You are on page 1of 126

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kondisi perekonomian yang terjadi saat ini menciptakan persaingan yang
ketat antar perusahaan. Dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin
sengit agar tetap sustainable, perusahaan harus memperoleh keuntungan yang
maksimal dengan harapan laba yang didapatkan mampu membiayai
pengeluaran perusahaan. Perusahaan berharap dapat memperoleh keuntungan
yang maksimal pada persaingan bisnis yang berat. Perusahaan akan
berkompetisi dalam menarik minat para konsumenya agar senantiasa
menggunakan produk maupun jasa dari perusahan tersebut.
Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu saat ini membuat perusahaan
harus memiliki kemampuan untuk bertahan. Terlebih saat pandemi Covid-19
telah memberikan dampak buruk bagi perkembangan perekonomian di seluruh
dunia. Indonesia yang pada awalnya beranggapan bahwa virus Covid-19
tersebut tidak akan bertahan di Indonesia karena iklim yang panas dapat
membunuh virus tersebut, akan tetapi harus menerima kenyataan pahit bahwa
sampai pertengahan tahun 2021 kasus terus meningkat. Berdasarkan data
statistik yang dikutip dari laman covid19.go.id 17 Juni 2021 menyatakan
bahwa kasus tertinggi di bulan Juni 2021 mendekati angka 2 juta yakni
1.950.276 kasus. Pandemi Covid-19 bukan hanya memberikan ancaman
kepada kesehatan saja akan tetapi juga pada pertumbuhan perekonomian suatu
negara. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mengalami resesi -3%.
Ekonomi Indonesia akan mengalami perlambatan yang signifikan. Kebijakan
pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial (social distancing) berdampak
pada rendahnya aktivitas masyarakat yang mempengaruhi perlambatan
ekonomi bahkan dapat terjadi resesi. Dengan adanya wabah Covid-19 ini telah
memikul berbagai bidang ekonomi seperti pasar modal.
2

Hal itu ditunjukan dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan


(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam berita yang dimuat dalam
www.mediaindonesia.com 28 April 2020, Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi
mengungkapkan beberapa penurunan IHSG 26,43% menjadi 4.635 dengan
diikuti penurunan kapitalisasi pasar 26,35% menjadi 6,3 triliun, juga terjadi
penurunan transaksi harian 1,49% menjadi 462 ribu kali. Inarno menambahkan
penurunan signifikan terhadap perdagangan di bursa juga terdapat pada bulan
Maret 2020, saat pemerintah mengumumkan dua kasus positif Covid-19 di
Indonesia. Pandemi Covid-19 membawa dampak pada berbagai sektor bisnis,
termasuk industri jasa keuangan khususnya sektor perbankan.
Kondisi diatas terjadi dipengaruhi oleh sentimen global, bahwa investor
merasa lebih aman memegang cash atau uang tunai saat ini daripada
menginventasikan uangnya ke aset yang dinilai beresiko. Apalagi ditengah
situasi pandemi Covid-19, investor lebih menghawatirkan jika ada debitur
perbankan yang gagal bayar kredit atau meningkatnya resiko kredit. Selain itu
penanggulangan Covid-19 berupa lockdown dan karantina wilayah akan
mengakibatkan pukulan pada ekonomi dan dampak yang paling terlihat adalah
peningkatan kredit macet. Disisi lain pemerintah memberikan arah bagi
lembaga jasa keuangan termasuk perbankan memberikan kelonggaran atau
relaksasi kredit berupa penundaan angsuran. Kondisi tersebut akan dinilai akan
sangat mempengaruhi kinerja perbankan. Oleh sebab itu manajemen harus
dapat menganalisa dan membaca perkembangan pasar sehingga dapat
menentukan strategi dan cara yang tepat dalam mempertahankan
keberlangsungan bisnisnya. Selain itu pihak investor harus dapat menganalisa
laporan keuangan, karena terdapat indikator-indikator penting sebagai
kunci dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Salah satu kunci dalam
mengambil keputusan investasi yaitu kinerja keuangan yang dapat
menggambarkan kondisi kesehatan suatu keuangan perusahaan dalam
periode tertentu yang dapat diukur dengan indikator-indikator kecukupan
likuiditas, profitabilitas, dan modal. Analisa fundamental dapat terukur
dari beberapa faktor-faktor penting yang berguna untuk mengetahui fluktuasi
harga saham.
3

Kestabilan harga saham akan menjadikan nilai tambahan bagi investor


sebagai dasar pertimbangan untuk berinvestasi di perusahaan khususnya di
sektor perbankan. Berikut daftar harga saham pada perusahaan sektor
perbankan 2015-2020, antara lain :

Tabel 1.1
Data Harga Saham Perusahaan Perbankan
Harga Saham (dalam Rupiah)
TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN
2015 13,925 5,200 2,285 3,680 965 10,300 700

2016 16,550 6,475 2,595 4,468 2,020 11,700 905

2017 23,300 8,675 3,600 6,851 2,060 7,675 1,070

2018 27,750 9,400 4,120 8,569 2,010 7,450 1,440

2019 27,625 3,820 3,020 2,681 735 4,680 690

2020 32,025 5,400 4,305 2,730 1,455 6,675 1,080

Sumber: www.idx.co.id

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa harga saham dari beberapa
perusahaan sektor perbankan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan dan penurunan harga
saham baik secara internal maupun external. Faktor yang mempengaruhi secara
internal seperti kinerja keuangan perusahaan atau fundamental perusahaan,
struktur organisasi manajemen, dan lain-lain. Kinerja keuangan perbankan
dapat diketahui dengan melihat rasio-rasio perusahaan seperti return on assets,
return on equity, net interest margin, non perfomance loan, loan to deposit
ratio, capital adequacy ratio, cost to income ratio, earning pershare, price to
earning ratio dan lain-lain. Sedangkan faktor external seperti kebijakan
pemerintah, kondisi perekonomian dunia, tingkat inflasi dan lain-lain. Dalam
penelitian ini variabel yang diambil yaitu, return on equity (ROE), price
earning ratio (PER), capital adequacy ratio (CAR), kapitalisasi pasar dan
volume perdagangan.
4

Menurut Irham (2020, hal. 142) menjelaskan return on equity (ROE)


disebut juga dengan laba diatas equity, rasio ini mengkaji sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu
memberikan laba atas ekuitas. Return on equity (ROE) merupakan salah satu
variabel yang terpenting yang dilihat investor sebelum mereka berinvestasi.
return on equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba setelah pajak dengan meggunakan modal sendiri yang
dimiliki oleh perusahaan. Investor yang akan membeli saham akan tertarik
dengan ukuran profitabilitas ini. Hubungan antara profitabilitas dengan harga
saham dapat dikatakan positif, dengan begitu dapat menunjukan hasil kinerja
perusahaan. Dengan meningkatnya kinerja perusahaan, maka harga saham
perusahaan di pasar modal dapat meningkat. Berikut nilai return on equity
(ROE) pada beberapa perusahaan perbankan tahun 2015-2020 antara lain :

Tabel 1.2
Data Return on Equity (ROE) Perusahaan Perbankan
Return on Equity (dalam %)
TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN
2015 13.07 17.73 14.80 4.64 11.41 11.58 4.12

2016 11.92 8.19 11.93 5.46 10.08 6.54 4.79

2017 10.60 9.21 11.22 6.49 9.15 7.81 4.94

2018 10.78 9.49 11.47 6.08 9.79 8.95 4.99

2019 10.36 8.49 10.64 5.48 8.69 8.92 5.08

2020 9.37 3.80 6.79 2.66 9.20 6.85 4.46

Sumber: www.idx.co.id

Dapat disimpulkan dari tabel diatas dapat diketahui return on equity (ROE)
dari beberapa perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Emiten
BBNI merupakan perusahaan yang mempunyai nilai rasio terbesar, namun dari
tahun 2015-2020 mengalami penurunan yang signifikan. Sedangkan untuk
emiten BBCA, BBRI, BDMN, BJBR, BMRI dan PNBN dari tahun 2015-2020
5

mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukan bahwa return on equity (ROE)


merupakan salah satu rasio profitabilitas dimana rasio ini dapat menunjukan
kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian pada
pemegang saham. Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan
ukuran profitabilitas dari total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke
pemegang saham.
Menurut Irham (2020, hal. 143) menjelaskan price earning ratio (PER)
adalah perbandingan antara harga per lembar saham dengan laba per lembar
saham. Price earning ratio (PER) menjelaskan valuasi harga per lembar saham
dibandingkan dengan laba per lembar saham, semakin tinggi nilai Price
earning ratio (PER), maka semakin mahal harga per lembar saham, begitu pula
sebaliknya. Price earning ratio (PER) juga mencerminkan perkembangan
(Growth) saham tersebut. Price earning ratio (PER) digunakan dalam
membantu mengidentifikasi harga saham undervalued atau overvalued
sehingga investor dapat menggambil suatu keputusan dalam menghadapi
fluktuasi harga saham yaitu membeli saham yang undervalued dan menjualnya
saat overvalued. Berikut nilai price earning ratio (PER) pada perusahaan
sektor perbankan beberapa tahun 2015-2020, antara lain :

Tabel 1.3
Data Price Earning Ratio (PER) Perusahaan Perbankan
Price Earning Ratio (dalam kali)
TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN
2015 30.21 19.86 3.19 24.31 11.73 18.54 16.44

2016 27.29 14.89 3.26 17.83 19.01 29.01 12.58

2017 34.07 16.95 21.70 33.72 24.81 37.12 13.98

2018 38.18 6.59 20.74 85.34 18.90 23.27 13.97

2019 44.62 16.13 24.89 24.87 16.32 20.52 17.48

2020 42.82 21.68 31.83 22.59 9.38 19.68 10.91

Sumber: www.idx.co.id
6

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai price earning ratio
(PER) dari beberapa perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Emiten BDMN merupakan perusahaan yang mempunyai nilai rasio yang besar.
Sedangkan dengan emiten BBNI, BBRI, BDMN, BJBR, BMRI dan PNBN
mengalami fluktuasi dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020. Hal tersebut
menunjukan bahwa price earning ratio yang tinggi dapat menunjukan minat
dan ketertarikan investor terhadap saham tersebut karena perusahaan dianggap
memiliki prospek yang bagus dimasa depan. Oleh karena itu, untuk menilai
apakah price earning ratio (PER) suatu perusahaan ideal, maka dibutuhkan
analisis secara komprehensif dengan membandingkan dengan rasio keuangan
lainnya.
Menurut Hery (2019, hal. 146) menjelaskan capital adequacy ratio (CAR)
adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki oleh
bank untuk menunjang aset yang mengandung atau menghasilkan resiko,
misalnya resiko atas kredit yang diberikan. Rasio ini merupakan rasio yang
penting untuk mengukur kesehatan perbankan karena rasio ini
mempresentasikan kemampuan bank dalam menyediakan dana yang digunakan
sebagai cadangan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya resiko kerugian.
Jadi resiko kecukupan modal ini merupakan indikator kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktiva yang terjadi sebagai akibat dari timbulnya
kerugian-kerugian yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Mengingat
modal merupakan faktor utama bagi bank dalam upaya menumbuhkan dan
mengembangkan kegiatan usahanya, berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
Nomor 3/21/PBI/2001 Pasal 2 tentang Kewajiban Minimum Bank, bank yang
dinyatakan sebagai bank yang sehat harus memiliki capital adecuacy ratio
(CAR) paling sedikit sebesar 8 %. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
kemampuan bank terkait dalam menanggung resiko dari setiap kredit atau
aktiva produktif yang beresiko. Berikut nilai capital adequacy ratio (CAR)
pada beberapa perusahaan sektor perbankan tahun 2015-2020, antara lain :
7

Tabel 1.4
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Perusahaan Perbankan
Capital Adequacy Ratio (dalam %)
TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN
2015 19.36 17.89 20.25 18.97 15.61 17.42 18.21

2016 21.02 19.12 21.66 20.81 17.91 20.38 19.74

2017 23.35 18.66 21.80 21.91 17.17 19.74 22.32

2018 23.81 18.03 20.97 21.96 18.02 20.38 22.65

2019 24.59 19.25 21.90 22.59 16.64 21.21 23.90

2020 24.99 16.85 20.20 23.87 16.47 18.90 27.14

Sumber: www.idx.co.id

Dari data tabel diatas dapat diketahui nilai capital adequacy ratio (CAR)
mengalami fluktuasi dari tahun ketahun. Emiten PNBN mengalami kenaikan
yang cukup siginifikan dari tahun 2015 sampai 2020 sehingga memiliki nilai
capital adequacy ratio (CAR) yang paling besar. Dibarengi dengan emiten
BBCA yang juga mengalami kenaikan cukup signifikan. Sedangkan emiten
BBNI, BBRI, BDMN, BJBR dan BMRI mengalami fluktuasi dari tahun 2015
sampai 2020. Hal tersebut menunjukan bahwa jika nilai capital adequacy ratio
(CAR) tinggi, maka bank dapat membiayai kegiatan operasional dan
memberikan konstribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Peningkatan
capital adequacy ratio (CAR) dapat meningkatkan keamanan nasabah yang
secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank
tersebut yang kemudian dapat berdampak positif pada peningkatan
profitabilitas bank.
Menurut Eduardus (2017, hal. 365) menjelaskan kapitalisasi pasar
merupakan keseluruhan nilai atau agregat dari saham-saham yang tercatat di
Bursa yang dihitung berdasarkan harga pasar terakhir dari masing-masing
saham. Saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar umumnya
merupakan penggerak pasar (market mover) dan termasuk kedalam saham
unggulan dan memiliki kelebihan dalam likuiditas.
8

Berikut nilai kapitalisasi pasar pada beberapa perusahaan sektor perbankan


tahun 2015-2020, antara lain :
Tabel 1.5
Data Kapitalisasi Pasar Perusahaan Perbankan
Kapitalisasi Pasar (dalam Trilyun Rupiah)
TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN
2015 328.90 100.93 53.90 70.16 9.35 231.58 23.78
2016 363.53 98.48 56.86 63.90 17.43 266.26 18.33
2017 469.25 141.61 76.10 89.78 22.70 342.78 25.05
2018 579.24 61.77 163.43 120.81 20.24 333.95 24.35
2019 741.40 157.58 524.21 106.57 15.87 351.45 32.57
2020 715.16 88.65 408.89 46.94 9.62 242.95 19.93
Sumber: www.idx.co.id

Dari data tabel diatas dapat diketahui nilai kapitalisasi pasar mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun. Emiten BBCA mengalami kenaikan yang
signifikan dari tahun 2015 sampai 2020, sehingga memiliki kapitalisasi pasar
paling besar. Untuk emiten BBRI dari tahun 2015 sampai 2019 sempat
mengalami kenaikan walaupun pada tahun 2020 mengalami penurunan.
Sedangkan untuk emiten BBNI, BDMN, BJBR, BMRI dan PNBN dari tahun
2015 sampai 2020 mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukan bahwa
semakin besar kapitalisasi pasar suatu saham, maka semakin lama pula investor
menahan kepemilikan sahamnya karena investor menganggap bahwa
perusahaan besar akan cenderung lebih stabil dari sisi keuanganya, resiko lebih
kecil dan memiliki prospek yang bagus dalam jangka panjang.
Menurut Eduardus (2017, hal. 35) menjelaskan volume perdagangan
saham atau sering disebut frekuensi perdagangan saham merupakan rasio
antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu
terhadap jumlah saham yang beredar pada periode waktu tertentu. Jumlah
saham yang diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat perusahaan
melakukan emisi atas saham. Volume perdagangan dijadikan salah satu
indikator yang digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap kejadian atau
9

informasi yang berkaitan dengan suatu saham. Perubahan volume perdagangan


diukur dengan aktivitas volume perdagangan saham yang diukur dengan
trading volume activity (TVA). TVA merupakan perbandingan antara jumlah
saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah saham yang
beredar pada periode tertentu. Berikut nilai volume perdagangan pada beberapa
perusahaan sektor perbankan tahun 2015-2020, antara lain :

Tabel 1.6
Data Volume Perdagangan Perusahaan Perbankan
Volume Perdagangan (dalam kali)
TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN
2015 0.0483 0.0014 0.341 0.0001 0.0099 0.0675 0.0358
2016 0.0376 0.0023 0.241 0.0002 0.0797 0.0947 0.0040
2017 0.0410 0.0010 0.290 0.0002 0.0691 0.0683 0.0101
2018 0.0370 0.0008 0.134 0.0001 0.0774 0.0651 0.0310
2019 0.0609 0.0053 0.803 0.0005 0.0576 0.0838 0.0131
2020 0.0971 0.0018 0.101 0.0025 0.0237 0.0017 0.0072
Sumber: www.idx.co.id

Dari data tabel volume perdagangan diatas, diketahui mengalami fluktuasi


dari tahun ke tahun. Emiten BBCA merupakan perusahaan yang aktivitas
volume perdagangan paling besar yang dimana dari tahun 2015 sampai tahun
2020 mengalami kenaikan yang signifikan, meskipun sempat mengalami
fluktuasi. Emiten BBNI, BBRI, BDMN, BJBR, BMRI dan PNBN mengalami
fluktuasi dari tahun 2015 sampai tahun 2020. Hal tersebut mencerminkan
kekuatan antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) yang merupakan
manifestasi dari tingkah laku investor. Naiknya volume perdagangan
merupakan kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa. Semakin
meningkat volume permintaan dan penawaran suatu saham, semakin besar
pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa, dan semakin
meningkatnya volume perdagangan saham menunjukan semakin diminatinya
10

saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap


naiknya harga atau return saham.
Terdapat juga beberapa penelitian terdahulu yang mengemukakan bahwa
return on equity (ROE), price earning ratio (PER), capital adequacy ratio
(CAR), kapitalisasi pasar dan volume perdagangan terhadap harga saham.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wiwi dan Resmi (2019) dengan judul
Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Return on Assets
terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di BEI periode 2007-2016
menjelaskan bahwa capital adecuacy ratio berpengaruh negatif terhadap harga
saham. Penelitian yang dilakukan oleh Ario dan Mulyo (2015) dengan judul
Analisis Pengaruh Economic Value Added, Return on Assets, Debt to Equity
Ratio, Volume Perdagangan dan Kapitalisasi Pasar terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Umum yang terdaftar di BEI periode 2011-2013 menjelaskan
bahwa volume perdagangan dan kapitalisasi pasar berpengaruh positif terhadap
harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Sri dan Maulidiryati (2018)
dengan judul Fundamental terhadap Harga Saham Perbankan tahun 2011-2015
menjelaskan bahwa return on equity berpengaruh terhadap harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Jiwandono (2014) dengan judul Analisis
Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Sektor Perbankan yang Go Public
di Indeks Kompas 100 periode 2008-2012 menjelaskan return on equity dan
capital adequacy ratio berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian yang
dilakukan oleh Widya dan Nyoman (2018) dengan judul Pengaruh Earning
Pershare, Price Earning Ratio, Cash Ratio dan Return on Equity terhadap
Harga Saham di BEI periode 2012-2016 menjelaskan bahwa return on equity
berpengaruh negatif terhadap harga saham akan tetapi price earning ratio
berpengaruh postitif terhadap harga saham.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang merupakan pengembangan dari penelitian
sebelumnya yang berjudul “Analisis Pengaruh Return on Equity (ROE),
Price Earning Ratio (PER), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Kapitalisasi
Pasar terhadap Harga Saham dengan Volume Perdagangan sebagai
11

Variabel Intervening pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia


tahun 2015-2020”.

B. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh langsung antara return on equity (ROE)
terhadap volume perdagangan pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020?
2. Apakah terdapat pengaruh langsung antara price earning ratio (PER)
terhadap volume perdagangan pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020?
3. Apakah terdapat pengaruh langsung antara capital adequacy ratio (CAR)
terhadap volume perdagangan pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020?
4. Apakah terdapat pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap
volume perdagangan pada indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2020?
5. Apakah terdapat pengaruh langsung antara return on equity (ROE)
terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2020?
6. Apakah terdapat pengaruh langsung antara price earning ratio (PER)
terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2020?
7. Apakah terdapat pengaruh langsung antara capital adequacy ratio (CAR)
terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2020?
8. Apakah terdapat pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap
harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-
2020?
9. Apakah terdapat pengaruh langsung antara volume perdagangan terhadap
harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-
2020?
12

10. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara return on equity (ROE)
terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada Indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020?
11. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara price earning ratio (PER)
terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada Indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020?
12. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara capital adequacy ratio
(CAR) terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada Indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020?
13. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara kapitalisasi pasar
terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada Indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara return on
equity (ROE) terhadap volume perdagangan pada Indeks Infobank15 di
Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara price earning
ratio (PER) terhadap volume perdagangan pada Indeks Infobank15 di
Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara capital
adequacy ratio (CAR) terhadap volume perdagangan pada Indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara Kapitalisasi
Pasar terhadap volume perdagangan pada Indeks Infobank15 di Bursa
Efek Indonesia tahun 2015-2020.
5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara return on
equity (ROE) terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara price earning
ratio (PER) terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
13

7. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara capital


adecuacy ratio (CAR) terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di
Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
8. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara kapitalisasi
pasar terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
9. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara volume
perdagangan terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
10. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh tidak langsung antara return
on equity (ROE) terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada
Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
11. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh tidak langsung antara price
earning ratio (PER) terhadap harga saham melalui volume perdagangan
pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
12. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh tidak langsung antara capital
adequacy ratio (CAR) terhadap harga saham melalui volume
perdagangan pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2020.
13. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh tidak langsung antara
kapitalisasi pasar terhadap harga saham melalui volume perdagangan
pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.

D. Manfaat Penelitian
Secara terperinci manfaat penelitian ini dijabarkan sebagai berikut ;
1. Teoritis
a. Bagi masyarakat dapat mengamati kinerja perusahaan yang didasarkan
pada informasi rasio-rasio keuangan, kapitalisasi pasar, volume
perdagangan dan harga saham sektor perbankan pada Indeks
Infobank15 yang dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi penelitian selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perluasan
penelitian terutama yang berhubungan dengan kinerja keuangan
14

perusahaan, kapitalisasi pasar dan volume perdagangan yang dikaitkan


dengan harga saham.

2. Praktis
a. Bagi manajemen perusahaan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
untuk evaluasi perusahaan dalam bidang manajemen keuangan,
khususnya mengenai “Pengaruh return on equity (ROE), price earning
ratio (PER), capital adequacy ratio (CAR), kapitalisasi pasar terhadap
harga saham yang dimediasi oleh volume perdagangan sektor
perbankan yang ada di Indeks Infobank15 yang dipublikasikan melalui
Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi calon investor diharapkan dapat memberikan manfaat dan menjadi
referensi bagi para investor dalam rangka pengambilan keputusan
investasi pada perusahaan khususnya sektor perbankan.
15

BAB II

TINJAUAN LITERATUR, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Literatur
1. Grand Theory
a. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Menurut Brigham dan Houston (2019, hal. 392) menjelaskan bahwa
sinyal sebagai suatu tindakan yang diambil oleh manajemen suatu
perusahaan untuk memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana
manajemen menilai perusahaan tersebut. Irham (2017, hal. 100)
menjelaskan signaling theory merupakan tanggapan investor terhadap sinyal
positif dan negatif adalah sangat mempengaruhi kondisi pasar, mereka akan
bereaksi dengan berbagai cara dalam menggapai sinyal tersebut, memburu
saham yang dijual atau melakukan tindakan tidak bereaksi seperti “wait and
see”. Disamping itu teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan
mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada
pihak external. Dorongan perusahaan untuk memberikan sebuah informasi
adalah untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan pihak
luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan
prospek yang akan datang dibanding pihak luar.
Signaling theory di gagas dalam ilmu ekonomi dan keuangan
menggambarkan informasi yang asimetris antara perusahaan dengan pihak
luar karena manajemen lebih mengetahui tentang prospek perusahaan dan
peluang di masa depan dibandingkan pihak luar (dalam hal ini investor).
Teori yang melandasi harga saham adalah teori sinyal. Manajemen akan
selalu berusaha mengungkapkan informasi privat yang menurut
pertimbanganya sangat diminati oleh calon investor dan pemegang saham
khususnya kalau informasi tersbut merupakan berita baik (good news).
Disamping itu, manajemen berminat menyampaikan informasi yang dapat
meningkatkan kredibelitasnya.
16

Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan harga saham pada


waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut. Pelaku pasar terlebih dahulu menginprestasikan dan
menghasilkan informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal
buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut bagi sinyal baik
bagi investor, maka harga saham menjadi naik.
b. Teori Keagenan
Menurut Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa teori
keangenan merupakan sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan
pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan
lancar, pemilik akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada
manajer. Hubungan keagenan adalah suatu kontrak dimana satu atau
beberapa orang (pemberi kerja atau principal) memperkerjakan orang lain
(agen) untuk melaksanakan sejumlah jasa mendelegasikan wewenang untuk
mengambil keputusan kepada agen itu. Pemisahan kepemilikan dan
pengendalian tersebut menyebabkan manajer bertindak sesuai dengan
kegiatan prinsipal. Dalam melaksanakan tugas manajerial, manajer memiliki
tujuan pribadi yang bersaingan dengan tujuan prinsipal didalam
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Jensen dan Meckling
(1976) menjelaskan bahwa hubungan keagenan (agency relationship)
sebagai hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan
antara prinsipal yang menggunakan agen untuk melakukan jasa yang
menjadi kepentingan prinsipal dalam hal terjadi pemisahan kepemilikan dan
kontrol perusahaan. Secara garis besar Jensen dan Meckling (1976)
menggambarkan dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara
manajer dengan pemegang saham (shareholder) dan antara manajer dengan
pemberi pinjaman (bondholders). Hubungan kontraktual ini agar dapat
berjalan dengan lancar, prinsipal mendelegasikan otoritas pembuatan
keputusan kepada agen dan hubungan ini juga perlu diatur dalam suatu
kontrak yang biasanya menggunakan angka–angka akuntansi yang
dinyatakan dalam laporan keuangan sebagai dasarnya.
17

2. Pasar Modal
a. Pasar Modal
Menurut kamus bahasa latin yang disusun oleh Prent dan Adisubrata
dalam Koetin (1996, hal. 1) menjelaskan pasar modal atau pasar efek
berasal dari bahasa latin effectus yang berarti pelaksanaan, pengalaman, hal
mempraktikan, pekerjaan, dan penyelesaian.
Menurut Koetin (1996, hal. 1) menjelaskan pasar modal atau bursa efek
adalah salah satu jenis pasar dimana para pemodal bertemu untuk menjual
atau membeli surat-surat berharga atau efek.
Menurut Eduardus (2017, hal. 25) menjelaskan pasar modal merupakan
pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas atau dengan
kata lain dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas
yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun seperti saham, obligasi
dan resksadana.
Menurut Irham (2017, hal. 55) menjelaskan pasar modal adalah tempat
dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi
dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan
sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan.
Menurut Undang-undang No 8 tahun 1995 pasar modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan yang berkaitan dengan efek yang diterbitkanya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Peran yang dilakukan oleh pasar modal adalah menyediakan fasilitas
untuk memindahkan dana, khususnya yang diperuntukan untuk pembiayaan
jangka panjang, dari yang memiliki dana atau dikenal dengan istilah lender
ke perusahaan yang membutuhkan dana atau borrower. Tempat dimana
terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu,
bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Untuk kasus di
Indonesia terdapat dua bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa
Efek Surabaya (BES) yang sejak tahun 2007 bergabung dan berubah nama
menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan teknologi informasi
18

memungkinkan setiap pelaku pasar modal melakukan akses dan transaksi


dari berbagai tempat, tidak harus berkumpul pada suatu lantai bursa efek.
Transaksi dapat dilakukan melalui online trading.
Kehadiran pasar modal indonesia dengan sejarah yang sangat panjang.
Bursa di Indonesia berdiri tahun 1912, lebih dahulu dari bursa Singapura
yang baru lahir bulan Juni 1930, ketika 15 perusahaan efek membentuk The
Singapore Stockbrokers Association untuk mngatur industri perefekan
disana. Perkembangan bursa efek di indonesia tidak lepas dari pasang
surutnya iklim politik, ekonomi dan keuangan negara ini. Bursa Efek
Indonesia mengalami kemunduran aktivitasnya di tahun 1940, waktu negeri
Belanda diserang dan diduduki oleh bangsa Jerman. Setelah itu muncul lagi
tahun 1952 dan seolah-olah menghilang sejak tahun 1958, kemudian
bangkit kembali pada tahun 10 Agustus 1977. Pada tahun 1968 Bank
Indonesia membentuk Tim Persiapan Pasar Uang dan Modal tahun 1969
yang diketuai Gubernur Bank Indonesia. Tahun 1972 tim ini diganti dengan
Badan Pembina Pasar Uang dan Modal yang masih diketuai oleh Gubernur
Indonesia. Pada penghujung tahun 1976 badan inilah yang melahirkan
Bapepam ( Badan Pelaksana Pasar Modal) dan PT Perseroan Danareksa.
Sejak dibuka kembali pada tahun 1977 pasar modal diawasi dan
dilaksanakan oleh Bapepam, badan yang berada di dalam lingkungan
Departemen Keuangan. Pelaku pasar modal di samping Bapepam adalah
perusahaan-perusahaan efek, yang menjadi perantara antara perusahaan
yang membutuhkan dana (dikenal dengan istilah emiten) dan para pemilik
dana (yang disebut pemodal atau investor), para akuntan, notaris, penasehat
hukum dan para penilai, yang menduduki tempat vital dalam konfigurasi
pasar modal. Pada tahun 1970 Bapepam diganti fungsinya dari pembina
menjadi pengawas. Baru pada tahun 1992 pengelolaanya diserahkan kepada
pihak swasta, seperti lazimnya hampir diseluruh dunia. Perkembangan pasar
yang begitu cepat menghendaki adanya efisiensi kerja dan bursa harus
diotomatisasi. Inilah yang melahirkan JATS (Jakarta Automated Trading
System) yang diperkuat dengan dukungan undang-undang di tahun 1995.
19

b. Produk yang diperdagangkan di Pasar Modal


Saham menjadi produk utama diperdagangkan di pasar modal, dan
memang tujuan utama keberadaan pasar modal suatu negara
memperdagangkan saham. Disamping itu selain saham, juga
diperdagangkan di pasar modal adalah berbagai jenis surat berharga lainya
yaitu ;
1) Surat pengakuan hutang.
2) Surat berharga komersial.
3) Obligasi.
4) Tanda bukti hutang.
5) Unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
6) Kontrak berjangka atas efek.
7) Derivatif dari efek, seperti bukti right, warrant, dan opsi.
8) Efek beragun aset.
9) Sertifikat penitipan efek indonesia.

c. Elemen yang menyebabkan tumbuhnya pasar modal


Pasar modal di suatu negara telah dapat dijadikan sebagai salah satu
ukuran untuk melihat maju mundurnya dinamika bisnis yang terjadi di
negara tersebut. Dan pemerintah memiliki peran sentral dalam membentuk
serta mendorong suatu pasar modal yang menjadi pengharapan berbagai
pihak, termasuk menciptakan elemen-elemen pendorong pembentukan pasar
modal yang tumbuh berkembang sesuai pengharapan berbagai pihak.
Elemen-elemen tersebut antara lain ;
1) Adanya kesadaran masyarakat mengenai manfaat dan peluang yang
terdapat di pasar modal serta manfaat lain dari kepemilikan saham.
2) Perkembangan prasarana pasar modal seperti majunya teknologi
informasi yang mendorong tumbuhnya sistem perdagangan
elektronik, kliring, pendaftaran saham dan lain-lain.
3) Perkembangan peraturan perundangan guna terciptanya
kepercayaan masyarakat, perlindungan pemodal dan
kemandirianya.
20

4) Adanya program privatisasi yang mendorong penawaran dan


permintaan saham.

3. Saham
a. Definis Saham
Menurut Irham (2017, hal. 80) menjelaskan saham adalah tanda bukti
penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan atau suatu
surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai
nominal (rupiah, dolar, yen dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi
hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB
(Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk
menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak yang
selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
deviden.
Menurut Erduadus (2017, hal. 30) menjelaskan saham adalah sertifikat
yang menunjukan bukti kepemilikan perusahaan. Apabila seorang investor
memiliki 1 juta lembar saham biasa suatu perusahaan dari total saham biasa
yang berjumlah 100 juta lembar, maka ia memiliki 1% perusahaan tersebut.
Sebagai pemilik pemegang saham biasa suatu perusahaan mempunyai hak
suara proposional pada berbagai keputusan penting perusahaan antara lain
pada persetujuan keputusan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

b. Jenis Saham Biasa


Menurut Irham (2017, hal. 82) menjelaskan saham biasa atau common
stock memiliki kelebihan dibandingkan preferen stock terutama diberi hak
untuk ikut dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum
Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang otomotasi diberikan wewenang kepada
pemegangnya untuk ikut serta dalam menentukan berbagai kebijakan
perusahaan. Jenis dari saham biasa ini antara lain ;
1) Blue Chip Stock (saham unggulan) adalah saham dari perusahaan
yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba,
pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas. Jika di Indonesia
21

kita bisa kenal dengan LQ 45. LQ 45 adalah likuidtas empat puluh


lima buah perusahaan yang dianggap memiliki tingkat likuiditas
yang baik dan sesuai dengan pengharapan pasar modal.
2) Growth Stock adalah saham-saham yang diharapkan memberikan
pertumbuhan laba yang tinggi dari rata-rata saham-saham lain, dan
karenanya mempunyai PER yang tinggi.
3) Defensive Stock (saham-saham defensif) adalah saham yang
cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang
tidak menentu berkaitan dengan deviden, pendapatan dan kinerja
pasar.
4) Cyclical Stock, sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat
saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu.
5) Seasonal Stock, adalah perusahan yang penjualanya bervariasi
karena dampak musiman.
6) Speculative Stock, adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat
spekulasi yang tinggi, yang kemungkinan tingkat pengembalian
hasilnya adalah rendah atau negatif.

c. Indeks Pasar Saham


Menurut Eduardus (2017, hal. 93) menjelaskan indeks pasar saham
merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar.
Karena merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga
saham, maka indeks pasar saham juga disebut indeks harga saham (stock
price index). Berikut jenis-jenis indeks pasar saham yang ada di Indonesia
antara lain ;
1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan seluruh
saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
2) Indeks LQ45 terdiri atas 45 saham di BEI dengan likuiditas yang
tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta lolos seleksi menurut
beberapa kriteria pemilihan.
3) Indeks Kompas 100, dalam hal ini yang dipakai sebagai dasar
perhitungan indeks adalah 100 saham teraktif. Secara spesifik proses
22

pemilihan 100 saham mempertimbangkan frekuensi transaksi, nilai


transaksi dan kapitalisasi pasar serta kinerja fundamental dari
saham-saham tersebut.
4) Indeks Sektoral merupakan sub indeks dari IHSG menggunakan
semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor.
5) Jakarta Islamic Indeks teridiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan Syariah Islam dan termasuk saham
yang likuid. JII ini dimaksudkan sebagai tolak ukur untuk mengukur
kinerja investasi pada saham dengan basis syariah dan diharapkan
dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi secara
syariah.

d. Keuntungan memiliki saham


Bagi pihak yang memiliki saham akan memperoleh beberapa
keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima, yaitu ;
1) Memperoleh deviden yang akan diberikan pada setiap akhir tahun.
2) Memperoleh capital gain, yaitu keuntungan pada saat saham yang
dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih mahal.
3) Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis common stock
(saham biasa).

e. Pelaku pasar saham


Adapun para pelaku di pasar saham disamping perusahan yang
bersangkutan juga turut melibatkan pihak lainya yaitu ;
1) Emiten yaitu perusahaan yang terlibat dalam menjual sahamnya di
pasar modal.
2) Underwriter atau penjamin yaitu yang menjamin perusahaan
tersebut di dalam menjual sahamnya di pasar modal.
3) Broker atau pialang.
23

f. Kategori saham persektor industri


Adapun kategori saham-saham persektor industri antara lain ;
1) Saham-saham sektor finansial.
2) Saham-saham sektor pertambangan.
3) Saham-saham sektor dasar dan kimia.
4) Saham-saham sektor aneka industri.
5) Saham-saham sektor barang-barang kebutuhan pokok.
6) Saham-saham sektor properti dan real estate.
7) Saham-saham sektor perdagangan, jasa dan investasi.
8) Saham-saham sektor manufaktur.
9) Saham-saham sektor pertanian.

4. Harga Saham
a. Pengertian Harga Saham
Menurut Undang –Undang No 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pada
hakekatnya harga saham merupakan penerimaan besarnya pengorbanan
yang dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2019, hal. 397) menjelaskan bahwa
harga saham adalah harga pasar saat ini, dan dapat diketahui dengan mudah
bagi perusahaan publik sehingga harga saham merupakan harga yang
menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan
pemegang saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga saham
perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada
arus kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor “rata-rata”
jika investor membeli saham. Adapun jenis harga saham menurut Brighman
dan Houston (2019, hal. 59) adalah sebagai berikut ;
1) Harga nominal adalah harga yang tercantum pada sertifikat saham
yang telah ditetapkan dan disahkan oleh emiten sebagai penilai
setiap lembar saham yang dikeluarkan.
2) Harga perdana adalah harga ini yang ada pada waktu harga saham
tersebut dicatat di bursa efek.
24

3) Harga pasar adalah harga yang terjadi setelah tercatat di bursa dan
ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan yang lain.
4) Harga pembukaan adalah harga yang diminta oleh penjual atau
pembeli pada saat jam bursa dibuka.
5) Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau
pembeli pada saat akhir di hari bursa.
6) Harga tertinggi adalah harga yang paling tinggi yang terjadi pada
hari bursa.
7) Harga terendah adalah harga yang paling rendah yang terjadi pada
hari bursa.
8) Harga rata-rata adalah rata-rata dari harga tertinggi dan terendah.

b. Faktor yang mempengaruhi harga saham


Ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan harga suatu saham
itu akan mengalami fluktuasi yaitu ;
1) Kondisi mikro dan makro ekonomi.
2) Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan
usaha).
3) Pergantian direksi secara tiba-tiba.
4) Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak
pidana.
5) Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya.
6) Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk resiko yang terjadi secara
menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan terlibat.
7) Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi
teknikal jual beli saham.

5. Volume Perdagangan
Menurut Eduardus (2017, hal. 35) menjelaskan volume perdagangan
saham atau sering disebut frekuensi perdagangan saham merupakan rasio
antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu
25

terhadap jumlah saham yang beredar pada periode waktu tertentu. Jumlah
saham yang diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat
perusahaan melakukan emisi atas saham. Perkembangan volume
perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara penawaran dan
permintaan yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor. Naiknya
volume perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli oleh para
investor di bursa. Semakin besar pengaruh volume penawaran dan
permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi
harga saham di bursa. Semakin meningkat volume perdagangan saham
menunjukan semakin diminatinya saham tersebut oleh para investor atau
masyarakat. Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume
saham tertentu yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam
memperdagangkan saham tersebut. Besarnya variabel volume perdagangan
dapat diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat
dilihat melalui indikator trading volume activity (TVA). TVA digunakan
untuk melihat ada tidaknya reaksi pasar terhadap suatu kejadian tertentu
(informasi) yang berkaitan dengan transaksi pasar melalui pergerakan
aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal. Adapun rumus untuk
volume perdagangan (trading volume activity) adalah ;

TVA = Saham perusahaan yang diperdagangkan pada waktu tertentu


Saham perusahaan yang beredar pada waktu tertentu

Faktor yang mempengaruhi volume perdagangan antara lain ;


a. IHSG
Indeks harga saham gabungan adalah jumlah seluruh harga saham
yang ada digunakan oleh para investor sebagai alat analisa dalam
melakukan investasi. Apabila harga-harga saham itu tinggi maka
investor yang memiliki saham tersebut akan mendapatkan capital
gain yang tinggi, minat masyarakat untuk membeli saham akan
meningkat hal ini akan berpengaruh terhadap permintaan dan
penawaran saham yang terjadi di Bursa Efek.
26

b. Right Issue
Keuntungan yang diperoleh selain dari capital gain, deviden juga
dapat dari saham right issue. Sedangkan Right issue merupakan
sistem penjualan saham yang dilakukan oleh emiten sebagai
perusahaan penerbit saham dengan menawarikan kepada pemilik
saham untuk membeli sahamnya terlebih dahulu dengan harga tetap.
c. Kurs Dollar
Melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
sangat berdampak kuat karena terutama otoritas moneter juga
melakukan kebijakan uang ketat. Dengan menguatnya rupiah hal ini
akan berdampak pada semakin besar volume yang diperdagangkan.
d. Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga transaksi antar bank yang menjadi patokan
dalam menentukan tingkat suku bunga dengan tujuan memudahkan
para pelaku bisnis untuk mengikuti perkembangan saham dalam
melakukan transaksi pembelian saham dengan tingkat bunga yang
rendah menyebabkan volume perdagangan saham semakin banyak.

6. Kapitalisasi Pasar
Menurut Eduardus (2017, hal. 365) menjelaskan kapitalisasi pasar
merupakan keseluruhan nilai atau agregat dari saham-saham yang tercatat di
Bursa yang dihitung berdasarkan harga pasar terakhir dari masing-masing
saham. Saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar umumnya
merupakan penggerak pasar (market mover) dan termasuk kedalam saham
unggulan dan memiliki kelebihan dalam likuiditas. Menurut Raymond
(2021, hal. 64) menjelaskan kapitalisasi pasar sangat penting untuk
dimasukan ke dalam kriteria. Kriteria ini bertujuan untuk meminimalkan
resiko likuiditas, sehingga kita dapat terhindar untuk membeli saham-saham
yang tidak likuid. Oleh karena itu saham yang kapitalisasi besar akan
menjadi incaran investor untuk berinvestasi jangka panjang, karena
memiliki potensi pertumbuhan perusahaan yang mengagumkan disamping
pembagian deviden serta resiko yang rendah. Karena banyak peminatnya,
27

maka harga saham pada umum nya relatif tinggi sehingga akan memberikan
return yang tinggi pula.
Menurut Sukmawati (2017, hal. 137) menjelaskan masalah dasar pada
pemodelan keuangan adalah masalah ketidakpastian. Terutama yang
berkaitan dengan harga, untuk itu perlu adanya sebuah teknik pemodelan
keuangan yang mampu menggambarkan informasi keuangan yang berkaitan
dengan return, indeks harga dan turunannya dengan efisien agar informasi
dapat dimanfaatkan oleh investor dalam mengambil keputusan terbaik.
Salah satu cara untuk melihat ketidakpastian return saham yaitu dengan
menggunakan harga saham dan kapitalisasi pasar saham itu sendiri. Dengan
kata lain harga saham yang tinggi tidak selalu menyimpulkan bahwa
perusahaan tumbuh atau memiliki nilai yang tinggi pula. Kapitalisasi pasar
memberikan gambaran seberapa besar harga suatu perusahaan ketika dijual
dipasar. Hal ini dijadikan dasar oleh investor untuk membantu dalam
menganalisis seberapa besar pertumbuhan perusahaan.
Semakin besar kapitalisasi pasar suatu saham, maka semakin lama pula
investor menahan kepemilikan sahamnya, karena investor menganggap
bahwa perusahaan besar akan cenderung lebih stabil dari sisi keuanganya,
resiko lebih kecil dan memiliki prospek yang bagus dalam jangka panjang
dengan harapan return yang besar. Oleh sebab itu, Bursa Efek Indonesia
menjadi tiga skala market cap, diantaranya ;
a. First Liner (Blue Chip)
Blue Chip atau saham kapitalisasi pasar yang besar nilainya adalah
Rp. 10 triliun atau diatasnya.
b. Second Liner
Perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar antara Rp. 1 triliun –
Rp. 10 triliun.
c. Third Liner
Perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar paling kecil dibawah
Rp. 1 triliun.
28

Adapun rumus untuk menghitung kapitalisasi pasar sebagai berikut ;

Kapitalisasi Pasar = Jumlah Saham Beredar x Harga Saham

7. Fundamental Perusahaan
Menurut Raymond (2021, hal. 35) menjelaskan analisis fundamental
perusahaan merupakan analisis yang dilakukan berdasarkan data-data
ekonomi dan kinerja perusahaan, analisis fundamental dilakukan utnuk
mengidentifikasi prospek perusahaan. Data - data keuangan tersebut disebut
dengan rasio keuangan. Rasio keuangan membantu kita untuk
mengidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan
perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umumnya
lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden yang memadai. Informasi
tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan
menghitung rasio–rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. Rasio
keuangan dipergunakan oleh pihak manajemen untuk membandingkan rasio
pada saat sekarang dengan rasio yang akan datang. Adapun bagi investor
adalah membandingkan rasio keuangan satu perusahaan/industri dengan
perusahaan/industri lain yang sejenis dengan maksud nantinya akan bisa
memberikan suatu analisis perbandingan yang memperlihatkan perbedaan
dalam kinerja keuangan.
Menurut Irham (2020, hal. 118) menjelaskan seiring telihat bahwa
investor yang mempergunakan rasio keuangan sebagai bagian untuk
menganalisis perusahan dengan cara membandingkan rasio keuangan satu
perusahaan lain yang sejenis dengan harapan cara ini akan memberi
kemudahan dan kecepatan dalam proses pengambilan keputusan. Bagi
investor perbankan ada beberapa rasio keuangan yang paling dominan yang
dijadikan rujukan untuk melihat kondisi kinerja suatu perusahaan, yaitu ;
a. Rasio likuiditas (liquitity ratio).
b. Rasio solvabilitas (solvability ratio).
c. Rasio profitabilitas (profitability ratio).
29

Ketiga rasio ini secara umum selalu menjadi perhatian investor karena
secara dasar dianggap sudah merepresentatifkan analisis awal tentang suatu
perusahaan. Rasio likuditas mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting karena kegagalan
dalam membayar kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan.
Rasio ini mengukur pada kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya.
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menunjukan bagaimana
perusahaan mampu untuk mengelola hutangnya dalam rangka memperoleh
keuntungan dan juga mampu untuk melunasi kembali hutangnya. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban dalam
jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang
total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Namun harus
dipahami bahwa bukan berarti perusahaan yang insolvabel namun likuid
tetapi tidak bisa menjalankan aktivitasnya, karena dengan kemampuan
likuiditas yang dimilikinya sangat memungkinkan perusahaan tersebut
untuk bisa mengembalikan hutangnya dengan cepat.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang bermanfaat untuk menunjukan
keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Investor yang
potensial akan menganalisis dengan cermat kelancaran sebuah perusahaan
dan kemampuanya untuk mendapatkan keuntungan, karena mereka
mengharapkan deviden dan harga pasar dari sahamnya. Rasio ini
dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan.
Selain itu rasio profitabilitas juga dapat dinyatakan sebagai rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dilihat dari laba yang
dihasilkan terhadap penjualan dan investasi.

8. Return on Equity (ROE)


Menurut Irham (2020, hal. 142) return on equity (ROE) disebut juga
dengan laba diatas equity, rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba
atas ekuitas.
30

Adapun rumus return on equity (ROE) adalah;

Return on equity = Net Income


Total Equity

Tabel 2.1
Kriteria Peringkat ROE

Peringkat Keterangan
Sangat Sehat ROE ≥ 15 %
Sehat 12.5 % < ROE 15%

Cukup Sehat 5 % < ROE 12.5%

Kurang Sehat 0 % < ROE 5%

Tidak Sehat ROE 0%

Sumber : Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

9. Price Earning Ratio (PER)


Menurut Irham (2020, hal. 143) menjelaskan price earning ratio (PER)
adalah perbandingan antara harga per lembar saham dengan laba per lembar
saham. Price earning ratio (PER) menjelaskan valuasi harga per lembar
saham dibandingkan dengan laba per lembar saham, semakin tinggi nilai
price earning ratio (PER), maka semakin mahal harga per lembar saham,
begitu pula sebaliknya. price earning ratio (PER) juga mencerminkan
perkembangan (Growth) saham tersebut. Menurut Sukmawati (2017, hal.
53) menjelaskan untuk price earning ratio (PER) tinggi, harga saham
perusahaan makin mahal, tetapi growth perusahan makin tinggi pula. Bagi
para investor semakin tinggi price earning ratio (PER) maka pertumbuhan
laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Aturannya semakin
rendah rasio price earning ratio (PER), maka semakin murah sebuah saham.
Adapun rumus Price Earning Ratio (PER) adalah ;

Price Earning Ratio = Market Price Pershare


Earning Pershare
31

10. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Menurut Hery (2019, hal. 146) menjelaskan capital adequacy ratio


(CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki oleh bank untuk menunjang aset yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya resiko atas kredit yang diberikan. Menurut
Irham (2020, hal. 179) menjelaskan capital adecuacy ratio (CAR) atau
sering disebut dengan rasio kecukupan modal bank yaitu bagaimana sebuah
bank mampu membiayai aktifitas kegiatanya dengan kepemilikan modal
yang mampu dimilikinya. Menurut Khasmir (2018, hal. 232) menjelaskan
capital adequacy ratio (CAR) merupakan ratio yang digunakan untuk
mengukur pemodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung
perkreditan terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih.
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2016, hal. 62) menjelaskan jumlah
modal dikaitkan resiko kredit pada aset neraca bank, baik on maupun off
balance sheet harus lebih besar dari 8 %. Modal inti bank atas modal
disetor, agio saham, cadangan umum dan laba ditahan. Yang termasuk
modal pelengkap antara lain adalah cadangan revaluasi aktiva tetap.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia bank yang dinyatakan termasuk
sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8 %.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku, bank dijawibkan untuk memelihara
kewajiban penyediaan modal minimum sekurang-kurangnya 8%.

Rumus untuk mencari Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah ;

Capital Adecuacy Ratio = Modal __ x 100%


Aset Tertimbang Menurut Resiko
32

Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Tingkat CAR

Peringkat Keterangan
Sangat Sehat CAR ≥ 12%
Sehat 9% CAR < 12%

Cukup Sehat 8% CAR < 9%

Kurang Sehat 6% < CAR 8%

Tidak Sehat 6%

Sumber : Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Penilaian Tingkat Kesehatan Bank.

Menurut Hery (2019, hal. 172) menjelaskan langkah-langkah dalam


menghitung kebutuhan modal minimum bank sebagai berikut :
a. ATMR aset neraca dihitung dengan cara mengalihkan nilai nominal
dari masing-masing aset yang bersangkutan dengan bobot resiko
untuk masing-masing pos aset neraca tersebut.
b. ATMR aset administratif dihitung dengan cara mengalihkan nilai
nominal dari rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot
resiko untuk masing-masing pos rekening tersebut.
c. Total ATMR = ATMR aset neraca + ATMR aset administratif.
d. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan anatara
modal bank inti + modal pelengkap dengan total ATMR.
e. Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan
kewajiban penyediaan modal minimum yakni 8%.
f. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio modal dan
kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100% atau
lebih, maka modal bank yang bersangkutan dianggap telah
memenuhi ketentuan CAR.
33

11. Penelitian Terdahulu


Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu

Variabel
Judul Penelitian Hasil Peneltian
Persamaan Perbedaan
Pengaruh CAR, LDR dan ROA CAR dan Harga LDR dan 1)CAR negatif signifikan
terhadap Harga Saham (studi kasus Saham ROA terhadap harga saham,
perusahaan perbankan yang 2)LDR negatif signifikan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia terhadap harga saham,
periode 2007-2016) 3)ROA negatif signifikan
terhadap harga saham
Wiwi Warsiati & Resmi Ranti 4)secara simultan berpengaruh
Rosalina (2019) positif terhadap harga saham

ISSN:1412-6907 (paper) ISSN:


2579-8189 (online)
Vol. 18 No. 1 Januari-April 2019
Analisis Pengaruh EVA, ROA, Volume EVA, ROA, 1)EVA positif signifikan
DER, Volume Perdagangan dan Perdagangan, DER, terhadap harga saham,
Kapitalisasi Pasar terhadap Harga Kapitalisasi 2) ROA positif signifikan
Saham (studi pada perusahaan Pasar, dan terhadap harga saham,
Umum yang terdaftar di BEI Harga Saham 3) DER negatif signifikan
periode 2011-2013) terhadap harga saham,
4)Volume perdagangan positif
Ariyo Marti Raharjo, signifikan terhadap harga
A. Mulyo Haryanto (2015) saham,
5)kapitalisasi pasar positif
Dipenogoro Journal of signifikan terhadap harga
Management saham
ISSN (online): 2337-3792
Vol. 4 No. 3 Tahun 2015 Hal. 1-11
Bersambung pada halaman berikutnya.
34

Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu

Variabel
Judul Penelitian Hasil Peneltian
Persamaan Perbedaan
Faktor Fundamental terhadap Harga ROE dan Harga EPS, DER, 1)ROA berpengaruh negatif
Saham Perbankan periode 2011- Saham NPM signifikan terhadap harga
2015 saham,
2)EPS positif terhadap Harga
Sri Astuti Puti Ramdhani & Saham,
Maulidiyati Aisyah (2018) 3) ROE positif signifikan
berpengaruh terhadap harga
Jurnal Analisis Bisnis Ekonomi, saham,
Vol. 16, No. 1, April 2018 4) DER negatif signifikan
terhadap harga saham,
5)NPM negatif signifikan
terhadap harga saham
Analisis Faktor Fundamental ROE, CAR, dan EPS, ROA, 1) EPS positif siginifikan
terhadap Harga Saham Sektor Harga Saham ROI, AG terhadap harga saham,
Perbankan yang Go Public di 2) ROA positif signifikan
Indeks Kompas 100 periode 2008- terhadap harga saham,
2012 3) ROE positif signifikan
terhadap harga saham
Teguh Jiwandono (2014) 4)ROI negatif signifikan
terhadap harga saham,
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 2 No. 5)AG negatif signifikan
3, Juli 2014 terhadap harga saham,
6)CAR positif signifikan
terhadap harga saham.
Bersambung pada halaman berikutnya.
35

Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu

Variabel
Judul Penelitian Hasil Peneltian
Persamaan Perbedaan
Pengaruh PER, PBV dan EPS PER dan PBV, EPS 1)PER positif signifikan
terhadap Volume Perdagangan Volume dan Return terhadap Volume Perdagangan
Saham dan Return Saham (studi Perdagangan Saham 2)PBV positif signifikan
pada Indeks Kompas 100 tahun Saham terhadap Volume Perdagangan
2007-2011) 3)EPS positif signifikan
terhadap Volume perdagangan
Baiq Retno Sofiana Iqsir, R. Sapto 4)EPS positif signifikan
Hendri BS, dan Luqman Effendy terhadap return saham
(2017)

Jurnal Riset Akuntansi Aksioma


Vol. 16 No. 1, Juni 2017
Pengaruh tingkat kesehatan bank CAR dan LDR, ROA, 1) CAR tidak berpengaruh
terhadap Volume Perdagangan Volume BOPO, terhadap volume Perdagangan
saham perusahaan yang listing di Perdagangan NPL 2) ROA tidak berpengaruh
Bursa Efek Indonesia periode 2016- terhadap volume Perdagangan
2017 3) LDR tidak berpengaruh
terhadap volume Perdagangan
Fena Ulfa Aulia dan Ira Hasti 4) BOPO tidak berpengaruh
Priyadi (2021) terhadap volume Perdagangan
5) NPL tidak berpengaruh
Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan terhadap volume Perdagangan
Keagamaan Islam 6) Secara simultan tidak
P-ISSN:1907-7211 berpengaruh terhadap volume
E-ISSN:2442-8078 perdagangan
Vol 18 No. 1, Januari-Juni (2021)
Bersambung pada halaman berikutnya.
36

Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu

Variabel
Judul Penelitian Hasil Peneltian
Persamaan Perbedaan
Pengaruh EPS, PER, CR dan ROE PER, ROE dan EPS dan 1)EPS tidak berpengaruh
terhadap Harga Saham di Bursa Harga Saham CR terhadap harga saham
Efek Indonesia periode 2012-2016 2)PER positif signifikan
terhadap harga saham
Pande Widya Rahmadewi & 3)CR tidak berpengaruh
Nyoman Abundanti (2018) terhadap harga saham
4) ROE negatif signifikan
Jurnal Manajemen Unud terhadap harga saham
ISSN:2302-8912 Vol.7 No. 4,
2018: 2106-2133
Pengaruh Rasio Profitabilitas ROE dan Profit 1)ROE positif signifikan
terhadap Volume Perdagangan volume Margin on terhadap volume perdagangan
Saham di PT Metrodata Electronic perdagangan Sales, Basic 2)Profit Margin on Sales
periode 2001-2008 Earning positif terhadap volume
Power, dan perdagangan
Iskandar AA, Habiburrahman dan ROA 3)Basic Earning Power negatif
Dirwansyah Sesunan (2013) signifikan terhadap volume
perdagangan
Jurnal Manajemen Visionist, 4)ROA negatif signifikan
ISSN: 1411-4186 terhadap volume perdagangan
Vol. 2, No. 1, Maret 2013
37

B. Kerangka Berpikir dan Hipotesis


1. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan serta penelitian dahulu
dan pengaruh antar variabel yang telah dijabarkan, maka kerangka dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

(X1) : ROE
H5
H1
H10
(X2) : PER
H6
H11
H2
Z:
H9 HARGA
Y: VOLUME
SAHAM
PERDAGANGAN

H3 H7

H12

H8
(X3) : CAR H13
H4

(X4) :
KAPITALISASI
PASAR Berpengaruh langsung
Berpengaruh Tidak
Langsung (melalui var.
intervening
bbbbbbbb

Berikut ini hubungan antar variabel X, Y dan Z antara lain:


a. Pengaruh langsung antara return on equity (ROE) terhadap volume
perdagangan
Menurut Irham (2020, hal. 142) menjelaskan return on equity (ROE)
disebut juga dengan laba diatas equity, rasio ini mengkaji sejauh mana
38

suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk


mampu memberikan laba atas ekuitas. Menurut Eduardus (2017, hal. 35)
volume perdagangan saham atau sering disebut frekuensi perdagangan
saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan
pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada periode
waktu tertentu. Berdasarkan teori tersebut menyimpulkan bahwa semakin
tinggi rasio ROE ini menunjukan semakin baik produksivitas modal dalam
memperoleh keuntungan bersih atau laba. Ini menunjukan bahwa bagi
investor, analisa ROE menjadi penting karena dengan analisis tersebut
dapat diketahui keuntungan yang dapat diperoleh dari investasi yang
dilakukan. Bagi perusahaan analisis ini menjadi penting karena merupakan
faktor penarik bagi para investor yang menjadikan perusahaan tersebut
makin diminati investor karena tingkat pengembalian yang akan semakin
besar. Hal ini berdampak akan berdampak kepada meningkatnya volume
perdagangan karena banyak investor yang bertransaksi. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dkk. (2013) yang
menjelaskan bahwa ROE berpengaruh positif signifikan terhadap volume
perdagangan.

b. Pengaruh langsung antara price earning ratio (PER) terhadap volume


perdagangan
Menurut Sukmawati (2017, hal. 53) menjelaskan price earning ratio
menjelaskan valuasi harga per lembar saham dibandingkan dengan laba
per lembar saham, semakin tinggi nilai PER, maka semakin mahal harga
per lembar saham, begitu pula sebaliknya. PER juga mencerminkan
perkembangan (Growth) saham tersebut. Menurut Eduardus (2017, hal.
35) menjelaskan volume perdagangan saham atau sering disebut frekuensi
perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang
diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar
pada periode waktu tertentu. Berdasarkan teori tersebut menyimpulkan
bahwa semakin tinggi PER perusahaan maka harga saham perusahaan
makin mahal, tetapi growth perusahan makin tinggi pula. Hal ini
39

berbanding lurus dengan teori yang ada dimana rasio ini membandingkan
antara harga saham terhadap earning perusahaan. Investor menghitung
berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan
demikian semakin tinggi nilai PER akan meningkatkan daya tarik investor
sehingga harga saham meningkat. Sehingga ini berpengaruh juga terhadap
volume perdagangan saham karena banyak investor yang bertransaksi. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Baiq dkk. (2017) yang
menjelaskan bahwa PER berpengaruh positif signifikan terhadap volume
perdagangan.

c. Pengaruh langsung antara capital adequacy ratio (CAR) terhadap


volume perdagangan
Menurut Hery (2019, hal. 146) menjelaskan capital adequacy ratio
(CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki oleh bank untuk menunjang aset yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya resiko atas kredit yang diberikan. Menurut
Eduardus (2017, hal. 35) menjelaskan volume perdagangan saham atau
sering disebut frekuensi perdagangan saham merupakan rasio antara
jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap
jumlah saham yang beredar pada periode waktu tertentu. Berdasarkan teori
tersebut disimpulkan bahwa CAR merupakan indikator penting dalam
perbankan karena di perbankan dengan rasio DER saja tidak cukup untuk
menilai suatu perusahaan itu sehat atau tidak, untuk itu CAR merupakan
acuan dalam menilai kesehatan sebuah bank karena merupakan indikator
penting dalam mengukur pemodalan dan cadangan penghapusan dalam
menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal
tagih. Semakin tinggi CAR nya maka semakin sehat bank tersebut hal ini
juga secara tidak langsung mengacu kepada sisi kekuatan modalnya. Tentu
saja secara tidak langsung ini mengacu kepada minat investor karena
dengan kondisi bank yang sehat dan profitabilitas yang tinggi akan
mempengaruhi semakin banyak investor yang berminat menanamkan
modalnya di bank tersebut. Hal ini tentunya berpengaruh kepada volume
40

perdaganganya karena banyak investor yang bertransaksi. Akan tetapi ini


tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fena dan Ira (2021)
yang menjelaskan CAR tidak signifikan terhadap volume perdagangan
saham.

d. Pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap volume


perdagangan
Menurut Eduardus (2017, hal. 365) menjelaskan kapitalisasi pasar
merupakan keseluruhan nilai atau agregat dari saham-saham yang tercatat
di Bursa yang dihitung berdasarkan harga pasar terakhir dari masing-
masing saham. Menurut Eduardus (2017, hal. 35) menjelaskan volume
perdagangan saham atau sering disebut frekuensi perdagangan saham
merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada
waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada periode waktu
tertentu. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
besar kapitalisasi pasarnya, maka semakin besar kekayaan perusahaan
tersebut. Ini semakin menarik minat investor karena perusahaan dengan
kapitalisasi besar memiliki kelebihan dalam sisi likuiditas. Tentunya
karena memiliki potensi pertumbuhan perusahaan yang mengagumkan
disamping pembagian deviden serta resiko yang rendah. Karena banyak
peminatnya, sehingga ini berdampak terhadap volume perdagangan.

e. Pengaruh langsung antara return on equity (ROE) terhadap harga


saham
Menurut Irham (2020, hal. 142) menjelaskan return on equity (ROE)
disebut juga dengan laba diatas equity, rasio ini mengkaji sejauh mana
suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk
mampu memberikan laba atas ekuitas. Hal ini berbanding lurus dengan
teori yang ada dimana semakin tinggi profitabilitas ratio suatu perusahaan
akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut dan
menjadikan perusahaan yang diminati oleh investor karena tingkat
pengembalian yang besar. Sehingga ROE dapat juga dijadikan salah satu
41

pertimbangan investor dalam menginvestasikan dananya sehingga minat


yang besar dari investor berdampak pada kenaikan harga saham. Hal ini
sejalan dengan penelitian oleh Sri & Maulidiyati (2018), Teguh (2014),
dan Iskandar dkk. (2013) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh
positif signifikan terhadap harga saham.

f. Pengaruh langsung antara price earning ratio (PER) terhadap harga


saham
Menurut Sukmawati (2017, hal. 53) menjelaskan price earning ratio
menjelaskan valuasi harga per lembar saham dibandingkan dengan laba
per lembar saham, semakin tinggi nilai PER, maka semakin mahal harga
per lembar saham, begitu pula sebaliknya. PER juga mencerminkan
perkembangan (Growth) saham tersebut. Untuk PER tinggi, harga saham
perusahaan makin mahal, tetapi growth perusahan makin tinggi pula. Hal
ini berbanding lurus dengan teori yang ada dimana rasio ini
membandingkan antara harga saham terhadap earning perusahaan.
Investor menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga
suatu saham. Dengan demikian semakin tinggi nilai PER akan
meningkatkan daya tarik investor sehingga harga saham meningkat.
Semakin besar nilai PER maka diikuti dengan semakin besar pula harga
saham. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Widya & Nyoman (2018)
yang menyatakan bahwa PER memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap harga saham.

g. Pengaruh langsung antara capital adequacy ratio (CAR) terhadap


harga saham
Menurut Hery (2019, hal. 146) menjelaskan capital adequacy ratio
(CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki oleh bank untuk menunjang aset yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya resiko atas kredit yang diberikan. Menurut
Irham (2020, hal. 179) menjelaskan capital adecuacy ratio (CAR) atau
sering disebut dengan rasio kecukupan modal bank yaitu bagaimana
42

sebuah bank mampu membiayai aktifitas kegiatanya dengan kepemilikan


modal yang mampu dimilikinya. CAR merupakan acuan dalam menilai
kesehatan sebuah bank karena merupakan indikator penting dalam
mengukur pemodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung
perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal tagih.
Semakin tinggi CAR nya maka semakin sehat bank tersebut hal ini juga
secara tidak langsung mengacu kepada sisi kekuatan modalnya. Karena
apabila perusahaan tersebut sehat tentunya akan berdampak terhadap harga
saham. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Teguh
(2014) yang menyatakan bahwa capital adecuacy ratio (CAR) memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Akan tetapi berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwi dan Resmi (2019) yang
menjelaskan bahwa CAR negatif signifikan terhadap harga saham, dan
Fena dan Ira (2021) yang menyatakan bahwa CAR tidak mempunyai
pengaruh terhadap harga saham.

h. Pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap harga saham


Menurut Eduardus (2017, hal. 365) menjelaskan kapitalisasi pasar
merupakan keseluruhan nilai atau agregat dari saham-saham yang tercatat
di Bursa yang dihitung berdasarkan harga pasar terakhir dari masing-
masing saham. Saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar
umumnya merupakan penggerak pasar (market mover) dan termasuk
kedalam saham unggulan dan memiliki kelebihan dalam likuiditas.
Berdasarkan teori tersebut menyimpulkan bahwa kapitalisasi pasar
merupakan ukuran kekayan yang dimiliki oleh pemegang saham. Dengan
terkoreksinya harga saham perusahaan dengan kapitalisasi pasar, maka
angka harga saham akan ikut terkoreksi pula. Jika setiap perusahaan terus
memperbaharui pergerakan kapitalisasi pasarnya menjadi lebih besar maka
harga sahamnya akan terus meningkat. Dengan tingginya harga saham,
minat investor dalam menanamkan saham ke dalam perusahaan yang
tergabung akan semakin besar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ariyo dan Mulyo (2015) yang menjelaskan bahwa
43

kapitalisasi pasar memiliki pengaruh positif signifikan terhadap harga


saham.
i. Pengaruh langsung antara volume perdagangan terhadap harga
saham
Menurut Eduardus (2017, hal. 35) menjelaskan volume perdagangan
saham atau sering disebut frekuensi perdagangan saham merupakan rasio
antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu
terhadap jumlah saham yang beredar pada periode waktu tertentu. Jumlah
saham yang diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat
perusahaan melakukan emisi atas saham. Perkembangan volume
perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara penawaran dan
permintaan yang merupakan manifestasi dari tinggkah laku investor. hal
ini berbanding lurus dengan harga saham dimana volume perdagangan
merupakan hal yang penting bagi seorang investor karena volume
perdagangan menggambarkan kondisi efek yang diperjualbelikan dipasar
modal yang mampu berdampak bagi harga saham. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ariyo dan Mulyo (2015) yang menjelaskan
bahwa volume perdagangan berpengaruh positif signifikan terhadap harga
saham.

j. Pengaruh tidak langsung antara return on equity (ROE) terhadap


harga saham melalui volume perdagangan
Menurut Irham (2020, hal. 142) menjelaskan return on equity (ROE)
disebut juga dengan laba diatas equity, rasio ini mengkaji sejauh mana
suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk
mampu memberikan laba atas ekuitas. Menurut Eduardus (2017, hal. 35)
menjelaskan volume perdagangan saham atau sering disebut frekuensi
perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang
diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar
pada periode waktu tertentu. Berdasarkan teori tersebut menyimpulkan
bahwa semakin tinggi rasio ROE ini menunjukan semakin baik
produksivitas modal dalam memperoleh keuntungan bersih atau laba. Ini
44

menunjukan bahwa bagi investor, analisa ROE menjadi penting karena


dengan analisis tersebut dapat diketahui keuntungan yang dapat diperoleh
dari investasi yang dilakukan. Bagi perusahaan analisis ini menjadi penting
karena merupakan faktor penarik bagi para investor yang menjadikan
perusahaan tersebut makin diminati investor karena tingkat pengembalian
yang akan semakin besar. Hal ini akan berdampak kepada meningkatnya
volume perdagangan karena banyak investor yang bertransaksi yang
berpengaruh juga terhadap harga saham. Akan tetapi belum ada penelitian
yang meneliti ROE terhadap harga saham yang dimediasi oleh volume
perdagangan, maka peneliti tertarik untuk menambahkan variabel tersebut
dan melakukan penelitian dengan dasar teori yang digunakan. Dan
penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.

k. Pengaruh tidak langsung antara price earning ratio (PER) terhadap


harga saham melalui volume perdagangan
Menurut Sukmawati (2017, hal. 53) menjelaskan price earning ratio
menjelaskan valuasi harga per lembar saham dibandingkan dengan laba
per lembar saham, semakin tinggi nilai PER, maka semakin mahal harga
per lembar saham, begitu pula sebaliknya. PER juga mencerminkan
perkembangan (Growth) saham tersebut. Menurut Eduardus (2017, hal.
35) menjelaskan volume perdagangan saham atau sering disebut frekuensi
perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang
diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar
pada periode waktu tertentu. Berdasarkan teori tersebut menyimpulkan
bahwa semakin tinggi PER perusahaan maka harga saham perusahaan
makin mahal, tetapi growth perusahan makin tinggi pula. Hal ini
berbanding lurus dengan teori yang ada dimana rasio ini membandingkan
antara harga saham terhadap earning perusahaan. Investor menghitung
berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan
demikian semakin tinggi nilai PER akan meningkatkan daya tarik investor
sehingga harga saham meningkat. Sehingga ini berpengaruh juga terhadap
volume perdagangan saham karena banyak investor yang bertransaksi dan
45

juga berpengaruh terhadap harga saham. Akan tetapi belum ada penelitian
yang meneliti PER terhadap harga saham yang dimediasi oleh volume
perdagangan, maka peneliti tertarik untuk menambahkan variabel tersebut
dan melakukan penelitian dengan dasar teori yang digunakan. Dan
penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.

l. Pengaruh tidak langsung antara capital adequacy ratio (CAR) terhadap


harga saham melalui volume perdagangan
` Menurut Hery (2019, hal. 146) menjelaskan capital adequacy ratio
(CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki oleh bank untuk menunjang aset yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya resiko atas kredit yang diberikan. Menurut
Eduardus (2017, hal. 35) menjelaskan volume perdagangan saham atau
sering disebut frekuensi perdagangan saham merupakan rasio antara
jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap
jumlah saham yang beredar pada periode waktu tertentu. Berdasarkan teori
tersebut disimpulkan bahwa CAR merupakan indikator penting dalam
perbankan karena di perbankan dengan rasio debt to equity ratio (DER)
saja tidak cukup untuk menilai suatu perusahaan itu sehat atau tidak, untuk
itu CAR merupakan acuan dalam menilai kesehatan sebuah bank. Semakin
tinggi CAR, maka semakin sehat bank tersebut hal ini juga secara tidak
langsung mengacu kepada sisi profitabilitasnya. Tentu saja secara tidak
langsung ini mengacu kepada minat investor karena dengan kondisi bank
yang sehat dan profitabilitas yang tinggi akan mempengaruhi semakin
banyak investor yang berminat menanamkan modalnya di bank tersebut.
Hal ini tentunya berpengaruh kepada volume perdaganganya karena
banyak investor yang bertransaksi dan berpengaruh terhadap harga
sahamnya. Akan tetapi belum ada penelitian yang meneliti CAR terhadap
harga saham yang dimediasi oleh volume perdagangan, maka peneliti
tertarik untuk menambahkan variabel tersebut dan melakukan penelitian
dengan dasar teori yang digunakan. Dan penelitian ini merupakan
pengembangan dari penelitian sebelumnya.
46

m. Pengaruh tidak langsung antara kapitalisasi pasar terhadap harga


saham melalui volume perdagangan
Menurut Eduardus (2017, hal. 365) menjelaskan kapitalisasi pasar
merupakan keseluruhan nilai atau agregat dari saham-saham yang tercatat
di Bursa yang dihitung berdasarkan harga pasar terakhir dari masing-
masing saham. Menurut Eduardus (2017, hal. 35) menjelaskan volume
perdagangan saham atau sering disebut frekuensi perdagangan saham
merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada
waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada periode waktu
tertentu. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
besar kapitalisasi pasarnya semakin besar kekayaan perusahaan tersebut.
Ini semakin menarik minat investor karena perusahaan dengan kapitalisasi
besar memiliki kelebihan dalam sisi likuiditas. Tentunya karena memiliki
potensi pertumbuhan perusahaan yang mengagumkan disamping
pembagian deviden serta resiko yang rendah. Karena banyak peminatnya,
maka harga saham pada umumnya relatif tinggi sehingga akan
memberikan return yang tinggi pula. Sehingga ini berdampak terhadap
volume perdagangan dan harga sahamnya. Akan tetapi belum ada
penelitian yang meneliti kapitalisasi pasar terhadap harga saham yang
dimediasi oleh volume perdagangan, maka peneliti tertarik untuk
menambahkan variabel tersebut dan melakukan penelitian dengan dasar
teori yang digunakan. Dan penelitian ini merupakan pengembangan dari
penelitian sebelumnya.

2. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2018, hal. 134) menjelaskan hipotesis sebagai
suatu jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
47

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berikut merupakan


rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Ha1 : Terdapat pengaruh langsung antara Return on Equity (ROE)
terhadap volume perdagangan pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
b. Ha2 : Terdapat pengaruh langsung antara Price Earning Ratio (PER)
terhadap volume perdagangan pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
c. Ha3 : Terdapat pengaruh langsung antara Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap volume perdagangan pada indeks Infobank15 di
Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
d. Ha4 : Terdapat pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap
volume perdagangan pada indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2020.
e. Ha5 : Terdapat pengaruh langsung antara Return on Equity (ROE)
terhadap harga saham pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
f. Ha6 : Terdapat pengaruh langsung antara Price Earning Ratio (PER)
terhadap harga saham pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
g. Ha7 : Terdapat pengaruh langsung antara Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap harga saham pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
h. Ha8 : Terdapat pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap
harga saham pada indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2020.
i. Ha9 : Terdapat pengaruh langsung antara volume perdagangan
terhadap harga saham pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
j. Ha10 : Terdapat pengaruh tidak langsung antara Return on Equity
(ROE) terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada
indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
48

k. Ha11 : Terdapat pengaruh tidak langsung antara Price Earning Ratio


(PER) terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
l. Ha12 : Terdapat pengaruh tidak langsung antara Capital Adequacy
Ratio (CAR) terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada
indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
m. Ha13 : Terdapat pengaruh tidak langsung antara kapitalisasi pasar
terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif.


Menurut Sugiyono (2019, hal. 35) menjelaskan metode penelitian kuantitatif
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder
bersumber pada laporan keuangan kuartal 1-4 dalam setiap tahun dari
masing-masing bank yang terdaftar pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia periode 2015-2020. Jenis data yang digunakan adalah jenis data
panel. Menurut Imam Ghozali (2017, hal. 193) data panel merupakan
gabungan antara data lintas waktu (time series) dan data lintas individu (cross
section) yang sama diukur pada waktu yang berbeda.

B. Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2018, hal. 95) menjelaskan variabel penelitian adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut. Pada bagian ini
akan diuraikan dari definisi masing-masing variabel yang digunakan berikut
dengan operasional dan cara pengukuranya. Berdasarkan model analisis, maka
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
50

Tabel 3.1
Ringkasan Operasional dan Pengukuran Variabel

No Variabel Konsep Indikator Skala


Rasio ini mengkaji sejauh
mana suatuperusahaan
R ROE = Net Income x 100%
Return on mempergunakan sumber
1 Total Equity
Equity (ROE) daya yang dimiliki untuk
Rasio
(Rata-rata Kuartal 1-4)
mampu memberikan laba
atas ekuitas
Valuasi harga per lembar PER= Harga Saham x100%
Price Earning
2 saham dibandingkan dengan Earning Pershare
Ratio (PER)
laba per lembar saham Rasio
(Rata-rata Kuartal 1-4)
Rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal
Capital CAR= Modal (inti + pelengkap)x100%
yang dimiliki oleh bank
3 Adecuacy Aset Tertimbang Menurut Resiko
untuk menunjang aset yang Rasio
Ratio (CAR) (Rata-rata Kuartal 1-4)
mengandung atau
menghasilkan resiko
Nilai atau agregat dari
saham-saham yang tercatat Kapitalisasi Pasar =
Kapitalisasi di Bursa yang dihitung Jumlah Saham Beredar x Harga
4
Pasar berdasarkan harga pasar Saham Rasio
terkahir dari masing-masing (Rata-rata Kuartal 1-4)
saham
Rasio antara jumlah lembar
TVA =
saham yang diperdagangkan
Volume Saham yang diperdagangkan
5 pada waktu tertentu terhadap Rasio
Perdagangan Saham yang beredar
jumlah saham yang beredar
(Kuartal 1)
pada periode waktu tertentu
Harga saham adalah harga
pasar saat ini, dan dapat Harga Penutupan
6 Harga Saham
diketahui dengan mudah (Kuartal 1) Nominal
bagi perusahaan publik
51

C. Sumber Data, Tempat dan Waktu Penelitian


1. Sumber Data

Menurut Suharimi Arikunto (2013, hal. 172) menjelaskan sumber data


yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.
Sumber data adalah salah satu faktor yang paling penting dimana penentuan
metode pengumpulan data untuk dapat mengetahui dari mana subjek data
yang diperoleh. Sumber data terdiri dari :

a. Data Primer
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:44) menjelaskan data primer adalah
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subyek (orang)
secara individu atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik),
kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
b. Data Sekunder
Data Sekunder Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:44) menjelaskan
adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihal lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun tidak
dipublikasikan.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan
sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder
dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan publikasi perusahaan-
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui situs
resmi www.idx.co.id dan ringkasan laporan keuangan kuartalan perusahaan.
Jenis data yang digunakan adalah jenis data panel. Menurut Imam Ghozali
(2017, hal. 193) menjelaskan data panel merupakan gabungan antara data
lintas waktu (time series) dan data lintas individu (cross section) yang sama
diukur pada waktu yang berbeda.
52

2. Tempat
Tempat penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di Indeks Infobank15 pada Bursa Efek Indonesia (BEI) .

3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan peneliti ini dilaksanakan selama 3 bulan
dimulai dari Oktober 2021 sampai dengan Desember 2021.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono (2018, hal. 148) menjelaskan populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini terdapat pada
bank yang ada pada Indeks Infobank15 yang terdafar di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2015-2020. Perusahan yang menjadi populasi dalam penelitian ini
sebanyak 15 perusahaan antara lain :

Tabel 3.2
Populasi Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Indeks Infobank15
No Kode Saham Nama Bank Tanggal Pencatatan
1 BBCA PT Bank Central Asia Tbk 31/05/2000
2 BBKP PT Bank Bukopin Tbk 10/07/2006
3 BBNI PT Bank Negara Indonesia Tbk 25/11/1996
4 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk 10/11/2003
5 BBTN PT Bank Tabungan Negara Tbk 17/12/2009
6 BDMN PT Bank Danamon Indonesia Tbk 06/12/1989
7 BJBR PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk 08/07/2010
8 BJTM PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk 12/07/2012
9 BMRI PT Bank Mandiri Tbk 14/07/2003
53

Tabel 3.2
Populasi Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Indeks Infobank15

No Kode Saham Nama Bank Tanggal Pencatatan


10 BNGA PT Bank CIMB Niaga Tbk 29/08/1989
11 BSIM PT Bank Sinarmas Tbk 13/12/2010
12 BTPN PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 12/03/2008
13 MCOR PT Bank China Construction Indonesia Tbk 03/07/3007
14 PNBN PT Bank Pan Indonesia Tbk 29/12/1982
15 BNLI PT Bank Permata Tbk 15/01/1990

2. Sampel
Menurut Sugiyono (2018, hal. 149) menjelaskan sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dan untuk
sampel yang diambil dari populasi harus benar betul-betul mewakili. Untuk
itu ada berbagai macam teknik dalam pengambilan sampling tersebut. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability
sampling.
Menurut Sugiyono (2018, hal. 150) menjelaskan non probability sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk menjadi
sampel. Sedangkan kategori dari teknik non probability sampling yang
digunakan adalah purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2018, hal. 156) menjelaskan purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Karakteristik dari
teknik purposive sampling ini telah ditentukan sebagai berikut ;
1. Perusahaan yang tergabung pada Indeks Infobank15 di BEI periode
2015-2020.
2. Perusahaan yang selalu terdaftar 6 tahun berturut-turut atau tidak
pernah keluar di Indeks Infobank15 selama periode pengamatan 2015-
2020.
54

Tabel 3.3
Kriteria Sampel Bank
NO Keterangan Jumlah
1 Total Perusahaan yang tergabung di Indeks
15
Infobank15 periode 2015-2020

2 Perusahaan yang keluar dari Indeks


(8)
Infobank15 periode 2015-2020
3 Perusahaan yang selalu terdaftar 6 tahun
berturut-turut selama di Indeks Infobank15 7
selama periode 2015-2020

Sehingga jumlah sampel yang memenuhi kriteria tersebut sebanyak 7 bank dari 15
bank. Rincian 7 bank tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4
Daftar Sampel yang diteliti

No Kode Saham Nama Emiten


1 BBCA PT Bank Central Asia Tbk
2 BBNI PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
3 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
4 BDMN PT Bank Danamon Indonesia Tbk
5 BJBR PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk
6 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
7 PNBN PT Bank Pan Indonesia Tbk

Sampel dalam penelitian ini menggunakan 7 perusahaan perbankan yang


tergabung dalam Indek Infobank15 dengan pengamatan selama 6 tahun yaitu
tahun 2015-2020.
55

E. Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Obsevasi tidak langsung
Observasi tidak langsung dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan
informasi melalui beberapa situs website perusahaan dan website BEI.
2. Studi kepustakaan
Pengumpulan data yang berasal dari sumber-sumber tertulis. Studi ini
dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai
literatur, teori dan data berupa buku, jurnal dan penelitian-penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan data penelitian.

F. Metode Analisis Data


Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Menurut Sugiyono
(2018, hal. 238) menjelaskan kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan
statistik.
Dalam penelitian ini penulis menguji data untuk melihat dan mengetahui
ada atau tidaknya pengaruh return on equity (ROE), price earning ratio
(PER), capital adecuacy ratio (CAR), kapitalisasi pasar terhadap harga
saham yang dimediasi oleh volume perdagangan menggunakan metode
analisis jalur dan untuk memudahkan pengujian penelitian ini penulis
menggunakan alat bantu E-views10. Analisis dalam penelitian ini
menggunakan data deret lintang (Cross Section). Ada dua macam panel data
yaitu data panel balance dan data panel unbalance, data panel balance yaitu
dimana cross-sectional memiliki jumlah observasi time series yang sama.
Sedangkan data panel unbalance adalah keadaan dimana unit cross sectional
56

memiliki jumlah observasi time series yang tidak sama. Pada penelitian ini
penulis menggunakan data panel balance.
Berikut ini merupakan langkah-langkah analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini, antara lain :

1. Statistik Deskriptif
Analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Menurut
Sugiyono (2018, hal. 238) menjelaskan statistik dekriptif adalah statistik yang
digunakan unuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi.
Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik untuk menguji pengaruh
variabel return on equity (ROE), price earning ratio (PER), capital adecuacy
ratio (CAR), dan kapitalisasi pasar terhadap harga saham yang diproksikan
oleh volume perdagangan sebagai variabel intervening.

2. Estimasi Model Regresi Data Panel


Menurut Ghozali (2017, hal. 51) menjelaskan ada tiga teknik untuk
meregresi data panel yaitu ;
a. Pendekatan OLS (Ordinary Least Square) atau Common Effect
Merupakan teknik yang paling sangat sederhana dengan
mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada menunjukan kondisi
yang sesungguhnya, yaitu menggabungkan (pooled) seluruh data time
series dan cross section, kemudian mengestimasi model dengan
menggunakan ordinary least square (OLS). Hasil analisis regresi ini
dianggap berlaku pada semua objek pada semua waktu. Kelemahan
asumsi ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan yang
sesungguhnya. Kondisi setiap objek saling berbeda, bahkan satu objek
pada waktu akan sangat berbeda pada kondisi objek tersebut pada
waktu yang lain.
57

b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model)


Model ini menunjukan perbedaan konstan antara objek meskipun
dengan koefisien regresi yang sama. Model ini juga memperhitungkan
kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah omitted variabels
yang mungkin membawa perubahan pada intercept time series atau
cross section. Model FEM maksudnya bahwa satu objek memiliki
konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian
pula dengan koefisien regresinya yang besarnya tetap dari waktu ke
waktu.
c. Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)
Pendekatan random effect digunakan untuk mengatasi kelemahan
model efek tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model
mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode
efek random menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan
antar waktu dan objek. Namun, terdapat satu syarat untuk menganalisis
dengan menggunakan metode random effect, yaitu objek data silang
harus lebih besar dari banyaknya koefisien.

3. Pemilihan Model Estimasi Data Panel


Dari ketiga model yang telah diestimasi akan dipilih mana yang paling
tepat atau sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Ghozali (2017, hal. 193)
menjelaskan pemilihan teknik estimasi data panel terbagi menjadi tiga :
a. Uji Chow (F test)
Uji Chow bertujuan untuk menguji atau membandingkan atau
memilih model mana yang terbaik, apakah model Common Effect atau
Fixed Effect yang paling tepat dalam mengestimasi data panel. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan Uji Chow sebagai berikut:
1) Estimasi dengan Fixed Effect.
2) Uji dengan menggunakan Chow-Test.
3) Melihat nilai probability F dan Chi-Square dengan asumsi :
a) Bila nilai probability F dan Chi-Square > α = 5%, maka uji
regresi panel data menggunakan Common Effect.
58

b) Bila nilai probability F dan Chi-Square < α = 5% maka uji


regresi panel data menggunakan model Fixed Effect.
Atau dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Common Effect
H1 : Fixed Effect
H0 : ditolak jika nilai F hitung > F tabel atau bisa juga dengan :
H0 ditolak jika nilai probabilitas F < α (dengan α = 5%)
Uji F dilakukan dengan memperhatikan nilai probabilitas. Untuk
Cross-Section F, jika nilainya > 5% (ditentukan diawal sebagai
tingkat signifikansi atau α ), maka model yang dipilih adalah
Common Effect, tetapi jika < 5% maka model yang dipilih
adalah Fixed Effect.
4) Bila berdasarkan Uji Chow model yang terpilih adalah Common
Effect, maka langsung dilakukan uji regresi data panel. Tetapi
bila yang terpilih adalah model Fixed Effect, maka dilakukan
Uji Hausman-Test untuk menentukan antara model Fixed Effect
atau Random Effect yang dilakukan untuk uji regresi panel.
b. Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk membandingkan atau memilih
apakah model fixed effect atau random effect yang paling tepat
digunakan untuk melakukan regresi data panel. Langkah- langkah yang
dilakukan dalam uji Hausman adalah sebagai berikut :
1) Estimasi dengan Random Effect
2) Uji dengan menggunakan Hausman- Test
3) Melihat nilai probability F dan Chi-Square dengan asumsi :
a) H0 = diterima apabila nilai probability F dan Chi-Square ≥
5%, maka digunakan random effect
b) H1 = diterima apabila nilai probabilitiy F dan Chi-Square ≤
5%, maka digunakan fixed effect
Atau dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Random Effect
H1 : Fixed Effect
59

H0 ditolak jika P-Value lebih kecil dari nilai α


H0 diterima jika P-Value lebih besar dari nilai α
Nilai α yang digunakan adalah 5%
Uji Hausman dilihat menggunakan nilai probabilitas dari Cross-
Section Random Effect Model. Jika nilai probabilitas dalam uji
Hausman lebih kecil dari 5% maka H0 ditolak yang berarti bahwa
model yang cocok digunakan dalam persamaan analisis regresi tersebut
adalah Fixed Effect. Dan sebaliknya jika nilai probabilitas dalam uji
Hausman lebih besar dari 5% maka H0 diterima, yang berarti bahwa
model yang cocok digunakan dalam persamaan analisis regresi tersebut
adalah Random Effect.

c. Uji Lagrange Multiplier


Uji Lagrange Multiplier memiliki tujuan untuk membandingkan
antara metode common effects dengan metode random effects.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji Lagrange Multiplier adalah
sebagai berikut :
1) Estimasi dengan Common Effect
2) Uji dengan menggunakan Lagrange Multiplier-Test
3) Melihat nilai probability F dan Chi-square dengan asumsi :
a) Bila nilai probability F dan Chi-square > α = 5%, maka
uji regresi panel data menggunakan model Common Effect.
b) Bila nilai probability F dan Chi-square < α = 5%, maka
uji regresi panel data menggunakan model Random Effect.
Atau dengan hipotesis sebagai berikut :
H0: Common Effect Model
H1: Random Effect
Jika nilai probabilitas dalam uji Uji Lagrange Multiplier lebih kecil
dari 5% maka Ho ditolak yang berarti bahwa model yang cocok
digunakan dalam persamaan analisis regresi tersebut adalah model
random effect. Dan sebaliknya jika nilai probabilitas dalam uji Uji
Lagrange Multiplier lebih besar dari 5% maka Ha diterima.
60

4. Uji Asumsi Klasik


Dalam penelitian ini model estimasi yang diharapkan dapat menganalisa
hubungan antara variabel dependen dan independen sehingga didapat model
penelitian yang terbaik dengan teknik-teknik analisis seperti yang telah
diuraikan diatas. Menurut Ghozali (2017, hal. 71) menjelaskan pengujian
asumsi klasik dilakukan dengan melalui empat tahap yaitu, uji
multikolonieritas, uji autokolerasi, uji heteroskedastisitas, uji normalitas.
Akan tetapi menurut menurut Gujarati dan Porter (2012, hal. 471)
menjelaskan bahwa persamaan yang tidak memenuhi asumsi klasik adalah
persamaan dengan metode Generalized Least Square (GLS). Dalam eviews
model estimasi yang menggunakan metode GLS adalah random effect model
(REM). Sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi random effect
model (REM) tidak memerlukan uji asumsi klasik.

a. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2017, hal. 71) menjelaskan uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen. Adanya
multikolinearitas atau korelasi yang tinggi antar variabel independen dapat
dideteksi dengan beberapa cara berikut :
1) Nilai R square yang tinggi tetapi hanya sedikit bahkan tidak ada
variabel independen yang signifikan. Jika nilai R square tinggi diatas
0.80, maka uji F pada sebagian besar kasus akan menolak hipotesis.
2) Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) mengukur
variabilitas variabel independen lainya. Nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi, karena VIF = 1 / tolerance. Nilai
cutoff yang dipakai untuk menunjukan adanya multikolonearitas
adalah nilai tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai VIF
lebih dari 10.
b. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2017, hal. 145) menjelaskan uji normalitas bertujuan
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai
61

distribusi normal. Seperti yang diketahui, bahwa uji t dan F mengasumsikan


nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini tidak terpenuhi
maka hasil uji statistik menjadi tidak valid khususnya untuk ukuran sampel
kecil. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak, dalam
penelitian ini dilakukan uji statistik Kolmogrov – Smirnov test dengan kriteria
sebagai berikut :
1) Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) ≥ 0,05 data berdistribusi normal.
2) Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) ≤ 0,05 data tidak berdistribusi normal.

c. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2017, hal. 121) menjelaskan uji autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan
pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain. Model yang baik adalah model yang terbebas
dari autokorelasi. Pengujian ada tidaknya autokorelasi pada penelitian ini
menggunakan Uji Durbin – Watson (DW Test). Uji Durbin – Watson hanya
digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan
mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada
variabel lag diantara variabel bebas. Hipotesis yang akan diuji adalah ;
H0 :tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi apabila nilai du < nilai
DW < nilai 4 –du, maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 3.5
Nilai Uji DW
Hipotesi Nol Keputusan Nilai DW
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0< d < d
Tidak ada autokorelasi positif No Decision dL≤ d ≤ dU
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dL < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatig No Decision 4 – dU ≤ d ≤ 4 -dL
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak dU < d < 4 - dU
62

d. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2017, hal. 86) menjelaskan uji heterokedastisitas
bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau
tidak terjadi heterokedastisitas. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
melakukan uji heterokedastisitas, dalam penelitian ini menggunakan uji
Glejser. Uji glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolute residual
terhadap variabel independen lainnya. Hasil probabilitas dikatakan signifikan
jika siginifikansinya diatas 5 %.

5. Uji Analisis Jalur (Path Analysis)


Menurut Ghozali (2017, hal. 193) menjelaskan analisis jalur merupakan
perluasan dari analisis regresi linier berganda, atau analisis jalur adalah
penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Uji regresi dengan
variabel intervening bertujuan untuk melihat pengaruh tidak langsung antara
satu variabel terhadap variabel lainya. Untuk menguji pengaruh variabel
intervening digunakan metode analisis jalur (Path Analysis). Perhitungan
pengaruh secara langsung dan tidak langsung dihitung dari nilai unstandarized
coefficients regresi masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen. Berdasarkan pengaruh antar variabel tersebut dapat dibuat diagram
sebagai berikut :
63

Gambar 3.1
Analisis Jalur

X1
b5
b1 e1
e2
b10
X2 b6
b2 b11

Y b9 Z

b12
b3
X3 b7 b13

b4
Berpengaruh langsung
X4 b8
Berpengaruh Tidak
Langsung (melalui var.
intervening
bbbbbbbb

Keterangan :

X1 = ROE

X2 = PER

X3 = CAR

X4 = Kapitalisasi Pasar

Y = Volume Perdagangan

Z = Harga Saham

b1 = Koefisien ROE terhadap Volume Perdagangan

b2 = Koefisien PER terhadap Volume Perdagangan


64

b3 = Koefisien CAR terhadap Volume Perdagangan

b4 = Koefisien Kapitalisasi pasar terhadap Volume Perdagangan

b5 = Koefisien ROE terhadap Harga Saham

b6 = Koefisien PER terhadap Harga Saham

b7 = Koefisien CAR terhadap Harga Saham

b8 = Koefisien Kapitalisasi pasar terhadap Harga Saham

b9 = Koefisien Volume Perdagangan terhadap Harga saham

b10 = Koefisien ROE terhadap Harga Saham melalui Volume Perdagangan

b11 = Koefisien PER terhadap Harga Saham melalui Volume Perdagangan

b12 = Koefeisien CAR terhadap Harga Saham melalui Volume Perdagangan

b13 = Koefisien Kapitalisasi Pasar terhadap Harga Saham melalui Volume

Perdagangan

e1-2 = Residual

Model analisis jalur dapat juga dinyatakan dalam bentuk persamaan sehingga
membentuk sistem persamaan jalur :
a. Persamaan dalam regresi model pertama :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e1

b. Persamaan dalam regresi model kedua :


Z = a+ b5X1 + b6X2 + b7X3 + b8X4 + b9Y +e2

6. Uji Hipotesis
1) Uji t (uji parsial)
Menurut Ghozali (20, hal. 98) menjelaskan uji t bertujuan untuk
menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel independen. Pengujian
dalam penelitian ini dilakukan dengan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut :
65

a) Jika t hitung < t tabel dan profitabilitas signifikan > 0,05 H0


diterima dan H1 ditolak.
b) Jika t hitung < t tabel, dan profitabilitas signifikan < 0,05 H 0
ditolak dan H1 diterima.
2) Uji F (uji simultan)
Menurut Ghozali (2017, hal. 98) menjelaskan uji F bertujuan untuk
menguji apakah semua variabel independen yang dimasukan kedalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan statistik F
dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :
a) Jika F hitung < F tabel dan profitabilitas signifikan > 0,05 H 0
diterima dan H1 ditolak.
b) Jika F hitung > F tabel dan profitabilitias signifikan < 0,05 H 0
ditolak dan H1 diterima.
3) Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ghozali (2017, hal. 97) menjelaskan uji ini pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel independen. Menurut Sugiyono (2018, hal. 184) menjelaskan
yang menjadi acuan ukuran seberapa besar penjelasan R2 adalah
sebagai berikut :
0,00 - 1,99 : sangat rendah
0,20 - 0,399 : rendah
0,4 - 0,599 : sedang
0,6 - 0,799 : kuat
0,80 – 1,000 : sangat kuat
4) Uji Sobel Test ( Pengaruh tidak langsung)
Menurut Baron dan Kenny (1986) dalam Ghazali (2017, hal. 191)
menjelaskan bahwa suatu variabel disebut intervening jika variabel
tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Uji Sobel untuk menguji kekuatan dari pengaruh
tidak langsung variabel independen (X) ke variabel dependen (Y2)
melalui variabel intervening (Y1). Dengan cara perhitungan mengalikan
66

pengaruh tidak langsung X ke Y2 melalui Y1 dengan cara mengalikan


jalur X – Y1 (a) dengan jalur Y1 – Y2 (b) atau ab. Jadi koefisien ab =
(c-c’) dimana c adalah pengaruh X terhadap Y2 tanpa menghubungkan
Y1, sedangkan c’ adalah koefisien pengaruh X terhadap Y2 setelah
menghubungkan Y1. Ghozali (2017) pengujian hipotesis dapat
dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (Sobel
Test). Rumus uji Sobel adalah sebagai berikut:

Dengan keterangan:
Sab : Besarnya standar eror pengaruh tidak langsung
a : Jalur variabel independen (X) dengan variabel intervening (Y1)
b : Jalur variabel intervening (Y1) dengan variabel dependen (Y2)
sa : Standar eror koefisien a
sb : Standar eror koefisien b

Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu


menghitung nilai t dari koefisien dengan rumus sebagai berikut:

Nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t tabel, jika nilai t hitung >
nilai t tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi. Asumsi
uji sobel memerlukan jumlah sampel yang besar, jika jumlah sampel
kecil, maka uji sobel kurang konservatif.
67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskriptif Laporan Keuangan Perusahaan

a. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BBCA periode 2015-2020 :

Tabel 4.1
Data Laporan Neraca BBCA
Periode 2015-2020
(dalam jutaan rupiah)

TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS
2015 579,550,116 495,386,980 84,163,136
2016 657,072,377 553,520,143 103,552,234
2017 750,221,532 618,917,977 131,303,555
2018 765,490,016 623,397,983 142,092,033
2019 910,011,518 744,946,361 165,065,157
2020 1,067,077,892 890,973,930 176,103,962

Gambar 4.1
Grafik Laporan Neraca BBCA
Periode 2015 -2020

1200

1000

800 ASET
600 LIABILITAS
EKUITAS
400

200

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
68

Data Tabel 4.2


Data Laporan Laba Rugi BBCA
Periode 2015-2020
(dalam jutaan rupiah)

LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH
2015 33,102,937 20,948,967 12,153,970 10,996,285
2016 37,178,220 21,216,775 15,961,445 12,338,946
2017 38,584,704 22,530,925 16,053,779 13,918,928
2018 41,868,335 24,626,119 17,242,216 15,323,040
2019 47,074,099 27,673,157 19,400,942 17,102,295
2020 50,714,439 26,748,170 23,966,269 16,496,861

Gambar 4.2
Grafik Laporan Laba Rugi BBCA
Periode 2015-2020

60000
50000
40000 Pendapatan
Beban
30000
EBIT
20000 Laba Bersih
10000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari sisi neraca yang terdiri dari aset,
liablitias dan ekuitas mengalami kenaikan dari 2015-2020. Dan dari sisi laba rugi
yang teridiri dari pendapatan mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari
2015-2020. Tetapi untuk laba bersih dari tahun 2015-2019 mengalami kenaikan.
Akan tetapi di tahun 2020 mengalami penurunan.
69

b. PT Bank Negara Indonesia (BBNI)

Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BBNI periode 2015-2020 :

Data Tabel 4.3


Data Laporan Neraca BBNI
Periode 2015-2020
(dalam jutaan rupiah)

TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS

2015 492,171,565 430,157,066 62,014,499


2016 594,341,585 513,777,880 80,563,705
2017 699,154,479 608,426,780 90,727,699
2018 797,126,962 698,198,222 98,928,740
2019 840,353,662 725,346,628 115,007,034
2020 890,631,722 783,401,904 107,229,818

Gambar 4.3
Grafik Laporan Neraca BBNI
Periode 2015-2020

1000
900
800
700
600 TOTAL ASET
500 TOTAL LIABILITAS
400 EKUITAS
300
200
100
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
70

Data Tabel 4.4

Data Laporan Laba Rugi BBNI

Periode 2015-2020

(dalam jutaan rupiah)

LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH

2015 26,693,210 15,636,232 11,056,978 5,077,846


2016 31,336,623 17,232,428 14,104,195 6,599,974
2017 29,609,154 17,865,414 11,743,740 8,353,435
2018 32,655,893 18,911,310 13,744,583 9,383,903
2019 33,322,326 20,672,271 12,650,055 9,766,794
2020 33,802,903 20,878,593 12,924,310 4,077,227

Gambar 4.4
Grafik Laporan Laba Rugi BBNI
Periode 2015-2020

40000
35000
30000
Pendapatan
25000
Beban
20000
EBIT
15000
Laba Bersih
10000
5000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Dari data diatas dapat disimpulkan dari laporan neraca yang teridiri dari total aset
dan liaibilitas mengalami kenaikan dari tahun 2015-2020. Sedangkan di sisi
ekuitas pada tahun 2015-2020 mengalami kenaikan dan di tahun 2020 mengalami
penurunan. Dan untuk laba rugi di sisi laba bersih mengalami fluktuatif.
71

c. PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI)

Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BBRI periode 2015-2020 :

Data Tabel 4.5


Data Laporan Neraca BBRI
Periode 2015-2020

(dalam jutaan rupiah)

TOTAL
TAHUN TOTAL ASET LIABILITAS EKUITAS

2015 869,855,456 765,299,133 104,556,323


2016 990,056,566 856,831,836 133,224,730
2017 1,113,781,108 959,439,711 154,341,397
2018 1,281,881,992 1,111,622,961 170,259,031
2019 1,404,100,811 1,207,974,504 196,126,307
2020 1,499,962,073 1,311,893,252 188,068,821

Gambar 4.5
Grafik Laporan Neraca BBRI
Periode 2015-2020

1600
1400
1200
1000 TOTAL ASET
800 TOTAL LIABILITAS
600 EKUITAS
400
200
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
72

Data Tabel 4.6

Data Laporan Laba Rugi BBRI

Periode 2015-2020

(dalam jutaan rupiah)

LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH

2015 53,510,874 29,888,819 23,622,055 15,475,945


2016 63,196,278 35,129,281 28,066,997 15,891,915
2017 69,018,094 39,614,076 29,404,018 17,324,740
2018 70,665,772 41,990,284 28,675,488 19,527,703
2019 75,580,303 41,782,475 33,797,828 20,870,498
2020 72,146,998 46,396,258 25,750,740 12,778,005

Gambar 4.6
Grafik Laporan Laba Rugi BBRI
Periode 2015-2020

80000
70000
60000
PENDAPATAN
50000
BEBAN
40000
EBIT
30000
LABA BERSIH
20000
10000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Dari data diatas dapat disimpulkan dari laporan neraca yang terdiri dari total aset,
liabilitas mengalami kenaikan selama periode 2015-2020. Akan tetapi untuk sisi
ekuitas dari periode 2015-2019 mengalami kenaikan dan di 2020 mengalami
penurunan. Dan untuk laporan laba rugi di sisi laba bersih mengalami fluktuatif.
73

d. PT Bank Danamon (BDMN)

Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BDMN periode 2015-2020 :

Data Tabel 4.7


Data Laporan Neraca BDMN
Periode 2015-2020

(dalam jutaan rupiah)

TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS

2015 187,382,895 153,842,563 33,540,332


2016 173,127,763 137,708,758 35,419,005
2017 176,792,284 139,084,940 37,707,344
2018 184,561,156 144,822,368 39,738,788
2019 191,100,527 148,116,943 42,983,584
2020 200,363,469 157,314,563 43,048,906

Gambar 4.7
Grafik Laporan Neraca BDMN
Periode 2015-2020

250

200

150 TOTAL ASET


TOTAL LIABILITAS
100 EKUISTAS

50

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
74

Data Tabel 4.8


Data Laporan Laba Rugi BDMN
Periode 2015-2020

(dalam jutaan rupiah)

LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH

2015 12,904,837 9,643,251 3,261,586 1,556,812


2016 12,856,950 8,789,867 4,067,083 1,933,373
2017 12,205,426 7,801,498 4,403,928 2,448,431
2018 13,161,274 7,261,828 5,899,446 2,416,669
2019 11,118,293 8,651,493 2,466,800 2,353,917
2020 11,696,978 9,635,851 2,061,127 1,143,796

Gambar 4.8

Grafik Laporan Laba Rugi BDMN

Periode 2015-2020

14000
12000
10000 PENDAPATAN
8000 BEBAN
6000 EBIT

4000 LABA BERSIH

2000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Dari data diatas dapat disimpulkan dari laporan neraca yang terdiri dari total aset,
liabilitas dan ekuitas mengalami kenaikan selama periode 2015-2020. Dan untuk
laporan laba rugi disisi laba bersih menunjukan fluktuatif.
75

e. PT. Bank Mandiri (BMRI)

Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BMRI periode 2015-2020 :

Data Tabel 4.9

Data Laporan Neraca BMRI

Periode 2015-2020

(dalam jutaan rupiah)

TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS

2015 898,434,244 790,571,568 107,862,676


2016 1,025,716,711 885,336,286 140,380,425
2017 1,112,399,176 954,694,715 157,704,461
2018 1,188,050,303 1,017,291,769 170,758,534
2019 1,217,778,330 1,025,749,580 192,028,750
2020 1,333,011,190 1,151,267,847 181,743,343

Gambar 4.9

Grafik Laporan Neraca BMRI

Periode 2015-2020

1400
1200
1000
TOTAL ASET
800
TOTAL LIABILITAS
600
EKUITAS
400
200
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
76

Data Tabel 4.10


Data Laporan Laba Rugi BMRI
Periode 2015-2020
(dalam jutaan rupiah)

LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH

2015 40,131,745 22,846,274 17,285,471 12,495,066


2016 42,669,544 26,062,375 16,607,169 9,179,010
2017 44,887,272 27,563,315 17,323,957 12,323,975
2018 48,294,381 28,935,406 19,358,975 15,286,212
2019 50,321,559 30,691,654 19,629,905 17,123,963
2020 46,810,052 30,693,920 16,116,132 12,440,342

Gambar 4.10
Grafik Laporan Laba Rugi BMRI
Periode 2015-2020

60000

50000

40000 PENDAPATAN
BEBAN
30000
EBIT
20000 LABA BERSIH
10000

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Dari data diatas dapat disimpulkan dari laporan neraca dari sisi total aset dan
liabilitas mengalami kenaikan dari tahun 2015-2020, sedangkan untuk sisi
mengalami penurunan di tahun 2020. Untuk laporan laba rugi disisi laba bersih
mengalami fluktuatif.
77

f. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat (BJBR)

Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BJBR periode 2015-2020 :

Data Tabel 4.11

Data Laporan Neraca BJBR

Periode 2015-2020

(dalam jutaan rupiah)

TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS

2015 83,090,734 76,068,471 7,022,263


2016 95,990,573 87,019,826 8,970,747
2017 124,605,308 114,880,188 9,725,120
2018 131,039,542 120,191,387 10,848,155
2019 117,167,869 105,920,991 11,246,878
2020 133,848,166 122,676,884 11,171,282

Gambar 4.11
Grafik Laporan Neraca BJBR
Periode 2015-2020

160000
140000
120000
100000 TOTAL ASET
80000 TOTAL LIABILITAS
60000 EKUITAS
40000
20000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
78

Data Tabel 4.12

Data Laporan Laba Rugi BJBR

Periode 2015-2020

(dalam jutaan rupiah)

LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH

2015 4,976,174 3,730,665 1,245,509 801,027


2016 6,078,612 4,916,500 1,162,112 904,593
2017 6,499,031 5,470,453 1,028,578 889,598
2018 6,292,855 5,075,098 1,217,757 1,062,330
2019 6,082,506 5,037,716 1,044,790 977,263
2020 6,497,264 5,143,287 1,353,977 1,027,887

Gambar 4.12
Grafik Laporan Laba Rugi BJBR
Periode 2015-2020

7000
6000
5000 PENDAPATAN
4000 BEBAN
3000 EBIT

2000 LABA BERSIH

1000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Dari data diatas dapat disimpulkan untuk laporan neraca dari sisi total aset dan
liabilitas mengalami kenaikan dari tahun 2015-2020, sedangkan disisi ekuitas
mengalami penurunan di tahun 2020. Untuk laporan laba rugi disisi laba brsih
mengalami fluktuatif.
79

g. PT Bank Pan Indonesia (PNBN)

Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten PNBN periode 2015-2020 :

Data Tabel 4.13


Data Laporan Neraca PNBN
Periode 2015-2020
(dalam jutaan rupiah)

TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS

2015 177,358,303 152,314,331 25,043,972


2016 195,186,728 164,974,253 30,212,475
2017 210,509,035 177,253,869 33,255,166
2018 202,381,490 166,457,301 35,924,189
2019 206,670,747 166,845,656 39,825,091
2020 212,055,041 170,606,759 41,448,282

Gambar 4.13
Grafik Laporan Neraca PNBN
Periode 2015-2020

250000

200000

150000 TOTAL ASET


TOTAL LIABILITAS
100000 EKUITAS

50000

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
80

Data Tabel 4.14

Data Laporan Laba Rugi PNBN

Periode 2015-2020

(dalam jutaan rupiah)

LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH

2015 6,567,978 4,764,828 1,803,150 1,032,517


2016 7,943,457 5,241,717 2,701,740 1,446,933
2017 8,400,954 5,752,183 2,648,771 1,643,617
2018 8,264,494 4,589,401 3,675,093 1,792,207
2019 8,068,876 4,652,684 3,416,192 2,025,020
2020 8,306,989 4,881,120 3,425,869 1,850,114

Gambar 4.14

Grafik Laporan Laba Rugi PNBN

Periode 2015-2020

9000
8000
7000
PENDAPATA
6000
BEBAN
5000
EBIT
4000
3000 LABA BERSIH

2000
1000
0
2015dapat2016
Dari data diatas 2017 untuk
disimpulkan 2018 2019
laporan neraca 2020
dari sisi total aset
mengalami kenaikan walaupun di tahun 2016 sempat mengalami penurunan
sedangkan untuk liabilitas dan ekuitas mengalami kenaikan. Dan untuk laporan
laba rugi di sisi laba bersih mengalami kenaikan di tahun 2015-2019 namun
mengalami penurunan di tahun 2020.
81

2. Hasil Pengumpulan Data Variabel

a) Return on Equity (ROE)

Berikut merupakan rumus untuk mencari return on equity (ROE)


adalah sebagai berikut :

ROE = Net Income x 100%

Total Equity

Tabel 4.15
Data Return on Equity (ROE) Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020
(Dalam jutaan rupiah)

KODE LABA EKUITAS


NO TAHUN ROE
EMITEN BERSIH (NERACA)

1 BBCA 2015 10,996,285 84,163,136 13.07%


2016 12,338,946 103,552,234 11.92%
2017 13,918,928 131,303,555 10.60%
2018 15,323,040 142,092,033 10.78%
2019 17,102,295 165,065,157 10.36%
2020 16,496,861 176,103,962 9.37%
2 BBNI 2015 10,996,285 62,014,499 17.73%
2016 6,599,974 80,563,705 8.19%
2017 8,353,435 90,727,699 9.21%
2018 9,383,903 98,928,740 9.49%
2019 9,766,794 115,007,034 8.49%
2020 4,077,227 107,229,818 3.80%
3 BBRI 2015 15,475,945 104,556,323 14.80%
2016 15,891,915 133,224,730 11.93%
2017 17,324,740 154,341,397 11.22%
2018 19,527,703 170,259,031 11.47%
2019 20,870,498 196,126,307 10.64%
2020 12,778,005 188,068,821 6.79%
4 BDMN 2015 1,556,812 33,540,332 4.64%
2016 1,933,373 35,419,005 5.46%
2017 2,448,431 37,707,344 6.49%
2018 2,416,669 39,738,788 6.08%
2019 2,353,917 42,983,584 5.48%
2020 1,143,796 43,048,906 2.66%
82

Tabel 4.15

Data Return on Equity (ROE) Perusahaan Perbankan

Indeks Infobank15 periode 2015-2020

(Dalam jutaan rupiah)

KODE LABA EKUITAS


NO TAHUN ROE
EMITEN BERSIH (NERACA)

5 BJBR 2015 801,027 7,022,263 11.41%


2016 904,593 8,970,747 10.08%
2017 889,598 9,725,120 9.15%
2018 1,062,330 10,848,155 9.79%
2019 977,263 11,246,878 8.69%
2020 1,027,887 11,171,282 9.20%
6 BMRI 2015 12,495,066 107,862,676 11.58%
2016 9,179,010 140,380,425 6.54%
2017 12,323,975 157,704,461 7.81%
2018 15,286,212 170,758,534 8.95%
2019 17,123,963 192,028,750 8.92%
2020 12,440,342 181,743,343 6.85%
7 PNBN 2015 1,032,517 25,043,972 4.12%
2016 1,446,933 30,212,475 4.79%
2017 1,643,617 33,255,166 4.94%
2018 1,792,207 35,924,189 4.99%
2019 2,025,020 39,825,091 5.08%
2020 1,850,114 41,448,282 4.46%
Sumber: www.idx.co.id

Dapat disimpulkan dari tabel diatas dapat diketahui return on equity


(ROE) dari beberapa perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Namun secara keseluruhan mengalami penurunan. Data tersebut berasal
dari rata-rata kuartal 1-4 dalam satu tahun, karena berguna untuk melihat
kinerja dalam setiap kuartal dan ini tentunya sebagai dasar pertimbangan
investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi.
83

b) Price Earning Ratio (PER)

Berikut merupakan rumus untuk mencari price earning ratio (PER)


adalah sebagai berikut :

PER= Harga Saham x100%


Earning Pershare

Tabel 4.16

Data Price Earning Ratio (PER) Perusahaan Perbankan

Indeks Infobank15 periode 2015-2020

KODE HARGA
TAHUN EPS PER
NO EMITEN SAHAM

1 BBCA 2015 13,475 446 30.21


2016 14,894 546 27.39
2017 19,225 564 34.07
2018 23,731 622 38.18
2019 30,375 681 44.62
2020 29,300 684 42.82
2 BBNI 2015 5,413 272 19.86
2016 5,281 355 14.89
2017 7,594 448 16.95
2018 3,313 503 6.59
2019 8,450 524 16.13
2020 4,754 219 21.68
3 BBRI 2015 2,185 685 3.19
2016 2,305 708 3.26
2017 3,085 142 21.70
2018 3,313 160 20.74
2019 4,250 171 24.89
2020 3,315 104 31.83
4 BDMN 2015 3,951 163 24.31
2016 3,598 202 17.83
2017 5,056 150 33.72
2018 6,803 80 85.34
2019 6,001 241 24.87
2020 2,644 117 22.59
84

Tabel 4.16
Data Price Earning Ratio (PER) Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020

KODE HARGA
NO TAHUN EPS PER
EMITEN SAHAM

5 BJBR 2015 951 81 11.73


2016 1,773 93 19.01
2017 2,308 93 24.81
2018 2,058 109 18.90
2019 1,614 99 16.32
2020 979 104 9.38
6 BMRI 2015 9,925 535 18.54
2016 11,411 393 29.01
2017 9,794 264 37.12
2018 7,156 308 23.27
2019 7,531 367 20.52
2020 5,206 264 19.68
7 PNBN 2015 988 60 16.44
2016 761 61 12.58
2017 1,040 74 13.98
2018 1,011 72 13.97
2019 1,353 77 17.48
2020 828 76 10.91
Sumber: www.idx.co.id

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai price earning ratio
(PER) dari beberapa perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Emiten BDMN merupakan perusahaan yang mempunyai nilai rasio yang
besar. Sedangkan dengan emiten BBNI, BBRI, BDMN, BJBR, BMRI dan
PNBN mengalami fluktuasi dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.
Data tersebut merupakan dari rata-rata kuartal 1-4 dalam satu tahunnya,
karena berguna untuk melihat kinerja setiap kuartal dalam setiap tahun dan
ini tentunya sebagai dasar pertimbangan investor dalam pengambilan
keputusan berinvestasi.
85

c) Capital Adecuacy Ratio (CAR)

Berikut merupakan rumus untuk mencari capital adecuacy ratio


(CAR) adalah sebagai berikut :

CAR= Modal (modal inti + pelengkap) x 100%


Aset Tertimbang Menurut Resiko

Tabel 4.17
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020

(dalam jutaan rupiah)

KODE TOTAL
NO TAHUN ATMR CAR
EMITEN MODAL

1 BBCA 2015 87,056,877 449,716,621 19.36


2016 106,351,766 506,057,177 21.02
2017 127,489,630 545,904,486 23.35
2018 146,263,328 614,170,867 23.81
2019 169,539,008 689,579,963 24.59
2020 177,529,937 710,521,768 24.99
2 BBNI 2015 63,342,942 354,064,768 17.89
2016 81,489,636 426,227,238 19.12
2017 93,606,839 501,527,651 18.66
2018 101,804,563 564,498,255 18.03
2019 118,499,450 615,447,923 19.25
2020 108,523,762 644,015,207 16.85
3 BBRI 2015 107,889,814 532,901,275 20.25
2016 137,359,477 634,102,438 21.66
2017 155,197,494 711,784,441 21.80
2018 171,020,367 815,529,311 20.97
2019 197,244,628 900,594,915 21.90
2020 188,367,670 932,528,360 20.20
4 BDMN 2015 31,344,241 165,202,067 18.97
2016 32,003,135 153,780,806 20.81
2017 33,941,748 154,894,516 21.91
2018 35,441,191 161,387,004 21.96
2019 38,298,832 169,548,898 22.59
2020 39,282,809 164,593,046 23.87
86

Tabel 4.17
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020
(dalam jutaan rupiah)

KODE TOTAL
NO TAHUN ATMR CAR
EMITEN MODAL

5 BJBR 2015 6,888,567 44,137,083 15.61


2016 8,856,016 49,444,183 17.91
2017 9,431,887 54,921,446 17.17
2018 10,919,752 60,592,359 18.02
2019 11,211,343 67,382,465 16.64
2020 12,456,084 75,614,947 16.47
6 BMRI 2015 109,832,263 630,403,247 17.42
2016 139,533,633 684,719,435 20.38
2017 156,910,194 795,075,741 19.74
2018 170,707,066 837,730,650 20.38
2019 195,782,607 923,190,846 21.21
2020 177,907,206 941,256,019 18.90
7 PNBN 2015 25,247,203 138,628,812 18.21
2016 29,704,486 150,488,760 19.74
2017 33,298,599 149,206,727 22.32
2018 35,205,642 155,419,322 22.65
2019 38,915,600 162,858,290 23.90
2020 40,976,518 150,964,007 27.14
Sumber: www.idx.co.id

Dari data tabel diatas dapat diketahui nilai capital adequacy ratio
(CAR) mengalami fluktuasi dari tahun ketahun. Emiten PNBN mengalami
kenaikan yang cukup siginifikan dari tahun 2015 sampai 2020 sehingga
memiliki nilai capital adequacy ratio (CAR) yang paling besar. Dibarengi
dengan emiten BBCA yang juga mengalami kenaikan cukup signifikan.
Sedangkan emiten BBNI, BBRI, BDMN, BJBR dan BMRI mengalami
fluktuasi dari tahun 2015 sampai 2020. Data tersebut berasal dari rata-rata
kuartal 1-4 dalam satu tahun, karena berguna untuk melihat kinerja dalam
setiap kuartal dan ini tentunya sebagai dasar pertimbangan investor dalam
pengambilan keputusan dalam berinvestasi.
87

d) Kapitalisasi Pasar

Berikut merupakan rumus untuk mencari kapitalisasi pasar adalah


sebagai berikut :

Kapitalisasi Pasar = Jumlah Saham Beredar x Harga Saham

Tabel 4.18
Data Kapitalisasi Pasar Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020
KODE HARGA SAHAM KAPITALISASI
NO TAHUN
EMITEN SAHAM BEREDAR PASAR

1 BBCA 2015 13,475 24,408,459,120 328,903,986,642,000


2016 14,894 24,408,459,120 363,533,488,018,500
2017 19,225 24,408,459,120 469,252,626,582,000
2018 23,731 24,408,459,120 579,243,245,491,500
2019 30,375 24,408,459,120 741,406,945,770,000
2020 29,300 24,408,459,120 715,167,852,216,000
2 BBNI 2015 5,413 18,648,656,458 100,935,853,078,925
2016 5,281 18,648,656,458 98,488,216,918,813
2017 7,594 18,648,656,458 141,613,234,977,937
2018 3,313 18,648,656,458 61,773,674,517,125
2019 8,450 18,648,656,458 157,581,147,070,100
2020 4,754 18,648,656,458 88,651,050,637,218
3 BBRI 2015 2,185 24,669,162,000 53,902,118,970,000
2016 2,305 24,669,162,000 56,862,418,410,000
2017 3,085 24,669,162,000 76,104,364,770,000
2018 3,313 49,338,324,000 163,433,198,250,000
2019 4,250 123,345,810,000 524,219,692,500,000
2020 3,315 123,345,810,000 408,891,360,150,000
4 BDMN 2015 3,951 17,760,000,000 70,169,760,000,000
2016 3,598 17,760,000,000 63,904,920,000,000
2017 5,056 17,760,000,000 89,785,680,000,000
2018 6,803 17,760,000,000 120,816,840,000,000
2019 6,001 17,760,000,000 106,577,760,000,000
2020 2,644 17,760,000,000 46,948,560,000,000
88

Tabel 4.18
Data Kapitalisasi Pasar Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020
KODE HARGA SAHAM KAPITALISASI
NO TAHUN
EMITEN SAHAM BEREDAR PASAR

5 BJBR 2015 951 9,838,787,161.00 9,359,146,286,901


2016 1,773 9,838,787,161.00 17,439,250,242,873
2017 2,308 9,838,787,161.00 22,703,001,374,008
2018 2,058 9,838,787,161.00 20,243,304,583,758
2019 1,614 9,838,787,161.00 15,877,342,781,064
2020 979 9,838,787,161.00 9,629,712,933,829
6 BMRI 2015 9,925 23,333,333,333 231,583,333,330,025
2016 11,411 23,333,333,333 266,262,499,996,196
2017 9,794 35,000,000,000 342,781,249,995,103
2018 7,156 46,666,666,666 333,958,333,328,562
2019 7,531 46,666,666,666 351,458,333,328,312
2020 5,206 46,666,666,666 242,958,333,329,862
7 PNBN 2015 988 24,087,645,998 23,786,550,423,025
2016 761 24,087,645,998 18,336,720,515,978
2017 1,040 24,087,645,998 25,051,151,837,920
2018 1,011 24,087,645,998 24,358,632,015,478
2019 1,353 24,087,645,998 32,578,541,212,295
2020 828 24,087,645,998 19,932,527,063,345
Sumber: www.idx.co.id

Dari data tabel diatas dapat diketahui nilai kapitalisasi pasar


mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Emiten BBCA mengalami
kenaikan yang signifikan dari tahun 2015 sampai 2020 sehingga memiliki
kapitalisasi pasar paling besar. Untuk emiten BBRI dari tahun 2015
sampai 2019 sempat mengalami kenaikan walau pada tahun 2020
mengalami penurunan. Sedangkan untuk emiten BBNI, BDMN, BJBR,
BMRI dan PNBN dari tahun 2015 sampai 2020 mengalami fluktuasi. Data
tersebut berasal dari rata-rata kuartal 1-4 dalam satu tahun, karena berguna
untuk melihat kinerja dalam setiap kuartal dan ini tentunya sebagai dasar
pertimbangan investor dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi.
89

e) Volume Perdagangan

Berikut merupakan rumus untuk mencari volume perdagangan adalah


sebagai berikut :

TVA = Saham yang diperdagangkan

Saham yang beredar

Tabel 4.19
Data Volume Perdagangan Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020

KODE SAHAM SAHAM


NO TAHUN TVA
EMITEN DIPERDAGANGKAN BEREDAR

1 BBCA 2015 1,179,220,000 24,408,459,120 0.04831


2016 919,042,000 24,408,459,120 0.03765
2017 1,002,328,000 24,408,459,120 0.04106
2018 904,895,000 24,408,459,120 0.03707
2019 1,487,599,000 24,408,459,120 0.06095
2020 2,371,572,500 24,408,459,120 0.09716
2 BBNI 2015 27,788,000 18,648,656,458 0.00149
2016 49,095,300 18,648,656,458 0.00263
2017 19,135,000 18,648,656,458 0.00103
2018 15,399,900 18,648,656,458 0.00083
2019 99,610,200 18,648,656,458 0.00534
2020 34,768,100 18,648,656,458 0.00186
3 BBRI 2015 8,417,654,500 24,669,162,000 0.34122
2016 5,965,294,500 24,669,162,000 0.24181
2017 7,159,651,000 24,669,162,000 0.29023
2018 6,650,751,600 49,338,324,000 0.13480
2019 10,241,247,904 123,345,810,000 0.08303
2020 12,469,002,800 123,345,810,000 0.10109
4 BDMN 2015 2,076,836 17,760,000,000 0.00012
2016 4,341,300 17,760,000,000 0.00024
2017 3,660,400 17,760,000,000 0.00021
2018 2,631,800 17,760,000,000 0.00015
2019 10,061,500 17,760,000,000 0.00057
2020 45,533,100 17,760,000,000 0.00256
90

Tabel 4.19
Data Volume Perdagangan Perusahaan Perbankan
Indek Infobank15 periode 2015-2020
KODE SAHAM SAHAM
NO TAHUN TVA
EMITEN DIPERDAGANGKAN BEREDAR

5 BJBR 2015 983,734,500 9,838,787,161.00 0.09999


2016 784,486,400 9,838,787,161.00 0.07973
2017 680,170,600 9,838,787,161.00 0.06913
2018 761,796,300 9,838,787,161.00 0.07743
2019 566,901,800 9,838,787,161.00 0.05762
2020 233,895,200 9,838,787,161.00 0.02377
6 BMRI 2015 1,575,788,096 23,333,333,333 0.06753
2016 2,210,511,800 23,333,333,333 0.09474
2017 2,391,994,300 35,000,000,000 0.06834
2018 3,037,818,600 46,666,666,666 0.06510
2019 3,913,769,100 46,666,666,666 0.08387
2020 79,577,900 46,666,666,666 0.00171
7 PNBN 2015 863,841,000 24,087,645,998 0.03586
2016 97,809,000 24,087,645,998 0.00406
2017 244,587,000 24,087,645,998 0.01015
2018 747,101,000 24,087,645,998 0.03102
2019 315,946,000 24,087,645,998 0.01312
2020 173,465,800 24,087,645,998 0.00720
Sumber: www.idx.co.id

Dari data tabel volume perdagangan diatas, diketahui mengalami


fluktuasi dari tahun ke tahun. Emiten BBCA merupakan perusahaan yang
aktivitas volume perdagangan paling besar yang dimana dari tahun 2015
sampai tahun 2020 mengalami kenaikan yang signifikan meskipun sempat
mengalami fluktuasi. Emiten BBNI, BBRI, BDMN, BJBR, BMRI dan
PNBN mengalami fluktuasi dari tahun 2015 sampai tahun 2020. Data
tersebut merupakan dari Kuartal 1 ditahun berikutnya, karena sebagai
dasar untuk mengetahui reaksi pasar setelah penutupan akhir tahun
terhadap kinerja keuanganya dan ini tentunya sebagai dasar pertimbangan
investor dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi.
91

f) Harga Saham

Tabel 4.20

Data Harga Saham Perusahaan Perbankan

Indeks Infobank15 periode 2015-2020

Harga Saham (dalam Rupiah)

TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN

2015 13,925 5,200 2,285 3,680 965 10,300 700

2016 16,550 6,475 2,595 4,468 2,020 11,700 905

2017 23,300 8,675 3,600 6,851 2,060 7,675 1,070

2018 27,750 9,400 4,120 8,569 2,010 7,450 1,440

2019 27,625 3,820 3,020 2,681 735 4,680 690

2020 32,025 5,400 4,305 2,730 1,455 6,675 1,080

Sumber: www.idx.co.id

Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui perkembangan dari variabel harga
saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Indeks Infobank15
dari tahun 2015 sampai 2020 cenderung mengalami fluktuasi. Untuk
emiten BBCA cenderung mengalami kenaikan tiap tahunnya. Sedangkan
untuk emiten BBNI, BBRI, BDMN, BJBR, BMRI dan PNBN mengalami
fluktuasi tiap tahun nya. Data tersebut merupakan dari kuartal 1 ditahun
berikutnya karena sebagai dasar untuk mengetahui reaksi pasar setelah
penutupan akhir tahun terhadap kinerja keuanganya dan ini tentunya
sebagai dasar pertimbangan investor dalam pengambilan keputusan dalam
berinvestasi.
92

3. Hasil Analisis Data

a. Perhitungan Struktur Model I (Pengaruh Langsung)

1) Penentuan Model Estimasi

a) Uji Chow

Tabel 4.21
Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 16.912593 (6,31) 0.0000


Cross-section Chi-square 61.001260 6 0.0000

Sumber : hasil output Eviews (diolah)

Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji chow terlihat bahwa nilai


probabilitas 0,0000<0,05, Maka Ho ditolak yang artinya fixed effect
model lebih baik dari pada common effect model. Sehingga
diperlukan uji selanjutnya yaitu uji hausman untuk memilih fixed
effect atau random effect.

b) Uji Hausman

Tabel 4.22
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 7.489594 4 0.1122

Sumber : hasil output Eviews (diolah)


93

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa p-value Cross-


section random 0,1122>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
random effect model (REM) lebih baik dibanding fixed effect
model (FEM). Dengan demikian berarti model yang paling tepat
digunakan dalam penelitian ini adalah random effect model (REM).
Menurut Gujarati dan Porter (2012, hal. 471) persamaan yang
tidak memenuhi asumsi klasik adalah persamaan dengan metode
Generalized Least Square (GLS). Dalam eviews model estimasi
yang menggunakan metode GLS adalah random effect model
(REM). Sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi
random effect model (REM) tidak memerlukan uji asumsi klasik.

2) Perhitungan Analisis Jalur Struktur Model I

Tabel 4.23

Uji Model Struktur 1

Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 01/18/22 Time: 13:00
Sample: 2015 2020
Periods included: 6
Cross-sections included: 7

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.487246 0.430012 3.458610 0.0014


X1 0.514981 0.263000 1.958105 0.0501
X2 0.000469 0.000599 0.782609 0.0388
X3 0.517190 0.338993 1.525664 0.1356
X4 -0.049427 0.013674 -3.614588 0.0009

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0.076680 0.8292


Idiosyncratic random 0.034805 0.1708

Weighted Statistics

R-squared 0.348083 Mean dependent var 0.010505


Adjusted R-squared 0.277605 S.D. dependent var 0.042838
S.E. of regression 0.036409 Sum squared resid 0.049048
94

F-statistic 4.938914 Durbin-Watson stat 1.237861


Prob(F-statistic) 0.002717

Unweighted Statistics

a) P
R-squared -0.348180 Mean dependent var 0.057657
Sum squared resid 0.320666 Durbin-Watson stat 0.189341
e

a) Pengujian Secara Simultan (Uji F)


Dari hasil uji secara simultan dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas (sig) sebesar 0,0027. Karena nilai probabilitas (sig)
lebih kecil daripada α atau 0,0027 < 0,05 maka Ho ditolak dan
Ha diterima, artinya signifikan. Oleh sebab itu, pengujian
secara individual dapat dilakukan.
b) Pengujian Secara Individual (Uji t)
i. Dari hasil uji secara individual dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas (sig) untuk return on equity (ROE) sebesar
0,0501. Karena nilai probabilitas (sig) Sama dengan α atau
0,0501 ≠ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
signifikan. nilai koefisien beta sebesar 0,5150 dan nilai
standar eror sebesar 0,2630. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa terdapat pengaruh langsung antara return on equity
(ROE) terhadap volume perdagangan saham.
ii. Dari hasil uji secara individual dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas (sig) untuk price earning ratio (PER) sebesar
0,0388. Karena nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α
atau 0,0388<0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
signifikan. nilai koefisien beta sebesar 0,0005 dan nilai
standar eror sebesar 0,0006. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa terdapat pengaruh langsung antaar price earning ratio
(PER) terhadap volume perdagangan saham.
iii. Dari hasil uji secara individual dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas (sig) untuk capital adequacy ratio (CAR) sebesar
0,1356. Karena nilai probabilitas (sig) lebih besar daripada α
atau 0,1356>0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya
95

tidak signifikan. Nilai koefisien beta sebesar 0,5172 dan nilai


standar eror sebesar 0,3390. Hal tersebut menunjukan bahwa
tidak terdapat pengaruh langsung antara capital adequacy
ratio (CAR) terhadap volume perdagangan saham.
iv. Dari hasil uji secara individual dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas (sig) untuk Kapitalisasi Pasar sebesar 0,0009.
Karena nilai nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α atau
0,0009<0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
signifikan. Nilai koefisien beta sebesar -0,0494 dan nilai
standar eror sebesar 0,0137. Hal tersebut menunjukan bahwa
terdapat pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap
volume perdagangan saham.
c) Koefisien Determinasi
Koefesien determinasi model struktur I untuk menilai
pengaruh gabungan variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap
variabel Y. Dari hasil koefisien determinasi struktur model I
pada tabel 4.23 diketahui pengaruh gabungan (r 2) return on
equity (ROE), price earning ratio (PER), capital adequacy
ratio (CAR), dan kapitalisasi pasar terhadap volume
perdagangan saham sebesar 0,3481 atau 34,81%. Sedangkan
pengaruh variabel-variabel diluar penelitian ini (e1) sebesar
= 0.807 atau 80,70%.
d) Persamaan Struktur Model I
Persamaan struktur model I dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = 1,4872 + 0,5150 X1 + 0,0005 X2 + 0,5172 X3 + – 0,0494
X4+ 0,807 e1
e) Gambar dan Tabel Hasil Analisis Jalur Struktur Model I
Dari hasil pengujian diatas, maka dapat dijelaskan dengan
gambar dan tabel dibawah ini :
96

Gambar 4.15
Hasil Analisis Jalur Struktur Model I

e1 = 0,807
0,5150
ROE

0,0005
PER VOL.

0,5172 PERDAGANGAN
CAR
-0,0494

MARCAP

Tabel 4.24
Rangkuman Hasil Analisis Jalur Struktur Model I

Variabel Koefisien Standar Eror Probabilitas

Konstanta 1,4872 0,4300 0,0014

X1_ROE 0,5150 0,2630 0,0501

X2_PER 0,0005 0,0006 0,0388

X3_CAR 0,5172 0,3390 0,1356

X4_MARCAP -0,0494 0,0137 0,0009

R-squared 0,3481

F-statistic 4,9389

Prob(F-statistic) 0,0027
Sumber : hasil output Eviews (diolah)
97

b. Perhitungan Struktur Model II (Pengaruh Langsung)

1) Penentuan Model Estimasi

a) Uji Chow

Tabel 4.25
Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 9.706477 (6,30) 0.0000


Cross-section Chi-square 45.311704 6 0.0000

Sumber : hasil output Eviews (diolah)

Berdasarkan tabel 4.10 hasil uji chow terlihat bahwa nilai


probabilitas 0,0000<0,05. Maka Ho ditolak yang artinya fixed effect
model lebih baik dari pada common effect model. Sehingga
diperlukan uji selanjutnya yaitu uji hausman untuk memilih fixed
effect atau random effect.
b) Uji Hausman

Tabel 4.26
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 6.710601 5 0.2431

Sumber : hasil output Eviews (diolah)

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa p-value Cross-


section random 0,2431>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
98

random effect model lebih baik dibanding fixed effect model.


Dengan demikian berarti model yang paling tepat digunakan dalam
penelitian ini adalah random effect model (REM).
Menurut Gujarati dan Porter (2012, hal.471) persamaan yang
tidak memenuhi asumsi klasik adalah persamaan dengan metode
Generalized Least Square (GLS). Dalam eviews model estimasi
yang menggunakan metode GLS adalah random effect model
(REM). Sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi
random effect model (REM) tidak memerlukan uji asumsi klasik.

2) Perhitungan Analisis Jalur Struktur Model II

Tabel 4.27

Uji Struktur Model 1I

Dependent Variable: Z
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 01/18/22 Time: 13:01
Sample: 2015 2020
Periods included: 6
Cross-sections included: 7

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -11.54047 1.546418 -7.462707 0.0000


X1 7.492551 2.146401 3.490751 0.0013
X2 0.013062 0.004623 2.825163 0.0077
X3 -0.857070 2.354313 -0.364043 0.7180
X4 0.597775 0.054586 10.95100 0.0000
Y -2.100581 0.828218 -2.536266 0.0157

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0.000000 0.0000


Idiosyncratic random 0.331782 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.785239 Mean dependent var 8.328298


Adjusted R-squared 0.755412 S.D. dependent var 1.050302
S.E. of regression 0.519436 Sum squared resid 9.713296
F-statistic 26.32571 Durbin-Watson stat 1.586904
Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics
99

R-squared 0.785239 Mean dependent var 8.328298


Sum squared resid 9.713296 Durbin-Watson stat 1.586904

a) Pengujiaa) Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Dari hasil uji secara simultan dapat dilihat bahwa nilai


probabilitas (sig) sebesar 0,0000. Karena nilai nilai probabilitas
(sig) lebih kecil daripada α atau 0,0000 < 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya signifikan. Oleh sebab itu, pengujian
secara individual dapat dilakukan.

b) Pengujian Secara Individual (Uji t)

i. Dari hasil uji secara individual dapat dilihat bahwa nilai


probabilitas (sig) untuk return on equity (ROE) sebesar
0,0013. Karena nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α
atau 0,0013<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
signifikan. Nilai koefisien beta sebesar 7,4925 dan nilai
standar eror sebesar 2,1464. Hal ini menunjukan terdapat
pengaruh langsung antara return on equity (ROE) terhadap
harga saham.
ii. Dari hasil uji secara individual dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas (sig) untuk price earning ratio (PER) sebesar
0,0077. Karena nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α
atau 0,0077<0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan. Nilai koefisien beta sebesar 0,0131 dan
nilai standar eror sebesar 0,0046. Hal ini menunjukan
bahwa terdapat pengaruh langsung antara price earning
ratio (PER) berpengaruh positif terhadap harga saham.
iii. Dari hasil uji secara individual dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas (sig) untuk capital adequacy ratio (CAR)
sebesar 0,7180. Karena nilai probabilitas (sig) lebih besar
100

daripada α atau 0,7180>0,05 maka Ho diterima dan Ha


ditolak, artinya tidak signifikan. nilai koefisien beta sebesar
-0,8571 dan nilai standar eror sebesar 2,3543. Hal ini
menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung antara
capital adequacy ratio (CAR) terhadap harga saham.
iv. Dari hasil uji secara individual dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas (sig) untuk kapitalisasi pasar sebesar 0,0000.
Karena nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α atau
0,0000<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
signifikan. Nilai koefisien beta sebesar 0,5978 dan nilai
standar eror sebesar 0,0546. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar
terhadap harga saham.
v. Dari hasil uji secara individual dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas (sig) untuk volume perdagangan sebesar 0,0157.
Karena nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α atau
0,0157<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
signifikan. Nilai koefisien beta sebesar -2,1006 dan nilai
standar eror sebesar 0,8282. Hal ini menunjukan terdapat
pengaruh langsung antara volume perdagangan saham
terhadap harga saham.
c) Koefisien Determinasi

Koefesien determinasi regresi model II untuk menilai pengaruh


gabungan variabel X1, X2, X3,X4,dan Y terhadap variabel Z.
Dari hasil koefisien determinasi regresi model II pada tabel
4.27 diketahui pengaruh gabungan (r2) return on equity (ROE),
price earning ratio (PER), capital adequacy ratio (CAR),
kapitalisasi pasar dan volume perdagangan terhadap harga
saham sebesar 0,7852 atau 78,52%. Sedangkan pengaruh
variabel-variabel diluar penelitian ini (e1) sebesar
= 0,4634 atau 46,34%.
101

d) Persamaan Struktur Model II

Persamaan regresi model II dapat dirumuskan sebagai berikut:


Z = -11,5405 + 7,4925 X1 + 0,0131 X2 + -0,8571 X3 + 0,5978
X4 + - 2,1006 Y + 0,4634 e2
e) Gambar dan Tabel Hasil Analisis Jalur Struktur Model I
Dari hasil pengujian diatas, maka dapat dijelaskan dengan
gambar dan tabel dibawah ini :

Gambar 4.16
Hasil Analisis Jalur Struktur Model II

ROE e2 = 0,463
7,4925

0,0131
PER

-0,8571 HARGA
CAR
SAHAM
0,5978

MARCAP
-2,1006

VOL.

PERDAGANGAN
102

Tabel 4.28
Rangkuman Hasil Analisis Jalur Struktur Model II
Variabel Koefisien Standar Eror Probabilitas
Konstanta -11,5405 1,5464 0,0000
X1_ROE 7,4925 2,1464 0,0013
X2_PER 0,0131 0,0046 0,0077
X3_CAR -0,8571 2,3543 0,7180
X4_MARCAP 0,5978 0,0546 0,0000
Y_VOL -2,1006 0,8282 0,0157

R-squared 0,7852
F-statistic 26,3257
Prob(F-statistic) 0,0000
Sumber : hasil output Eviews (diolah)

c. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect)

Sobel test merupakan uji untuk mengetahui apakah hubungan yang


melalui sebuah variabel mediasi secara signifikan mampu sebagai
mediator dalam hubungan tersebut. Untuk menguji seberapa besar
peran variabel mediasi memediasi pengaruh variabel independen
terhadap dependen digunakan uji Sobel test. Dimana Sobel test
mengunakan uji z dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

a : Koefisien regresi variabel independen terhadap variabel mediasi

b : Koefisien regresi variabel mediasi terhadap variabel independen

SEa : Standard error of estimation dari pengaruh variabel independen

terhadap variabel mediasi

SEb : Standard error of estimation dari pengaruh variabel mediasi

terhadap variabel independen


103

1) Pengaruh tidak langsung antara return on equity (ROE)


terhadap harga saham melalui volume perdagangan
a : 0,5150

b : -2,1006

SEa : 0,2630

SEb : 0,8282

Dari hasil perhitungan sobel test X1 terhadap Z melalui Y


diperoleh nilai z sebesar -1,5500, karena nilai z yang diperoleh sebesar
-1,5500<1,96 dan koefisien -1.081 dengan tingkat signifikansi 5%,
maka membuktikan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara
return on equity (ROE) terhadap harga saham melalui volume
perdagangan.

2) Pengaruh tidak langsung antara price earning ratio (PER)


terhadap harga saham melalui volume perdagangan
a : 0,0005

b : -2,1006

SEa : 0,0006

SEb : 0,8282

Dari hasil perhitungan sobel test X2 terhadap Z melalui Y


diperoleh nilai z sebesar -0,7917, karena nilai z yang diperoleh sebesar
-0,7917<1,96 dan koefisien -0.0010 dengan tingkat signifikansi 5%,
maka membuktikan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara
pengaruh price earning ratio (PER) terhadap harga saham melalui
volume perdagangan.
104

3) Pengaruh tidak langsung antara capital adequacy ratio (CAR)


terhadap harga saham melalui volume perdagangan
a : 0,5172

b : -2,1006

SEa : 0,3390

SEb : 0,8282

Dari hasil perhitungan sobel test X3 terhadap Z melalui Y diperoleh


nilai z sebesar -1,3074, karena nilai z yang diperoleh sebesar -
1,3074<1,96 dan koefisien -1.0864 dengan tingkat signifikansi 5%,
maka membuktikan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara
pengaruh capital adequacy ratio (CAR) terhadap harga saham melalui
volume perdagangan.

4) Pengaruh tidak langsung antara kapitalisasi pasar terhadap


harga saham melalui volume perdagangan
a : -0,0494

b : -2,1006

Sea : 0,0137

SEb : 0,8282

Dari hasil perhitungan sobel test X4 terhadap Z melalui Y diperoleh


nilai z sebesar 2,0745, karena nilai z yang diperoleh sebesar
2,0745>1,96 dan koefisien 0.1037 dengan tingkat signifikansi 5%
105

maka membuktikan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara


kapitalisasi pasar terhadap harga saham melalui volume perdagangan.

d. Gambar dan Rangkuman Hasil Analisis Jalur Langsung dan


Tidak langsung
Gambar 4.17

Hasil Analisis Jalur Langsung dan Tidak Langsung

e1 = 0,807 e2 = 0,463
ROE

0,5150 7,4925

PER 0,0131 -1,081


-0,0010
0,0005
HARGA
VOL. -2,1006
SAHAM
0,5172 -1,086

CAR
-0,8571 0,1037

-0,0494 0,5978
Berpengaruh langsung
MARCAP
Berpengaruh Tidak
Langsung (melalui var.
intervening
bbbbbbbb
106

Tabel 4.29

Rangkuman Hasil Analisis Jalur Langsung dan Tidak Langsung

Pengaruh Koefisien Pengaruh


Prob.
Variabel Jalur Langsung Tidak Langsung

X1 terhadap Y 0,0501 0,5150 0,5150 -


X2 terhadap Y 0,0388 0,0005 0,0005 -
X3 terhadap Y 0,1356 0,5172 0,5172 -
X4 terhadap Y 0,0009 -0,0494 -0,0494 -
X1 terhadap Z 0,0013 7,4925 7,4925 0,5150 x -2,1006=-1,0818
X2 terhadap Z 0,0077 0,0131 0,0131 0,0005 x -2,1006 = -0,0010
X3 terhadap Z 0,7180 -0,8571 -0,8571 0,5172 x -2,1006 = -1.0864
X4 terhadap Z 0,0000 0,5978 0,5978 -0,0494 x -2,1006 = 0.1037
Y terhadap Z 0,0157 -2,1006 -2,1006 -
e1 0,807 0,807 -

e2 0,4634 0,4634 -

B. Pembahasan
Berikut ini merupakan hasil pembahasan dalam penelitian ini yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :

1. Pengaruh langsung antara return on equity (ROE) terhadap volume


perdagangan
Berdasarkan tabel 4.29 diatas menunjukan bahwa secara parsial terdapat
pengaruh langsung antara return on equity (ROE) terhadap volume
perdagangan. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas (sig) sama dengan α atau
0,0501≠0,05. Nilai koefisien beta sebesar 0,5150 dan nilai standar eror
sebesar 0,2630. Nilai tersebut memenuhi kriteria H1. Maka dengan ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung antara return on equity
(ROE) terhadap volume perdagangan pada Indeks Infobank15 yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2020. Berpengaruhnya variabel return
107

on equity (ROE) terhadap volume perdagangan disebabkan karena return on


equity (ROE) merupakan rasio penting bagi para pemilik dan pemegang
saham. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar nilai return on equity
(ROE), semakin menarik sebuah perusahaan dimata investor. Peningkatan
return on equity (ROE) akan menunjukan kinerja perusahaan yang baik
sehingga berdampak pada volume perdaganganya. Hasil yang diperoleh ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dkk. (2013) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara return on equity (ROE)
terhadap volume perdagangan.

2. Pengaruh langsung antara price earning ratio (PER) terhadap


volume perdagangan
Berdasarkan tabel 4.29 diatas menunjukan secara parsial bahwa terdapat
pengaruh langsung antara price earning ratio (PER) terhadap volume
perdagangan. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α
atau 0,0388<0,05. Nilai koefisien beta sebesar 0,0005 dengan nilai standar
eror sebesar 0,0006. Nilai tersebut memenuhi kriteria H2. Maka dengan ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung antara price earning
ratio (PER) terhadap volume perdagangan pada Indeks Infobank15 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2020. Hal ini menunjukan
bahwa price earning ratio (PER) menjadi salah satu rasio untuk mengukur
valuasi saham yang menarik dimata investor sebelum berinvestasi. Semakin
tinggi price earning ratio (PER) akan semakin tinggi juga minat investor
dalam menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Sehingga berdampak
terhadap volume perdaganganya. Hasil yang diperoleh ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Baiq dkk. (2017) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh positif antara price earning ratio (PER) terhadap volume
perdagangan.
108

3. Pengaruh langsung antara capital adecuacy ratio (CAR) terhadap


volume perdagangan
Berdasarkan tabel 4.29 diatas menunjukan secara parsial bahwa tidak
terdapat pengaruh langsung antara capital adequacy ratio (CAR) terhadap
volume perdagangan. Karena probabilitas (sig) lebih besar daripada α atau
0,1356>0,05. Nilai koefisien beta sebesar 0,5172 dan nilai standar eror
sebesar 0,3390. Nilai tersebut tidak memenuhi kriteria H3. Maka dengan ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung antara capital
adecuacy ratio (CAR) terhadap volume perdagangan pada Indeks Infobank15
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2020. Hal ini
menunjukan karena para investor tidak melihat seberapa besarnya nilai
capital adecuacy ratio (CAR), dikarenakan nilai capital adecuacy ratio
(CAR) selalu diawasi ketat oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor
3/21/PBI/2001 Pasal 2 tentang Kewajiban Minimum Bank, bank yang
dinyatakan sebagai bank yang sehat harus memiliki capital adecuacy ratio
(CAR) paling sedikit sebesar 8 %. Dengan begitu para investor kurang
responsif dalam melihat nilai CAR suatu perbankan. Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fena dan Ira (2021) yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh positif antara capital adecuacy ratio (CAR)
terhadap volume perdagangan.

4. Pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap volume


perdagangan
Berdasarkan tabel 4.29 diatas menunjukan secara parsial bahwa terdapat
pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap volume perdagangan.
Karena nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,0009<0,05. Nilai
koefisien beta sebesar -0,0494 dan nilai standar eror sebesar 0,0137. Nilai
tersebut tidak memenuhi H4. Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap volume
perdagangan pada Indeks Infobank15 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2020. Hal ini menunjukan bahwa dengan semakin besar
kapitalisasi pasar yang besar cenderung investor lebih untuk menahan
109

kepemilikan sahamnya dikarenakan dengan kapitalisasi pasar yang besar akan


cenderung lebih stabil dari sisi keuanganya, resiko lebih kecil dan memiliki
prospek yang bagus dalam jangka panjang sehingga berdampak terhadap
volume perdaganganya.

5. Pengaruh langsung antara return on equity (ROE) terhadap harga


saham
Berdasarkan tabel 4.29 diatas menunjukan secara parsial bahwa terdapat
pengaruh langsung antara return on equity (ROE) terhadap harga saham.
Karena nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,0013<0,05. Nilai
koefisien beta sebesar 7,4925 dan nilai standar eror sebesar 2,1464. Nilai
tersebut memenuhi H5. Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh langsung antara return on equity (ROE) terhadap harga saham pada
Indeks Infobank15 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-
2020. Berpengaruhnya variabel return on equity (ROE) terhadap harga saham
disebabkan karena return on equity (ROE) merupakan rasio penting bagi para
pemilik dan pemegang saham. Rasio ini tersebut menunjukan kemampuan
perusahaan dalam mengelola modal dari pemegang saham untuk
mendapatkan laba bersih. Maka dapat dibuktikan bahwa kenaikan return on
equity (ROE) biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan
tersebut. Semakin tinggi return on equity (ROE) berarti semakin baik kinerja
perusahaan dalam mengelola modalnya untuk menghasilkan keuntungan bagi
pemegang saham. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri
dan Maulidiyati (2018), Teguh (2014), dan Iskandar dkk. (2013) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara return on equity (ROE)
tehadap harga saham.

6. Pengaruh langsung antara price earning ratio (PER) terhadap harga


saham
Berdasarkan tabel 4.29 diatas menunjukan secara parsial bahwa terdapat
pengaruh langsung antara price earning ratio (PER) terhadap harga saham.
Karena nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,0077<0,05. Nilai
110

koefisien beta sebesar 0,0131 dan nilai standar eror sebesar 0,0046. Nilai
tersebut memenuhi H6. Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh langsung antara price earning ratio (PER) terhadap harga saham
pada Indeks Infobank15 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-
2020. Hal ini menunjukan bahwa price earning ratio (PER) menjadi salah
satu rasio untuk mengukur valuasi saham yang menarik dimata investor
sebelum berinvestasi. Semakin tinggi price earning ratio (PER) akan semakin
tinggi juga minat investor dalam menanamkan modalnya di perusahaan
tersebut, sehingga harga sahamnya akan ikut naik. Hal ini sejalan dengan
penelitian oleh Widya & Nyoman (2018) yang menjelaskan bahwa terdapat
pengaruh positif antara price earning ratio (PER) terhadap harga saham.

7. Pengaruh langsung antara capital adecuacy ratio (CAR) terhadap


harga saham
Berdasarkan tabel 4.29 diatas menunjukan secara parsial bahwa tidak
terdapat pengaruh langsung antara capital adecuacy ratio (CAR) terhadap
harga saham. Karena nilai probabilitas (sig) lebih besar daripada α atau
0,7180>0,05. Nilai koefisien beta sebesar -0,8571 dan nilai standar eror
sebesar 2,3543. Nilai tersebut tidak memenuhi H 7. Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh langsung antara capital adecuacy ratio (CAR)
terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2015-2020. Hal ini sejalan dengan penelitian Wiwi dan
Resmi (2019) yang menjelaskan bahwa capital adecuacy ratio (CAR) tidak
terdapat pengaruh negatif terhadap harga saham. Hal ini menunjukan karena
para investor tidak melihat seberapa besarnya nilai capital adecuacy ratio
(CAR), dikarenakan nilai capital adecuacy ratio (CAR) selalu diawasi ketat
oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001 Pasal 2 tentang
Kewajiban Minimum Bank, bank yang dinyatakan sebagai bank yang sehat
harus memiliki capital adecuacy ratio (CAR) paling sedikit sebesar 8 %.
Dengan begitu para investor kurang responsif dalam melihat nilai CAR suatu
perbankan. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
111

oleh Teguh (2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif capital
adecuacy ratio (CAR) terhadap harga saham.

8. Pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap harga saham


Berdasarkan tabel 4.29 diatas menunjukan secara parsial bahwa terdapat
pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar harga saham. Karena nilai
probabilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,0000<0,05. Nilai koefisien beta
sebesar 0,5978 dan nilai standar eror sebesar 0,0546. Nilai tersebut memenuhi
H8. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung antara
kapitalisasi pasar terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2020. Hal ini menunjukan
kapitalisasi pasar memberikan koreksi terhadap harga saham. Dengan
terkoreksinya harga saham dengan kapitalisasi pasar, maka angka harga
saham akan terkoreksi pula. Jika setiap perusahaan terus memperbaharui
pergerakan kapitalisasi pasarnya menjadi lebih besar maka harga saham akan
terus meningkat. Dengan tingginya kapitalisasi pasar, minat investor dalam
menanamkan saham kedalam perusahaan yang tergabung akan semakin
meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyo dan
Mulyo (2015) yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh positif antara
kapitalisasi pasar terhadap harga saham.

9. Pengaruh langsung antara volume perdagangan terhadap harga


saham
Berdasarkan tabel 4.29 diatas menunjukan secara parsial bahwa terdapat
pengaruh langsung antara volume perdagangan terhadap harga saham. Karena
nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,0157<0,05. Nilai koefisien
beta sebesar -2,1006 dan nilai standar eror sebesar 0,8282. Nilai tersebut tidak
memenuhi H9. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung
antara volume perdagangan terhadap harga saham pada Indeks Infobank15
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2020. Hal tersebut dapat
terjadi dikarenakan volume perdagangan tidak sesuai dengan tren harga
saham yang sedang terjadi. Seperti pada saat harga saham menunjukan tren
112

penurunan namun volume perdagangan meningkat tetapi di sisi lain harga


saham justru tetap berimplikasi gejala menurun. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan volume penjualan lebih tinggi dari volume pembelian atau aksi
profit taking yang dilakukan oleh investor. Namun hal ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyo dan Mulyo (2015) yang
menjelaskan bahwa terdapat pengaruh positf antara volume perdagangan
terhadap harga saham.

10. Pengaruh tidak langsung antara return on equity (ROE) terhadap


harga saham melalui volume perdagangan
Berdasarkan dari hasil perhitungan sobel tes X1 terhadap Z melalui Y dan
perhitungan koefisien pada tabel 4.29 menunjukan bahwa terdapat pengaruh
tidak langsung antara return on equity (ROE) terhadap harga saham melalui
volume perdagangan. Karena nilai yang diperoleh sebesar -1,5500<1,96 dan
nilai koefisien -1,081 dengan tingkat siginifikansi 5%. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara return on equity
(ROE) terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada Indeks
Infobank15 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2020. Hal
ini menunjukan dengan tingginya tingkat return on equity (ROE) dapat
mempengaruhi secara tidak langsung dan negatif terhadap harga saham
melalui volume perdagangan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
meskipun kondisi return on equity (ROE) itu menunjukan hasil yang positif
tetapi hubungan volume perdagangan tidak sesuai dengan tren harga saham
yang sedang terjadi. Seperti pada saat harga saham menunjukan tren
penurunan namun volume perdagangan meningkat tetapi di sisi lain harga
saham justru tetap berimplikasi gejala menurun. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan volume penjualan lebih tinggi dari volume pembelian atau bisa
dikatakan aksi profit taking yang dilakukan oleh investor. Sehingga
menunjukan tren berlawanan arah.
113

11. Pengaruh tidak langsung antara price earning ratio (PER) terhadap
harga saham melalui volume perdagangan
Berdasarkan dari hasil perhitungan sobel tes X2 terhadap Z melalui Y dan
perhitungan koefisien pada tabel 4.29 menunjukan bahwa terdapat pengaruh
tidak langsung antara price earning ratio (PER) terhadap harga saham
melalui volume perdagangan. Karena nilai yang diperoleh sebesar -
,07917<1,96 dan nilai koefisien -0,0010 dengan tingkat siginifikansi 5%.
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara price
earning ratio (PER) terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada
Indeks Infobank15 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-
2020. Hal ini menunjukan dengan tingginya tingkat price earning ratio (PER)
dapat mempengaruhi secara tidak langsung dan negatif terhadap harga saham
melalui volume perdagangan. Hal ini tersebut terjadi dikarenakan meskipun
kondisi price earning ratio (PER) menunjukan hasil positif tetapi volume
perdagangan tidak sesuai dengan tren harga saham yang sedang terjadi.
Seperti pada saat harga saham menunjukan tren penurunan namun volume
perdagangan meningkat tetapi di sisi lain harga saham justru tetap
berimplikasi gejala menurun. Hal ini dapat terjadi dikarenakan volume
penjualan lebih tinggi dari volume pembelian atau bisa dikatakan aksi profit
taking yang dilakukan oleh investor. Sehingga menunjukan tren berlawanan
arah.

12. Pengaruh tidak langsung antara capital adecuacy ratio (CAR)


terhadap harga saham melalui volume perdagangan
Berdasarkan dari hasil perhitungan sobel tes X3 terhadap Z melalui Y dan
perhitungan koefisien pada tabel 4.29 menunjukan bahwa terdapat pengaruh
tidak langsung antara capital adecuacy ratio (CAR) terhadap harga saham
melalui volume perdagangan. Karena nilai yang diperoleh sebesar
1,3074<1,96 dan nilai koefisien -1,0864 dengan tingkat siginifikansi 5%.
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara
capital adecuacy ratio (CAR) terhadap harga saham melalui volume
perdagangan pada Indeks Infobank15 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
114

periode 2015-2020. Hal ini menunjukan dengan tingginya tingkat capital


adecuacy ratio (CAR) dapat mempengaruhi secara tidak langsung dan negatif
terhadap harga saham melalui volume perdagangan. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan karena para investor kurang responsif terhadap seberapa
besarnya nilai capital adecuacy ratio (CAR) suatu perbankan. Karena nilai
capital adecuacy ratio (CAR) selalu diawasi ketat oleh Peraturan Bank
Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001 Pasal 2 tentang Kewajiban Minimum Bank,
bank yang dinyatakan sebagai bank yang sehat harus memiliki capital
adecuacy ratio (CAR) paling sedikit sebesar 8 %. Selain itu juga dapat terjadi
dikarenakan volume penjualan lebih tinggi dari volume pembelian atau bisa
dikatakan aksi profit taking yang dilakukan oleh investor. Sehingga
menunjukan tren berlawanan arah.

13. Pengaruh tidak langsung antara kapitalisasi pasar terhadap harga


saham melalui volume perdagangan
Dari hasil perhitungan sobel test X4 terhadap Z melalui Y dan perhitungan
koefisien pada tabel 4.29 menunjukan bahwa terdapat pengaruh tidak
langsung antara kapitalisasi pasar terhadap harga saham melalui volume
perdagangan. Karena nilai z yang diperoleh sebesar 2,0745> 1,96 dan nilai
koefisien 0,1037 dengan tingkat signifikansi 5%, Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara kapitalisasi pasar terhadap
harga saham melalui volume perdagangan pada Indeks Infobank15 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2020. Hal ini menunjukan
bahwa dengan tingginya nilai kapitalisasi pasar, maka semakin lama pula
investor menahan kepemilikan sahamnya karena menganggap bahwa
perusahaan dengan kapitalisasi besar akan cenderung stabil dari sisi
keuanganya, resio lebih kecil dan memiliki prospek yang bagus untuk jangka
panjang, maka dengan itu minat investor dalam berinvestasi saham ke dalam
perusahaan yang tergabung akan semakin meningkat. Hal ini akan mengacu
kepada aktifitas volume perdaganganya yang semakin meningkat pula,
sehingga berpengaruh terhadap harga sahamnya.
115

C. Refleksi Tauhid

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tauhid merupakan keesaan Allah;


kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.

1. Pencapaian Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Return on Equity (ROE)

Tujuan dan manfaat dari return on equity (ROE) adalah sebagai tolak
ukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi
para pemegang saham, dan return on equity (ROE) dijadikan indikator
utama dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu return on equity
(ROE) dapat dijadikan acuan untuk menilai efektifitas sebuah manajemen
perusahaan yang diterapkan dalam mengelola modalnya.

b. Price Earning Ratio (PER)

Tujuan dan manfaat dari price earning ratio (PER) adalah untuk
mengevaluasi investasi yang prospektif yang berarti memberikan
informasi lebih jelas dalam memilih saham yang akan menjadi instrumen
investasi yang menguntungkan dimasa yang akan datang. Selain itu
tentunya menjadi dasar dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi.
Setiap investor dapat mempelajari prospek saham perusahaan di masa
depan dan hal tersebut bisa dijadikan pertimbangan bagi investor dalam
pengambilan keputusan.

c. Capital Adecuacy Ratio (CAR)

Tujuan dan manfaat dari capital adecuacy ratio (CAR) adalah sebagai
salah satu indikator kesehatan permodalan bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan resiko. Selain itu juga sebagai tolak ukur
kemampuan bank dalam membiayai operasional, seluruh aktiva tetap dan
investasi. Karena dengan nilai capitai adecuacy ratio (CAR) yang tinggi
menunjukan cukupnya modal untuk melaksanakan kegiatan usahanya dan
dapat melakukan pengembangan bisnis serta ekspansi usaha dengan lebih
aman.

d. Kapitalisasi Pasar

Tujuan dan manfaat kapitalisasi pasar adalah untuk membantu


investor dalam mengukur resiko investasi. Perusahaan dengan kapitalisasi
pasar yang lebih kecil cenderung memiliki bisnis yang kurang matang,
116

sedangkan perusahaan kapitalisasi besar cenderung memiliki posisi pasar


yang lebih mapan. Selain itu semakin besar kapitalisasi pasar sebuah
perusahaan, maka semakin lama pula investor menahan kepemilikan
sahamnya karena investor menganggap bahwa perusahaan besar akan
cenderung lebih stabil dari sisi keuanganya, resiko lebih kecil dan
memiliki prospek yang bagus dalam jangka panjang.

e. Volume Perdagangan

Tujuan dan manfaat volume perdagangan adalah untuk membantu


dalam melihat pasar saham secara teknikal dengan mengukur perubahan
yang terjadi. Dengan mengetahui indikator tersebut dengan baik dapat
dijadikan sebagai pendeteksi sinyal pasar terhadap sentimen yang terjadi.
Pergerakan volume yang naik turun menggambarkan minat pasar saat itu.
Pada saat arah pergerakan pasar sedang menguat ke suatu arah, maka pada
umumnya akan terlihat juga peningkatan di indikator volume. Kemudian
pada saat terjadi pembalikan ke arah berlawanan, maka volume tersebut
juga mengalami penurunan.

f. Harga Saham

Tujuan dan manfaat dari harga saham adalah harga saham itu
menentukan kekayaaan pemegang saham sehingga informasinya menjadi
sangat penting bagi investor dalam pasar modal. Selain itu harga saham
sebagai acuan untuk mengukur terhadap sentimen pasar.

2. Metode Refleksi Tauhid yang Digunakan

a. Return on Equity (ROE)

Metode refleksi tauhid yang digunakan pada variabel return on equity


(ROE) menggunakan tafsir QS. Fushshilat ayat 35 yaitu :

   


   
   

Artinya :

“Sifat-sifat yang baik itu tidak akan dianugerahkan melainkan kepada


orang-orang yang sabar dan tidak akan dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar”.
117

b. Price Earning Ratio (PER)

Metode refleksi tauhid yang digunakan pada variabel price earning


ratio (PER) menggunakan tafsir QS. Ash Shaff Ayat 10 yaitu :

  


   
   


Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu


perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?”.

c. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Metode refleksi tauhid yang digunakan pada variabel capital adecuacy


ratio (CAR) menggunakan tafsir QS. Yusuf 46-49 yaitu :

   


    
   
   
   
    
    
    
     
    
    
     
    
  

Artinya :

46“(setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf Dia berseru): "Yusuf, Hai
orang yang Amat dipercaya, Terangkanlah kepada Kami tentang tujuh
118

ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi
betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh)
lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka
mengetahuinya."

47. Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)


sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan
dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.

48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit),
kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.

49. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi
hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur."

d. Kapitalisasi Pasar

Metode refleksi tauhid yang digunakan pada variabel kapitalisasi


pasar menggunakan tafsir QS. Al-Baqarah Ayat 275 :

   


    
  
   
   
   
   
    
   
     
   
   

Artinya :
119

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

e. Volume Perdagangan
Metode refleksi tauhid yang digunakan pada variabel volume
perdagangan menggunakan tafsir QS. Al-Baqarah Ayat 275 :

   


    
  
   
   
   
   
    
   
     
   
   

Artinya :

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
120

riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

f. Harga Saham
Metode refleksi tauhid yang digunakan pada variabel harga saham
menggunakan tafsir QS. Al-Baqarah Ayat 275 yaitu :

   


    
  
   
   
   
   
    
   
     
   
   

Artinya :

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.
121

3. Penjabaran Hasil Refleksi Tauhid

a. Return on Equity (ROE)

Dari ayat diatas menjelaskan mengenai keuntungan yang besar dan


apabila dikaitkan dengan variabel return on equity (ROE) atau laba diatas
modal adalah islam sebagai agama universal sangat mendorong dan
motivasi pendayagunaan harga atau modal secara optimal untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Islam menekankan prinsip
keadilan dan kebebasan dengan berbagai pertimbangan dan perhitungan
yang jelas sehingga tidak merugikan penjual dan tidak pula mendzalimi
konsumen atau pembeli.

b. Price Earning Ratio (PER)


Dari ayat diatas menjelaskan hidup ini laksana perniagaan, ada yang
untung ada pula yang rugi. Apabila dikaitkan dengan price earning ratio
(PER) adalah keuntungan terbentuk karena adanya transaksi jual beli yang
diperoleh dari selisih harga jual dengan modal pokok. Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa keuntungan berhubungan dengan jual
beli dan harga. Sebagai muslim hendaknya dalam berdagang sebaiknya
dilakukan sesuai dengan ekonomi syariah yang berlandaskan sumber
hukum diantaranya Al-Quran dan hadist.

c. Capital Adecuacy Ratio (CAR)


Pada ayat ini menjelaskan mengenai pengendalian resiko. Apabila
dikaitkan dengan variabel capital adecuacy ratio (CAR) adalah pada
dasarnya Allah SWT mengingatkan manusia atau suatu masyarakat,
dimana ada kalanya dalam situasi tertentu mempunyai aset dan modal
yang kuat, namun suatu saat akan mengalami kesulitan. Hanya saja
bagaimana mengatasinya dalam menghadapi kesulitan, maka kita harus
menyiapkan untuk perhitungan dan pandangan yang luas.

d. Kapitalisasi Pasar
122

Dari ayat diatas menjelaskan jual beli adalah halal dan riba adalah
haram. Apabila dikaitkan dengan variabel kapitalisasi pasar bahwa
kapitalisasi pasar sangat erat kaitanya dengan jual beli saham. Jual beli
dalam islam termasuk pada bagian muamalah, hal ini menjadikan setiap
transaksi jual beli yang kita lakukan telah diatur oleh agama dan secara
sistematis telah ada aturan dan rambu-rambu larangan pada setiap
transaksi jual beli, tujuanya ialah untuk menciptakan kemaslahatan dalam
berbisnis dan menghilangkan segala kemudharatan didalamnya.

e. Volume Perdagangan
Dari ayat diatas menjelaskan jual beli adalah halal dan riba adalah
haram. Apabila dikaitkan dengan variabel volume perdagangan adalah
volume perdagangan erat kaitanya dengan transaksi jual beli, maka dalam
prinsip islam kelayakan penawaran dan kelayakan permintaan harus
merefleksikan kekuatan tawar menawar pasar yang sebenarnya. Kekuatan
disini adalah kegiatan pasar yang layak atau sesuai termasuk dalam
likuiditas perdagangan.

f. Harga Saham
Dari ayat diatas menjelaskan mengenai kehalalan jual beli dan
mengharamkan riba, sehingga bila dikaitkan dengan variabel harga saham
adalah secara garis besar harga saham erat kaitanya dengan kepemilikan
saham, kepemilikan saham erat kaitanya dengan jual beli yang dimana
secara islam jual beli diperbolehkan selama memenuhi syarat dan rukunya.
123

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan dan analisis yang telah dijelaskan di Bab IV,
maka disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh langsung antara return on equity (ROE) terhadap


volume perdagangan

2. Terdapat pengaruh langsung antara price earning ratio (PER) terhadap


volume perdagangan.

3. Tidak terdapat pengaruh langsung antara capital adecuacy ratio (CAR)


terhadap volume perdagangan..

4. Terdapat pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap volume


perdagangan.

5. Terdapat pengaruh langsung antara return on equity (ROE) terhadap


harga saham.

6. Terdapat pengaruh langsung antara price earning ratio (PER) terhadap


harga saham.

7. Tidak terdapat pengaruh langsungantara capital adecuacy ratio (CAR)


terhadap harga saham.

8. Terdapat pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap harga


saham.

9. Terdapat pengaruh langsung antara volume perdagangan terhadap harga


saham.

10. Terdapat pengaruh tidak langsung antara return on equity (ROE)


terhadap harga saham melalui volume perdagangan.
124

11. Terdapat pengaruh tidak langsung antara price earning ratio (PER)
terhadap harga saham melalui volume perdagangan.
12. Terdapat pengaruh tidak langsung antara capital adecuacy ratio (CAR)
terhadap harga saham melalui volume perdagangan.
13. Terdapat pengaruh tidak langsung antara kapitalisasi pasar terhadap
harga saham melalui volume perdagangan.

B. Impikasi

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat dikemukakan implikasi


sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai pasar


modal dan perbankan seperti rasio return on equity (ROE), price
earning ratio (PER), capital adecuacy ratio (CAR), kapitalisasi pasar
terhadap harga saham yang dimediasi oleh volume perdagangan.

2. Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan


dalam pengambilan keputusan investasi untuk investor terutama untuk
investor pemula yang baru terjun di pasar modal yang tertarik untuk
memilih saham-saham perbankan sebagai investasi untuk jangka
panjang. Pada prakteknya bisa dikatakan bahwa variabel-variabel yang
ada dalam penelitian ini merupakan screening awal sebelum kita
membeli saham khusunya di sektor perbankan.

. 3. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi bagi


manajemen dalam menjaga rasio capital adecuacy ratio (CAR) dengan
tingkat signifikansi yang ada untuk menjaga tingkat efisiensi bank dan
meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga perusahaan dapat
meningkat dan menarik daya tarik investor untuk berinvestasi pada
perusahaan perbankan tersebut.

4. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi bagi


manajemen dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan karena
dengan meningkatkan profitabilitas perusahaan, ini akan berdampak
125

positif terhadap return on equity (ROE) dan price earning ratio (PER).
Jika return on equity (ROE) dan price earning ratio (PER) meningkat,
maka akan menarik banyak investor untuk menanamkan modal
diperusahaan. Sehingga harga sahamnya akan ikut meningkat. Dan bila
harga sahamnya meningkat, maka nilai kapitalisasi pasarnya juga akan
meningkat. Saham yang kapitalisasi besar akan menjadi incaran
investor untuk berinvestasi jangka panjang, karena memiliki potensi
pertumbuhan perusahaan yang mengagumkan disamping pembagian
deviden serta resiko yang rendah.

C. Keterbatasan

Berikut ini merupakan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara


lain :

1. Pengaruh variabel X tidak semuanya mempunyai pengaruh terhadap


variabel Y. Sehingga dapat disimpulkan masih ada beberapa faktor lain
diluar model penelitian ini yang dapat mempengaruhi terhadap variabel
Y.

2. Pengaruh variabel X tidak semuanya mempunyai pengaruh terhadap Z.


Sehingga dapat disimpulkan masih ada beberapa faktor lain diluar
model penelitian ini yang dapat mempengaruhi terhadap variabel Z.

D. Saran

Dari hasil pembahasan diatas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi akademis

a. Diharapkan untuk dapat menambahkan variabel-variabel lain


dalam penelitian selanjutnya seperti, non performance loan (NPL),
net interest margin (NIM), beban operasional pendapatan
operasional (BOPO), deviden yield, economic value added (EVA)
dan sebagainya.
126

b. Diharapkan untuk dapat menambahkan sampel penelitian dengan


menambahkan perusahaan yang dijadikan objek penelitian.

2. Bagi investor

a. Investor hendaknya menganalisis faktor-faktor yang dapat


mempengaruhi harga saham pada perusahaan, pergerakan saham,
memahami laporan keuangan perusahaan, serta mencari informasi
terkait kinerja perusahaan. Dengan itu maka investor dapat lebih
tepat dalam menggambil keputusan dan dapat memprediksi
pertumbuhan perusahaan kedepanya.

b. Investor juga hendaknya memperhatikan variabel volume


perdagangan karena dalam analisis teknikalnya volume
perdagangan memliliki pengaruh terhadap harga saham.

3. Bagi perusahaan

Bagi perusahaan perbankan yang terdaftar di Indeks Infobank15


sebaiknya lebih meningkatkan kinerja keuangan perusahaan setiap
tahunnya, sehingga persepsi investor terhadap kinerja perusahaan
dimasa depan dapat dijaga dengan baik.

You might also like