You are on page 1of 17

Asisten: Jumawita, S.

Si

Laporan Individu Genetika


“Isolasi DNA Buah”

Disusun Oleh:

Nama : Windri Ratna Sari


NIM : 2184205027
Kelompok : 3 (Tiga)
Anggota : Resty 2184205039
Nindy 2184205042
Mahdalena 2184205031
Nuriman 2184205027

LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN VOKASI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika mendengar kata DNA, seolah kita berhadapan dengan sesuatu
yang begitu abstrak dan sangat kecil. Apalagi jika berbicara tentang isolasi
DNA, sering terpikirkan sebuah proses yang sangat rumit dengan alat-alat yang
sangat canggih. Padahal tidak selamanya isolasi DNA demikian, beberapa
teknik isolasi DNA sederhana terbukti efektif untuk mengisolasi DNA, bahkan
selain prosedurnya yang sederhana, bahan-bahan yang dipakaipun mudah
didapatkan dari lingkungan sekitar (Agus, 2013).

DNA atau asam deoksiribonukleotida merupakan salah satu asam


nukleat yang memiliki 2 untai ganda (Double-helix strain). Keberadaan untai
ganda pada DNA membuat DNA dapat bereplikasi dan menentukan keberadaan
asam nukleat lainnya seperti RNA dan juga jenis protein apa yang akan dibuat.
Hal ini menunjukkan bahwa DNA merupakan kode gen dalam pembuatan
mRNA dan cara yang mudah dalam menentukan kekerabatan suatu spesies
sendiri secara molekuler dapat dilihatt dari DNA. Oleh karena itu, teknik isolasi
DNA sangatlah penting untuk mengetahui hubungan kekerabatan spesies
(Glick, 1994).

DNA ditemukan pada semua makhluk hidup dari mikroorganisme


sampai organisme tingkat tinggi, misalnya manusia, hewan, dan tumbuhan.
DNA terdapat dalam sel dan inti sel. DNA dapat diekstraksi dari segala macam
organ yang terdapat pada bagian tubuh makhluk hidup bersel, misalnya
tumbuhan dapat diekstraksi dari daun, buah ataupun batangnya (Muladno,
2002).

Pada dasarnya, sel mengandung dua asam nukleat yaitu DNA dan RNA.
DNA terletak pada kromosom, dijumpai di nukleus, mitokondria dan kloroplas.
Sedangkan RNA dijumpai di nukleus, sitoplasma, dan ribosom. DNA ada dalam
setiap sel makhluk hidup. Zat ini disebut cetak biru kehidupan karena memiliki
peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pembawa informasi hereditas yang
menentukan struktur protein dan proses metabolisme lain. DNA bisa mengalami
denaturasi dan renaturasi. Banyak hal yang mempengaruhi proses tersebut,
antara lain suhu yang tinggi, pH ekstrim, kandungan elektrolit Na+ atau K+ dan
komposisi basa C-G. (Hays, 2005).

Untuk mendapatkan DNA murni dari suatu sel dalam jaringan tubuh
makhluk hidup dapat dilakukan suatu teknik isolasi DNA. Zubaidah (2004:
38) menyatakan bahwa isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara,
akan tetapi pada setiap jenis maupun bagian tanaman dapat menimbulkan
masalah berbeda, antara lain karena adanya senyawa polifenol dan
polisakarida dalam konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pemurnian
DNA dan juga mempengaruhi enzim-enzim seperti polimerase, ligase,
endonuklease restriksi, atau enzim untuk kegiatan molekuler lain yang dapat
menyebabkan DNA tidak dapat digunakan untuk aplikasi penelitian.

Ekstraksi DNA adalah suatu proses pemisahan DNA dari komponen-


komponen sel lainnya. Ekstraksi DNA pada organisme eukariot dilakukan
melalui proses penghancuran dinding sel (lysis of cell walls), penghilangan
protein dan RNA (cell digestion), dan pengendapan DNA (precipitation). DNA
larut dalam air, tapi tidak larut dalam air asin. Perbedaan dalam tingkat
kelarutan DNA inilah yang akhirnya menjadi dasar dalam proses ekstraksi
DNA (Agus, 2013).

Ekstraksi DNA merupakan langkah yang tepat untuk mempelajari DNA


Prinsipnya ada dua, yaitu sentrifugasi dan presipitasi. Sentrifugasi merupakan
teknik untuk memisahkan campuran berdasarkan berat molekul komponennya.
Molekul yang mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah
tabung dan molekul ringan akan berada pada bagian atas tabung (Agus, 2013).

Dimana, hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang


terpisah. Presipitasi dilakukan untuk mengendapkan suatu komponen dari
campuran. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini, kami akan mengisolasi
DNA dengan metode sederhana dengan menggunakan sampel daging buah
alpukat.

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui DNA pada buah yang berdaging lunak.
1.3 Manfaat Praktikum
Mengetahui bentuk DNA, mengetahui dan memahami teknik isolasi DNA pada
buah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DNA (Deoxiribonucleic Acid)


DNA merupakan persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk
hidup, yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari
makhluk dalam keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Molekul DNA terdapat pada nukleus, mitokondria, plastida dan sentriol.
Molekul DNA pada nucleus memiliki bentuk sebagai benang lurus dan tidak
bercabang, sedangkan DNA yang terletak pada mitokondria dan plastida
berbentuk lingkaran (Suryo, 2012: 59).

DNA (Deoxiribonucleic Acid) adalah molekul utama yang mengkode


semua informasi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme dalam setiap
organisme (Jamilah, 2005). Komponen nukleotida DNA terdiri atas gula,
fosfat, dan basa nitrogen. Komponen gula pada DNA adalah gula deoksiribosa,
yaitu gula ribose yang kehilangan satu atom oksigen. Basa yang ada pada DNA
ada dua macam, yaitu purin dan pirimidin. Purin terbagi lagi menjadi dua
macam, yaitu adenin dan guanin. Pirimidin terdiri dari dua jenis, yaitu timin
dan sitosin (Sadava dkk, 2004: 219).

DNA sebagai materi genetik menurut Susanto (2011) pada sebagian


besar organisme harus dapat menjalankan tiga macam fungsi pokok berikut ini:
a) DNA harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan tepat dapat
meneruskan informasi tersebut dari tetua kepada keturunannya, dari
generasi ke generasi. Fungsi ini merupakan fungsi genotipik, yang
dilaksanakan melalui replikasi.
b) DNA harus mengatur perkembangan fenotipe organisme. Artinya, materi
genetik harus mengarahkan pertumbuhan dan diferensiasi organisme
mulai dari zigot hingga individu dewasa. Fungsi ini merupakan fungsi
fenotipik, yang dilaksanakan melalui ekspresi gen.
c) DNA sewaktu-waktu harus dapat mengalami perubahan sehingga
organisme yang bersangkutan akan mampu beradaptasi dengan kondisi
lingkungan yang berubah.
Molekul DNA ini terikat membentuk kromosom dan ditemukan di
nukleus, mitokondria dan kloroplas. DNA yang menyusun kromosom ini
merupakan nukleotida rangkap yang tersusun heliks ganda (double helix),
dimana basa nitrogen dan kedua “benang” polinukleotida saling berpasangan
dalam pasangan yang tetap melalui ikatan hidrogen dan antara nukleotida yang
satu dengan nukleotida yang lain dihubungkan dengan ikatan fosfat. DNA
terdapat di dalam setiap sel makhluk hidup dan disebut sebagai “cetak biru
kehidupan” karena molekul ini berperan penting sebagai pembawa informasi
hereditas yang menentukan struktur protein dan proses metabolisme lain
(Jamilah, 2005).

Struktur DNA yang digambarkan oleh Watson dan Crick dari hasil foto
Rosalind Franklin yaitu berupa untaian double helix dengan gula fosfat terletak
di luar struktur double helix dan basa-basa nitrogen menghadap ke sebelah
dalam struktur double helix (Klesger 2006: 44). DNA terdapat pada nukleus,
mitokondria, dan kloroplas. DNA nukleus merupakan DNA yang terdapat
dalam nukleus (nDNA). nDNA memiliki struktur double helix yang dilengkapi
protein histon dan cenderung linear. nDNA lebih sering digunakan dalam
analisis forensik. DNA mitokondria merupakan DNA yang terdapat di matriks
mitokondria. mDNA memiliki laju mutasi tinggi, diwariskan hanya dari ibu,
memiliki ukuran genom yang kecil, tidak memiliki protein histon, struktur
double helix, dan berbentuk lingkaran. Laju mutasi mDNA yang tinggi
disebabkan karena mDNA tidak memiliki mekanisme reparasi yang efisien.
DNA kloroplas merupakan DNA yang terdapat pada kloroplas. DNA kloroplas
memiliki struktur double helix, tidak memiliki protein histon, dan melingkar.
Proses transkripsi dan translasi pada DNA kloroplas sama seperti pada
prokariot (Snustad 2003: 26).

2.2 Isolasi DNA Buah

DNA dapat mengalami denaturasi dan renaturasi. Selain itu DNA juga
bisa diisolasi. Zubaidah (2004) dalam Jamilah (2005) menyatakan bahwa
isolasi DNA dapat dilakukan melauli tahapan-tahapan antara lain: preparasi
esktrak sel, pemurnian DNA dari ekstrak sel dan presipitasi DNA. Meskipun
isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi pada setiap
jenis atau bagian tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini karena
adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam konsentrasi tinggi yang
dapat menghambat pemurnian DNA. Jika isolasi DNA dilakukan dengan
sampel buah, maka kadar air yang pada masing-masing buah berbeda, dapat
memberi hasil yang berbeda pula. Buah dengan kadar air tinggi akan
menghasilkan isolat yang berbeda jika dibandingkan dengan buah berkadar air
rendah. Semakin tinggi kadar air maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan
semakin sedikit, sehingga DNA yang terpretisipasi juga akan sedikit.

Isolasi DNA adalah proses pengeluaran DNA dari tempatnya berada


(ekstraksi atau lisis) biasanya dilakukan dengan homogenasi dan penambahan
buffer ekstraksi atau buffer lisis untuk mencegah DNA rusak. Isolasi DNA
dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan antara lain: preparasi ekstrak sel,
pemurnian DNA dari ekstrsk sel dan presipitasi DNA. Meskipun isolasi DNA
dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi pada setiap jenis atau bagian
tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini dikarenakan adanya
senyawa polifenol dan polisakarida dalam konsentrasi tinggi yang dapat
menghambat pemurnian DNA. Jika isolasi DNA dilakukan dengan sample
buah, maka kadar air pada masing-masing buah berbeda, dapat memberi hasil
yang berbeda-beda pula. Semakin tinggi kadar air, maka sel yang terlarut di
dalam ekstrak akan semakin sedikit, sehingga DNA yang terpretisipasi juga
akan sedikit (Suryo, 2004).

Isolasi DNA merupakan teknik yang penting dalam pengembangan ilmu.


Derajat kemurnian dan kualitas dalam isolasi DNA sangat mempengaruhi hasil
yang akan diperoleh. Secara umum, prosedur ekstraksi yang baik untuk isolasi
DNA mencakup tiga hal penting, yaitu harus bisa dihasilkan DNA dengan
kemurnian yang tinggi, DNAnya harus utuh, dan jumlahnya mencukupi
(konsentrasi tinggi) (Clark, 1997).

Langkah pertama yang dilakukan dalam isolasi DNA adalah membuka


jaringan dari bahan yang akan diisolasi. Oleh karena itu, teknik yang digunakan
harus cukup kuat dalam membuka sel, karena adanya dinding sel, tetapi tidak
sampai merusak isi sel, apalagi sampai memotong DNA. Bahan yang
digunakan sebaiknya dari bahan yang segar, karena bahan yang sudah terlalu
lama dan tidak segera diisolasi akan mengandung DNA yang sudah
terdegradasi dan dapat juga terkontaminasi dengan DNA eksogen, misalnya
oleh DNA bakteri (Hoelzel, 1998).

Ada tiga langkah utama dalam ekstraksi DNA, yaitu perusakan dinding
sel (lisis), pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta
pemurnian DNA (Ardiana, 2009).

Isolasi DNA dapat dilakukan melauli tahapan-tahapan antara lain:


preparasi esktrak sel, pemurnian DNA dari ekstrak sel dan presipitasi DNA.
Meskipun isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi pada
setiap jenis atau bagian tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini
karena adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam konsentrasi tinggi
yang dapat menghambat pemurnian DNA. Jika isolasi DNA dilakukan dengan
sampel buah, maka kadar air yang pada masing-masing buah berbeda, dapat
memberi hasil yang berbeda pula. Buah dengan kadar air tinggi akan
menghasilkan isolat yang berbeda jika dibandingkan dengan buah berkadar air
rendah. Semakin tinggi kadar air maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan
semakin sedikit, sehingga DNA yang terpretisipasi juga akan sedikit
(Zubaidah, 2004).

Menurut Juwita (2012); DNA dapat diisolasi atau dipisahkan dari zat-zat
lain selain DNA. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengisolasi DNA yaitu
pelisisan, ekstraksi, pengendapan, dan pemurnian, yaitu sebagai berikut:

a) Pelisisan yang dimaksud yaitu menghancurkan dinding sel atau membran


sel sehingga DNA di dalam sel tersebut dapat keluar dari sel. Pelisisan
tersebut dapat dilakukan dengan penambahan sabun cair dan garam dapur.

b) Ekstraksi merupakan penghancuran sel yang bertujuan untuk memisahkan


DNA dengan partikel lain yang tidak diinginkan. Proses ini harus
dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada
DNA. Ekstraksi dapat dilakukan secara mekanik yaitu dengan menumbuk
sel tersebut.
c) Prinsip selanjutnya yaitu pengendapan. Pengendapan atau presipitasi
bertujuan untuk memisahkan antara DNA dengan molekul lainnya.
Presipitat DNA terlihat seperti serabut-serabut putih yang terkumpul diatas
permukaan larutan karena masa jenis etanol lebih kecil dari pada masa
jenis air. Etanol yang digunakan harus benar-benar dingin dan berasal dari
lemari pendingin, hal ini bertujuan untuk menyempurnakan presipitasi.
Apabila etanol yang digunakan kurang dingin, maka mengakibatkan
pembentukan presipitat kurang sempurna.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses isolasi DNA
antara lain harus menghasilkan DNA tanpa adanya kontaminan seperti protein
dan RNA; metodenya harus efektif dan bisa dilakukan untuk semua spesies
metode yang dilakukan tidak boleh mengubah struktur dan fungsi molekul
DNA; dan metodenya harus sederhana dan cepat. (Surzycki, 2000).

Permasalahan utama yang sering muncul dalam proses isolasi DNA


tanaman adalah kandungan senyawa polisakarida, polifenol, protein, RNA, dan
senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman yang dapat
menghambat tahapan isolasi DNA (Varma dkk., 2007).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum Genetika dengan judul “Isolasi DNA Buah” yang telah


dilakukan pada hari Senin, 29 Mei 2023, praktikum dilakukan pada pukul
14.30-16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Biologi, Fakultas Pendidikan
dan Vokasi, Universitas Lancang Kuning.

3.2 Alat Dan Bahan

a) Buah alpukat g) Tabung reaksi

b) Garam h) Mortar dan alu

c) Sunlight (sabun cair) i) Saringan halus

d) Aquades j) Pipet tetes

e) Etanol absolute dingin k) Pisau

f) Beaker glass

3.3 Cara Kerja

✓ Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.

✓ Dikupas dan dipotong buah yang akan digunakan (kelompok 3 buah


alpukat), dimasukkan kedalam mortal dan tumbuk hingga halus.

✓ Ditambahkan garam 3 sendok the peres dan sabun cair (sunlight) sebanyak
5 ml.

✓ Ditambahkan aquades sebanyak 50 ml kedalam campuran buah, garam


dan sabun cair tersebut.

✓ Disaring menggunakan kain saring/kain kasa.

✓ Diambil larutan buah tersebut sebanyak 5 ml dan masukkan kedalam


tabung reaksi.
✓ Diteteskan etanol absolute dingin pada tabung reaksi yang berisi larutan
buah tersebut dengan posisi tabung yang miring.

✓ Diamati lapisan-lapisan yang terjadi, serta DNA yang terpisah di bagian


paling atas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Ket.
Hasil DNA
Gambar

DNA
Hail seluruh
terlihat
kelompok
semua

(Gambar 4.1 Hasil Seluruh Kelompok)

Hasil DNA
kelompok 3 terlihat

(Gambar 4.2 Hasil Kelompok 3, buah alpukat)

4.2 Pembahasan

Isolasi DNA adalah proses pengeluaran DNA dari tempatnya berada


(ekstraksi atau lisis) biasanya dilakukan dengan homogenasi dan penambahan
buffer ekstraksi atau buffer lisis untuk mencegah DNA rusak. Isolasi DNA
dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan antara lain: preparasi ekstrak sel,
pemurnian DNA dari ekstrsk sel dan presipitasi DNA (Suryo, 2004).

Meskipun isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi
pada setiap jenis atau bagian tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda,
hal ini dikarenakan adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam
konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pemurnian DNA. Jika isolasi DNA
dilakukan dengan sample buah, maka kadar air pada masing-masing buah
berbeda, dapat memberi hasil yang berbeda-beda pula. Semakin tinggi kadar
air, maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan semakin sedikit, sehingga
DNA yang terpretisipasi juga akan sedikit (Suryo, 2004).

Pada hasil pengamatan dapat kita lihat pada gambar 4.1 dan 4.2 dimana
gambar tersebut merupakan gambar yang diambil langsung pada saat
praktikum isolasi DNA buah. Dimana gambar 4.1 adalah gambar keseluruhan
dari kelompok 1 hingga kelompok 4, sedangkan gambar 4.2 merupakan hasil
dari kelompok 3. Masing-masing kelompok memiliki urutan cara kerja yang
sama, hanya saja pada kelompok yang menggunakan tomat berbeda dengan
kelompok lain, yakni tidak adanya penambahan aquades, karena kandungan air
didalam buah tomat cukup banyak. Hal ini disesuaikan dengan teori diatas.
Sehingga jika ditambah dengan air ditakutkan DNA tidak terlihat atau sedikit
terlihat.

Pada hasil tersebut dapat dilihat pada


gambar bahwasannya tercipta 3 lapisan antara
larutan buah dengan etanol serta DNA yang
berbentuk semacam benang-benah halus berwarna
DNA
putih menggumpal yang berhasil dikeluarkan dari
Etanol
dalam sel. Pada buah alpukat gambar 4.2
sebenarnya DNAnya terlihat jelas dan bahkan
lebih banyak dari buah yang lainnya. Akan tetapi
Ekstrak
buah karena pada saat penuangan larutan buah tersebut
terkena dinding-dinding tabung sehingga terlihat
belepotan dan saat difoto DNA kurang jelas terlihat.

Pada ekstrak buah alpukat yang kelompok 3 lakukan DNA nya terlihat
sangat banyak ditimbang dengan ekstrak buah pada kelompok lainnya. Hal
tersebut disebabkan karena jumlah potongan buah yang kami haluskan cukup
banyak yakni sekitar separuh dari buah yang digunakan. Sehingga aquades
sebanyak 50 ml membuat ekstrak buah alpukat tersebut masih terlihat sangat
kental, dan ini berbeda dengan ekstrak buah pada kelompok lainnya. Sehingga
semakin padat/kental atau banyak buah menandakan banyak sel yang telah
digunakan, sehingga banyak DNA yang bisa keluar dari sel-sel tersebut. Hal
ini sesuai dengan teori menurut suryo yaitu “Semakin tinggi kadar air, maka
sel yang terlarut di dalam ekstrak akan semakin sedikit, sehingga DNA yang
terpretisipasi juga akan sedikit (Suryo, 2004)”.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh


kesimpulan dari paraktikum “Isolasi DNA Buah” yang telah dilakukan, yaitu
sebagai berikut:

a) DNA terdapat dalam sel dan inti sel.


b) DNA dapat mengalami denaturasi dan renaturasi. Selain itu DNA juga bisa
diisolasi.
c) DNA dapat diekstraksi dari segala macam organ yang terdapat pada bagian
tubuh makhluk hidup bersel, misalnya tumbuhan dapat diekstraksi dari
daun, buah ataupun batangnya (Muladno, 2002).
d) Isolasi DNA adalah proses pengeluaran DNA dari tempatnya.
e) Isolasi DNA dapat dilakukan melauli tahapan-tahapan antara lain,
preparasi esktrak sel, pemurnian DNA dari ekstrak sel dan presipitasi
DNA.
f) Semakin tinggi kadar air maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan
semakin sedikit, sehingga DNA yang terpretisipasi juga akan sedikit.

g) Pada hasil isolasi DNA akan tercipta 3 lapisan diantaranya yang paling
bawah adalah ekstrak buah, bagian tengah adalah etanol absolute dingin
dan yang paling atas adalah DNA yang berbentuk semacam benang-benah
halus berwarna putih yang menggumpal.

5.2 Saran

Adapun saran dalam praktikum maupun laporan ini adalah diharapkan


semua praktikan dalam praktikum “Isolasi DNA Buah “ini antara lain:

a) Praktikan menjadi lebih paham terkait praktikum ini melalui arahan asisten
dosen sehingga pada saat praktikum tidak terjadi kesalahan.

b) Diharapkan agar praktikan selalu mematuhi tata tertib laboratorium selalu


menggunakan perlengkapan dan bekerja secara steril karena kita bekerja
di dalam laboratorium bercampur dengan bahan kimia dan juga
mikroorganisme yang tak tampak.

c) Berharap sekali kepada rekan praktikum untuk memahami apa yang telah
kita lakukan di dalam praktikum agar memudahkan kita juga nantinya.

d) Dan juga laporan yang saya buat ini mungkin masih banyak kesalahan
maupun kekeliruan dalam penulisan, saya mohon bantuannya untuk kritik
dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Agus. (2013). Isolasi DNA. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Suryo. (2004). Genetika Sastra 1. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Ardiana, D.W. 2009. Isolasi DNA genom pepaya dan jeruk menggunakan bufer
CTAB. Buletin Teknik Pertanian. 14(1):12-16.

Surzycki, S. 2000. Basic Techniques in Molecular Biology. Berlin: Springer-Verlag.

Susanto, S., Herik, S., Sri, M. 2011. Pertumbuhan vegetatif dan generatif batang
atas jeruk pamelo ‘Nambangan’ pada empat jenis interstok. Jurnal
Hortikultura Indonesia. 1(2):53-58.

Clark, M.S. (1997). Plant Molecular Biologi. Lab Fox. BIOS Scientific Publisher
Limited. UK.

Jamilah. 2005. Pengaruh Berbagai Macam Detergen, Penambahan Enzim, dan


Ekstrak Nanas (Ananas comusus (L) Merr) Terhadap Hasil Isolasi DNA
Berbagai Macam Buah Sebagai Topik Praktikum Matakuliah Genetika.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Glick, B.R., J.J. Pasternak. 1994. Molekuler Biotechnology, Principles and


applications of Recombinan DNA. ASM Press. Washinton D.C.

Hays, Lana. 2005. Introduction to DNA Extraction. Dari: http://www.tsl.orst.


edu.tgerc/ dnaext .html. Diakses 02 Juni 2023 Pukul 21.21 WIB.

Zubaidah, Siti. 2004. Identifikasi, Variasi Genetik, Distribusi dan Upaya Eliminasi
Bakteri Penyebab CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration).
Desertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana
Universitas Brawijaya.

Sadava, D. (2004). Life: The Science of biology. Sinauer Association,


Massachusetts.

You might also like