Professional Documents
Culture Documents
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
Tabel 1.1
Data Harga Saham Perusahaan Perbankan
Harga Saham (dalam Rupiah)
TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN
2015 13,925 5,200 2,285 3,680 965 10,300 700
Sumber: www.idx.co.id
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa harga saham dari beberapa
perusahaan sektor perbankan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan dan penurunan harga
saham baik secara internal maupun external. Faktor yang mempengaruhi secara
internal seperti kinerja keuangan perusahaan atau fundamental perusahaan,
struktur organisasi manajemen, dan lain-lain. Kinerja keuangan perbankan
dapat diketahui dengan melihat rasio-rasio perusahaan seperti return on assets,
return on equity, net interest margin, non perfomance loan, loan to deposit
ratio, capital adequacy ratio, cost to income ratio, earning pershare, price to
earning ratio dan lain-lain. Sedangkan faktor external seperti kebijakan
pemerintah, kondisi perekonomian dunia, tingkat inflasi dan lain-lain. Dalam
penelitian ini variabel yang diambil yaitu, return on equity (ROE), price
earning ratio (PER), capital adequacy ratio (CAR), kapitalisasi pasar dan
volume perdagangan.
4
Tabel 1.2
Data Return on Equity (ROE) Perusahaan Perbankan
Return on Equity (dalam %)
TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN
2015 13.07 17.73 14.80 4.64 11.41 11.58 4.12
Sumber: www.idx.co.id
Dapat disimpulkan dari tabel diatas dapat diketahui return on equity (ROE)
dari beberapa perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Emiten
BBNI merupakan perusahaan yang mempunyai nilai rasio terbesar, namun dari
tahun 2015-2020 mengalami penurunan yang signifikan. Sedangkan untuk
emiten BBCA, BBRI, BDMN, BJBR, BMRI dan PNBN dari tahun 2015-2020
5
Tabel 1.3
Data Price Earning Ratio (PER) Perusahaan Perbankan
Price Earning Ratio (dalam kali)
TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN
2015 30.21 19.86 3.19 24.31 11.73 18.54 16.44
Sumber: www.idx.co.id
6
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai price earning ratio
(PER) dari beberapa perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Emiten BDMN merupakan perusahaan yang mempunyai nilai rasio yang besar.
Sedangkan dengan emiten BBNI, BBRI, BDMN, BJBR, BMRI dan PNBN
mengalami fluktuasi dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020. Hal tersebut
menunjukan bahwa price earning ratio yang tinggi dapat menunjukan minat
dan ketertarikan investor terhadap saham tersebut karena perusahaan dianggap
memiliki prospek yang bagus dimasa depan. Oleh karena itu, untuk menilai
apakah price earning ratio (PER) suatu perusahaan ideal, maka dibutuhkan
analisis secara komprehensif dengan membandingkan dengan rasio keuangan
lainnya.
Menurut Hery (2019, hal. 146) menjelaskan capital adequacy ratio (CAR)
adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki oleh
bank untuk menunjang aset yang mengandung atau menghasilkan resiko,
misalnya resiko atas kredit yang diberikan. Rasio ini merupakan rasio yang
penting untuk mengukur kesehatan perbankan karena rasio ini
mempresentasikan kemampuan bank dalam menyediakan dana yang digunakan
sebagai cadangan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya resiko kerugian.
Jadi resiko kecukupan modal ini merupakan indikator kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktiva yang terjadi sebagai akibat dari timbulnya
kerugian-kerugian yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Mengingat
modal merupakan faktor utama bagi bank dalam upaya menumbuhkan dan
mengembangkan kegiatan usahanya, berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
Nomor 3/21/PBI/2001 Pasal 2 tentang Kewajiban Minimum Bank, bank yang
dinyatakan sebagai bank yang sehat harus memiliki capital adecuacy ratio
(CAR) paling sedikit sebesar 8 %. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
kemampuan bank terkait dalam menanggung resiko dari setiap kredit atau
aktiva produktif yang beresiko. Berikut nilai capital adequacy ratio (CAR)
pada beberapa perusahaan sektor perbankan tahun 2015-2020, antara lain :
7
Tabel 1.4
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Perusahaan Perbankan
Capital Adequacy Ratio (dalam %)
TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN
2015 19.36 17.89 20.25 18.97 15.61 17.42 18.21
Sumber: www.idx.co.id
Dari data tabel diatas dapat diketahui nilai capital adequacy ratio (CAR)
mengalami fluktuasi dari tahun ketahun. Emiten PNBN mengalami kenaikan
yang cukup siginifikan dari tahun 2015 sampai 2020 sehingga memiliki nilai
capital adequacy ratio (CAR) yang paling besar. Dibarengi dengan emiten
BBCA yang juga mengalami kenaikan cukup signifikan. Sedangkan emiten
BBNI, BBRI, BDMN, BJBR dan BMRI mengalami fluktuasi dari tahun 2015
sampai 2020. Hal tersebut menunjukan bahwa jika nilai capital adequacy ratio
(CAR) tinggi, maka bank dapat membiayai kegiatan operasional dan
memberikan konstribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Peningkatan
capital adequacy ratio (CAR) dapat meningkatkan keamanan nasabah yang
secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank
tersebut yang kemudian dapat berdampak positif pada peningkatan
profitabilitas bank.
Menurut Eduardus (2017, hal. 365) menjelaskan kapitalisasi pasar
merupakan keseluruhan nilai atau agregat dari saham-saham yang tercatat di
Bursa yang dihitung berdasarkan harga pasar terakhir dari masing-masing
saham. Saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar umumnya
merupakan penggerak pasar (market mover) dan termasuk kedalam saham
unggulan dan memiliki kelebihan dalam likuiditas.
8
Dari data tabel diatas dapat diketahui nilai kapitalisasi pasar mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun. Emiten BBCA mengalami kenaikan yang
signifikan dari tahun 2015 sampai 2020, sehingga memiliki kapitalisasi pasar
paling besar. Untuk emiten BBRI dari tahun 2015 sampai 2019 sempat
mengalami kenaikan walaupun pada tahun 2020 mengalami penurunan.
Sedangkan untuk emiten BBNI, BDMN, BJBR, BMRI dan PNBN dari tahun
2015 sampai 2020 mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukan bahwa
semakin besar kapitalisasi pasar suatu saham, maka semakin lama pula investor
menahan kepemilikan sahamnya karena investor menganggap bahwa
perusahaan besar akan cenderung lebih stabil dari sisi keuanganya, resiko lebih
kecil dan memiliki prospek yang bagus dalam jangka panjang.
Menurut Eduardus (2017, hal. 35) menjelaskan volume perdagangan
saham atau sering disebut frekuensi perdagangan saham merupakan rasio
antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu
terhadap jumlah saham yang beredar pada periode waktu tertentu. Jumlah
saham yang diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat perusahaan
melakukan emisi atas saham. Volume perdagangan dijadikan salah satu
indikator yang digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap kejadian atau
9
Tabel 1.6
Data Volume Perdagangan Perusahaan Perbankan
Volume Perdagangan (dalam kali)
TAHUN BBCA BBNI BBRI BDMN BJBR BMRI PNBN
2015 0.0483 0.0014 0.341 0.0001 0.0099 0.0675 0.0358
2016 0.0376 0.0023 0.241 0.0002 0.0797 0.0947 0.0040
2017 0.0410 0.0010 0.290 0.0002 0.0691 0.0683 0.0101
2018 0.0370 0.0008 0.134 0.0001 0.0774 0.0651 0.0310
2019 0.0609 0.0053 0.803 0.0005 0.0576 0.0838 0.0131
2020 0.0971 0.0018 0.101 0.0025 0.0237 0.0017 0.0072
Sumber: www.idx.co.id
B. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh langsung antara return on equity (ROE)
terhadap volume perdagangan pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020?
2. Apakah terdapat pengaruh langsung antara price earning ratio (PER)
terhadap volume perdagangan pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020?
3. Apakah terdapat pengaruh langsung antara capital adequacy ratio (CAR)
terhadap volume perdagangan pada indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020?
4. Apakah terdapat pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap
volume perdagangan pada indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2020?
5. Apakah terdapat pengaruh langsung antara return on equity (ROE)
terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2020?
6. Apakah terdapat pengaruh langsung antara price earning ratio (PER)
terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2020?
7. Apakah terdapat pengaruh langsung antara capital adequacy ratio (CAR)
terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2020?
8. Apakah terdapat pengaruh langsung antara kapitalisasi pasar terhadap
harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-
2020?
9. Apakah terdapat pengaruh langsung antara volume perdagangan terhadap
harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-
2020?
12
10. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara return on equity (ROE)
terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada Indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020?
11. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara price earning ratio (PER)
terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada Indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020?
12. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara capital adequacy ratio
(CAR) terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada Indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020?
13. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara kapitalisasi pasar
terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada Indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara return on
equity (ROE) terhadap volume perdagangan pada Indeks Infobank15 di
Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara price earning
ratio (PER) terhadap volume perdagangan pada Indeks Infobank15 di
Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara capital
adequacy ratio (CAR) terhadap volume perdagangan pada Indeks
Infobank15 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara Kapitalisasi
Pasar terhadap volume perdagangan pada Indeks Infobank15 di Bursa
Efek Indonesia tahun 2015-2020.
5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara return on
equity (ROE) terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung antara price earning
ratio (PER) terhadap harga saham pada Indeks Infobank15 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2020.
13
D. Manfaat Penelitian
Secara terperinci manfaat penelitian ini dijabarkan sebagai berikut ;
1. Teoritis
a. Bagi masyarakat dapat mengamati kinerja perusahaan yang didasarkan
pada informasi rasio-rasio keuangan, kapitalisasi pasar, volume
perdagangan dan harga saham sektor perbankan pada Indeks
Infobank15 yang dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi penelitian selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perluasan
penelitian terutama yang berhubungan dengan kinerja keuangan
14
2. Praktis
a. Bagi manajemen perusahaan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
untuk evaluasi perusahaan dalam bidang manajemen keuangan,
khususnya mengenai “Pengaruh return on equity (ROE), price earning
ratio (PER), capital adequacy ratio (CAR), kapitalisasi pasar terhadap
harga saham yang dimediasi oleh volume perdagangan sektor
perbankan yang ada di Indeks Infobank15 yang dipublikasikan melalui
Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi calon investor diharapkan dapat memberikan manfaat dan menjadi
referensi bagi para investor dalam rangka pengambilan keputusan
investasi pada perusahaan khususnya sektor perbankan.
15
BAB II
A. Tinjauan Literatur
1. Grand Theory
a. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Menurut Brigham dan Houston (2019, hal. 392) menjelaskan bahwa
sinyal sebagai suatu tindakan yang diambil oleh manajemen suatu
perusahaan untuk memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana
manajemen menilai perusahaan tersebut. Irham (2017, hal. 100)
menjelaskan signaling theory merupakan tanggapan investor terhadap sinyal
positif dan negatif adalah sangat mempengaruhi kondisi pasar, mereka akan
bereaksi dengan berbagai cara dalam menggapai sinyal tersebut, memburu
saham yang dijual atau melakukan tindakan tidak bereaksi seperti “wait and
see”. Disamping itu teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan
mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada
pihak external. Dorongan perusahaan untuk memberikan sebuah informasi
adalah untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan pihak
luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan
prospek yang akan datang dibanding pihak luar.
Signaling theory di gagas dalam ilmu ekonomi dan keuangan
menggambarkan informasi yang asimetris antara perusahaan dengan pihak
luar karena manajemen lebih mengetahui tentang prospek perusahaan dan
peluang di masa depan dibandingkan pihak luar (dalam hal ini investor).
Teori yang melandasi harga saham adalah teori sinyal. Manajemen akan
selalu berusaha mengungkapkan informasi privat yang menurut
pertimbanganya sangat diminati oleh calon investor dan pemegang saham
khususnya kalau informasi tersbut merupakan berita baik (good news).
Disamping itu, manajemen berminat menyampaikan informasi yang dapat
meningkatkan kredibelitasnya.
16
2. Pasar Modal
a. Pasar Modal
Menurut kamus bahasa latin yang disusun oleh Prent dan Adisubrata
dalam Koetin (1996, hal. 1) menjelaskan pasar modal atau pasar efek
berasal dari bahasa latin effectus yang berarti pelaksanaan, pengalaman, hal
mempraktikan, pekerjaan, dan penyelesaian.
Menurut Koetin (1996, hal. 1) menjelaskan pasar modal atau bursa efek
adalah salah satu jenis pasar dimana para pemodal bertemu untuk menjual
atau membeli surat-surat berharga atau efek.
Menurut Eduardus (2017, hal. 25) menjelaskan pasar modal merupakan
pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas atau dengan
kata lain dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas
yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun seperti saham, obligasi
dan resksadana.
Menurut Irham (2017, hal. 55) menjelaskan pasar modal adalah tempat
dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi
dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan
sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan.
Menurut Undang-undang No 8 tahun 1995 pasar modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan yang berkaitan dengan efek yang diterbitkanya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Peran yang dilakukan oleh pasar modal adalah menyediakan fasilitas
untuk memindahkan dana, khususnya yang diperuntukan untuk pembiayaan
jangka panjang, dari yang memiliki dana atau dikenal dengan istilah lender
ke perusahaan yang membutuhkan dana atau borrower. Tempat dimana
terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu,
bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Untuk kasus di
Indonesia terdapat dua bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa
Efek Surabaya (BES) yang sejak tahun 2007 bergabung dan berubah nama
menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan teknologi informasi
18
3. Saham
a. Definis Saham
Menurut Irham (2017, hal. 80) menjelaskan saham adalah tanda bukti
penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan atau suatu
surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai
nominal (rupiah, dolar, yen dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi
hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB
(Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk
menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak yang
selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
deviden.
Menurut Erduadus (2017, hal. 30) menjelaskan saham adalah sertifikat
yang menunjukan bukti kepemilikan perusahaan. Apabila seorang investor
memiliki 1 juta lembar saham biasa suatu perusahaan dari total saham biasa
yang berjumlah 100 juta lembar, maka ia memiliki 1% perusahaan tersebut.
Sebagai pemilik pemegang saham biasa suatu perusahaan mempunyai hak
suara proposional pada berbagai keputusan penting perusahaan antara lain
pada persetujuan keputusan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
4. Harga Saham
a. Pengertian Harga Saham
Menurut Undang –Undang No 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pada
hakekatnya harga saham merupakan penerimaan besarnya pengorbanan
yang dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2019, hal. 397) menjelaskan bahwa
harga saham adalah harga pasar saat ini, dan dapat diketahui dengan mudah
bagi perusahaan publik sehingga harga saham merupakan harga yang
menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan
pemegang saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga saham
perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada
arus kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor “rata-rata”
jika investor membeli saham. Adapun jenis harga saham menurut Brighman
dan Houston (2019, hal. 59) adalah sebagai berikut ;
1) Harga nominal adalah harga yang tercantum pada sertifikat saham
yang telah ditetapkan dan disahkan oleh emiten sebagai penilai
setiap lembar saham yang dikeluarkan.
2) Harga perdana adalah harga ini yang ada pada waktu harga saham
tersebut dicatat di bursa efek.
24
3) Harga pasar adalah harga yang terjadi setelah tercatat di bursa dan
ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan yang lain.
4) Harga pembukaan adalah harga yang diminta oleh penjual atau
pembeli pada saat jam bursa dibuka.
5) Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau
pembeli pada saat akhir di hari bursa.
6) Harga tertinggi adalah harga yang paling tinggi yang terjadi pada
hari bursa.
7) Harga terendah adalah harga yang paling rendah yang terjadi pada
hari bursa.
8) Harga rata-rata adalah rata-rata dari harga tertinggi dan terendah.
5. Volume Perdagangan
Menurut Eduardus (2017, hal. 35) menjelaskan volume perdagangan
saham atau sering disebut frekuensi perdagangan saham merupakan rasio
antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu
25
terhadap jumlah saham yang beredar pada periode waktu tertentu. Jumlah
saham yang diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat
perusahaan melakukan emisi atas saham. Perkembangan volume
perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara penawaran dan
permintaan yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor. Naiknya
volume perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli oleh para
investor di bursa. Semakin besar pengaruh volume penawaran dan
permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi
harga saham di bursa. Semakin meningkat volume perdagangan saham
menunjukan semakin diminatinya saham tersebut oleh para investor atau
masyarakat. Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume
saham tertentu yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam
memperdagangkan saham tersebut. Besarnya variabel volume perdagangan
dapat diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat
dilihat melalui indikator trading volume activity (TVA). TVA digunakan
untuk melihat ada tidaknya reaksi pasar terhadap suatu kejadian tertentu
(informasi) yang berkaitan dengan transaksi pasar melalui pergerakan
aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal. Adapun rumus untuk
volume perdagangan (trading volume activity) adalah ;
b. Right Issue
Keuntungan yang diperoleh selain dari capital gain, deviden juga
dapat dari saham right issue. Sedangkan Right issue merupakan
sistem penjualan saham yang dilakukan oleh emiten sebagai
perusahaan penerbit saham dengan menawarikan kepada pemilik
saham untuk membeli sahamnya terlebih dahulu dengan harga tetap.
c. Kurs Dollar
Melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
sangat berdampak kuat karena terutama otoritas moneter juga
melakukan kebijakan uang ketat. Dengan menguatnya rupiah hal ini
akan berdampak pada semakin besar volume yang diperdagangkan.
d. Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga transaksi antar bank yang menjadi patokan
dalam menentukan tingkat suku bunga dengan tujuan memudahkan
para pelaku bisnis untuk mengikuti perkembangan saham dalam
melakukan transaksi pembelian saham dengan tingkat bunga yang
rendah menyebabkan volume perdagangan saham semakin banyak.
6. Kapitalisasi Pasar
Menurut Eduardus (2017, hal. 365) menjelaskan kapitalisasi pasar
merupakan keseluruhan nilai atau agregat dari saham-saham yang tercatat di
Bursa yang dihitung berdasarkan harga pasar terakhir dari masing-masing
saham. Saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar umumnya
merupakan penggerak pasar (market mover) dan termasuk kedalam saham
unggulan dan memiliki kelebihan dalam likuiditas. Menurut Raymond
(2021, hal. 64) menjelaskan kapitalisasi pasar sangat penting untuk
dimasukan ke dalam kriteria. Kriteria ini bertujuan untuk meminimalkan
resiko likuiditas, sehingga kita dapat terhindar untuk membeli saham-saham
yang tidak likuid. Oleh karena itu saham yang kapitalisasi besar akan
menjadi incaran investor untuk berinvestasi jangka panjang, karena
memiliki potensi pertumbuhan perusahaan yang mengagumkan disamping
pembagian deviden serta resiko yang rendah. Karena banyak peminatnya,
27
maka harga saham pada umum nya relatif tinggi sehingga akan memberikan
return yang tinggi pula.
Menurut Sukmawati (2017, hal. 137) menjelaskan masalah dasar pada
pemodelan keuangan adalah masalah ketidakpastian. Terutama yang
berkaitan dengan harga, untuk itu perlu adanya sebuah teknik pemodelan
keuangan yang mampu menggambarkan informasi keuangan yang berkaitan
dengan return, indeks harga dan turunannya dengan efisien agar informasi
dapat dimanfaatkan oleh investor dalam mengambil keputusan terbaik.
Salah satu cara untuk melihat ketidakpastian return saham yaitu dengan
menggunakan harga saham dan kapitalisasi pasar saham itu sendiri. Dengan
kata lain harga saham yang tinggi tidak selalu menyimpulkan bahwa
perusahaan tumbuh atau memiliki nilai yang tinggi pula. Kapitalisasi pasar
memberikan gambaran seberapa besar harga suatu perusahaan ketika dijual
dipasar. Hal ini dijadikan dasar oleh investor untuk membantu dalam
menganalisis seberapa besar pertumbuhan perusahaan.
Semakin besar kapitalisasi pasar suatu saham, maka semakin lama pula
investor menahan kepemilikan sahamnya, karena investor menganggap
bahwa perusahaan besar akan cenderung lebih stabil dari sisi keuanganya,
resiko lebih kecil dan memiliki prospek yang bagus dalam jangka panjang
dengan harapan return yang besar. Oleh sebab itu, Bursa Efek Indonesia
menjadi tiga skala market cap, diantaranya ;
a. First Liner (Blue Chip)
Blue Chip atau saham kapitalisasi pasar yang besar nilainya adalah
Rp. 10 triliun atau diatasnya.
b. Second Liner
Perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar antara Rp. 1 triliun –
Rp. 10 triliun.
c. Third Liner
Perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar paling kecil dibawah
Rp. 1 triliun.
28
7. Fundamental Perusahaan
Menurut Raymond (2021, hal. 35) menjelaskan analisis fundamental
perusahaan merupakan analisis yang dilakukan berdasarkan data-data
ekonomi dan kinerja perusahaan, analisis fundamental dilakukan utnuk
mengidentifikasi prospek perusahaan. Data - data keuangan tersebut disebut
dengan rasio keuangan. Rasio keuangan membantu kita untuk
mengidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan
perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umumnya
lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden yang memadai. Informasi
tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan
menghitung rasio–rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. Rasio
keuangan dipergunakan oleh pihak manajemen untuk membandingkan rasio
pada saat sekarang dengan rasio yang akan datang. Adapun bagi investor
adalah membandingkan rasio keuangan satu perusahaan/industri dengan
perusahaan/industri lain yang sejenis dengan maksud nantinya akan bisa
memberikan suatu analisis perbandingan yang memperlihatkan perbedaan
dalam kinerja keuangan.
Menurut Irham (2020, hal. 118) menjelaskan seiring telihat bahwa
investor yang mempergunakan rasio keuangan sebagai bagian untuk
menganalisis perusahan dengan cara membandingkan rasio keuangan satu
perusahaan lain yang sejenis dengan harapan cara ini akan memberi
kemudahan dan kecepatan dalam proses pengambilan keputusan. Bagi
investor perbankan ada beberapa rasio keuangan yang paling dominan yang
dijadikan rujukan untuk melihat kondisi kinerja suatu perusahaan, yaitu ;
a. Rasio likuiditas (liquitity ratio).
b. Rasio solvabilitas (solvability ratio).
c. Rasio profitabilitas (profitability ratio).
29
Ketiga rasio ini secara umum selalu menjadi perhatian investor karena
secara dasar dianggap sudah merepresentatifkan analisis awal tentang suatu
perusahaan. Rasio likuditas mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting karena kegagalan
dalam membayar kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan.
Rasio ini mengukur pada kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya.
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menunjukan bagaimana
perusahaan mampu untuk mengelola hutangnya dalam rangka memperoleh
keuntungan dan juga mampu untuk melunasi kembali hutangnya. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban dalam
jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang
total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Namun harus
dipahami bahwa bukan berarti perusahaan yang insolvabel namun likuid
tetapi tidak bisa menjalankan aktivitasnya, karena dengan kemampuan
likuiditas yang dimilikinya sangat memungkinkan perusahaan tersebut
untuk bisa mengembalikan hutangnya dengan cepat.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang bermanfaat untuk menunjukan
keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Investor yang
potensial akan menganalisis dengan cermat kelancaran sebuah perusahaan
dan kemampuanya untuk mendapatkan keuntungan, karena mereka
mengharapkan deviden dan harga pasar dari sahamnya. Rasio ini
dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan.
Selain itu rasio profitabilitas juga dapat dinyatakan sebagai rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dilihat dari laba yang
dihasilkan terhadap penjualan dan investasi.
Tabel 2.1
Kriteria Peringkat ROE
Peringkat Keterangan
Sangat Sehat ROE ≥ 15 %
Sehat 12.5 % < ROE 15%
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Tingkat CAR
Peringkat Keterangan
Sangat Sehat CAR ≥ 12%
Sehat 9% CAR < 12%
Tidak Sehat 6%
Variabel
Judul Penelitian Hasil Peneltian
Persamaan Perbedaan
Pengaruh CAR, LDR dan ROA CAR dan Harga LDR dan 1)CAR negatif signifikan
terhadap Harga Saham (studi kasus Saham ROA terhadap harga saham,
perusahaan perbankan yang 2)LDR negatif signifikan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia terhadap harga saham,
periode 2007-2016) 3)ROA negatif signifikan
terhadap harga saham
Wiwi Warsiati & Resmi Ranti 4)secara simultan berpengaruh
Rosalina (2019) positif terhadap harga saham
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Variabel
Judul Penelitian Hasil Peneltian
Persamaan Perbedaan
Faktor Fundamental terhadap Harga ROE dan Harga EPS, DER, 1)ROA berpengaruh negatif
Saham Perbankan periode 2011- Saham NPM signifikan terhadap harga
2015 saham,
2)EPS positif terhadap Harga
Sri Astuti Puti Ramdhani & Saham,
Maulidiyati Aisyah (2018) 3) ROE positif signifikan
berpengaruh terhadap harga
Jurnal Analisis Bisnis Ekonomi, saham,
Vol. 16, No. 1, April 2018 4) DER negatif signifikan
terhadap harga saham,
5)NPM negatif signifikan
terhadap harga saham
Analisis Faktor Fundamental ROE, CAR, dan EPS, ROA, 1) EPS positif siginifikan
terhadap Harga Saham Sektor Harga Saham ROI, AG terhadap harga saham,
Perbankan yang Go Public di 2) ROA positif signifikan
Indeks Kompas 100 periode 2008- terhadap harga saham,
2012 3) ROE positif signifikan
terhadap harga saham
Teguh Jiwandono (2014) 4)ROI negatif signifikan
terhadap harga saham,
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 2 No. 5)AG negatif signifikan
3, Juli 2014 terhadap harga saham,
6)CAR positif signifikan
terhadap harga saham.
Bersambung pada halaman berikutnya.
35
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Variabel
Judul Penelitian Hasil Peneltian
Persamaan Perbedaan
Pengaruh PER, PBV dan EPS PER dan PBV, EPS 1)PER positif signifikan
terhadap Volume Perdagangan Volume dan Return terhadap Volume Perdagangan
Saham dan Return Saham (studi Perdagangan Saham 2)PBV positif signifikan
pada Indeks Kompas 100 tahun Saham terhadap Volume Perdagangan
2007-2011) 3)EPS positif signifikan
terhadap Volume perdagangan
Baiq Retno Sofiana Iqsir, R. Sapto 4)EPS positif signifikan
Hendri BS, dan Luqman Effendy terhadap return saham
(2017)
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Variabel
Judul Penelitian Hasil Peneltian
Persamaan Perbedaan
Pengaruh EPS, PER, CR dan ROE PER, ROE dan EPS dan 1)EPS tidak berpengaruh
terhadap Harga Saham di Bursa Harga Saham CR terhadap harga saham
Efek Indonesia periode 2012-2016 2)PER positif signifikan
terhadap harga saham
Pande Widya Rahmadewi & 3)CR tidak berpengaruh
Nyoman Abundanti (2018) terhadap harga saham
4) ROE negatif signifikan
Jurnal Manajemen Unud terhadap harga saham
ISSN:2302-8912 Vol.7 No. 4,
2018: 2106-2133
Pengaruh Rasio Profitabilitas ROE dan Profit 1)ROE positif signifikan
terhadap Volume Perdagangan volume Margin on terhadap volume perdagangan
Saham di PT Metrodata Electronic perdagangan Sales, Basic 2)Profit Margin on Sales
periode 2001-2008 Earning positif terhadap volume
Power, dan perdagangan
Iskandar AA, Habiburrahman dan ROA 3)Basic Earning Power negatif
Dirwansyah Sesunan (2013) signifikan terhadap volume
perdagangan
Jurnal Manajemen Visionist, 4)ROA negatif signifikan
ISSN: 1411-4186 terhadap volume perdagangan
Vol. 2, No. 1, Maret 2013
37
(X1) : ROE
H5
H1
H10
(X2) : PER
H6
H11
H2
Z:
H9 HARGA
Y: VOLUME
SAHAM
PERDAGANGAN
H3 H7
H12
H8
(X3) : CAR H13
H4
(X4) :
KAPITALISASI
PASAR Berpengaruh langsung
Berpengaruh Tidak
Langsung (melalui var.
intervening
bbbbbbbb
berbanding lurus dengan teori yang ada dimana rasio ini membandingkan
antara harga saham terhadap earning perusahaan. Investor menghitung
berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan
demikian semakin tinggi nilai PER akan meningkatkan daya tarik investor
sehingga harga saham meningkat. Sehingga ini berpengaruh juga terhadap
volume perdagangan saham karena banyak investor yang bertransaksi. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Baiq dkk. (2017) yang
menjelaskan bahwa PER berpengaruh positif signifikan terhadap volume
perdagangan.
juga berpengaruh terhadap harga saham. Akan tetapi belum ada penelitian
yang meneliti PER terhadap harga saham yang dimediasi oleh volume
perdagangan, maka peneliti tertarik untuk menambahkan variabel tersebut
dan melakukan penelitian dengan dasar teori yang digunakan. Dan
penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.
2. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2018, hal. 134) menjelaskan hipotesis sebagai
suatu jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2018, hal. 95) menjelaskan variabel penelitian adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut. Pada bagian ini
akan diuraikan dari definisi masing-masing variabel yang digunakan berikut
dengan operasional dan cara pengukuranya. Berdasarkan model analisis, maka
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
50
Tabel 3.1
Ringkasan Operasional dan Pengukuran Variabel
a. Data Primer
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:44) menjelaskan data primer adalah
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subyek (orang)
secara individu atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik),
kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
b. Data Sekunder
Data Sekunder Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:44) menjelaskan
adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihal lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun tidak
dipublikasikan.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan
sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder
dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan publikasi perusahaan-
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui situs
resmi www.idx.co.id dan ringkasan laporan keuangan kuartalan perusahaan.
Jenis data yang digunakan adalah jenis data panel. Menurut Imam Ghozali
(2017, hal. 193) menjelaskan data panel merupakan gabungan antara data
lintas waktu (time series) dan data lintas individu (cross section) yang sama
diukur pada waktu yang berbeda.
52
2. Tempat
Tempat penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di Indeks Infobank15 pada Bursa Efek Indonesia (BEI) .
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan peneliti ini dilaksanakan selama 3 bulan
dimulai dari Oktober 2021 sampai dengan Desember 2021.
Tabel 3.2
Populasi Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Indeks Infobank15
No Kode Saham Nama Bank Tanggal Pencatatan
1 BBCA PT Bank Central Asia Tbk 31/05/2000
2 BBKP PT Bank Bukopin Tbk 10/07/2006
3 BBNI PT Bank Negara Indonesia Tbk 25/11/1996
4 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk 10/11/2003
5 BBTN PT Bank Tabungan Negara Tbk 17/12/2009
6 BDMN PT Bank Danamon Indonesia Tbk 06/12/1989
7 BJBR PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk 08/07/2010
8 BJTM PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk 12/07/2012
9 BMRI PT Bank Mandiri Tbk 14/07/2003
53
Tabel 3.2
Populasi Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Indeks Infobank15
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2018, hal. 149) menjelaskan sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dan untuk
sampel yang diambil dari populasi harus benar betul-betul mewakili. Untuk
itu ada berbagai macam teknik dalam pengambilan sampling tersebut. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability
sampling.
Menurut Sugiyono (2018, hal. 150) menjelaskan non probability sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk menjadi
sampel. Sedangkan kategori dari teknik non probability sampling yang
digunakan adalah purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2018, hal. 156) menjelaskan purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Karakteristik dari
teknik purposive sampling ini telah ditentukan sebagai berikut ;
1. Perusahaan yang tergabung pada Indeks Infobank15 di BEI periode
2015-2020.
2. Perusahaan yang selalu terdaftar 6 tahun berturut-turut atau tidak
pernah keluar di Indeks Infobank15 selama periode pengamatan 2015-
2020.
54
Tabel 3.3
Kriteria Sampel Bank
NO Keterangan Jumlah
1 Total Perusahaan yang tergabung di Indeks
15
Infobank15 periode 2015-2020
Sehingga jumlah sampel yang memenuhi kriteria tersebut sebanyak 7 bank dari 15
bank. Rincian 7 bank tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Daftar Sampel yang diteliti
memiliki jumlah observasi time series yang tidak sama. Pada penelitian ini
penulis menggunakan data panel balance.
Berikut ini merupakan langkah-langkah analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini, antara lain :
1. Statistik Deskriptif
Analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Menurut
Sugiyono (2018, hal. 238) menjelaskan statistik dekriptif adalah statistik yang
digunakan unuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi.
Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik untuk menguji pengaruh
variabel return on equity (ROE), price earning ratio (PER), capital adecuacy
ratio (CAR), dan kapitalisasi pasar terhadap harga saham yang diproksikan
oleh volume perdagangan sebagai variabel intervening.
a. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2017, hal. 71) menjelaskan uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen. Adanya
multikolinearitas atau korelasi yang tinggi antar variabel independen dapat
dideteksi dengan beberapa cara berikut :
1) Nilai R square yang tinggi tetapi hanya sedikit bahkan tidak ada
variabel independen yang signifikan. Jika nilai R square tinggi diatas
0.80, maka uji F pada sebagian besar kasus akan menolak hipotesis.
2) Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) mengukur
variabilitas variabel independen lainya. Nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi, karena VIF = 1 / tolerance. Nilai
cutoff yang dipakai untuk menunjukan adanya multikolonearitas
adalah nilai tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai VIF
lebih dari 10.
b. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2017, hal. 145) menjelaskan uji normalitas bertujuan
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai
61
c. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2017, hal. 121) menjelaskan uji autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan
pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain. Model yang baik adalah model yang terbebas
dari autokorelasi. Pengujian ada tidaknya autokorelasi pada penelitian ini
menggunakan Uji Durbin – Watson (DW Test). Uji Durbin – Watson hanya
digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan
mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada
variabel lag diantara variabel bebas. Hipotesis yang akan diuji adalah ;
H0 :tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi apabila nilai du < nilai
DW < nilai 4 –du, maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 3.5
Nilai Uji DW
Hipotesi Nol Keputusan Nilai DW
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0< d < d
Tidak ada autokorelasi positif No Decision dL≤ d ≤ dU
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dL < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatig No Decision 4 – dU ≤ d ≤ 4 -dL
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak dU < d < 4 - dU
62
d. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2017, hal. 86) menjelaskan uji heterokedastisitas
bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau
tidak terjadi heterokedastisitas. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
melakukan uji heterokedastisitas, dalam penelitian ini menggunakan uji
Glejser. Uji glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolute residual
terhadap variabel independen lainnya. Hasil probabilitas dikatakan signifikan
jika siginifikansinya diatas 5 %.
Gambar 3.1
Analisis Jalur
X1
b5
b1 e1
e2
b10
X2 b6
b2 b11
Y b9 Z
b12
b3
X3 b7 b13
b4
Berpengaruh langsung
X4 b8
Berpengaruh Tidak
Langsung (melalui var.
intervening
bbbbbbbb
Keterangan :
X1 = ROE
X2 = PER
X3 = CAR
X4 = Kapitalisasi Pasar
Y = Volume Perdagangan
Z = Harga Saham
Perdagangan
e1-2 = Residual
Model analisis jalur dapat juga dinyatakan dalam bentuk persamaan sehingga
membentuk sistem persamaan jalur :
a. Persamaan dalam regresi model pertama :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e1
6. Uji Hipotesis
1) Uji t (uji parsial)
Menurut Ghozali (20, hal. 98) menjelaskan uji t bertujuan untuk
menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel independen. Pengujian
dalam penelitian ini dilakukan dengan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut :
65
Dengan keterangan:
Sab : Besarnya standar eror pengaruh tidak langsung
a : Jalur variabel independen (X) dengan variabel intervening (Y1)
b : Jalur variabel intervening (Y1) dengan variabel dependen (Y2)
sa : Standar eror koefisien a
sb : Standar eror koefisien b
Nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t tabel, jika nilai t hitung >
nilai t tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi. Asumsi
uji sobel memerlukan jumlah sampel yang besar, jika jumlah sampel
kecil, maka uji sobel kurang konservatif.
67
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BBCA periode 2015-2020 :
Tabel 4.1
Data Laporan Neraca BBCA
Periode 2015-2020
(dalam jutaan rupiah)
TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS
2015 579,550,116 495,386,980 84,163,136
2016 657,072,377 553,520,143 103,552,234
2017 750,221,532 618,917,977 131,303,555
2018 765,490,016 623,397,983 142,092,033
2019 910,011,518 744,946,361 165,065,157
2020 1,067,077,892 890,973,930 176,103,962
Gambar 4.1
Grafik Laporan Neraca BBCA
Periode 2015 -2020
1200
1000
800 ASET
600 LIABILITAS
EKUITAS
400
200
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
68
LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH
2015 33,102,937 20,948,967 12,153,970 10,996,285
2016 37,178,220 21,216,775 15,961,445 12,338,946
2017 38,584,704 22,530,925 16,053,779 13,918,928
2018 41,868,335 24,626,119 17,242,216 15,323,040
2019 47,074,099 27,673,157 19,400,942 17,102,295
2020 50,714,439 26,748,170 23,966,269 16,496,861
Gambar 4.2
Grafik Laporan Laba Rugi BBCA
Periode 2015-2020
60000
50000
40000 Pendapatan
Beban
30000
EBIT
20000 Laba Bersih
10000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari sisi neraca yang terdiri dari aset,
liablitias dan ekuitas mengalami kenaikan dari 2015-2020. Dan dari sisi laba rugi
yang teridiri dari pendapatan mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari
2015-2020. Tetapi untuk laba bersih dari tahun 2015-2019 mengalami kenaikan.
Akan tetapi di tahun 2020 mengalami penurunan.
69
Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BBNI periode 2015-2020 :
TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS
Gambar 4.3
Grafik Laporan Neraca BBNI
Periode 2015-2020
1000
900
800
700
600 TOTAL ASET
500 TOTAL LIABILITAS
400 EKUITAS
300
200
100
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
70
Periode 2015-2020
LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH
Gambar 4.4
Grafik Laporan Laba Rugi BBNI
Periode 2015-2020
40000
35000
30000
Pendapatan
25000
Beban
20000
EBIT
15000
Laba Bersih
10000
5000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Dari data diatas dapat disimpulkan dari laporan neraca yang teridiri dari total aset
dan liaibilitas mengalami kenaikan dari tahun 2015-2020. Sedangkan di sisi
ekuitas pada tahun 2015-2020 mengalami kenaikan dan di tahun 2020 mengalami
penurunan. Dan untuk laba rugi di sisi laba bersih mengalami fluktuatif.
71
Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BBRI periode 2015-2020 :
TOTAL
TAHUN TOTAL ASET LIABILITAS EKUITAS
Gambar 4.5
Grafik Laporan Neraca BBRI
Periode 2015-2020
1600
1400
1200
1000 TOTAL ASET
800 TOTAL LIABILITAS
600 EKUITAS
400
200
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
72
Periode 2015-2020
LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH
Gambar 4.6
Grafik Laporan Laba Rugi BBRI
Periode 2015-2020
80000
70000
60000
PENDAPATAN
50000
BEBAN
40000
EBIT
30000
LABA BERSIH
20000
10000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Dari data diatas dapat disimpulkan dari laporan neraca yang terdiri dari total aset,
liabilitas mengalami kenaikan selama periode 2015-2020. Akan tetapi untuk sisi
ekuitas dari periode 2015-2019 mengalami kenaikan dan di 2020 mengalami
penurunan. Dan untuk laporan laba rugi di sisi laba bersih mengalami fluktuatif.
73
Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BDMN periode 2015-2020 :
TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS
Gambar 4.7
Grafik Laporan Neraca BDMN
Periode 2015-2020
250
200
50
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
74
LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH
Gambar 4.8
Periode 2015-2020
14000
12000
10000 PENDAPATAN
8000 BEBAN
6000 EBIT
2000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Dari data diatas dapat disimpulkan dari laporan neraca yang terdiri dari total aset,
liabilitas dan ekuitas mengalami kenaikan selama periode 2015-2020. Dan untuk
laporan laba rugi disisi laba bersih menunjukan fluktuatif.
75
Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BMRI periode 2015-2020 :
Periode 2015-2020
TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS
Gambar 4.9
Periode 2015-2020
1400
1200
1000
TOTAL ASET
800
TOTAL LIABILITAS
600
EKUITAS
400
200
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
76
LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH
Gambar 4.10
Grafik Laporan Laba Rugi BMRI
Periode 2015-2020
60000
50000
40000 PENDAPATAN
BEBAN
30000
EBIT
20000 LABA BERSIH
10000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Dari data diatas dapat disimpulkan dari laporan neraca dari sisi total aset dan
liabilitas mengalami kenaikan dari tahun 2015-2020, sedangkan untuk sisi
mengalami penurunan di tahun 2020. Untuk laporan laba rugi disisi laba bersih
mengalami fluktuatif.
77
Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten BJBR periode 2015-2020 :
Periode 2015-2020
TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS
Gambar 4.11
Grafik Laporan Neraca BJBR
Periode 2015-2020
160000
140000
120000
100000 TOTAL ASET
80000 TOTAL LIABILITAS
60000 EKUITAS
40000
20000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
78
Periode 2015-2020
LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH
Gambar 4.12
Grafik Laporan Laba Rugi BJBR
Periode 2015-2020
7000
6000
5000 PENDAPATAN
4000 BEBAN
3000 EBIT
1000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Dari data diatas dapat disimpulkan untuk laporan neraca dari sisi total aset dan
liabilitas mengalami kenaikan dari tahun 2015-2020, sedangkan disisi ekuitas
mengalami penurunan di tahun 2020. Untuk laporan laba rugi disisi laba brsih
mengalami fluktuatif.
79
Berikut merupakan ringkasan laporan keuangan dari sisi neraca dan laba
rugi emiten PNBN periode 2015-2020 :
TOTAL TOTAL
TAHUN ASET LIABILITAS EKUITAS
Gambar 4.13
Grafik Laporan Neraca PNBN
Periode 2015-2020
250000
200000
50000
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
80
Periode 2015-2020
LABA
TAHUN PENDAPATAN BEBAN EBIT BERSIH
Gambar 4.14
Periode 2015-2020
9000
8000
7000
PENDAPATA
6000
BEBAN
5000
EBIT
4000
3000 LABA BERSIH
2000
1000
0
2015dapat2016
Dari data diatas 2017 untuk
disimpulkan 2018 2019
laporan neraca 2020
dari sisi total aset
mengalami kenaikan walaupun di tahun 2016 sempat mengalami penurunan
sedangkan untuk liabilitas dan ekuitas mengalami kenaikan. Dan untuk laporan
laba rugi di sisi laba bersih mengalami kenaikan di tahun 2015-2019 namun
mengalami penurunan di tahun 2020.
81
Total Equity
Tabel 4.15
Data Return on Equity (ROE) Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020
(Dalam jutaan rupiah)
Tabel 4.15
Tabel 4.16
KODE HARGA
TAHUN EPS PER
NO EMITEN SAHAM
Tabel 4.16
Data Price Earning Ratio (PER) Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020
KODE HARGA
NO TAHUN EPS PER
EMITEN SAHAM
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai price earning ratio
(PER) dari beberapa perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Emiten BDMN merupakan perusahaan yang mempunyai nilai rasio yang
besar. Sedangkan dengan emiten BBNI, BBRI, BDMN, BJBR, BMRI dan
PNBN mengalami fluktuasi dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.
Data tersebut merupakan dari rata-rata kuartal 1-4 dalam satu tahunnya,
karena berguna untuk melihat kinerja setiap kuartal dalam setiap tahun dan
ini tentunya sebagai dasar pertimbangan investor dalam pengambilan
keputusan berinvestasi.
85
Tabel 4.17
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020
KODE TOTAL
NO TAHUN ATMR CAR
EMITEN MODAL
Tabel 4.17
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020
(dalam jutaan rupiah)
KODE TOTAL
NO TAHUN ATMR CAR
EMITEN MODAL
Dari data tabel diatas dapat diketahui nilai capital adequacy ratio
(CAR) mengalami fluktuasi dari tahun ketahun. Emiten PNBN mengalami
kenaikan yang cukup siginifikan dari tahun 2015 sampai 2020 sehingga
memiliki nilai capital adequacy ratio (CAR) yang paling besar. Dibarengi
dengan emiten BBCA yang juga mengalami kenaikan cukup signifikan.
Sedangkan emiten BBNI, BBRI, BDMN, BJBR dan BMRI mengalami
fluktuasi dari tahun 2015 sampai 2020. Data tersebut berasal dari rata-rata
kuartal 1-4 dalam satu tahun, karena berguna untuk melihat kinerja dalam
setiap kuartal dan ini tentunya sebagai dasar pertimbangan investor dalam
pengambilan keputusan dalam berinvestasi.
87
d) Kapitalisasi Pasar
Tabel 4.18
Data Kapitalisasi Pasar Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020
KODE HARGA SAHAM KAPITALISASI
NO TAHUN
EMITEN SAHAM BEREDAR PASAR
Tabel 4.18
Data Kapitalisasi Pasar Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020
KODE HARGA SAHAM KAPITALISASI
NO TAHUN
EMITEN SAHAM BEREDAR PASAR
e) Volume Perdagangan
Tabel 4.19
Data Volume Perdagangan Perusahaan Perbankan
Indeks Infobank15 periode 2015-2020
Tabel 4.19
Data Volume Perdagangan Perusahaan Perbankan
Indek Infobank15 periode 2015-2020
KODE SAHAM SAHAM
NO TAHUN TVA
EMITEN DIPERDAGANGKAN BEREDAR
f) Harga Saham
Tabel 4.20
Sumber: www.idx.co.id
Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui perkembangan dari variabel harga
saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Indeks Infobank15
dari tahun 2015 sampai 2020 cenderung mengalami fluktuasi. Untuk
emiten BBCA cenderung mengalami kenaikan tiap tahunnya. Sedangkan
untuk emiten BBNI, BBRI, BDMN, BJBR, BMRI dan PNBN mengalami
fluktuasi tiap tahun nya. Data tersebut merupakan dari kuartal 1 ditahun
berikutnya karena sebagai dasar untuk mengetahui reaksi pasar setelah
penutupan akhir tahun terhadap kinerja keuanganya dan ini tentunya
sebagai dasar pertimbangan investor dalam pengambilan keputusan dalam
berinvestasi.
92
a) Uji Chow
Tabel 4.21
Uji Chow
b) Uji Hausman
Tabel 4.22
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Tabel 4.23
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 01/18/22 Time: 13:00
Sample: 2015 2020
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
a) P
R-squared -0.348180 Mean dependent var 0.057657
Sum squared resid 0.320666 Durbin-Watson stat 0.189341
e
Gambar 4.15
Hasil Analisis Jalur Struktur Model I
e1 = 0,807
0,5150
ROE
0,0005
PER VOL.
0,5172 PERDAGANGAN
CAR
-0,0494
MARCAP
Tabel 4.24
Rangkuman Hasil Analisis Jalur Struktur Model I
R-squared 0,3481
F-statistic 4,9389
Prob(F-statistic) 0,0027
Sumber : hasil output Eviews (diolah)
97
a) Uji Chow
Tabel 4.25
Uji Chow
Tabel 4.26
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Tabel 4.27
Dependent Variable: Z
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 01/18/22 Time: 13:01
Sample: 2015 2020
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
99
Gambar 4.16
Hasil Analisis Jalur Struktur Model II
ROE e2 = 0,463
7,4925
0,0131
PER
-0,8571 HARGA
CAR
SAHAM
0,5978
MARCAP
-2,1006
VOL.
PERDAGANGAN
102
Tabel 4.28
Rangkuman Hasil Analisis Jalur Struktur Model II
Variabel Koefisien Standar Eror Probabilitas
Konstanta -11,5405 1,5464 0,0000
X1_ROE 7,4925 2,1464 0,0013
X2_PER 0,0131 0,0046 0,0077
X3_CAR -0,8571 2,3543 0,7180
X4_MARCAP 0,5978 0,0546 0,0000
Y_VOL -2,1006 0,8282 0,0157
R-squared 0,7852
F-statistic 26,3257
Prob(F-statistic) 0,0000
Sumber : hasil output Eviews (diolah)
Dimana :
b : -2,1006
SEa : 0,2630
SEb : 0,8282
b : -2,1006
SEa : 0,0006
SEb : 0,8282
b : -2,1006
SEa : 0,3390
SEb : 0,8282
b : -2,1006
Sea : 0,0137
SEb : 0,8282
e1 = 0,807 e2 = 0,463
ROE
0,5150 7,4925
CAR
-0,8571 0,1037
-0,0494 0,5978
Berpengaruh langsung
MARCAP
Berpengaruh Tidak
Langsung (melalui var.
intervening
bbbbbbbb
106
Tabel 4.29
e2 0,4634 0,4634 -
B. Pembahasan
Berikut ini merupakan hasil pembahasan dalam penelitian ini yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :
koefisien beta sebesar 0,0131 dan nilai standar eror sebesar 0,0046. Nilai
tersebut memenuhi H6. Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh langsung antara price earning ratio (PER) terhadap harga saham
pada Indeks Infobank15 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-
2020. Hal ini menunjukan bahwa price earning ratio (PER) menjadi salah
satu rasio untuk mengukur valuasi saham yang menarik dimata investor
sebelum berinvestasi. Semakin tinggi price earning ratio (PER) akan semakin
tinggi juga minat investor dalam menanamkan modalnya di perusahaan
tersebut, sehingga harga sahamnya akan ikut naik. Hal ini sejalan dengan
penelitian oleh Widya & Nyoman (2018) yang menjelaskan bahwa terdapat
pengaruh positif antara price earning ratio (PER) terhadap harga saham.
oleh Teguh (2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif capital
adecuacy ratio (CAR) terhadap harga saham.
11. Pengaruh tidak langsung antara price earning ratio (PER) terhadap
harga saham melalui volume perdagangan
Berdasarkan dari hasil perhitungan sobel tes X2 terhadap Z melalui Y dan
perhitungan koefisien pada tabel 4.29 menunjukan bahwa terdapat pengaruh
tidak langsung antara price earning ratio (PER) terhadap harga saham
melalui volume perdagangan. Karena nilai yang diperoleh sebesar -
,07917<1,96 dan nilai koefisien -0,0010 dengan tingkat siginifikansi 5%.
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara price
earning ratio (PER) terhadap harga saham melalui volume perdagangan pada
Indeks Infobank15 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-
2020. Hal ini menunjukan dengan tingginya tingkat price earning ratio (PER)
dapat mempengaruhi secara tidak langsung dan negatif terhadap harga saham
melalui volume perdagangan. Hal ini tersebut terjadi dikarenakan meskipun
kondisi price earning ratio (PER) menunjukan hasil positif tetapi volume
perdagangan tidak sesuai dengan tren harga saham yang sedang terjadi.
Seperti pada saat harga saham menunjukan tren penurunan namun volume
perdagangan meningkat tetapi di sisi lain harga saham justru tetap
berimplikasi gejala menurun. Hal ini dapat terjadi dikarenakan volume
penjualan lebih tinggi dari volume pembelian atau bisa dikatakan aksi profit
taking yang dilakukan oleh investor. Sehingga menunjukan tren berlawanan
arah.
C. Refleksi Tauhid
Tujuan dan manfaat dari return on equity (ROE) adalah sebagai tolak
ukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi
para pemegang saham, dan return on equity (ROE) dijadikan indikator
utama dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu return on equity
(ROE) dapat dijadikan acuan untuk menilai efektifitas sebuah manajemen
perusahaan yang diterapkan dalam mengelola modalnya.
Tujuan dan manfaat dari price earning ratio (PER) adalah untuk
mengevaluasi investasi yang prospektif yang berarti memberikan
informasi lebih jelas dalam memilih saham yang akan menjadi instrumen
investasi yang menguntungkan dimasa yang akan datang. Selain itu
tentunya menjadi dasar dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi.
Setiap investor dapat mempelajari prospek saham perusahaan di masa
depan dan hal tersebut bisa dijadikan pertimbangan bagi investor dalam
pengambilan keputusan.
Tujuan dan manfaat dari capital adecuacy ratio (CAR) adalah sebagai
salah satu indikator kesehatan permodalan bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan resiko. Selain itu juga sebagai tolak ukur
kemampuan bank dalam membiayai operasional, seluruh aktiva tetap dan
investasi. Karena dengan nilai capitai adecuacy ratio (CAR) yang tinggi
menunjukan cukupnya modal untuk melaksanakan kegiatan usahanya dan
dapat melakukan pengembangan bisnis serta ekspansi usaha dengan lebih
aman.
d. Kapitalisasi Pasar
e. Volume Perdagangan
f. Harga Saham
Tujuan dan manfaat dari harga saham adalah harga saham itu
menentukan kekayaaan pemegang saham sehingga informasinya menjadi
sangat penting bagi investor dalam pasar modal. Selain itu harga saham
sebagai acuan untuk mengukur terhadap sentimen pasar.
Artinya :
Artinya :
Artinya :
46“(setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf Dia berseru): "Yusuf, Hai
orang yang Amat dipercaya, Terangkanlah kepada Kami tentang tujuh
118
ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi
betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh)
lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka
mengetahuinya."
48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit),
kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
49. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi
hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur."
d. Kapitalisasi Pasar
Artinya :
119
e. Volume Perdagangan
Metode refleksi tauhid yang digunakan pada variabel volume
perdagangan menggunakan tafsir QS. Al-Baqarah Ayat 275 :
Artinya :
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.
f. Harga Saham
Metode refleksi tauhid yang digunakan pada variabel harga saham
menggunakan tafsir QS. Al-Baqarah Ayat 275 yaitu :
Artinya :
d. Kapitalisasi Pasar
122
Dari ayat diatas menjelaskan jual beli adalah halal dan riba adalah
haram. Apabila dikaitkan dengan variabel kapitalisasi pasar bahwa
kapitalisasi pasar sangat erat kaitanya dengan jual beli saham. Jual beli
dalam islam termasuk pada bagian muamalah, hal ini menjadikan setiap
transaksi jual beli yang kita lakukan telah diatur oleh agama dan secara
sistematis telah ada aturan dan rambu-rambu larangan pada setiap
transaksi jual beli, tujuanya ialah untuk menciptakan kemaslahatan dalam
berbisnis dan menghilangkan segala kemudharatan didalamnya.
e. Volume Perdagangan
Dari ayat diatas menjelaskan jual beli adalah halal dan riba adalah
haram. Apabila dikaitkan dengan variabel volume perdagangan adalah
volume perdagangan erat kaitanya dengan transaksi jual beli, maka dalam
prinsip islam kelayakan penawaran dan kelayakan permintaan harus
merefleksikan kekuatan tawar menawar pasar yang sebenarnya. Kekuatan
disini adalah kegiatan pasar yang layak atau sesuai termasuk dalam
likuiditas perdagangan.
f. Harga Saham
Dari ayat diatas menjelaskan mengenai kehalalan jual beli dan
mengharamkan riba, sehingga bila dikaitkan dengan variabel harga saham
adalah secara garis besar harga saham erat kaitanya dengan kepemilikan
saham, kepemilikan saham erat kaitanya dengan jual beli yang dimana
secara islam jual beli diperbolehkan selama memenuhi syarat dan rukunya.
123
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan dan analisis yang telah dijelaskan di Bab IV,
maka disimpulkan sebagai berikut :
11. Terdapat pengaruh tidak langsung antara price earning ratio (PER)
terhadap harga saham melalui volume perdagangan.
12. Terdapat pengaruh tidak langsung antara capital adecuacy ratio (CAR)
terhadap harga saham melalui volume perdagangan.
13. Terdapat pengaruh tidak langsung antara kapitalisasi pasar terhadap
harga saham melalui volume perdagangan.
B. Impikasi
positif terhadap return on equity (ROE) dan price earning ratio (PER).
Jika return on equity (ROE) dan price earning ratio (PER) meningkat,
maka akan menarik banyak investor untuk menanamkan modal
diperusahaan. Sehingga harga sahamnya akan ikut meningkat. Dan bila
harga sahamnya meningkat, maka nilai kapitalisasi pasarnya juga akan
meningkat. Saham yang kapitalisasi besar akan menjadi incaran
investor untuk berinvestasi jangka panjang, karena memiliki potensi
pertumbuhan perusahaan yang mengagumkan disamping pembagian
deviden serta resiko yang rendah.
C. Keterbatasan
D. Saran
Dari hasil pembahasan diatas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi akademis
2. Bagi investor
3. Bagi perusahaan