemasangan 5 krib permeabel pada tikungan saluran
g = gravitasi (m2/s)
dengan variasi sudut pemasnagan 45˚, 90˚ dan 135˚ ke
arah hulu aliran. Layout model hidrolik saluran seperti
* # $
gambar 3.
Proses erosi dan deposisi di sungai pada umumnya
terjadi karena perubahan pola aliran, terutama pada 3 -
sungai. Perubahan tersebut terjadi karena adanya
rintangan pada aliran sungai, berupa rintangan bangunan 2
sungai seperti ! jembatan, pilar jembatan, krib 1
sungai, , dan sebagainya. Bangunan semacam ini
0
dipandang dapat mengubah geometri alur serta pola aliran
selanjutnya diikuti dengan terjadinya gerusan lokal di 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
dekat bangunan (Legono: 1990).
Gambar 3. & Model Hidrolik Saluran
+ $ "! ! & !% $ ' " !
Analisis regresi dan korelasi bertujuan untuk ) ' %# $ "! ! $
mempelajari secara kuantitatif hubungan antara berbagai Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai
kejadian berupa kumpulan titik&titik yang dapat berikut:
dihubungkan oleh garis atau kurva yang disebut garis a. Pemasangan 5 krib permeabel pada tikungan saluran
regresi (linier, logaritmik, kuadratik, eksponensial kubik, dengan variasi sudut pemasnagan 45˚, 90˚ dan 135˚ ke
dll). arah hulu aliran
b. Jarak antar krib permeabel 40 cm
( c. Alirkan air dengan menghidupkan pompa dari sumber
Pemodelan sungai dilaboratorium Mekanika Fluida dengan debit tertentu. Setelah aliran melewati pintu
dan Hidrolika dengan ukuran panjang bak saluran 1200 $ % dengan ketinggian yang sama sebesar 5,5
cm, lebar 300 cm dan tinggi 50 cm, model saluran cm, maka pengamatan dapat dimulai. Penyusunan krib
berbentuk trapesium dengan lebar bawah 10 cm, lebar seperti gambar 4
atas 20 cm dan tinggi 10 cm, model saluran mempunyai 1
tikungan dengan sudut 90˚, terdapat 5 buah krib
permeabel (krib lolos air) pada tikungan, air tidak
bersedimen (* 3 ) dan saluran tidak bercabang.
Pengamatan dilakukan sebanyak 9 kali simulasi
berdasarkan variasi sudut pemasangan krib permeabel
45˚, 90˚ dan 135˚ selama 1 jam, 2,5 jam dan 4 jam. Data
yang diamati yaitu data ecepatan aliran di hulu krib,
kedalaman aliran, perubahan elevasi dasar saluran di hulu
krib, lebar dasar saluran dan debit ukur. Dari data yang
didapat akan dianalisis pengaruh sudut pemasangan krib
permeabel terhadap perubahan dasar saluran (Bt/Bo) dan
kedalaman gerusan dihulu krib (ds/y).

) ! , $ $ "! ! $
Agar penelitian ini dapat berlangsung, maka persiapan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pembersihan Laboratorium Mekanika Fluida dan
Hidrolika serta mempersiapkan alat dan bahan yang
akan diperlukan selama percobaan berlangsung.
b. Melakukan analisa saringan dan berat jenis tanah.
c. Mengisi tanah ke dalam model hidrolik. Gambar 4. Penyusunan Krib Permeabel

384
! "#
1 $A/ A % 1 ' 8 !( ! $ -2+ / ! .

Gambar 5. Hubungan antara Kecepatan dan Jarak Krib


dengan Sudut Pemasangan Krib 45˚ Ke Arah Hulu

d. sedimentasi di hilir aliran per 30 menit


e. Pengamatan diambil 3 kali dalam 1 variasi sudut 0.55

yang ditentukan berdasarkan sedimentasi yang


0.5

Kecepatan (m/s)
t1 = 1 jam
terangkut
t2 = 2.5 jam
f. Catat kecepatan aliran dengan menggunakan mini 0.45
* di hulu krib t3 = 4 jam

g. Amati ketinggian air (h). 0.4


h. Catat elevasi tinggi dasar saluran.
i. Catat lebar saluran diukur menggunakan mistar. 0.35

j. Catat kedalaman gerusan di hulu krib.


0.3
k. Catat Koordinat x dan y dengan menggunakan grid.
450 500 550 600 650
l. Ulangi prosedur no.d – no.k untuk setiap variasi STA
sudut pemasangan krib permeabel yang
direncanakan.
Gambar 6. Hubungan antara Kecepatan dan Jarak Krib
dengan Sudut Pemasangan Krib 90˚ Ke Arah Hulu
*
Pada penelitian ini dilakukan selama 4 jam dan
divariasikan dengan sudut 45˚, 90˚ dan 135˚ ke arah hulu
0.6
aliran selama waktu 1 jam, 2.5 jam dan 4 jam. Penentuan
variasi waktu berdasarkan perubahan sedimentasi yang Kecepatan (m/s) 0.55 t1 = 1 jam
terangkut di hilir aliran. Besarnya debit ukur aliran yang 0.5 t2 = 2.5 jam
terjadi dihitung dengan menggunakan persamaan t3 = 4 jam
hubungan volume air dengan waktu aliran kemudian 0.45
didapatkan nilai koefisien debit rata&rata. Dari data 0.4
koefisien debit rata&rata (cd) sebesar 0,63 dan ketinggian
air pada pintu thompson 5,5 cm sehingga didapatkan debit 0.35

aliran sebesar 63.32 Lt/menit. Untuk setiap variasi sudut 0.3


mempunyai debit aliran yang sama karena ketinggin air 450 500 550 600 650
pada pintu air $ % sama yaitu sebesar 5.5 cm. STA
Pemasangan krib tipe permeabel pada bagian tikungan
diharapkan dapat mengubah arah dan mengurangi Gambar 7. Hubungan antara Kecepatan dan Jarak Krib
kecepatan aliran. Kecepatan aliran diukur dengan dengan Sudut Pemasangan Krib 135˚ Ke Arah Hulu
menggunakan mini * . Mini @
memberikan data pada * HZ yang Hubungan antara Fr max dengan variasi sudut
kemudian data tersebut dimasukan ke dalam grafik pemasangan krib permeabel dapat dilihat pada Gambar 8,
sehingga mendapatkan data kecepatan (V cm/detik)
terhadap aliran pada saluran untuk titik tinjau yang
ditentukan. Kecepatan aliran pada awal memasuki 1.300
belokan sampai belokan akhir mengalami penurunan di
hulu krib permeabel yang dapat dilihat pada Gambar 5, 1.200
Gambar 6 dan Gambar 7, sehingga krib permeabel 1.100
membuktikan dapat berfungsi mengurangi kecepetan arus
1.000 POTONGAN A
air.
0.900
Fr Mx

POTONGAN B

0.65
0.800 POTONGAN C

t1 = 1 jam 0.700 POTONGAN D


0.6
Kecepatan (m/s)

t2 = 2.5 jam 0.600 POTONGAN E


0.55

0.5
t3 = 4 jam
0.500
0.45 25 50 75 100 125 150
0.4 Sudut (Derajat)
0.35

0.3 Gambar 8. Hubungan antara Fr Mx dan Variasi Sudut


450 500 550 600 650
Pemasangan Krib Permeabel
STA
Dari grafik di atas, angka ) yang paling
maksimum terjadi pada sudut pemasangan krib permeabel
45˚ ke arah hulu aliran.

385
! "#
1 $A/ A % 1 ' 8 !( ! $ -2+ / ! .

mendekati 1 sebesar 0,9384 dibandingkan dengan sudut


Perubahan elevasi dan lebar dasar saluran diamati dan pemasangan krib permeabel 45˚ dan 135˚, perubahan
diukur selama dilakukan pengaliran dengan variasi waktu dasar saluran maksimum untuk sudut pemasangan krib
dan sudut pemasangan arah krib yang telah ditentukan. permeabel 45˚, 90˚ dan 135˚sebesar 1,376 cm, 1,346 cm
Pengamatan dan pengukuran ditinjau pada daerah dan 1,452 cm.
tikungan saluran dengan sudut belokan 90˚. Perubahan Untuk data kedalaman rata&rata pada setiap jam yaitu
lebar saluran hanya terjadi pada bagian lebar dasar saluran 1 jam, 2,5 jam dan 4 jam dapat dilihat pada tabel 2 seperti
karena ketinggian air lebih kecil daripada ketinggian di bawah ini:
saluran dan perubahan dasar saluran lebih besar terjadi di
tikungan luar dibandingkan dengan di tikungan dalam. Tabel 2. Rata&Rata Kedalaman Gerusan Pada Setiap
Untuk rata&rata perubahan dasar saluran pada setiap jam Jamnya
yaitu 1 jam, 2,5 jam dan 4 jam dapat dilihat pada Tabel 1 % .: % $& $ / ! ! #%# 0 $& $ ! 0 "
seperti di bawah ini: )*1 231 (*1
' '$& $
4 # 5 0 4 # 5 0 4 # 5 0
Tabel 1. Rata&Rata Perubahan Dasar Saluran Pada Setiap
6* ) 6* ) 6* )
Jamnya
363+2 363+2 363*2 363+2 363*2 363*2 36382 363)2 363(2
. ' % $& $ / ! ! #%# 0 $& $ ! 0 "
3632) 3638) 3638) 3637) 363+) 363*) 36 3) 3638) 363+)
)*1 231 (*1
' '$& $ - 36 2 36322 363+2 36 32 36372 363*2 36 (2 36 2 36 32
4 # 5 0 4 # 5 0 4 # 5 0
36 ) 36 3) 3637) 3632) 3637) 363*) 36 ) 36 ) 3632)
6* ) 6* ) 6* )

6 73 6( 3 6((3 6 3 6 +3 6((3 6(33 6(*3 6)73 36 2 36 (2 36 32 36 2 36372 363*2 36 (2 36 2 36322

6 33 6 *3 6 23 6 +3 6 (3 6 +3 6(*3 6)(3 6* 3
9 36 3* 36328 36382 3632* 36388 363*8 36 8 3632* 3637

- 6 73 6 23 6(83 6 23 6(83 6(83 6( 3 6()3 6(83

6(+3 6) 3 6* 3 6( 3 6(83 6)33 6((3 6(73 6) 3


Dari tabel di atas dibuat grafik analisis regresi untuk
mengetahui koefisien determinasi yang dapat dilihat pada
6()3 6(*3 6(83 6( 3 6()3 6(83 6(23 6) 3 6)73
Gambar 10.
9 6 8 6( ) 6(8+ 6 *7 6( ) 6()+ 6((+ 6(7) 6)*

Dari tabel di atas dibuat grafik analisis regresi untuk


mengetahui koefisien determinasi yang dapat dilihat pada y = -0.018x2 + 0.088x + 0.014
0.14 R² = 0.747
gambar 9.
0.12
y = -0.016x2 + 0.075x + 0.011
0.1 R² = 0.765
y = -0.042x2 + 0.270x + 1.033
R² = 0.913
0.08
ds/y

1.5
0.06 45 DERAJAT

1.4 90 DERAJAT
0.04 y = -0.017x2 + 0.087x + 0.011
1.3 R² = 0.831 135 DERAJAT
Bt/Bo

0.02
y = -0.035x2 + 0.226x + 1.025
1.2
R² = 0.928 0
1.1 45 DERAJAT 0 1 2 3 4 5
y = -0.036x2 + 0.223x + 1.022
R² = 0.938 90 DERAJAT
1 Waktu (jam)
0.9 135 DERAJAT
Gambar 10. Grafik Hubungan Antara ds/y dengan Waktu
0.8 (Jam)
0 1 2 3 4 5

Waktu (jam)
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa sudut
pemasangan krib permeabel krib 90˚ lebih baik karena
Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Bt/Bo dengan Waktu kedalaman gerusan lebih kecil dan R2 lebih mendekati 1
sebesar 0,8317 dibandingkan dengan sudut pemasangan
(Jam) krib permeabel 45˚ dan 135˚, kedalaman gerusan
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa sudut maksimum untuk sudut pemasangan krib permeabel 45˚,
pemasangan krib permeabel krib 90˚ lebih baik karena 90˚ dan 135˚sebesar 1,05 cm, 0,95 cm dan 1,17 cm.
perubahan dasar salurannya lebih kecil dan R2 lebih

386
! "#
1 $A/ A % 1 ' 8 !( ! $ -2+ / ! .

Gambar 13. Gambar Perbandingan Morpologi Sungai


Dengan Surfer 8 Untuk Sudut Krib 135˚
Dari hasil penggambaran kontur berdasarkan surfer 8
dan penggambaran secara langsng di lapangan hasilnya
Morpologi lebar dan elevasi dasar saluran dapat dilihat berbeda. Hasil yang beda dikarenakan pengambilan data
pada Gambar 11 sampai dengan Gambar 13. untuk pengambaran kontur tidak terlalu rapat yang
diakibatkan data tidak dapat mewakili kontur yang dibuat
secara langsung di lapangan.

+ !0,#" $ % $ $

+ !0,#" $
Dari hasil penelitian pemodelan sungai yang
dilaksanakan di Laboratorium Mekanika Fluida dan
Hidrolika, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Sudut pemasangan krib permeabel krib 90˚ lebih
baik karena perubahan dasar saluranny lebih kecil
yaitu 1,346 cm (1,346 kali dari saluran awal) dan
koefisien determinasinya hampir mendekati 1 yaitu
0,9384 dibandingkan dengan sudut pemasangan krib
permeabel 45˚ dan 135˚.
2. Kedalaman gerusan dengan sudut pemasangan krib
permeabel krib 90˚ juga lebih kecil yaitu 0,95 cm
dan koefisien determinasinya hampir mendekati 1
Gambar 11. Gambar Perbandingan Morpologi Sungai yaitu 0,8317dibandingkan dengan sudut pemasangan
Dengan Surfer 8 Untuk Sudut Krib 45˚ krib permeabel 45˚ dan 135˚.

+ $
Dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian,
saran yang dapat diajukan untuk penelitian selanjutnya
yaitu:
1. Perlu dilakukan penelitian terhadap variasi jarak
antar krib agar dapat mengetahui jarak antar krib
yang lebih efisien.
2. Hendaknya dilakukan penelitian mendalam tentang
perbandingan morpologi lebar dan elevasi dasar
saluran pada saat sebelum pengaliran, pengaliran
tanpa krib dan pengaliran menggunakan krib
langsung dilapangan yang akan dibandingkan
dengan hasil program.

Gambar 12. Gambar Perbandingan Morpologi Sungai Chow, V.T. 1992. 1 ! -=


Dengan Surfer 8 Untuk Sudut Krib 90˚ @$ 1& *%.. Erlangga. Jakarta.
Djufri, Hasdaryatmin dkk. 2012. ( $ 8 ! 1
( ! ( < % ' ,
Jurnal Ilmiah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanudin, Makasar.
Luknanto.D. 1999. 9 % 8 ! % Jurnal
penelitian Dosen. Yogyakarta.
Legono, Djoko. 1999. ( ; %
( ' 3 3 %
' + . Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Kodoatie, Robert J . 2009. 1 A
! ( Andi. Yogyakarta.
Mulyanto, H.R. 2007. 0 % ) ) & .
GrahaIlmu. Yogyakarta.

387
! "#
1 $A/ A % 1 ' 8 !( ! $ -2+ / ! .

Raudkivi, AJ. 1991. * . AA.


Balkema/Rotterdam/Brookfield.

Santoso. 2004 ( $ 8 ) % ' 8 !


( ' ; ' 4" ,
Tesis Program Magister Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Dipenogoro, Semarang.
Setyono, Ernawan. 2007. 8 ! ! !
( ( %* ' -8 % % '
' % ; ; ! 2 ., Media
Teknik Sipil Vol 5 No.1 Universitas Muhammadiyah
Malang.
Sidharta, SK. 1997. % ' A .
Gunadarma. Jakarta.
Triatmodjo, Bambang. 2008. 1 . Beta Offset.
Yogyakarta.
Universitas Sriwijaya, ( 8 + ( ;
%A $ - % . Inderalaya, 2010.

388
! "#

You might also like