You are on page 1of 49

Masalah Kesehatan Akibat Pembangunan

A. Latar belakang
Dengan semakin majunya hasil-hasil pembangunan di Indonesia,
kehidupan sosial timbal-balik ikut terngakai makin maju. Kemajuan ditopang
oleh penerapan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Seiring dengan
perkembangan ini, cakrawala berfikir masyarakat Indonesia terhadap
keadaan lingkungan disekitar juga ikut berubah.
Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, maka pembangunan
kesehatan ditujukan kepada peningkatan pemberantasan penyakit menular
dan penyakit rakyat, peningkatan keadaan gizi rakyat, peningkatan
pengadaan air minum, peningkatan kebersihan dan kesehatan lingkungan,
perlindungan obat yang tidak memenuhi syarat, serta penyuluhan kesehatan
masyarakat untuk memasyarakatkan perilaku hidup sehat yang dimulai
sedini mungkin

Dengan demikian maka dengan pembangunan kesehatan dapat tercapai


mutu dan lingkungan hidup yang optimal bagi setiap penduduk agar mampu
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, yang meliputi
kesehatan badaniah dan rohaniah serta kehidupan yang sejahtera dan
bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacad dan kelemahan.
Akibat dari pertambahan penduduk dari kegiatan manusia yang
beraneka ragam membuat usaha perbaikan kesehatan lingkungan menjadi
bertambah sulit dan kompleks, disamping harus juga mengembangkan
bidang-bidang usaha tersebut agar dapat cepat tanggap terhadap perubahan
dan kemajuan lingkungan sekitar.
Karenanya dalam menanggulagi permasalahan bidang kesehatan lingkungan
diperlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan multi disiplin,
mengingat bahwa aspek-aspek yang dicakupnya cukup luas dan beraneka
ragam

Permasalahan
1. Pengaruh pembangunan bagi kesehatan lingkungan
2. Dampak pencemaran polusi udara bagi lingkugan sekitar
3. Pengaruh pembangunan bidang makanan bagi kesehatan
Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak-dampak akibat dari pembangunan dari segala
bidang
2. Memahami tentang kesehatan lingkungan dan pengaruh kesehatan
lingkungan bagi masyarakat

B. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan dapat dilihat dari berbagai segi, tergantung dari
mata angin yang ingin memulai. Kesehatan lingkungan dari “frame-work”
melalui konsep pendekatan ekologis yaitu dikenal dengan “the nature of
man environment relationship”,namun bagi pendekatan tersebut terakhir ini
kesehatan lingkungan dilihat sebagai kumpulan program maupun kegiatan
kesehatan dalam rangka upaya manusia melalui teknologisnya menciptakan
suatu kondisi kesehatan yang kemudian dikenal sebagai kesehatan
lingkungan.
Dalam kaitannya dengan masalah ini kita menempatkan terminology
kesehatan lingkungan dalam deretan akronim setingkat dengan kesehatan
kerja, kesehatan jiwa, kesehatan angkasa dan lain sebagainya. Diasmping
kesehatan lingkungan itu dapat dikaji dari segi pendekatan ekologis maupun
pendekatan operasional, ternyata kita masih dapat mengkaji dari
pendekatan perkembangan ilmu terapan baru (applied science) yang bersifat
komprehensif (pendekatan multi disiplinner).
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dibidang lingkungan (Ecology)
kita lebih menekankan system tersebut pada arti interaksi antar elemen
didalamya. Interaksi yang senantiasa bersifat dinamis sehingga sering
dijabarkan dalam pengertian “interactions between environment and mans
biological system”
Bertitik tolak dari model timbangan Gordon, kemudian dimodifikasikan
pada suatu model lanjutanya dijelaskan oleh empat factor, yaitu:
a. Faktor penentu kahidupan atau life support
b. Aktifitas manusia atau man’s activites
c. Bahanbuangan & residu karena kehadiran adan aktifitas manusia (residues
and wastes
d. Gangguan lingkungan (environmental hazard s)
Dalam pendekatan ekologis ini justru menekanakan titik masalah pada
man’s activities. Dari titik ini terdapat komunikasi dua arah yang masing-
masing dapat ke arah Life Support, Residues and Wastes serta Gangguan
Lingkungan.
Namun di lain pihak dari segi kausal tidak digambarkan adanya interaksi
antar-antar faktor.
Di dalam kaitan ini, kesehatan lingkungan menempatkan dan
menggantungkan diri pada keseimbangan ekologi, sehingga karenanya
berusaha menjalin suatu keseimbangan interaksi manusia dengan
lingkungannya pada tarap optimal dan batas-batas tertentu untuk menjamin
kehidupan yang tetap sehat (well being). Kehidupan yang sehat meliputi
baik dimensi kesehatan fisik, kesehatan mental maupun hubungan sosial
yang optimal dengan lingkungan sekitar.Bila kondisi yang optimal dapat
dicapai karena timbulnya interaksi yang “menekan” kehidupan, maka
kesehatan lingkungan sampai batas-batas dimungkinkan dapa menyerasikan
diri melalui berbagai upaya.
Perubahan yang sesungguhnya ditimbulkan oleh manusia sendiri pada
umumnya, dan dipengaruhi oleh:
1. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, yang sering dikenal dengan
istilah “peledakan penduduk” dengan segala implikasi kaitannya lebih lanjut.
2. Urbanisasi, yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang terjadi
pada kota-desa, dimana dampaknya tidak saja dirasakan bagi system
kehidupan kota melainkan juga ikut merugikan kehidupan sistem pedesaan
sendiri.
3. Industrialisasi, yang menimbulkan berbagai mata rantai implikasi serta
sebagai akses secara luas.
4. Perkembangan teknologi yang sangat cepat, khususnya bagi negara-negara
yang sedang berkembang yang belum dapat menyiapkan diri dalam sistem
sosialnya (infra structural).
5. Kebutuhan yang “meningkat” dari masyarakat untuk memaksakan
meningkatkan standart kehidupan, pada hal syarat-syarat untuk mendukung
ini juga belum disiapkan.
Walaupun demikian ada tiga pokok yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan upaya-upaya kesehatan lingkungan yaitu :
a. Di mana dimungkinkan gangguan-gangguan yang dapat berakibat terhadap
kesehatan lingkungan perlu di cegah.
b. Apabila gangguan tersebut telah ada, langkah berikutnya adalah
mengusahakan mengurangi atau meniadakan efeknya terhadap
kecenderungan timbulnya penyakit didalam masyarakat.
c. Mengembangkan lingkungan yang sehat, khususnya pada daerah-daerah
padat melalui sistem perencanaan dan pengendalian yang mudah terhadap
pemukiman,perumahan dan fasilitas rekreasi yang sesungguhnya bisa
menjadi pusat kunjungan manusia dan sumber penularan.
Dengan demikian pendekatan ekologis yang dapat dipertimbangkan
sebagai masukan dalam suatu definisi kesehatan lingkungan. Kesehatan
lingkungan yang mempunyai dimensi yang luas dan berbeda berdasarkan
faktor kemampuan pelaksanaanya dimasing-masing negara.

C. Pembangunan di bidang makanan / sanitasi makanan


Sanitasi makanan merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam
segala aktivitas kesehatan masyarakat, mengingat adanya kemungkinan
penyakit-penyakit akibat makanan, kebiasaan-kebiasaan taradisional dalam
mengelola makanan masih menjadi masalah yang utama dalam masyarakat
selama belum ada cara pengganti yang berkenan. Dalam kehidupan manusia
makanan mempunyai peranan penting dan peranan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Setiap manusia memerlukan makanan untuk kelangsungan hidupnya.
b. Manusia yang terpenuhi semua kebutuhan makanannya akan terlindung
dan terjamin kesehatannya sehingga memiliki produktifitas kerja yang
optimal.
c. Bahan makanan dapat merupakan media perkembang biakan kuman
penyakit atau dapat juga merupakan media perantara dalam penyebaran
suatu makanan.
Sanitasi makanan meliputi kegiatan usaha yang ditujukan kepada
kebersihan dan kemurnian makanan agar tidak menimbulkan suatu
penyakit. Usaha-usaha sanitasi tersebut meliputi tindaka-tindakan saniter
yang ditujukan pada semua tingkatan, sejak makanan mulai dibeli,
disimpan, diolah, dan disajikan untuk melindungi agar konsumen tidak
dirugikan kesehatanya.
1 Pengaruh Makanan Terhadap Kesehatan
Makanan merupakan salah satu pokok kebutuhan manusia untuk
kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, makanan merupakan hal yang
penting bagi manusia.
Pentingnya makanan bagi manusia, selain itu dapat dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Di tinjuau dari segi kesehatan, kegunaan makanan adalah sebagai
sumber zat makanan. Zat makanan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Sumber energi.
2. Zat pembangun.
3. Zat pengatur.
Di tinjau dari fungsi makanan adalah sangat penting bagi manusia untuk
mengkonsumsi makanan itu, namun jika makanan yang dikonsumsi tersebut
melebihi batas akan menimbulkan masalah tersendiri bagi kesehatan
manusia itu sendiri.
Namun, soal nutrisi yang nampak di permukaan bisa mengicu, jalinan antara
bagaimana orang di negara-negara industri makanan dan bagaiman mereka
hidup dan mati telah membuat sebagian orang meragukan “makanan
mewah”
Ciri-ciri yang paling banyak diperkirakan menandai menu mewah
adalah kadar lemak yang tinggi, terutama lemak hewani dan kolesterol.
Seperti diketahui oleh banyak orang makanan yang digoreng dengan rasa
gurih, keju serta minyak selada yang mengandung lemak serta produksi-
produksi yang terbuat dari susu juga menambahakan banyak lemak
kedalam menu.
Jenis dan jumlah lemak yang kita makan sangat berpengaruh atas
kesehatan. Konsumsi lemak jernih dalam jumlah yang tinggi dan terutama
berasal dari produksi hewani bisa menimbulkan bermacam penyakit. Lemak
yang tidak jernih nampaknya tak begitu berbahaya bagi kesehatan, tapi itu
tetap berbahaya jika dikonsumsi terlalu banyak.
Seiring dengan gaya hidup “menu mewah” konsumsi kalor pun akan
semakin tinggi dan bisa mengakibatkan obesitas, yang akhirnya dapat
menyebabkan diabetes, tekanan darah tinggi serta penyakit jantung
koroner.
Menu yang kaya akan lemak binatang bisa menimbulkan serangan jantung
atau kelumpuhan yang akhirnya, lemak menu yang berlebihan bisa juga
dihubungkan dengan kanker perut, dada, prostat, serta kanker lainya.
Namun, jumlah yang meningkat dari dari orang yang mengalami
obesitas bukanlah semata-mata soal bagaiman mengubah gaya hidup,
persediaan makanan atau sikap mengenai berat yang ideal
Walaupun pertimbangan kesehatan itu sendiri sudah cukup untuk mengubah
menu mewah, masih ada dua pertimbangan lainya yang membuat
perubahan-perubahan itu menjadi lebih menarik, yang pertama adalah
penghematan menu keluarga, baik pengurangan konsumsi daging maupun
mengutamakan sayur-sayuran dari pada protein hewani yang akan mengirit
pengeluaran. Yang kedua adalah pengurangan nutrisi yang berlebih
sediktnya bisa membantu nutrisi rendah.
2. Pengaruh polusi udara terhadap kesehatan lingkungan
Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran yang mempunyai
pengaruh sangat besar bagi lingkungan, antar lain karena membebaskan
hidrokarbon, oksida nitrogen, oksida sulfur dan lain-lain. Khusunya hidro
karbon dan nitrogen oksida di udara akan membentuk ozon maupun
bereaksi dengan ozon itu sendiri melalui proses “photo chemical process”
Dengan semakin padatnya suatu kota metropolitan yang dikelilingi oleh
pencakar langit diantara jalan-jalan yang relativ sempit justru dapat memicu
timbulnya “bottle neck” atau stagnasi. Karenaya akan sering terlihat diatas
jalan semacam asap keputi-putihan yang diistilahkan dengan terminology
“smog”. Asap tersebut sesungguhnya adalah suatau hasil dari apa yang
disebut “photochemical smog”
Polusi udara bisa menjadi masalah yang gawat diberbagai kota kota
besar dimana mayoritas penduduknya sangat miskin, penelitian di kalkuta,
India mengungkapkan bahwa konsentrasi karbon monoksida dijalanan pada
jam-jam sibuk mencapai tingkat-tingkat yang lebih tinggi dari pada pada
jam-jam lenggang.
Tak seorangpun yang meragukan bahaya tingginya konsentrasi zat-zat
seperti limbah hitam tau karbon monoksida, juga tak seorangpun yang
meragukan bahwa konsentrasi yang tinggi dari oksida sulfur dengan zat
tertentu menggalakan gajala-gejala penyakit pernafasan dan penyakit
jantung dan ada kalanya membawa maut.
Jika di pertimbangkan secara terpisah, meskipun masa-masa polusi yang
parah tersebut melelehkan dan sulit dipahami itu semua tak memberikan
bukti yang meyakinkan bahwa polusi merupakan penyebab penyakit. Itulah
sebabnya, maka lonjakan tingkat-tingkat kematian membuktikan bahwa
polusi yang parah hanyalah menggalakan penyakit-penyakit yang ada.
Secara logika, udara kotor pasti mempengaruhi paru-paru,itulah sebabnya
maka peranan polutan, terutama oksida sulfur dan zat-zat partikulat dalam
merangsang penyakit-penyakit pernafasan telah mendapat cukup perhatian.
Polusi udara tidak hanya merangsang berbagai penyakit kronis, tetapi
juga dapat menggalakan seringya orang banyak, terutama anak-anak yang
terkena penyakit-penyakit pernafasan jangka pendek.
Kontribusi polusi udara dala menimbulkan kematian akibat penyakit jantung
koroner semakin disadari, kematian ekstra banyak terjadi dikalangan para
penderita jantung. Selama berlangsungnya krisis polusi udara, mungkin
antara lain disebabkan karena sesak nafas.
Buangan industri ada kalanya mengandung sejumlah agen karisinogen
yang sudah di ketahui, akan tetapi sejumlah unsure dalam kabut fotokemis
belum pernaha diidentifikasi, apalagi diuji.
Zat partikulat dalam udara sudah di kaitkan secara statistik dengan kanker
perut, kanker pada kelenjar prostat dan sejumlah peneliti memberikan
hipotesa bahwa oksida nitrit di udara bisa berpadu dengan polutan-polutan
kimia lainnya.
3. Perubahan Ekosistem Terhadap Kesehatan Lingkungan
Dari pendekatan ekologis, kesehatan linhkungan banyak tergantung dan
dipengaruhi oleh berbagai ekosistem. Secara umum dapat dikatakan bahwa
perubahan-perubahan yang masih dalam batas-batas wajar belum
mendorong keseimbangan ekologis dan masih dapat ditolerir oleh
kemampuan daya tahan ( eksistensi) organisme melalui mekanisme
adaptasi.
Namun nanti bila keseimbangan kedua ini masih juga diperluas sampai
batas tertentu barulah perubahan lingkungan dengan dampak stabilitasnya,
ini mengganggu kesehatan.
Pada kondisi ini sudah tiba pada perubahan stabilitas lingkungan, biasanya
kualitas lingkungan sudah sedemikian bergeser, sehingga tidak mampu lagi
memenuhi daya dukung kehidupan.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan berbagai perubahan ekosisrem
antara lain:
a. Sampah buangan domestik.
b. Sampah industri anorganik.
c. Sampah industri organik.
d. Sampah radio aktif yang bisa dihasilkan dari ekses sampingan dari pusat-
pusat pembangkit tenaga.
e. Sampah khusus pestisida
f. Sisa deterjent
g. Sisa minyak bumi, mulai dari bensin sampai pelumas maupun minyak cat.
h. Buangan air gelontor yang panas yang membawa dampak termis terhadap
kehidupan air.
i. Berbagai sampah padat.
j. Pembebasan berbagai gas, baik dari industri, pusat-pusat pembakaran, dan
system tranportasi.
k. Dan lain-lain.

Dengan makin majunya kehidupan modern yang berlatar belakang


konsumtif berkelebihan, timbulah kemudian berbagai industri, pusat-pusat
pengembangan ekonomi dan lain-lain yang pada hakekatnta timbal-balik
masih menimbulkan berbagai mata rantai perubahan terhadap ekosistem
yang ditinggalkan. Perubahan yang mau tidak mau sesungguhnya banyak
mempengarui keseimbangan kesehatan lingkungan. Berbagai implikasi
tersebut garis besarnya berkisar antara pada masalah industrialisasi,
mobilitas manusia yang terus meningkat, diskonkruensi masalah
kependudukan terhadap daya dukung yang makin melebar dan lain-
lain. Implikasi ini ternyata menimbulkan berbagai mekanisme yang beraneka
ragam terhadap stabilitas dan kuantitas ekosistem udara yang memiliki
pola-pola khusus yang khas.

Dengan adanya implikasi ini udara mengalami baik perubahan susunan


kompisisinya dari segi kimiawi, perubahan temperatur dan kelembaban
udara maupun segala aspek estetika dari pandangan udara yang makin
suram. Bahwa hubungan antara makin banyaknya industrialisasi (yang
dikonversikan sebagai sumber yang menggunakan enersi) dengan emisi
oksida nitrogen tiap-tiap hari berdasarkan model empiris yang pernah
diteliti.
Masalah debu atau paetikulat pada daerah-daerah industri merupakanmasalah
tersendiri. Asap industri justru dikeluarkan bukan secara intermittent atau
sekali, melainkan serial berturut-turut tak terputus yang mempunyai efek
sangat merugikan untuk kondisi kesehatan.

E. Penutup
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat di peroleh kesimpulan sebagai
berikut:

1. a. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dibidang


lingkungan akan dapat menenkan interaksi yang dinamis
antara manusia dengan lingkungan.
2. b. Kerugian terhadap adanya pencemaran udara yang
ditimbulkan oleh industialisasi maupun polutan akan
menimbulkan perubahan suhu dan iklim udara, sehingga
berpengaruh besar terhadap fisiologi tubuh.
3. c. Pengerusakan sumber daya air oleh ekses industrialisasi
harus dibatasi, karena dampaknya ikut memberi beban
terhadap kepentingan kesehatan lingkungan.
4. d. Kerugian terhadap dampak “menu mewah” dan kelebihan
nutrusi dapat lebih ditekan melalui penghematan nutrisi dan
membiasakan hidup hemat sejak dini, dengan tidak melupakan
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh, sehingga
kesehatan manusia akan dapat lebih ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Erik P. Eckhholm, 1985, Masalah Kesehatan, Penerbit PT Gramedia, Jakarta


Haryoto Kusno Putranto, 1986, Kesehatan Lingkungan, Depdikbud FKM UI,
Jakarta
- See more at: http://aseloole.blogspot.co.id/2011/11/makalah-masalah-kesehatan-
akibat.html#sthash.ogqFU3kQ.dpuf
PENGARUH PEMBANGUNAN EKONOMI TERHADAP DERAJAT KESEHATAN

Tugas Ekonomi Kesehatan

PENGARUH PEMBANGUNAN EKONOMI

TERHADAP PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT


Disusun Oleh:

Nama : Dahyar Masuku


Stambuk : K11111641
Kelas :E

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Hasanuddin
Makassar
2011

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................ i

Daftar Isi ...................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1


B. Permasalahan ................................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi ................................................................................ 3


B. Kesehatan ditinjau dari ilmu ekonomi .............................................................................. 4
C. Pengaruh Pembangunan Ekonomi terhadap
Derajat Kesehatan Masyarakat ...................................................................................... 8
D. Pengertian Pembangunan Kesehatan .............................................................................19
E. Arah Pembangunan Kesehatan ....................................................................................20
F. Tujuan Pembangunan Kesehatan ..................................................................................22
G. Kebijakan Pembangunan Kesehatan ............................................................................22

BAB III. PENUTUP

Kesimpulan ...............................................................................................................28

Saran .........................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Robert W. Fogel
mengatakan bahwa antara sepertiga dari pertumbuhan ekonomi Inggris dalam 200 tahun
terakhir dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi makanan populasinya. Eksistensi dampak dari
kesehatan pada pertumbuhan ekonomi dengan besaran yang mirip juga telah diverifikasi dalam
periode waktu dan negara yang berbeda,

Pembangunan ekonomi sangan erat dengan masalah kesehatan karena pembangunan


ekonomi tidak akan berjalan dengan lancar bila manusianya tidak sehat dan sakit-sakitan.
Undang-undang Nomor. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam istilah instrumental, kesehatan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam sejumlah cara. Sebagai contoh, kesehatan akan
mereduksi kerugian produksi karena penyakit pada pekerja, dan meningkatkan produktivitas
orang dewasa sebagai hasil dari perbaikan nutrisi, juga mengurangi tingkat ketidakhadiran dan
meningkatkan kemampuan belajar pada sekolah anak-anak. Kesehatan juga memungkinkan
penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat digunakan keseluruhan atau sebagian jika
sakit. Kemudian juga, memungkinkan penggunaan alokasi anggaran keuangan kesehatan
untuk hal lain jika tidak terjadi kesakitan. Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh
pembangunan ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat dan kinerja pelayanan
kesehatan masyarakat di Indonesia serta kemungkinan penyesuaian kebijakan yang akan
ditempuh pada masa yang akan datang.
B. PERMASALAHAN

Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
pada makalah ini adalah:

1. Pengertian pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan.?

2. Tinjauan Masalah kesehatan dari segi ekonomi kesehatan.?

3. Dampak pembangunan ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat ?

4. Arah dan strategi pembangunan kesehatan ?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penilisan makalah ini adalah :

1. Sebagai salah satu persyaratan fainal Mata Kuliah Ekonomi Kesehatan pada Jurusan
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Unifersitas
Hasanuddin Makassar.
2. Mengetahui Pengertian pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan
3. Mengetahui dampak pembangunan ekonomi terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat
4. Mengetahui Arah dan strategi pembangunan kesehatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan adalah proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara


untuk mewujudkan tujuan nasional, adapaun tujuan nasional Indonesia tercantum dalam UUD
1945 alinea ke empat, yakni: ”Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial”.
Pembangunan nasional adalah usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat
Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan
perkembangan global.

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak
dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi.

Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter dan berkembang menjadi
krisis ekonomi serta berbagai krisis lainnya yang berpengaruh pada multi kehidupan salah
satunya adalah kesehatan. Dampak dari krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut,
penyebabnya adalah karena terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Tidak kurang sekitar
49,5 juta jiwa atau sekitar 24,2 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia pada saat ini hidup di
bawah garis kemiskinan.

Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi
tersebut terhadap derajat kesehatan masyarakat dan kinerja pelayanan kesehatan masyarakat
di Indonesia serta kemungkinan penyesuaian kebijakan yang akan ditempuh pada masa yang
akan datang. Uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap derajat
kesehatan masyarakat lebih diutamakan pada status gizi serta perilaku kesehatan masyarakat.
Sedangkan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap kinerja
pelayanan kesehatan masyarakat lebih dititik beratkan pada kinerja Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas), Bidan di Desa serta terhadap kinerja Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu).
B. Kesehatan ditinjau dari ilmu ekonomi kesehatan

Masalah kesehatan dapat ditinjau dari segi ilmu ekonomi kesehatan. Karena sumber daya
jumlahnya terbatas, sedangkan manusia mempunyai bermacam-macam keperluan maka terjadi
persaingan untuk memperoleh sumber daya yang dapat dialokasikan untuk keperluan
kesehatan. Masalah pengalokasian sumber daya ke dalam maupun di dalam bidang kesehatan
inilah yang dipelajari ekonomi kesehatan.

Oscar Gish (1977:8) dalam Conyers (1991:64) mengatakan bahwa persoalan penerapan
kriteria ekonomi dan keuangan pada sektor kesehatan benar-benar sukar karena hakekat
pelayanan yang perlu disediakan, yaitu menyangkut masalah hidup atau mati manusia.
Konsekuensinya, setiap usaha untuk memotong pembiayaan kesehatan akan menghadapi
tantangan yang tidak kecil dari banyak pihak. Pemerintah bertanggung jawab dalam
merencanakan,mengatur, menyelenggarakan, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan akan dilakukan
pemerintah secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan melalui pencegahan penyakit
(preventive), peningkatan kesehatan (promotive), pengobatan penyakit (curative), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitative). Pemerintah juga memberikan hak yang sama kepada
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan kebebasan untuk menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan.

Pelayanan kesehatan sebagai alat penyembuhan (curative) penekanannya pada


perawatan manusia yang sedang sakit dengan tujuan untuk menghindarkannya dari kematian
dan mengurangi penderitaannya. Penekanan semacam ini telah direfleksikan dalam bentuk
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada, yang secara fundamental merupakan tempat di mana
orang memerlukan perawatan serta terlihat juga dari cara latihan bagi tenaga-tenaga perawat
kesehatan dan sikap masyarakat pada umumnya. Penekanan ini juga terlihat dari besarnya
pengeluaran pemerintah bagi pelayanan kesehatan. (Conyers, 1991:65-66)

Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan akibat dari dampak


globalisasi ternyata tidak dapat diterapkan secara optimal pada negara berkembang dan
menyebabkan negara tersebut menderita akibat jeratan hutang luar negeri yang membesar.
Pertumbuhan ekonomi justru tidak mampu mewujudkan kesejahteraan sosial. Oleh karenanya
diperlukan revisi agenda pembangunan, yakni pembangunan sosial yang bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan.

Dalam bahasa Inggris kata ”Health” mempunyai dua pengertian dalam bahasa Indonesia,
yaitu ”sehat” atau ”kesehatan”. Sehat menjelaskan kondisi keadaan dari subyek, misalnya anak
sehat, orang sehat, ibu sehat dan sebagainya. Sedangkan kesehatan menjelaskan tentang sifat
dari subyek, misalkan kesehatan manusia, kesehatan masyarakat, kesehatan individu dan
sebagainya. Sehat dalam pengertian kondisi mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara
awam sehat diartikan keadaan seseorang yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan,
dapat menjalankan kegiatan sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat

Masalah kesehatan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Orang usia
lanjut biasanya menderita penyakit degeneratif dan penyakit kronis. Mereka mempunyai angka
morbiditas tertinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat pula. Mereka
semakin sulit mandiri dan semakin tergantung pada orang lain. Berbagai gangguan kesehatan
tidak teratasi karena faktor sosial, seperti ketidaktahuan dan faktor ekonomi. Faktor sosial yang
terkait dengan usia lanjut ialah ageism, suatu sistem diskriminasi yang mengandung stereotip
yang menggambarkan orang usia lanjut sebagai orang yang sakit, miskin dan kesepian. Faktor
sosial yang diduga merupakan penyebab utama masalah kematian ialah kemiskinan yang
gawat, dan kelangkaan akses ke pelayanan kesehatan dasar.

Conyers (1991:64) mengatakan bahwa bidang kesehatan memiliki masalah yang dapat
menaikkan pembiayaan pelayanan kesehatan baik dengan latar belakang sosial maupun
ekonomi. Sudut pandang sosial, suatu kenaikan biaya di bidang kesehatan seharusnya bisa
membantu meringankan penderitaan manusia karena penyakit dan dalam beberapa hal dapat
juga menyelamatkan nyawa; sedangkan sudut pandang ekonomi, masih memperdebatkan
bahwa kemajuan kesehatan akan menaikkan produktifitas tenaga kerja.

Margaret Stacey (1977) dalam Santoso (2010) mengidentifikasi tiga dimensi konsep
kesehatan yaitu 1) Kesehatan yang bertumpu pada konsep kesehatan individu atau kesehatan
masyarakat; 2) Konsep kesehatan yang bertumpu pada kebugaran atau kesejahteraan; 3)
Kesehatan yang bertumpu pada konsep promotif dan preventif.

Ketiga konsep tersebut dikembangkan di Indonesia, hal tersebut tertuang dalam Undang-
Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.

Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu didukung oleh tersedianya


berbagai macam fasilitas kesehatan yang memadai, seperti sarana fasilitas kesehatan yang
representatif, dan murah yang aksesnya mudah dicapai sehingga dapat dimanfaatkan secara
optimal. Masyarakat yang sehat tentunya akan dapat melakukan aktifitas dengan kondisi yang
prima sehingga produktifitasnya pun dapat terjaga.

Peningkatan biaya yang besar bagi intervensi kesehatan esensial akan menyebabkan
penurunan secara bermakna beban penyakit di negara-negara berkembang. Perkiraan terbaik
dari pengaruh pelayanan kesehatan adalah menurunnya angka kematian total di negara-negara
berkembang akibat penyakit infeksi menular dan kesehatan ibu yang rendah sekitar 8 juta per
tahun pada tahun 2015, yang hal ini berasosiasi dengan penurunan sekitar 330 juta DALYs.
Perkiraan penurunan angka kematian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Angka Kematian Dibawah Usia 60 Tahun, Dibandingkan Ada Tidaknya Intervensi, Tahun
1998–2020

1998 2010 2020

Tahun Tanpa Dengan Tanpa Dengan


Dasar Intervensi Intervensi Intervensi Intervensi

Grup 1 13,956,996 13,255,530 5,155,625 12,671,000 4,593,479

Infeksi dan 9,073,059 8,903,935 2,849,259 8,763,000 2,804,160


kurang gizi

Gangguan 491,185 360,720 203,645 252,000 87,400


Kesehatan Ibu

Infeksi Saluran 2,101,802 2,175,873 718,038 2,080,000 686,400


Nafas

Gangguan 2,101,802 1,815,001 1,384,682 1,576,000 1,015,519

Kesehatan
Perinatal

Sumber: WHO-SEAR, 2002

Jika terjadi peningkatan status kesehatan yaitu meningkatnya angka harapan hidup di
negara-negara berpendapatan rendah sebesar 0.5 tahun selama 19 tahun, katakanlah dari 59
tahun menjadi 68 tahun, maka pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dapat mencapai
sekitar 0.5% per tahun.
C. Pengaruh Pembangunan Ekonomi terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat

Laporan Komisi, menganalisis berbagai hubungan keterkaitan antara kesehatan dengan


pembangunan ekonomi yang dapat diterangkan melalui berbagai mekanisme dan dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Berikut ini akan diuraikan pembahasan terhadap
enam fokus area, yaitu pertama, kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan
kemiskinan, ketiga, memilih intervensi untuk kesehatan yang lebih baik, keempat Menilai
Status Kesehatan Penduduk, kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam,
Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan

1. Kesehatan dan Pembangunan.

Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar
bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara
fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan
yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana
proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia sebagai
contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika
dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak
yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang
lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika
dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat.

Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan
(input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan
ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya
tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan
penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini
antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal
abad ke-20, dan pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-
an dan tahun 1960-an.

Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan oleh
Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori untuk
bekerja, selama 200 tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan
per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja
dan pemberian kalori yang cukup, Fogel memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan
kontribusi sebanyak 30% terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris.

Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi kesehatan


dan pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai
pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan
kesehatan dan pendidikannya. Pada Tabel dibawah ini ditunjukkan tingkat pertumbuhan dari
beberapa negara sedang berkembang pada periode 1965-1994. Pengelompokan negara-
negara tersebut didasarkan atas tingkat pendapatan dan angka kematian bayi (sebagai proksi
dari seluruh keadaan penyakit pada tahun 1965). Tabel tersebut menjelaskan di negara-negara
dengan tingkat angka kematian bayi yang rendah menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi pada periode tertentu.

Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita, 1965-1994 ( Didasarkan atas


Pendapatan dan Angka Kematian Bayi, 1965)

Angka Kematian AKB AKB AKB AKB


> 150
Bayi (AKB),1965 < 50 50-100 100-150

Tahun Dasar Pendapatan, 1965


GDP < US$ 750 - 3.7 1.0 0.1

GDP US$ 750-1500 - 3.4 1.1 -0.7

GDP US$ 1500-3000 5.9 1.8 1.1 2.5

GDP US$ 3000-6000 2.8 1.7 0.3 -

GDP > US$ 6000 1.9 -0.5 - -

Sumber: WHO-SEAR, 2002

Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10% dari angka
harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi minimal 0.3–0.4%
pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap. Dengan demikian, perbedaan tingkat
pertumbuhan tahunan antara negara-negara maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun)
dengan negara-negara sedang berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar
1.6%, dan pengaruh ini akan terakumulasi terus menerus.

Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia


sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat,
sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat
pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu
memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang
untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih
panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan
menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan meningkat, dan pada
gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Peranan kesehatan diantara berbagai faktor pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan
dalam Diagram 1 dibawah ini. Dalam diagram tersebut dapat dilihat, pembangunan ekonomi
disatu fihak, merupakan fungsi dari kebijakan dan institusi (kebijakan ekonomi, pemerintahan
yang baik, dan penyediaan pelayanan publik), dan faktor masukan (sumber daya manusia,
teknologi, dan modal perusahaan) dilain fihak. Kesehatan mempunyai peranan ekonomi yang
sangat kuat terhadap sumber daya manusia dan modal perusahaan melalui berbagai
mekanisme seperti digambarkan.

Diagram Kesehatan Sebagai Masukan Untuk Pembangunan Ekonomi

Kebijakan ekonomi

Pemerintahan yang baik


Penyediaan pelayanan publik

Sumberdaya
manusia, termasuk:

Pendidikan, pelatihan, perkembangan

Fisik dan kognitif

Kesehatan

Pertumbuhanekonomi
:

PertumbuhanGNP
perkapita,

Penurunankemiskinan

Teknologi, termasuk:

Pengetahuan ilmiah yang relevan


untuk menghasilkan inovasi dalam

difusi ekonomi dalam negeri dengan

menggunakan teknologi dari luar

Modal
perusahaan, termasuk:

Investasi yang pasti

dalam peralatan,

organisasi dan kerjasama karyawan,

peluang investasi untuk menarik

modal

Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan


ekonomi, hal ini antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Beban berat yang
diakibatkan oleh penyakit dan pengaruh gandanya terhadap produktivitas, kependudukan, dan
pendidikan mempunyai peranan dalam kinerja ekonomi yang buruk dan kronis di negara-negara
Afrika. Studi terbaru yang dilakukan oleh Bloom dan Sachs, menemukan bahwa lebih dari
setengahnya dari keterbelakangan pertumbuhan di negara-negara Afrika jika dibandingkan
dengan dengan negara-negara di Asia Timur, secara statistik dapat diterangkan oleh beban
berat akibat penyakit, kependudukan, dan geografis jika dibandingkan dengan variabel-variabel
tradisional dari ekonomimakro dan politik pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya angka
prevalensi penyakit malaria menunjukkan hubungan yang erat dengan penurunan pertumbuhan
ekonomi sebesar satu persen atau lebih setiap tahunnya.

2. Kesehatan dan Kemiskinan

Berbagai indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah


jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi, memperlihatkan bahwa angka
kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik dengan pendapatan, seperti terlihat
dalam Tabel 2 dibawah ini. Studi lain dilakukan oleh Bank Dunia yang membagi keadaan
kesehatan antara kelompok penduduk berpenghasilan tinggi dan rendah pada negara-negara
tertentu. Sebagai contoh, tingkat kematian anak pada quantil termiskin di Bolivia dan Turki
diperkirakan empat kali lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian pada quantil
terkaya. Dengan demikian kebijakan yang diarahkan untuk menanggulangi penyakit malaria
dan kekurangan gizi secara langsung merupakan implementasi dari kebijakan mengurangi
kemiskinan.

Komitmen global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas dicantumkan dalam
Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs). Tujuan pembangunan
milenium tersebut antara lain: (1) menurunkan angka kematian anak sebesar dua pertiganya
pada tahun 2015 dari keadaan tahun 1990; (2) menurunkan angka kematian ibu melahirkan
sebesar tiga perempatnya pada tahun 2015 dari keadaan 1990; dan (3) menahan peningkatan
prevalensi penyakit HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada tahun 2015. Tujuan
pembangunan milenium difokuskan terhadap pengurangan kemiskinan pada umumnya dan
beberapa tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga terdapat keterkaitan antara upaya
keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di bidang kesehatan.

Tabel Angka Harapan Hidup Dan Tingkat Kematian, Menurut Tingkat Kemajuan Pembangunan
Negara (1995-2000)

Tingkat Penduduk Rata-rata Angka Angka Angka


Pembangunan Pendapatan Harapan Kematian Kematian
(1999)
Negara Tahunan Hidup Bayi (Per- Anak Balita

Juta (US$) (Tahun) 1000) (Per-1000)

Sangat 643 296 51 100 159


Terbelakang

Pendapatan 1777 538 59 80 120


Rendah

Pendapatan 2094 1200 70 35 39


Menengah-Bawah

Pendapatan 573 4900 71 26 35


Menengah-Atas

Pendapatan Tinggi 891 25730 78 6 6

Sub-Sahara Afrika 642 500 51 92 151

Sumber: Human Development Report 2001, Table 8, and CMH Calculation using World
Development Indicators of the World Bank
Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin adalah: Pertama,
penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit karena terbatasnya akses terhadap air bersih
dan sanitasi serta kecukupan gizi. Kedua, penduduk miskin cenderung enggan mencari
pengobatan walaupun sangat membutuhkan karena terdapatnya kesenjangan yang besar
dengan petugas kesehatan, terbatasnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan
terbatasnya pengetahuan untuk menghadapi serangan penyakit.

Konsekuensi ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota keluarga merupakan
bencana jika untuk biaya penyembuhannya mengharuskan menjual aset yang mereka miliki
atau berhutang. Hal ini akan menyebabkan keluarga jatuh kedalam kemiskinan, dan jika tidak
bisa keluar dari hal ini akan mengganggu tingkat kesejahteraan seluruh anggota keluarga
bahkan generasi berikutnya. Serangan penyakit yang tidak fatal dalam kehidupan awal akan
mempunyai pengaruh yang merugikan selama siklus hidup berikutnya. Pendidikan secara luas
dikenal sebagai kunci dari pembangunan, tetapi masih belum dihargai betapa pentingnya
kesehatan anak dalam pencapaian hasil pendidikan. Kesehatan yang buruk secara langsung
menurunkan potensi kognitif dan secara tidak langsung mengurangi kemampuan sekolah.
Penyakit dapat memelaratkan keluarga melalui menurunnya pendapatan, menurunnya angka
harapan hidup, dan menurunya kesejahteraan psikologis.

3. Memilih Intervensi Untuk Kesehatan Yang Lebih Baik

Di berbagai negara khususnya di negara-negara yang sedang berkembang,


ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah kesehatan sangat terbatas, oleh karena
itu pemilihan alternatif intervensi kesehatan yang cost-effective menjadi penting. Pada tahun
1978, melalui Deklarasi Alma Ata tujuan kesehatan bagi semua telah disetujui oleh seluruh
negara anggota

Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization-WHO). Beberapa kesepakatan


dalam deklarasi tersebut adalah komitmen negara-negara anggota terhadap keadilan
kesehatan, lebih memfokuskan pelayanan kesehatan pencegahan (preventive) dan
peningkatan (promotive) dibandingkan dengan pengobatan (curative) dan pemulihan
(rehabilitative), meningkatkan kerjasama lintas sektoral, dan meningkatkan partisipasi
masyarakat.

Sampai saat ini beberapa komitmen tersebut belum dapat diwujudkan. Sebagian besar
negara-negara berpendapatan rendah lebih banyak mengalokasikan sumber daya untuk
pelayanan kesehatan pengobatan. Hal ini menyebabkan terjadinya inefisiensi alokasi,
penggunaan teknologi yang tidak tepat, dan inefisiensi teknis. Hanya sedikit negara yang
sukses mencapai kesehatan yang adil dan berhasil menjalin kerjasama lintas sektor dan
partisipasi masyarakat dengan baik.

4. Menilai Status Kesehatan Penduduk

Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan menggunakan berbagai indikator


yang secara garis besar dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, berisikan indikator
yang menghitung jumlah kematian yang terjadi selama periode tertentu. Contohnya adalah
angka kematian kasar (Crude Death Rate-CDR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality
Rate-IMR). Kelompok penduduk yang mempunyai angka CDR dan IMR yang rendah dikatakan
mempunyai status kesehatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok penduduk
yang angka CDR dan IMR nya tinggi.

Kelompok kedua, berisikan berbagai indikator yang memperlihatkan jumlah orang yang
menderita kecacatan akibat penyakit tertentu. Contohnya adalah jumlah penderita AIDS,
Tuberkulosis (TB), Polio, dan sakit mental.
Sama dengan kelompok pertama, kelompok penduduk yang mempunyai jumlah penderita AIDS
atau TB lebih sedikit dikatakan lebih sehat jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang
jumlah penderita penyakit tersebut lebih banyak.

Kedua kelompok indikator tersebut sayangnya tidak menjelaskan kepada kita kapan
kematian atau kecacatan terjadi, bagaimana tingkat parahnya penyakit, dan berapa lama
mereka menderita. Masyarakat pempunyai nilai atau persepsi yang berbeda tentang hal-hal
tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 1993 kedua kelompok indikator tersebut
digabungkan kedalam satu indikator yang disebut DALY ( Disability Adjusted Life Years )
untuk mengukur dengan lebih baik status kesehatan penduduk. DALY menggambarkan jumlah
tahun untuk hidup sehat yang hilang sebagai akibat dari kematian dan kecacatan. Satu DALY
didefinisikan sebagai satu tahun yang hilang untuk hidup sehat akibat dari kematian dan
kecacatan. Penggunaan DALY dapat digunakan untuk membandingkan kesehatan penduduk
dari waktu ke waktu atau membandingkan antara satu kelompok penduduk dengan kelompok
penduduk lain dengan lebih mudah dan sederhana. Kesimpulannya, DALY mengukur beban
yang ditimbulkan oleh penyakit yang diakibatkan oleh kematian dan atau kecacatan yang harus
ditanggung oleh masyarakat. Penggunaan indikator DALY dapat dianalogikan dengan
penggunaan indikator HDI (Human Development Index) yang dikembangkan oleh UNDP yang
merupakan indikator komposit dari kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan.
5. Peningkatan Biaya Kesehatan

Analisis perkiraan biaya untuk meningkatkan cakupan intervensi pelayanan kesehatan


yang esensial telah dilakukan terhadap 49 kegiatan prioritas di 89 negara miskin. Intervensi ini
telah diidentifikasi sebagai kunci keberhasilan untuk menangani keadaan kesehatan bagi
penduduk miskin. Perluasan kegiatan ini didasarkan atas tingkat cakupan yang akan dicapai
pada tahun 2007 dan 2015 dengan data dasar tahun 2002.

Analisa biaya direncanakan untuk memperkirakan tambahan biaya yang diperlukan untuk
perluasan pelayanan yang didasarkan atas kondisi saat ini. Biaya yang diperlukan untuk
memperluas kegiatan pelayanan kesehatan dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel Peningkatan Biaya Intervensi Kesehatan

Total Pengeluaran Kesehatan Biaya Inkremental

2002 (Tahun
2007 2015 2007 2015
dasar)

Semua Negara 106.1 162.8 200.3 25 46


(3.9%)
(3.7%) (4.5%) (0.7%) (0.9%)

Asia Selatan 36.0 51.4 59.8 7 11

(4.9%) (5.7%) (4.8%) (0.8%) (0.9)


Catatan: Biaya dalam Juta US$, Angka dalam kurung adalah % dari GNP, Berdasarkan 8
Negara Asia Selatan

6. Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan

Sebagian besar negara-negara berpendapatan rendah memerlukan upaya khusus untuk


meningkatkan pelayanan kesehatan terutama untuk menerapkan sistem DDK dan dukungan
manajemen sangat diperlukan. Komisi menilai secara detil berbagai hambatan non-finansial
yang harus diatasi, (lihat Tabel ). Terdapat lima katagori hambatan yaitu sebagai berikut: (1)
pada tingkat keluarga dan masyarakat, (2) tingkat pelayanan kesehatan, (3) tingkat kebijakan
sektor kesehatan dan manajemen strategik, (4) isu kebijakan publik, dan (5) karakteristik
lingkungan.

Tabel Katagorisasi Hambatan

Tingkat Hambatan

Keluarga dan Masyarakat Terbatasnya permintaan untuk intervensi yang efektif

Hambatan untuk menggunakan intervensi yang efektif :


fisik, biaya, sosial.

Pelayanan Kesehatan Kurangnya dan tidak meratanya distribusi tenaga


profesional kesehatan;

Lemahnya bimbingan teknis, manajemen, dan supervisi;

Tidak cukupnya alokasi obat dan alat kesehatan;

Terbatasnya peralatan dan infrastrutur (termasuk


laboratorium dan komunikasi) dan rendahnya aksesibilitas
pelayanan kesehatan.

Kebijakan Sektor Kesehatan Lemahnya dan tersentralisasinya sistem perencanaan dan


dan Manajemen Strategik manajemen;

Lemahnya kebijakan obat dan peralatan kesehatan;

Tidak memadainya regulasi kefarmasian dan sektor


swasta dan praktek industri;

Kurangnya kerjasama dan kemitraan dibidang kesehatan


antara pemerintah dan masyarakat sipil;

Kurangnya insentif untuk menggunakan input secara


efisien dan tanggapan terhadap kebutuhan pengguna;

Ketergantungan terhadap biaya dari donor sehingga


mengurangi fleksibilitas dan rasa memiliki, kebijakan
donor bertentangan dengan kebijakan negara.

Kebijakan Publik Antar Sektor Birokrasi pemerintahan

Terbatasnya ketersediaan infrastruktur komunikasi dan


transportasi

Karakteristik Lingkungan A. Belum terciptanya Good Governance


Korupsi, pemerintahan yang lemah, lemahnya hukum;

Ketidak stabilan politik dan keamanan;

Prioritas yang rendah bagi sektor sosial;


Rendahnya akuntabilitas publik;

Terbatasnya kebebasan press.

B. Lingkungan Fisik
Keadaan iklim dan geografik sebagai peredisposisi
timbulnya penyakit;

Keadaan fisik yang menghambat palayanan kesehatan

D. Pengertian Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan


meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah.

Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan


masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat
mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup
sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan
berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan
pencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta
E. Arah Pembangunan Kesehatan

1. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional


2. pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara
bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada penduduk miskin,
anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan mapun di pedesaan
3. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan profesionalisme,
desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dengan memperhatikan
berbagai tantangan yang ada saat ini.
4. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program
peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan
didukung oleh sistem pengamatan, Informasi dan manajemen yang handal.
5. Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan
6. Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki semangat
pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil,
berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.

7. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan
pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan
pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan
sampai lanjut usia.
8. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan
sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis,
termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
9. Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagi seluruh
tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan kerja yang
memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan dan pekerja.
10. Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan
pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana
serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
11. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga harkat
martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
12. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-anak terlantar,
serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
13. Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian,
peningkatan kualitas program keluarga berencana.
14. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan
terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen, pengedar dan
pemakai

F. Tujuan Pembangunan Kesehatan

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk
yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari
pembangunan kesehatan yaitu :

1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.

3. Peningkatan status gizi masyarakat.

4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).


5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera

G. Kebijakan Pembangunan Kesehatan

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada memperhatikan


kebijakan umum yang dikelompokkan sebagai berikut:

1. Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor.

Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor


merupakan hal yang utama dan karena itu perlu digalang serta dimantapkan secara seksama.
Sosialisasi masalah-masalah kesehatan pada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan
berkala. Kerjasama lintas sektor harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.

2. Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.

Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
Dalam kaitan ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu ditingkatkan melalui berbagai
kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup
dan budaya masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui
penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong bahkan dikembangkan
untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta keseimbangan upaya kesehatan.
3. Peningkatan Kesehatan Lingkungan.

Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang


sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan
keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan
meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan
dan melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan.

Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta tempat
periwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang memenuhi
persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana
pembangunan limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara dan
tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat terhindar
dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diprlukan peningkatan dan
perbaikan berbagai peraturan perundang-undangan, pendidikan lingkungan sehat sejak dini
usia muda serta pembakuan standar lingkungan.

4. Peningkatan Upaya Kesehatanya.

Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakuakan secara menyeluruh, terpadu dan


berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pennyembuhan penyakit dan pemuluhan kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan
kemanusiaan dan darurat atau kritis. Selanjutnya, pemerataan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan perlu terus –menerus diupayakan.

Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama kritis ekonomi,


upaya kesehatan diproriataskan untuk mengatasi dampak kritis disamping tetap
mempertahankan peningkatan pembangunan kesehatan. Perhatikan khusus dalam mengatasi
dapak kritis diberikan kepada kelompok berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat
kesehatan tidak memburuk dan tetap hidup produktif. Pemerintah berttanggung jawab terhadap
biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin.
Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan ditigkatkan
melalui pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan kecacatan dalam masyarakat
terutama pada bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya
peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta
pengobatan penyakit dan rehabilitas. Prioritas utama diberikan kepada penaggulangan penyakit
menular dan wabah yang cenderung meningkat.

Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang tinggi,
melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran
jasmani tenaga kerja serta upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan kerja
dan lingkungan pemukiman terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah yang kumuh.

5. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan

Pengenbangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan


kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai
pengembangan ilmu dan teknologi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
serta berpegang teguh pada pengabdian bangsa dan negara dari etika profesi. Pengembangan
tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan
penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu
melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam parencanaan tenaga kesehatan perlu
diutamakan penentu kebutuhan tenaga di kabupaten dan kota juga keperluan tenaga berbagai
negara di luar negeri dalam rangka globalisasi. Pengembangan karier tenaga kesehatan
mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan seksama serta diserasikan
secara bertahap.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JK PM) yakni cara pelayanan kesehatan
melelui penyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin tersekenggaranya
pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan harga yang terkendali. JKPM
diselenggarakan sebagai upaya bersama antar masyarakat, swasta dan pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan
kesehatan perlu disesuaikan atas dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggota
masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui
system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu dikembangkan pula
asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JKPM. Pengembangan asuransi
kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi perasuransian. Secara
bertahap puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan dikelolah secara swadana.

6. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.

Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama


melalui peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor kesehatan dan sektor lain
yang yang terkait, dan antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam
pembangunan kesehatan sendiri. Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan,
pengerakan pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian diselenggarakan secara sistematik
untuk menjamin upaya kesehatan yang terpaduh dan menyeluruh. Manajemen tersebut
didukung oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan pengambilan kepetusan dan
dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara komprehensif
diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan administrasi
mder. Organisasi Departemen Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi-fungsi :
regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.

Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi ynag nyata, dinamis, serasi dan bertanggung
jawab dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan upaya kesehatan kepada
daerah Dinas Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat
melaksanakan secara lebih bertanggung jawab dalam perencanaan, pembiayaan dan pelalsaan
upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian
pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan pembangunan kesehatan yang ada. Upaya
tersebut pula didukung oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai. Untuk itu perlu
diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik berasal dari anggaran Pendapatan
dan Belanja Nasional maupun dari anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah.

7. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.

Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara


terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung
perumusan kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi
kendala dalam pelaksanaan program kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan
akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi
bagian pentig dari pembangunan kesehatan daerah.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan pelayanan


kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan pengembangan obat asli Indonesia, pemberatasan
penyakit dan perbaikan lingkungan. Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan
dikembangkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah
dan swasta. Setra meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang
terbatas. Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk mengembangkan
gaya hidup sehat dan mengurangi masalah kesehatan masyarakat yang ada.

8. Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.


Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan lingkungan sosial dan
budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap pembangunan kesehatan. Untuk
itu sangat diperlukan peningkatan ketahanan sosial dan budaya masyarakat melalui
peningkatan sosioekonomi masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-
besarnya dan sekaligus meminimalkan dampak negatif dari globalisasi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negaraPembangunan kesehatan adalah
bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya
2. Dampak Pembangunan Ekonomi dapat mempengaruhi derajat derajat kesehatan masyarakat.
adalah pertama, kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan, ketiga,
memilih intervensi untuk kesehatan yang lebih baik, keempat Menilai Status Kesehatan
Penduduk, kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan Hambatan
Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan
3. Adapun arah pembangunan kesehatan antara lain Pembangunan kesehatan adalah bagian
integral dari pembangunan nasional, pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat harus diselengarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan
pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar,
baik di perkotaan mapun di pedesaan
4. Tujuan pembangunan kesehatan yaitu : meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup
dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.

5. Kebijakan pembangunan kesehatan antara lain Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat


dan Kemitraan Swasta.
B. SARAN

Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami mohon kritik maupun saran
yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/makalah_ekokes/arah-tujuan-dan-kebijakan-pembangunan.html

file:///D:/makalah_ekokes/MAKALAH%20COMMUNITY%20DEVELOPMENT
%20%E2%80%9CPEMBANGUNAN%E2%80%9D%20%C2%AB%20Dunia%20Dalam%20Satu
%20Blogger.htm

file:///D:/makalah_ekokes/MAKALAH-EKONOMI-PEMBANGUNAN.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2113367-pembangunan-kesehatan-sebagai-salah-
satu/#ixzz1grxi8fRP
http://www.nasriyadinasir.co.cc/2010/01/potret-pembangunan-kesehatan-indonesia.html

http://staff.blog.ui.ac.id/tyarm/2009/05/20/pemsbangunan-kesehatan/

file:///H:/makalah-ikmkelompok-2.html

You might also like