Professional Documents
Culture Documents
MODUL 03
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-
Modul 3 Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu sebagai materi
inti/substansi dalam Pelatihan Perencanaan Teknik Sungai. Modul ini disusun
untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di
bidang sumber daya air.
Modul pengelolaan sumber daya air terpadu ini disusun dalam 3 (tiga) bagian
yang terbagi atas pendahuluan, materi pokok, dan penutup. Penyusunan modul
yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam
memahami dan menerapkan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Penekanan
orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para
peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan
manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.
DAFTAR ISI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 3 Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Modul pengelolaan sumber daya air terpadu ini terdiri dari 4 (empat) materi pokok.
Materi pokok pertama membahas pengertian pengelolaan sumber daya air
terpadu. Materi pokok kedua membahas lingkup pengelolaan sumber daya air
terpadu. Materi pokok ketiga membahas penerapan pengelolaan sumber daya air
terpadu. Materi pokok keempat membahas ilustrasi implementasi pengelolaan
sumber daya air terpadu.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dan
menerapkan dengan baik materi yang merupakan materi inti/substansi dari
Pelatihan Perencanaan Teknik Sungai. Untuk menambah wawasan, peserta
diharapkan dapat membaca terlebih dahulu materi yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya air terpadu dari sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan diskusi, tanya jawab dan peragaan.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan
ajar.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami dan menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 3 Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air dan sumber-sumber air adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, “Air merupakan
zat yang paling esensial dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan” dan “Kita
semua tidak dapat hidup tanpa air”, karena pentingnya air dalam kehidupan di
bumi ini maka diamanatkan kepada manusia untuk : Menjaga air dan sumber-
sumber air dari segala bentuk perbuatan yang menimbulkan kerusakan.
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (PSDAT) adalah proses yang ditujukan
untuk meningkatkan pengembangan dan pengelolaan air, lahan dan sumber daya
terkait secara terkoordinasi demi tercapainya kesejahteraan ekonomi dan sosial
yang maksimum dengan cara yang adil dan secara mutlak mempertahankan
keberlanjutan ekosistem yang vital.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta pelatihan dengan pengetahuan mengenai
pengelolaan sumber daya air terpadu, yang disajikan dengan menggunakan
metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan peragaan.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan
mampu memahami dan menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu:
a. Menjelaskan dan menerapkan pengertian pengelolaan sumber daya air
terpadu,
b. Menjelaskan dan menerapkan lingkup pengelolaan sumber daya air
terpadu,
c. Menjelaskan dan menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu,
d. Menjelaskan dan menerapkan ilustrasi implementasi pengelolaan sumber
daya air terpadu.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu” ini adalah 6 (enam) jam
pelajaran (JP) atau sekitar 270 menit.
MATERI POKOK 1
PENGERTIAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
b. Terkait dengan air dan sumber daya air dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Air : semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah, seperti air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada
di darat
2. Sumber air : tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat
pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah
3. Daya air : potensi yang terkandung dalam air dan atau sumber daya air
yang dapat member manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan manusia
dan lingkungannya
4. Sumber daya air : air, sumber air, dan daya air yang dikandung di
dalamnya.
3. Banjir
Banjir merupakan fenomena alam ketika sungai tersebut tidak dapat
menampung limpahan air hujan karena proses infiltrasi mengalami
penurunan. Gejala banjir yang terasa semakin sering frekuensinya serta
membesar dimensinya disebabkan karena degradasi Daerah Aliran
Sungai yang menurunkan kapasitas infiltrasi dan meningkatnya koefisien
aliran permukaan.
4. Pencemaran
Pencemaran air adalah perubahan zat atau kandungan di dalam air baik
itu air yang ada di sungai, danau ataupun air di lautan luas bahkan saat ini
juga sudah terdapat pencemaran pada air tanah. Dari pengamatan
ternyata penyebab pencemaran air ini lebih banyak diakibatkan oleh ulah
manusia.
Sungai Citarum adalah sungai yang paling tercemar berat. Limbah industri
menjadi penyebab tercemarnya sungai. Tidak kurang terdapat 500 pabrik
yang berada di sepanjang aliran sungai Citarum.
5. Degradasi DAS
Dengan adanya pertambahan penduduk memerlukan lahan baik untuk
kegiatan pertanian, perumahan, industri dan lain-lain yang akan
menyebabkan perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan
lahan yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian sumber daya
air adalah perubahan dari kawasan hutan ke penggunaan lainnya seperti
pertanian, perumahan, ataupun industri.
Apabila kegiatan tersebut tidak segera dikelola dengan baik, maka akan
menyebabkan kelebihan air pada saat musim hujan dan kekeringan pada
musim kemarau. Akibat tekanan yang berlebihan pada daerah aliran
sungai bagian hulu ini, luas daerah kritis di 282 DAS mencapai 6,9 juta
hektar, sedangkan areal yang sangat kritis mencapai 23,3 juta hektar.
Walaupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah membuat
b. Multiguna
Perkembangan kebutuhan masyarakat yang beragam, mulai menyebabkan
pertentangan antar pengguna air. Kerusuhan demi kerusuhan terjadi, seperti
kerusuhan di Sind-Punjab (1941). Peraturan pada waktu itu : “Yang terdahulu
mengambil air, mendapat preoritas”.
c. Terpadu
Konsep bangunan multiguna sebagai perkembangan dari bangunan ekaguna,
yang sukses dalam memenuhi kebutuhan air setempat dengan cara yang
efisien pada pembangunan sejumlah proyek, ternyata gagal dalam memenuhi
kebutuhan air bagi seluruh DAS. Presiden Theodore Roosevelt, dalam
suratnya kepada Inland Waterway Commission (1908) menyatakan sebagai
berikut :
1.4 Latihan
Terangkan secara singkat dan jelas pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan pengertian dari Daerah Aliran Sungai (DAS)?
2. Sebutkan permasalahan-permasalahan pokok sehingga PSDAT diperlukan?
3. Apa yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air terpadu?
1.5 Rangkuman
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktifitas daratan.
Pengelolaan SDA Terpadu (menurut wacana Global) adalah Proses
Pengelolaan SDA yang memadukan antara sumber daya air dengan sumber
daya terkait lainnya antar sektor, antar wilayah secara berkelanjutan tanpa
harus mengorbankan lingkungan dan diselenggarakan dengan pendekatan
partisipatif.
Terdapat 3 (tiga) permasalahan pokok yang dapat dirasakan sedemikian
sehingga PSDAT diperlukan yaitu masalah umum (krisis air, krisis perilaku ,
krisis penyelenggaraan pengelolaan), masalah aktual (ketahanan pangan,
pelayanan air bersih, banjir, pencemaran, degradasi DAS), masalah
pengelolaan masa lalu.
Perkembangan PSDAT terdiri dari proyek ekaguna, multiguna dan terpadu.
Yang diperlukan dalam PSDAT adalah integrasi dan interaksi antara sistem
alam dan sistem sosial.
MATERI POKOK 2
LINGKUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
b. Pengelolaan Lahan
Kegiatan pengelolaan lahan diarahkan untuk tercapainya produktifitas tanah
yang tinggi, serta terkendalinya erosi lahan.
Unsur-unsur yang menjadi pertimbangan, antara lain :
1) Lahan harus dimanfaatkan/digunakan sesuai kemampuannya
2) Tanah harus dilindungi dari ancaman erosi dengan mempertahankan
penutupan tanah
3) Metode guludan dan terasering atau perlakuan lainnya dapat diterapkan
untuk meningkatkan penggunaan tanah yang lebih baik
Sebagai tolak ukur dampak pengelolaan tanah adalah jumlah tanah yang
hilang per satuan waktu, atau tingkat pengendapan di waduk, pendangkalan di
sungai/saluran irigasi atau rendahnya mutu air.
b. Pengelolaan/Pengendalian Erosi/Sedimentasi
Pada kegiatan ini dapat dilakukan melalui pembuatan bangunan-bangunan
drap structure pada alur anak-anak sungai bagian hulu (creak) yang terbuat
dari bronjong kawat berisi batu kali, pasangan batu atau dari pohon-pohon
bambu. Fungsi dari bangunan ini adalah untuk menghindari penggerusan
dasar sungai atau pengamanan tebing sungai dari bahaya longsor.
Diantara pengelolaan lahan dan pengelolaan air terdapat keterkaitan yang sangat
erat, dengan demikian konservasi lahan yang merupakan unsur utama dalam
pengelolaan daerah aliran sungai di bagian hulu, akan berpengaruh terhadap
kondisi daerah aliran sungai di bagian hilir, terutama dalam pemanfaatan air yang
optimal untuk berbagai kegunaan, serta untuk pengendalian banjir.
UPAYA
Merencanakan Melaksanakan Memantau Mengevaluasi
PENYELENGGARAAN
Konservasi SDA : Pendayagunaan Pengendalian Daya Rusak
1. Perlindungan dan SDA : Air :
pelestarian Sumber 1. Penatagunaan 1. Pencegahan
Air 2. Penyediaan 2. Penanggulangan
2. Pengawetan air 3. Penggunaan 3. Pemulihan
3. Pengelolaan kualitas 4. Pengembangan
air dan 5. pengusahaan
pengendalian
pencemaran air
TUJUAN
Menjaga kelangsungan Memanfaatkan SDA Mencegah, menanggulangi,
keberadaan daya secara berkelanjutan dan memulihkan akibat
dukung, daya tampung, dengan kerusakan kualitas
dan fungsi SDA mengutamakan lingkungan yang diakibatkan
pemenuhan oleh daya rusak air
kebutuhan pokok
kehidupan
masyarakat secara
adil
Sebelum melakukan kegiatan PSDAT selalu diawali dengan penyusunan Pola dan
Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai, berdasarkan kondisi sumber daya
air; daya dukung lingkungan; dan rencana tata ruang.
b. Pengawetan Air
1) Penyimpanan kelebihan
air pada saat hujan untuk
dimanfaatkan pada saat
diperlukan
3) Pengendalian
penggunaan air tanah
Pengawetan air :
3) Pencegahan masuknya
pencemaran air pada sumber
air dan prasarana sumber
daya air
c) Pollution fee
Pembuangan limbah/sampah
Gambar II.5 - Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran
Pengendalian Pencemaran
Maksud :
Dalam UU-SDA ini juga diakui adanya dan berlangsungnya “hak ulayat”. Hak
ulayat adalah hak yang dimiliki secara turun temurun oleh suatu masyarakat
hukum adat sehingga menjadi bagian dan budaya hidup mereka . Ada
kemungkinan sumber air ditemukan pertama kali oleh masyarakat adat dan
dimanfaatkan oleh mereka secara turun temurun, maka masyarakat tersebut
dapat mempunyai hak untuk meneruskan menggunakan air dan sumber
tersebut. Hak ulayat yang diakui dalam UU-SDA ini hanya jika kenyataannya
masih ada dan telah dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat.
Karena air adalah karuniaTuhan untuk memenuhi hajat hidup baik bagi
manusia, binatang maupun tanaman, maka tidak ada “hak milik” atas air.
Sebagai perbandingan, tanah/lahan bukan untuk memenuhi hajat hidup,
karena itu ada hak milik atas tanah.
Hak yang melekat pada SDA adalah : hak guna” yang dibagi menjadi “hak
guna pakai” dan “hak guna usaha”. Hak guna pakai adalah hak untuk
memperoleh dan menggunakan air. Hak guna pakai ini tidak perlu mendapat
ijin apabila untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perorangan dan
bagi pertanian rakyat (ukuran kecil) pada sistem irigasi yang sudah ada.
Tetapi jika untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah
besar, atau untuk sistem irigasi yang baru, maka hak guna pakai harus
memperoleh ijin terlebih dahulu.
Hak guna usaha adalah hak untuk menggunakan air sesuai dengan yang
dialokasikan untuk kebutuhan usaha, baik sebagai air baku bahan produksi
(air minum, air kemasan), penunjang produksi (cooling water, pencucian
Hak guna air, baik hak guna pakai maupun hak guna usaha, tidak dapat
disewakan atau dipindahtangankan, agar tidak terjadi “perdagangan hak”. Jika
suatu hak tidak digunakan, maka harus dikembalikan atau diambil kembali
oleh yang memberi hak, yakni pemerintah pusat atau pemerintah daerah
(provinsi atau kabupaten) sesuai kewenangannya.
Semua air berasal dari air hujan yang jatuh di bumi. Sebagian mengalir
sebagai air permukaan, sebagian meresap ke dalam tanah sebagai air tanah
dan sebagian lagi menguap kembali ke udara. Pada prinsipnya penggunaan
air adalah secara terpadu (conjuctive) antara air hujan, air permukaan dan air
tanah. Namun mengingat pengisian kembali (recharge) air tanah
membutuhkan waktu yang sangat lama, maka penggunaan air permukaan
lebih diutamakan. Sedangkan penggunaan air tanah dibatasi hanya jika
kebutuhan sangat mendesak dan tidak dapat dipenuhi oleh air permukaan.
Hakekatnya daya rusak air merupakan bagian tak terpisahkan dari fisik airnya
sendiri yakni sejak keberadaan air dalam alam. Dengan berbagai aktivitas
manusia yang makin meningkat, daya rusak itu lebih diperparah lagi. Karena
itu tidak mungkin manusia dapat menghilangkan daya rusak tersebut.
Daya rusak air yang paling significant adalah banjir. Di Negara manapun
bahkan Negara yang sudah sangat maju teknologinya, tidak akan dapat
menghindari terjadinya banjir yang disebabkan oleh alam. Karena itu yang
dapat dilakukan oleh manusia adalah sedapat-dapatnya hidup berdampingan
secara damai dengan alam serta mengendalikan daya rusaknya agar tidak
makin menimbulkan akibat yang sangat merugikan.
Perencanaan pengendalian daya rusak air harus disususn secara terpadu dan
menyeluruh sekaligus pada waktu menyusun pola pengelolaan SDA, yang
harus memperhatikan rencana tata ruang.
Penanggung jawab utama pengendalian ini adalah pemerintah (pusat dan
daerah) serta pengelola SDA Wilayah Sungai, dengan tetap melibatkan
masyarakat sebagai kewajiban bersama.
Pencegahan tersebut lebih diutamakan pada kegiatan non fisik. Dalam rangka
pencegahan ini perlu perlakuan seimbang antara konservasi di daerah hulu
Lingkup Kegiatan :
1) Pencegahan Daya Rusak Air.
a) Pencegahan daya rusak air yang berupa pekerjaan pembangunan
sarana dan prasarana fisik, antara lain, pengaturan sungai,
pembuatan tanggul banjir dan lain sebagainya..
4. Pemberdayaan Masyarakat
Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemberdayaan para
pemilik kepentingan dan kelembagaan sumber daya air secara terencana dan
sistematis untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air.
Lingkup Kegiatan :
a. Perlibatan peran masyarakat sejak perencanaan
1) Dialog dengan masyarakat.
2) Konsultasi dengan masyarakat.
Lingkup Kegiatan :
1) Kebutuhan sistem informasi SDA.
5) Pengelolaan SDA, sistem hidrologi dan sistem informasi sumber daya air
6) Pelaksanaan O & P serta bimbingan teknis pengelolaan SDA
7) Menfasilitasi kegiatan team koordinasi PSDA, penyiapan rekomendasi
teknis dan melakukan pembudayaan masyarakat dalam pengelolaan SDA
c. Struktur Organisasai Balai Wilayah Sungai
BBWS Tipe A
Kepala
Balai
Bagian
Tata Usaha
Subbag
Subbag
Subbag Pengelolaan
Keuangan &
Kepegawaian Barang Milik
Umum
Negara
Bidang
Seksi Seksi Seksi
Seksi Pengendalian
Pelaksanaan Pengendalian Perencanaan
Program Pelaksanaan
Jaringan Pelaksanaan Operasi
Sungai
Sumber
& Pantai
Air Irigasi & Rawa Pemeliharaan
Kelompok
Jabatan
Fungsional
BWS TIPE A
Kepala
Balai
Subbag
Tata Usaha
SSeksi Seksi
Seksi
Program & Operasi &
Pelaksanaan
Perencanaan Pemeliharaan
Umum
KKelompok
Jabatan
Fungsional
BWS TIPE B
Kepala
Balai
Subbag
Tata Usaha
Seksi Seksi
Program & Operasi &
Perencanaan Pemeliharaan
Umum
Kelompok
Jabatan
Fungsional
2.3 Latihan
Terangkan secara singkat dan jelas pertanyaan di bawah ini!
1. Sebutkan dan jelaskan landasan-landasan pola pengelolaan daerah aliran
sungai!
2. Mengapa Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (PSDAT) diperlukan dalam
mengelola sumber daya air di wilayah sungai?
3. Uraikan lingkup tugas dalam pengelolaan sumber daya air ? Kegiatan ini
hanya berhasil kalau didukung dengan pemberdayaan masyarakat. Uraian
kegiatan apa saja yang bisa dikatagorikan sebagai “Pemberdayaan
Masyarakat”.
2.4 Rangkuman
Pengelolaan daerah aliran sungai adalah pengelolaan sumber daya alam yang
terbaru pada suatu daerah aliran sungai, seperti vegetasi, tanah dan air, sehingga
dapat memberikan manfaat yang optimal dan berkesinambungan. Sasaran
pengelolaan daerah aliran sungai adalah daerah-daerah yang secara alami
berpotensial terhadap terjadinya kerusakan lingkungan, khususnya erosi lahan di
bagian hulu dan tengah daerah aliran sungai, dan memiliki kemiringan lebih besar
dari 8%. Pola pengelolaan daerah aliran sungai didasarkan atas landasan
institusional, landasan konsepsional, landasan operasional. Kegiatan pengelolaan
daerah aliran sungai meliputi dua aspek teknis yang penanganannya harus
dilakukan secara terpadu, dengan memakai daerah aliran sungai yang
bersangkutan sebagai satu kesatuan wilayah pengembangan. Dua aspek yang
dimaksud adalah aspek agro teknik dan aspek civil teknik.
MATERI POKOK 3
PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
Gambar III.1 - Ilustrasi tata cara pengelolaan sumber daya air terpadu
Pola pengelolaan sumber daya air disusun dengan mengacu pada informasi
mengenai :
1. Penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air yang dilakukan oleh
pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang bersangkutan.
2. Kebutuhan sumber daya air bagi semua pemanfaat di wilayah sungai yang
bersangkutan.
3. Keberadaan masyarakat hukum adat setempat.
4. Sifat alamiah dan karakteristik sumber daya air dalam satu kesatuan sistem
hidrologis.
5. Aktivitas manusia yang berdampak terhadap kondisi sumber daya air.
6. Kepentingan generasi masa kini dan mendatang, serta lingkungan hidup.
Pola pengelolaan sumber daya air disusun melalui konsultasi dengan instansi dan
unsur masyarakat yang terkait.
Pola pengelolaan sumber daya air disusun dan ditetapkan untuk jangka waktu 20
(dua puluh) tahun.
Pola pengelolaan sumber daya air yang sudah ditetapkan dapat ditinjau dan
dievaluasi sekurang-kurangnya setiap 5 (lima) tahun sekali.
Rancangan Pola PSDA pada Wilayah Sungai dalam satu kebupaten/kota disusun
oleh dinas di tingkat kabupaten/kota atau bersama Pengelola SDA di Wilayah
Sungai melalui konsultasi dengan instansi teknis terkait.
Dalam hal pada wilayah sungai tersebut tidak atau belum terbentuk wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air, bupati/walikota dapat meminta
pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota.
Dalam hal pada kabupaten/kota, tersebut tidak atau belum terbentuk wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota, bupati/walikota dapat
langsung menetapkan pola pengelolaan sumber daya air sesuai dengan
rancangan.
Rancangan Pola PSDA pada Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota disusun oleh
dinas di tingkat provinsi atau bersama pengelola sumber daya air wilayah sungai
melalui konsultasi dengan instansi teknis terkait.
Gubernur menetapkan rancangan pola pengelolaan sumber daya air menjadi pola
pengelolaan sumber daya berdasarkan pertimbangan wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan.
Dalam hal pada wilayah sungai tersebut tidak atau belum terbentuk wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air, gubernur dapat meminta pertimbangan
wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi.
Rancangan pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, lintas
Negara, dan strategis nasional disusun oleh Menteri setelah berkonsultasi dengan
instansi teknis dan unsur masyarakat terkait.
Menteri menetapkan rancangan pola pengelolaan sumber daya air menjadi pola
pengelolaan sumber daya air berdasarkan pertimbangan wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai bersangkutan.
Dalam hal pada wilayah sungai lintas provinsi atau strategis nasional dimaksud
tidak atau belum terbentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air,
Menteri dapat meminta pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya
air provinsi melalui gubernur terkait.
Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas Negara dilakukan sesuai
dengan perjanjian dengan Negara terkait berdasarkan pola pengelolaan sumber
daya air yang ditetapkan oleh Menteri.
Pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas Negara digunakan
sebagai dasar penyusunan perjanjian dengan negara terkait.
Dalam hal belum ada perjanjian dengan terkait, pengelolaan sumber daya air
pada wilayah sungai yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia didasarkan pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan
oleh Menteri.
Ketentuan mengenai pedoman teknis dan tata cara penyusunan pola pengelolaan
sumber daya air diatur dengan peraturan Menteri. (Permen PU No.
22/PRT/M/2009)
Perencanaan pengelolaan sumber daya air disusun sesuai dengan prosedur dan
persyaratan melalui tahapan yang ditetapkan dalam standar perencanaan yang
berlaku secara nasional yang mencakup inventarisasi sumber daya air,
penyusunan dan penetapan rencana pengelolaan sumber daya air.
3.4 Latihan
Terangkan secara singkat dan jelas pertanyaan di bawah ini!
1. Sebutkan beberapa persyaratan dalam penerapan pengelolaan sumber daya
air terpadu!
3.5 Rangkuman
Terdapat beberapa persyaratan dalam penerapan pengelolaan sumber daya air
terpadu yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki lembaga Pengelola SDA Wilayah Sungai yang handal dilandasi dasar
hukum yang kuat, diterima para pemilik kepentingan dan memiliki SDM yang
kompeten.
2. Memiliki kebijakan, pola dan rencana pengelolaan SDA.
3. Memiliki data, model, sistem, fasilitas pengelolaan SDA.
4. Memiliki wadah koordinasi dan komunikasi antar pemilik kepentingan sebagai
perangkat manajemen partisipatif.
5. Memiliki Sasaran yang jelas.
Selain itu juga terdapat The Three Pillars of IWRM (GWP 2004) yaitu The
Enabling Environment, Institutional Framework/Roles dan Management
Instruments. Kemudian terdapat pola pengelolaan sumber daya air yang disusun
dan ditetapkan sebagai kerangka dasar dalam pengelolaan sumber daya air
wilayah sungai dengan keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Pola
pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud disusun dengan
memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah administratif
yang bersangkutan.
MATERI POKOK 4
ILUSTRASI IMPLEMENTASI PSDAT
4.5 Latihan
Terangkan secara singkat dan jelas pertanyaan di bawah ini!
1. Sebutkan contoh-contoh dalam implementasi konservasi sumber daya air!
4. Sebutkan beberapa contoh dalam implementasi pendayagunaan sumber daya
air!
5. Sebutkan contoh dari implementasi pengendalian daya rusak air!
4.6 Rangkuman
Ilustrasi implementasi pengelolaan sumber daya air terpadu terdiri dari
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian
daya rusak air dan pemberdayaan masyarakat.
Adapun contoh-contoh dari implementasi konservasi sumber daya air yaitu
pemanfaatan atap untuk tangkapan air, sungai alami yang diinginkan, sistem
teras bangku, pengaturan sempadan di sungai jepang. Kemudian contoh dari
pendayagunaan sumber daya air terdiri dari air untuk pertanian, air untuk
industri, air untuk transportasi, air untuk olahraga. Sedangkan contoh dari
pengendalian daya rusak air yaitu adanya ruang pengendali banjir di malang.
PENUTUP
A. Simpulan
Di dalam modul ini peserta dapat mempelajari, mendalami dan memahami
mengapa Pengelolaan SDA Terpadu sangat diperlukan dalam melakukan
pengelolaan sumber daya air dalam wilayah sungai.
Lingkup pengelolaan sumber daya air secara terpadu pada dasarnya mencakup 3
(tiga) bidang yakni :
1. Konsumsi sumber daya air
2. Pendayagunaan sumber daya air dan
3. Pengendalian daya rusak air.
Selain itu juga modul ini dapat memberikan gambaran yang jelas dalam
mengimplementasikan kegiatan di atas dalam modul ini juga disertakan ilustrasi
yang berupa gambar/ foto pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
B. Tindak Lanjut
1. Untuk dapat memberikan gambaran yang utuh dalam memahami modul
ini kepada peserta diklat selain mambaca, mendalami dan mamahami
apa yang tertulis dalam modul ini juga dianjurkan untuk mempelajari isi
dari Undang-undang Sumber Daya Air yang walaupun kini di batalkan
oleh Mahkamah Konstitusi (u/u No. 7 tahun 2004), namun sebagian
besar dari undang-undang tersebut masih relevan untuk di terapkan.
2. Salah satu bentuk Manajemen sumber daya air terpadu yang sudah
berjalan selama ini adalah pengelolaan SDA di wilayah kali Brantas yang
disebut dengan “Perusahaan Jasa Tirta I” yang berkantor di Malang
Propinsi Jawa Timur. Kepada peserta pelatihan diharapkan dapat
melakukan studi lapangan pada perusahaan yang dimaksud.
EVALUASI FORMATIF
A. Soal
Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar dari petanyaan-
pertanyaan di bawah ini!
1. Sasaran pengelolaan daerah aliran sungai adalah …..
a. Daerah-daerah yang secara alami berpotensial terhadap terjadinya banjir
b. Daerah yang memiliki kerusakan air
c. Erosi lahan di bagian tengah aliran sungai
d. Erosi lahan di bagian hulu daerah aliran sungai
e. Erosi lahan di bagian hulu dan tengah daerah aliran sungai dan memiliki
kemiringan lebih besar dari 8%
3. Berikut ini yang bukan merupakan instansi terkait dalam aspek konservasi
pada pengelolaan sumber daya air …..
a. PU
b. Dalam Negeri
c. BNPB
d. Kehutanan
e. ESDM
4. Berikut ini yang merupakan persyaratan dalam penerapan PSDAT adalah ....
a. Memiliki lembaga Pengelola SDA Wilayah Sungai yang handal dilandasi
dasar hukum yang kuat, diterima para pemilik kepentingan dan memiliki
SDM yang kompeten.
b. Memiliki kebijakan, pola dan rencana pengelolaan SDA.
c. Memiliki data, model, sistem, fasilitas pengelolaan SDA.
d. Memiliki wadah koordinasi dan komunikasi antar pemilik kepentingan
sebagai perangkat manajemen partisipatif.
e. Semua benar
5. Berikut ini merupakan contoh dari konservasi sumber daya air, kecuali…..
a. Sungai alami yang diinginkan
b. Sistem teras bangku
c. Pemanfaatan atap untuk tangkapan air
d. Pengaturan sempadan di sungai Jepang
e. Jaminan air untuk ekosistem
× 100 %
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
memahami dan menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu. Proses
berbagi dan diskusi dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
Sumber Air : Tempat atau wadah air alami dan atau buatan
yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah.
Sumber Daya Air Air, sumber air, dan daya air yang dikandung di
dalamnya.
KUNCI JAWABAN
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.
Adapun kunci jawaban dari latihan setiap materi pokok, sebagai berikut:
c. Pengendalian daya rusak air : Pengendalian daya rusak air ini dapat
dilakukan pada sungai, danau, waduk dll dengan mengutamakan pada
upaya pencegahan melalui perencanaan yang disusun secara terpadu dan
menyeluruh.
Untuk mendukung kegiatan-kegiatan diatas, perlu dilakukan
“pemberdayaan masyarakat” melalui kegiatan-kegiatan, sosialisasi
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan SDA, penyuluhan,
pertemuan-pertemuan “Rembug-Desa”, seminar, lokakarya dll.
3. Contoh dari pengendalian daya rusak air yaitu adanya ruang pengendali
banjir di malang.