You are on page 1of 17

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PERANGKAT UNTUK MENGAJAR SECARA EFEKTIF

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH :


Prof. Dr. Abdul Saman, M.Si. Kons

KELOMPOK 1
A. Dewi Andriani (230014301009)
Lisa Amalia (230014301013)
Andi Yulianti (230014301013)
Abdullah H (230014301027)

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ADMINITRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Psikologi Pendidikan ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.

Makalah tentang Psikologi Pendidikan ini kami buat untuk melengkapi


tugas kelompok mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
Demokrasi Pancasila ini dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah Psikologi Pendidikan ini terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha
Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Makassar, 08 Oktober 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ...i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....... ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………... ... 1
B. Rumusan Masalah ………….………………………………………………….2
C. Tujuan Penulisan ……….…………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN ……………….…………………………………….3
A. Selayang Pandang Psikologi Pendidikan ………….………………………….3
B. Cara Mengajar yang Efektif…….. ………………………………………….….4
C. Riset dalam Psikologi Pendidikan …………………………………………....10
BAB III PENUTUP …………………………………………………………....13
A. Kesimpulan …………………………………………………………....13
B. Saran …………………………………………………………………....13
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………....14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikologi kerap kali dimaknai sebagi ilmu tentang jiwa. Hal ini didasari
pada makna harfiah dari kata psikologi itu sendiri. Istilah psikologi berasal dari
bahasa Yunani Kuno yang terdiri dua suku kata, yaitu psyche yang berarti jiwa, dan
logos yang berarti ilmu. Maka secara harfiah, psikologi dapat dimaknai sebagai
ilmu tentang jiwa. Jadi, Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari
tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi studi sistematis
tentang proses-proses dan faktor-faktor yangberhubungan dengan pendidikan
manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan efisiensi
di dalam pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi
yang membahas persoalan psikologi yang bertalian dengan pendidikan.
Termasuk tinjauan psikologis mengenai manusia dalam situasi pendidikan
(sifat-sifat umum aktivitas manusia), tinjauan psikologis mengenai manusia
dalam proses pendidikan (masalah belajar).

Tidak dapat dipungkiri bahwa, sejak anak manusia lahir kedunia telah
dilakukan usaha-usaha pendidikan, para orang tua telah berusaha mendidik anak-
anaknya mulai dari cara-carayang sederhana. Sebagai contohnya sejak kecil kita
telah diajarkan mengenai cara berinteraksi yang baik dan benar demi menjaga nilai-
nilai norma yang ada. Dari uraian tersebut sangatlahjelas, bahwa masalah
pendidikan adalah masalahnya setiap orang dari dulu hingga sekarang.

Untuk mengimplementasikan psikologi pendidikan ini tentunya harus


ada kerjasama antara pendidik dan peserta didik. Karena pada hakikatnya
psikologi merupakan ilmu pengetahuan yangmemahami antar sesama salah
satunya antara siswa dan guru.

1
Oleh karena itu pengetahuan psikologis mengenai anak didik dalam
proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik. Proses
tersebut terjadi dalam situasi yang menyangkut banyak hal, seperti pergaulan
antara anak didik dan pendidik, tujuan yang akan dicapai, materi yang diberikan
dalam proses pembelajaran, lingkungan yang menjadi ajang proses, dan
sebagainya.

B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana Selayang Pandang Psikologi Pendidikan ?
b) Bagaimana Cara Mengajar yang Efektif ?
c) Apa Saja Riset dalam Psikologi Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui bagaimana Selayang Pandang Psikologi Pendidikan
2) Untuk mengetahui cara mengajar yang efektif
3) Untuk mengetahui apa saja riser dalam Psikologi Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Selayang Pandang Psikologi Pendidikan


Psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Psikologi
pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara
memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.

1. Latar Belakang Historis

Bidang psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa perintis bidang psikologi


sebelum awal abad ke -20. Ada tiga perintis terkemuka yang muncul di awal Sejarah
psikologi pendidikan, yaitu William James, John Dewey, dan E.L. Thorndike.
William James, John Dewey merupakan tokoh kedua berperan besar dalam
membentuk psikologi pendidikan. Dia menjadi motor penggerak untuk
mengaplikasikan psikologi di tingkat praktis. Sedangkan E. L. Thorndike (1874-
1949), yang memberi banyak perhatian pada penilaian dan perbaikan dasar-dasar
belajar secara ilmiah yang harus berfokus pada pengukuran (O’Donnell & Levin,
2001).

Akan tetapi, muncul keberataan terhadap pendekatan behavioral yang


dianggap tidak memedulikan banyak tujuan dan kebutuhan pendidik di kelas
(Hilgard, 1996). Sebuah ulasan di Annual Review of Psychology (Wittrock &
Lumsdaine, 1977) menyatakan, “Perspektif kognitif mengimplementasikan bahwa
analisis behavioral terhadap intruksi sering sekali tidak cukup untuk menjelaskan
efek dari instruksi terhadap pembelajaran. Jadi menjelang akhir abad ke-20 banyak
ahli psikologi pendidikan kembali menekankan pada aspek kognitif dari proses
belajar seperti apa yang pernah didukung oleh James dan Dewey pada awal ke-20.
Selama beberapa decade terakhir abad ke-20, ahli psikologi pendidikan juga
semakin memperhatikan pada aspek sosio emosional dari kehidupan murid.

3
2. Mengajar: Antara Seni dan Ilmu Pengetahuan

Bidang psikologi pendidikan banyak mengambil sumber dari teori dan riset
psikologi yang lebih luas. Misalnya, teori Jean Peaget dan Lev Vygotsky tidak
diciptakan dalam rangka memberi informasi bagi guru tentang cara mendidik anak.
Psikologi pendidikan juga banyak memanfaatkan teori dan riset yang disusun dan
dilakukan langsung oleh para ahli psikologi pendidikan, dan dari pengalaman
praktis para guru. Ahli psikologi pendidikan juga mengakui bahwa mengajar
terkadang harus mengabaikan saran-saran ilmiah, tetapi menggunakan improvisasi
dan spontanitas (Gage,1978).

Sebagai sebuah ilmu, tujuan psikologi pendidikan adalah memberi


pengetahuan tentang riset yang dapat secara efektif diaplikasikan untuk situasi
mengajar. Tetapi pengajaran tetap merupakan seni mengajar. Selain hal-hal yang
bisa dipelajari dari riset, juga akan terus-menerus membuat penilaian penting di
kelas berdasarkan keahlian dan pengalaman pribadi, dan juga berdasarkan saran
bijak dari guru-guru lain yang lebih berpengalaman.

B. Cara Mengajar Yang Efektif


Pengetahuan tentang psikologi pendidikan penting karena memberikan
dasar bagi karir mengajar. Guru sebagai pengajar dan pendidik mempunyai
pengetahuan tentang psikologi pendidikan akan mampu mengembangkan dan
menerapkan prinsip-prinsip psikologi dalam proses belajar mengajar dan mendidik
siswa di kelas. Guru harus selalu kreatif dalam mengajar siswa di kelas, termasuk
dengan menerapkan psikologi pendidikan secara optimal dan maksimal. Jadi itulah
alasannya penting bagi guru untuk memahami psikologi pendidikan. Karena
mengajar adalah hal yang kompleks dan kerena murid-murid itu bervariasi, maka
tidak ada acara Tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz, 1997).
Guru harus menguasai beragam perpektif dan strategi, dan harus bisa
mengaplikasikan nya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama: (1)
pengetahuan dan keahlian psofesional, dan (2) komitmen dan motivasi.

4
1. Pengetahuan dan Keahlian Profesional
Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan
mengajar yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan
didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran, dan manajemen
kelas, serta tahu cara bagaimana memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan
secara efektif murid-murid dari beragam latar belakang kultural. Serta juga
memahami cara menggunakan teknologi yang tepat guna di dalam kelas.

a) Penguasaan Materi Pelajaran. Selama satu dekad terakhir ini, murid-


murid sekolah menengah lebih memilih “ guru yang menguasai mata Pelajaran”
(NASSP, 1997). Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan memahami
materi. Tentu saja, pengetahuan subjek materi bukan hanya mencakup fakta, istilah,
dan konsep umum. Ini juga membutuhkan pengetahuan tentang dasar-dasar
pengorganisasian materi, mengaitkan berbagai gagasan, cara berpikir dan
berargumen, pola perubahan dalam satu mata Pelajaran, kepercayaan tentang mata
Pelajaran, dan kemampuan untuk mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplin ilmu
ke disiplin ilmu lainnya.

b) Strategi Pengajaran. Prinsip kontruktivisme adalah inti dari filsafat


pendidikan William Jamees dan John Dewey. Konstruktivisme menekankan agar
individu secara aktif Menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman.
Menurut pandangan kontruktiviseme, guru bukan hanya sekedar memberi
informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak untuk
mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan berpikir
secara kritis (Brooks & Brooks, 2001). Reformasi pendidikan dewasa ini semakin
mengarah ke pengajaran berdasarkan perspektif konstruktivis ini ( Hickey, Moore
& Pellegrino, 2001). Dewasa ini, kontruktivisme juga menekankan pada kolaborasi
anak-anak saling bekerja sama untuk mengetahui dan memahami Pelajaran (
Gauvan, 2001).

5
c) Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Intruksional. Guru yang
efektif tidak hanya sekedar mengajar di kelas, entah itu dia menggunakan perpektif
tradisional atau kontruktivis. Mereka menentukan tujuan pembelajaran dan
Menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu (Pintrich & Schunk, 2022). Selain itu
juga harus Menyusun kriteria tertentu agar sukses.

d) Keahlian Manajemen Kelas. Aspek penting lain untuk menjadi guru yang
efektif adalah mampu menjaga kelas tetap aktif Bersama dan mengorientasikan
kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif membangun dan mempertahankan
lingkungan belajar yang kondusif. Agar lingkungan ini optimal, guru perlu
senantiasa meninjau ulang strategi penataan dan prosedur pengajaran,
pengorganisasian kelompok, monitoring, dan mengaktifkan kelas, serta menangani
Tindakan murid yang mengganggu kelas (Algozzine & Kay, 2022; Emmer &
Stough, 2001; Lindberg & Swick, 2022; Martella Nelson & Marchand-Martella,
2003).

e) Keahlian Motivasional. Guru yang efektif punya strategi yang baik untuk
memotivasi murid agar mau belajar (Boekaerts, Pintrich & Zeidner, 2000; Stipek,
2002). Para ahli psikologi pendidikan semakin percaya bahwa motivasi ini paling
baik didorong dengan memberi kesempatan murid untuk belajar di dunia nyata,
agar setiap murid berkesempatan menemui sesuatu yang baru dan sulit (Brophy,
1998). Guru yang efektif tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa
memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi
kesempatan murid untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka
sendiri (Runco, 1999).

f) Keahlian Komunikasi. Hal yang diperlukan dalam mengajar adalah


keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal.
Guru yang efektif menggunakan keahlian komunikasi saat mereka berbicara dengan
murid, orang tua, dan yang lainnya, dan tidak terlau banyak kritik, serta memiliki
gaya komunikasi yang asertif, bukan agresif, manipulative, atau pasif (Alberti &
Emmons, 1995; Everstone, Emmer, & Worsham, 2003).

6
g) Keahlian Teknologi. Dibutuhkan syarat atau kondisi lain untuk
menciptakan lingkungan belajar yang mendukung proses belajar murid (Earlr,
2002;Sharp, 2002). Kondisi-kondisi itu anata lain (Internasional Society for
Tecnology in Education, 2001): visi dan dukungan dari tokoh pendidikan; guru
yang menguasai teknologi untuk pengajaran; standar dan isi kurikulum; penilaian
efektivitas teknologi untuk pembelajaran; dan memandang anak sebagai pembelajar
aktif dan konstruktif. Guru yang efektif mengembangkan keahlian teknologi dan
mengintegrasikan computer ke dalam proses belajar di kelas (Male, 2003). Integrasi
ini harus disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid, termasuk kebutuhan
mempersiapkan murid untuk mencari pekerjaan di masa depan, yang akab sangat
membutuhkan keahlian teknologi dan keahlian berbasis computer (Maney, 1999).
National Education Technology Standars (NETS) didirikan oleh Internasional
Society for Technology ini Education (ISTE) (2000, 2001). NETS sedang
mengembangkan:

1) Standar landasan teknologi untuk murid, yang mendekskripsikan apa yang harus
diketahui oleh murid tentang teknologi.

2) Standar penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar, yang


mendekskripsikan bagaimana teknologi harus dipakai dalam kurikulum untuk
mengajar, belajar, dan manajemen instruksional.

3) Standar pendukung teknologi pendidikan, yang mendeksripsikan system, akses,


pengembangan staf, dan perangkat pendukung yang dibutuhkan untuk
memanfaatkan teknologi secara efektif.

4) Standar untuk penilaian murid dan evaluasi penggunaan teknologi yang


mendeksripsikan beragam cara untuk menilai kemajuan murid dan mengevaluai
penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar.

Bekerja Secara Efektif dengan Murid dari Latar Belakang Kultural yang
Berlainan. Dewasa ini, satu dari lima anak di AS berasal dari keluarga imigran dan
diperkirakan pada 2040 satu dari tiga anak AS berasal dari keluarga imigran

7
(Suarez-Orozco, 2022). Di dunia yang saling berhubungan dengan kultural ini, guru
yang efektif harus mengetahui dan memahami anak dengan latar belakang kultural
yang berbeda-beda, dan sensitive terhadap kebutuhan mereka (Cushner, 2003;
Johnson, 2022; Johnson & Johnson, 2022; Spring, 2022). Guru yang efektif juga
harus menjadi perantara anatara kultur sekolah dengan kultur dari murid tertentu,
terutama mereka yang kurang sukses secara akademik (Diaz, 1997). Persoalan
kultural yang harus dipahami dengan baik oleh guru yang kompeten antara lain:

1) Apakah saya mengetahui kekuatan dan kompleksitas pengaruh kultural terhadap


murid?

2) Apakah penilaian saya tentang murid memang ada dasarnya secara kultural atau
hanya prasangka?

Valerie Pang (2001), seorang pakar isu-isu kultural di sekolah, percaya


bahwa banyak guru tidak memperhatikan konteks kultural sekolah dan latar
belakang kultural dari murid dikelas karena apara guru tersebut hidup di tempat
yang jauh dari lokasi sekolah tempat mereka mengajar. Pang (2001) mengatakan
bahwa guru harus memahami lingkungan tempat sekolah berada jika guru tersebut
tinggalnya jauh dari lingkungan sekolah tersebut. Pang juga merekomendasikan
agar guru memberi contoh berdasarkan kehidupan murid mereka. Salah satu contoh
dari pemberian pengajaran bermuatan lokal di sekolah adalah pengajaran di sebuah
sekolah do San Diego di mana sang guru mendukung Dr. Dorothy Smith, seorang
Afrika-Amerika, untuk menjadi guru tamu dikelas. Dr. Smith adalah professor dan
tokoh Masyarakat setempat. Sebelumnya, para murid diberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan kepada Dr. Smith. Juga ada kelompok yang merekam
perbincangan sehingga dapat diputar kembali di kelas lain. Kemudian kelompok
anak tersebut mencatat dan menulis artikel tentang perbincangan ini untuk dimuat
di koran sekolah.

8
2. Komitmen dan Motivasi

Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi.


Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid. Dalam sebuah
survei nasional terhadap sekitar seribu murid berusia antara 13 sampai 17 tahun,
para murid tersebut menyebutkan beberapa karakter penting yang harus dipunyai
oleh guru, diantaranya adalah punya selera humor yang baik, mampu membuat
kelas menjadi menarik, dan menguasai mata Pelajaran yang diajarkan (NASSP,
1997). Karakteristik tersebut merefleksikan citra guru yang baik dan buruk dimata
murid ditunjukkan dalam Gambar 1.1. untuk mengetahui karakteristik terbaik dan
terburuk yang anda punya, isilah Self-Assessment 1.1 berikut ini. Gunakan daftar
itu untuk mengeksplorasi sikap-sikap yang ada dibalik komitemen anda.

Karakteristik %Total Karakteristik %Total

Punya selera humor 79,2 Mermbuat kelas menjadi 79,6


membosankan
Membuat kelas menjadi 73,7 Tidak menerankan secara 63,2
menarik jelas
Menguasai mata pelajaran 70,1 Pilih Kasih 52,7
Menerangkan secara jelas 66,2 Sikapnya buruk 49,8
Mau meluangkan waktu 65,8 Terlalu banyak menuntut 49,1
untuk membantu murid kepada murid
Bersikap adil kepada murid 61,8 Tidak nyambung dengan 46,2
murid
Memperlakukan murid 54,4 Memberikan PR terlalu 44,2
seperti orang dewasa banyak
Berhubangan baik dengan 54,2 Terlalu kaku 40,6
murid
Memerhatikan perasaan 51,9 Tidak membantu/ 40,5
murid memerhatikan siswa
Tidak pilih kasih 46,6 Control kurang 39,9

Gambar 1.1 Citra Guru Terbaik dan Terburuk Menurut Murid

9
C. Riset dalam Psikologi Pendidikan
1. Mengapa Riset Itu Penting?
Kadang-kadang dikatakan bahwa pengalaman adalah guru yang penting.
Pengalaman anda dan pengalaman orang lain, pengalaman administrator, dan para
periset bisa membuat anda menjadi guru yang efektif.

Kita mendapat informasi bukan hanya dari pengalaman pribadi, tetapi juga dari
pakar atau otoritas ahli. Dalam karier mengajar anda, anda akan banyak mendengar
para pakar mengemukakan “cara terbaik” untuk mendidik murid. Akan tetapi para
pakar itu tak selalu seia sekata, bukan? Seorang guru yang bepengalaman mungkin
memberi tahu anda untuk melakukan sesuatu, sedangkan guru lainnnya
menyarankan anda melakukan hal sebaliknya. Kalau begitu, siapa yang bisa
dipercaya? Salah satu cara untuk memahami hal ini adalah dengan menengok para
riset yang telah dilakukan pada topik tersebut. Sehingga riset membantu para
pendidik memahami bagaimana siswa belajar, berperilaku, dan berkembang,
sehingga dapat meningkatkan pengalaman pendidikan.

2. Pendekatan Riset Ilmiah


Pendekatan ilmiah dimaksudkan untuk memilah antara fakta dan khayalan
dengan menggunakan cara tertentu untuk mendapatkan informasi (Best & Kahn
2003; Johnson & Cristensen, 2000). Adapun pengertian riset ilmiah adalah riset
objektif, sistematis, dan dapat diuji dan dilandaskan oleh metode ilmiah.
Pendekatan untuk menemukan informasi terdiri dari beberapa langkah, yaitu
merumuskan masalah, memgumpulkan data, menarik kesimpulan, serta merevisi
kesimpulan dan teori riset. Dalam pendekatan riset ilmiah ada teori dan juga
hipotesis yang saling berkaitan, dalam pengertiannya teori adalah seperangkat ide
yang saling berkaitan dan koheren yang berfungsi untuk menjelaskan dan membuat
prediksi, sedangkan hipotesis yaitu asumsi dan prediksi spesifik yang dapat diuji
untuk apakah teori itu benar atau tidak.

10
3. Metode Riset

Metode dasar yang dipakai untuk mengumpulkan informasi dalam psikologi


pendidikan, yaitu:

a) Riset Deskriptif, riset ini bertujuan mengamati dan mencatan perilaku. Riset ini
bisa dilakukan dengan cara melakukan observasi, wawancara dan kuisioner, tes
standar, studi kasus, serta studi etnografik.

b) Riset Korelasional, riset ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekuatan


hubungan antara dua atau lebih kejadian atau karakteristik.

c) Riset Eksperimental, dengan riset ini ahli psikologi bisa menentukan sebab-
sebab perilaku.ahli psikologi Pendidikan mencari sebab-sebab tersebut dengan
melakukan eksperimen. Eksperimen menggunakan paling tidak satu variable
independent (bebas) dan satu variable dependen (tergantung).

4. Riset Evaluasi Program, Riset Aksi, dan Guru-sebagai-Periset

Riset Evaluasi Program didesain untuk membuat keputusan tentang


efektivitas suatu program (McMillan, 2000). Riset evaluasi program sering
difokuskan pada lokasi atau tipe program tertentu. Riset aksi, atau yang sering
disebut penelitian tindakan (action research), adalah suatu metode penelitian yang
fokus pada perubahan praktis dan tindakan konkret dalam suatu konteks tertentu.
Riset ini dipakai untuk memecahkan problem kelas atau sekolah spesifik,
memperbaiki strategi mengajar dan Pendidikan, atau untuk membuat keputusan
pada lokasi terttentu (Arhar, Holly & Kasten, 2001). Guru sebagai periset berarti
bahwa para guru dapat melakukan studi sendiri untuk meningkatkan praktik
mengajar mereka.

11
5. Tantangan Riset

a) Etika. Kode etik yang diadopsi oleh American Psychological Association


(APA) mewajibkan para periset untuk melindungi partisipan dari bahaya mental dan
fisik.

b) Gender. Biasanya sains dikatakan sebagai ilmu yang netral dsn bebas nilai.
Namun banyak pakar gender percaya bahwa banyak Pendidikan dan riset
mengandung bias gender (worell, 2001.

c) Etnis dan kultur. Secara historis, anak etnis minoritas diabadikan dalam riset
atau sekadar dianggap sebagai variasi dari norma atau kelaziman.

6. Menjadi konsumen informasi yang bijak tentang psikologi pendidikan,


Cara mengevaluasi informasi yaitu

a) Berhati-hatilah terhadap apa yang dilaporkan di media popular

b) Ketahuilah cara untuk menghindari dari membuat kesimpulan tentang


kebutuhan individu berdasarkan riset kelompok

c) Kenalilah betapa gampangnya membuat generalisasi yang berlebihan untuk


sampel yang kecil atau sampel klinis

d) Berhati-hatilah karena satu studi tunggal tidak menghasilkan kesimpulan final

e) Ingat bahwa kesimpulan sebab akibat tak bisa diambil dari studi korelasional

f) Selalu perhatikan sumber informasi dan evaluasi kredibilitas

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada tiga perintis terkemuka yang muncul di awal Sejarah psikologi


pendidikan, yaitu William James, John Dewey dan E. Thorndike, yang memberi
banyak perhatian pada penilaian dan perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah
yang harus berfokus pada pengukuran. Berdasarkan pandangan para ahli diatas
penulis berpandangan bahwa penekanan psikologi tetap pada sisi perilaku individu,
hanya saja berkolerasi dengan Masyarakat dan alam dimana mereka
berkomunikasi. Artinya, secara gaya interaksi individu dapat mendeskripsikan
perilaku individu itu sendiri dalam proses beradaptasi. Sehingga psikologi
memberikan edukasi bagaimana menjadi individu yang mampu hidup dimana dan
siapa saja.

Peran riset dalam psikologi pendidikan dijadikan sebagai sumber informasi


yang sangat berharga supaya bisa memahami strategi mengajar sehingga semua
orang akhirnya bisa mendapatkan banyak pelajaran dari pengalaman sendiri.

B. Saran

Gambaran pentingnya penerapan psikologi pendidikan dengan tepat


diharapkan dapat menjadi pemicu para pendidik dan pengelola pendidikan untuk
menerapkan psikologi pendidikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran demi
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan .

13
DAFTAR PUSTAKA

Ekaningtyas, D. L. N. 2022. Psikologi dalam Dunia Pendidikan. Jurnal Ilmu


Pendidikan. 2 (1) : hal 31.
Ismi, F. S. 2021. Peran Psikologi Pendidik Dalam Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jurnal JURDIKBUD. 1(2): hal 19
Latipah, E. 2021. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
O’Dennell., M. A., Levin. R. J. 2001. Educational Psycology’s Healty Growing
Pains. Education Psychologyst. 36 (2).
Santro, W. J. 2017. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

14

You might also like