Professional Documents
Culture Documents
Sistem Kristal
Sistem Kristal
Di susun oleh :
Nim: 4100230059
PENGERTIAN KRISTAL
Naskah ilmiah ini bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis sistem kristal dalam
konteks material nanoteknologi. Penelitian ini melibatkan karakterisasi struktur kristal dan
mengeksplorasi potensi penerapannya dalam pengembangan teknologi material nano.
Dengan menggunakan berbagai metode analisis seperti difraksi sinar-X dan mikroskop
elektron, penelitian ini menjelaskan sifat kristalografi bahan dasar yang digunakan dalam
bidang nanoteknologi.
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendokumentasikan struktur kristal
dari material-material yang relevan dengan nanoteknologi. Selain itu, penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan hubungan antara sifat kristalografi dengan kinerja nanomaterial dalam
aplikasi tertentu. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
signifikan pada pemahaman kita terhadap pengembangan materi nanoteknologi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendokumentasikan struktur kristal dari
material-material yang relevan dengan nanoteknologi. Selain itu, penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan hubungan antara sifat kristalografi dengan kinerja nanomaterial dalam
aplikasi tertentu. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
signifikan pada pemahaman kita terhadap pengembangan materi nanoteknologi.
1.3 METODE
Dengan cara membaca dan memahami materi yang diajarkan pada pertemuan kedua,selain
itu juga banyak membaca jurnal jurnal tentang sistem kristalografi,dan intinya banyak
banyak belajar
1.4 ANALISIS DATA
Analisis kuantitatif metode Rietveld dengan software Rietica for Windows dilakukan untuk
memperoleh kesesuaian antara data pengamatan dan perhitungan. Metode Rietveld adalah
suatu metode pencocokan antara kurva teoritis yaitu database kristalografi yang dipilih dari
data (ICSD database) dengan kurva eksperimen (observasi) hingga kedua kurva memiliki
kesesuaian seluruhnya. Kurva observasi merupakan suatu difraktogram yang terdiri atas
sudut difraksi (2θ) dengan intensitasnya yang di dapatkan dari alat difraksi sinar-X (XRD).
Kurva teoritas (kalkulasi) adalah kurva kalkulasi yang didapatkan dari hasil analisis metode
Rietveld. Kesesuaian ke dua kurva diusahakan dengan metode kuadrat terkecil (least
square) yang dilakukan secara berulang-ulang (iterasi) sehingga terdapat kecocokan antara
ke dua kurva yang berarti terdapat kecocokan antara data yang diamati dengan data
kalkulasi.
BAB II PEMBAHASAN
Sistem kristal, keluarga kristal dan sistem kisi serupa tapi sedikit
berbeda, dan terdapat kebingungan luas di antara mereka:
khususnya sistem kristal trigonal sering dikacaukan dengan sistem
kisi rombohedral, dan istilah "sistem kristal" terkadang digunakan
untuk mendefinisikan "sistem kisi" atau "keluarga kristal".
Grup ruang dan kristal dibagi menjadi tujuh sistem kristal sesuai
dengan grup titik mereka, dan ke dalam tujuh sistem kisi sesuai
dengan kisi Bravais mereka. Lima dari sistem kristal pada dasarnya
sama dengan lima sistem kisi, namun sistem kristal heksagonal dan
trigonal berbeda dari sistem kisi heksagonal dan rombohedral. Enam
keluarga kristal dibentuk dengan menggabungkan sistem kristal
heksagonal dan trigonal menjadi satu keluarga heksagonal, untuk
menghilangkan kebingungan ini.
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengansistem kristal
kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegaklurus satu dengan
yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untukmasing-masing
sumbunya.Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial
ratio(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =γ = 90˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegaklurus satu sama
lain (90˚).
Gambar 1
Isometrik Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,
sistemIsometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu
aditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbuc juga
ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumb u a memiliki nilai 30˚
terhadap sumbu bˉ.
Tetaoidal
Gyroida
Diploida
Hextetrahedra
HexoctahedralBeberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold,
pyrite, galena, halite, Fluorite
(Pellant, chris: 1992)
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbukristal yang masing-
masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan
sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pen dek. Tapi pada umumnya lebih
panjang.Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
= b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak samadengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ )
tegak lurussatu sama lain (90˚)
Gambar 2
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedra
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurusterhadap ketiga
sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap
satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama
Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnyalebih
panjang).Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu
b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada si stem ini,
sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
gambar 3
+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut40˚ terhadap
sumbu b+.
Hexagonal Piramid
Hexagonal Bipramid
Dihexagonal Piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antarasumbu a+
memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut40˚ terhadap sumbu
b+.
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedra
-sumbunya tidak adayang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki
sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnyasaling tegak lurus
(90˚).
Gambar 5
ya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwaantara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap
sumbu bˉ.
Bisfenoid
Piramid
Gambar 6
ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antarasumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
Doma
PrismaBeberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot
(Pellant, chris. 1992)
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠γ ≠
90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya.
Gambar 7
Pedial
Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan
atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang
berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu.
Rocks and
Minerals
. Milan