You are on page 1of 8

Nama : Afrina Jeliyanti Sirait

NIM : 20.3623

Mata Kuliah : Laboratorium Seminar Pengajaran

Dosen Pengampu : Pdt. Saut H. Sirait, M. Th

KEKUASAAN PEREMPUAN DI DALAM POLITIK

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Perspektif feminis awal dalam ilmu politik cenderung berfokus pada isu-isu seperti
perbedaan gender dalam representasi dan partisipasi politik. Di mana perempuan sering sekali
di nomor duakan dari laki-laki, perempuan sering mengalami marginalisasi, subordinasi,
stereotipe, juga menanggung beban yang lebih banyak dan lebih lama. Hal ini mengakibatkan
perempuan sering tertinggal dari laki-laki, perempuan tidak dapat mengikuti laki-laki, dan
sering terjadi kekerasan terhadap perempuan. Tetapi sejak pertengahan tahun 1980an, telah
terjadi revaluasi peran utama negara dalam struktur dan pelembagaan hubungan antara laki-
laki dan perempuan.1 Maka tidak menutup kemungkinan bahwa perempuan memiliki
potensinya sendiri untuk bangkit dan menunjukkan bahwa perempuan itu sama dengan laki-
laki. Sehingga sudah tidak asing bagi perempuan saat berbicara tentang politik, karena
perempuan sendiri sudah turut berkecimpung dalam dunia politik.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah potensi yang dimiliki perempuan sehingga layak terjun ke dunia politik?
2. Bagaimana kekuasaan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan dalam politik?
3. Bagaimana pengaruh kekuasaan perempuan di bidang politik?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi proses perkuliahan Laboratorium Seminar Pengajaran.
2. Untuk mengetahui potensi yang dimiliki perempuan sebagai tokoh yang layak terjun
ke dunia politik.
3. Untuk mengetahui kekuasaan tokoh-tokoh perempuan dalam politik.
4. Untuk mengetahui pengaruh kekuasaan perempuan di bidang politik.

1
Gerald F. Gaus, Chandran Kukathas, Hand Of Political Theory, (London: SAGE Publications, 2004), 277-278.

1
II. LANDASAN TEORI DAN LANDASAN TEOLOGI
II.1. Landasan Teori
 Kekuasaan merupakan berasal dari kata “kuasa” yang berarti kemampuan untuk
melakukan sesuatu. Kekuasaan meliputi hubungan antar dua pihak yang saling
berinteraksi dalam hubungan institusional yang bersifat hierarkis dan hubungan subjek
dengan objek yang dikuasainya. Miriam Budiardjo dalam bukunya menuliskan definisi
kekuasaan oleh Max Weber yang mengemukakan bahwa kekuasaan merupakan
kemampuan dalam suatu hubungan sosial untuk melaksanakan kemampuan sendiri
sekalipun mengalami perlawanan. Rumusan kekuasaan yang dikemukakan oleh Max
Weber kemudian dijadikan landasan perumusan pengertian kekuasaan oleh beberapa
pemikir lain, seperti Strausz-Hupe yang mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan
untuk memaksakan kemauan kepada orang lain. 2 Oleh karena itu, kekuasaan dapat
diartikan sebagai suatu konsep hubungan sosial dominatif, di mana terdapat suatu otoritas
yang dimiliki oleh seseorang maupun sekelompok untuk memberikan suatu keharusan
terhadap kehendaknya kepada pihak lain untuk ditaati dan dilaksanakan.
 Perempuan merupakan manusia yang merupakan lawan jenis laki-laki. Secara
etimologis, perempuan berasal dari kata empu yang berarti “tuan”, orang yang mahir
berkuasa, kepala hulu, yang paling besar, dan dihargai. Sementara itu, feminisme
perempuan mengatakan bahwa perempuan merupakan istilah untuk konstruksi sosial
yang identitasnya ditetapkan dan disusun melalui penggambaran. Dapat dipahami bahwa
kata perempuan pada dasarnya merupakan istilah untuk menyatakan kelompok atau jenis
dan membedakan dengan jenis lainnya.3 Definisi perempuan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 yaitu meliputi istri, anak perempuan, perempuan
yang memiliki hubungan keluarga karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, dan
perwalian yang menetap dalam rumah tangga dan perempuan yang bekerja membantu
rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.

Politik berasal dari kata Yunani yaitu polis yang berarti kota atau negara kota. Dalam
negara kota pada zaman Yunani, orang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
kesejahteraan (kebaikan, menurut Aristoteles) dalam hidupnya. 4 Ketika baru-baru mendengar
kata politik, sering sekali yang pertama terbersit dalam benak bahwa “politik itu kotor”.
Keadaan ini tidak dapat dipungkiri sebab selama ini yang terdengar sebatas point of view

2
Miriam Budiardjo, Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa, (Jakarta: Sinar Harapan, 1991), 16.
3
Ika Nidaul Haq, dkk, Menulis Perempuan, (Yogyakarta: Kandiva Buku, 2021), 34-35.
4
Carlton C. Rodee, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta: Rajawali Press, 2002), 2-3.

2
orang-orang yang pada dasarnya menganggap politik sebagai suatu hal yang negatif.
Sehingga orang-orang tidak tertarik untuk memasuki dunia politik, namun nyatanya politik
tidak sesempit yang dipikirkan orang-orang pada umumnya. Gabriel A. Almond
mendefinisikan politik sebagai kegiatan yang berhubungan dengan kendali pembuatan
keputusan publik dalam masyarakat tertentu di wilayah tertentu, di mana kendali ini
didukung melalui instrumen yang sifatnya otoritatif (berwenang secara sah) dan koersif
(bersifat memaksa). Politik mengacu pada penggunaan instrumen otoritatif dan koersif, yaitu
siapa yang berhak menggunakannya dan dengan tujuan apa. 5 Miriam Budiardjo
mengemukakan bahwa politik adalah ilmu yang mempelajari tentang perpolitikan. Politik
diartikan sebagai usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang baik. 6 Oleh karena itu, politik
menurut penulis dapat diartikan sebagai sebuah sarana memperjuangkan kekuasaan serta
mempertahankan kekuasaan tersebut demi tujuan yang hendak dicapai.

II.2. Landasan Teologi

Dalam Perjanjian Lama, istilah perempuan berasal dari bahasa Ibrani yaitu “issa” ‫ִאָּׁש ה‬
yang artinya perempuan, wanita, istri7. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, istilah perempuan
berasal dari bahasa Yunani yaitu “gune” γυνή yang artinya perempuan, istri.8 Kekuasaan
perempuan dalam Alkitab dapat ditunjukkan melalui beberapa tokoh yakni:

 Debora adalah satu-satunya hakim perempuan di Israel. Hakim menjadi sebutan atau
panggilan bagi para pemimpin tertinggi Israel di Tanah Perjanjian sebelum munculnya
jabatan raja. Selain itu, Debora juga seorang nabiah atau nabi perempuan, ia adalah satu
dari tujuh nabi perempuan di dalam Alkitab. Saat terjadi pertempuran, Debora bersama
Barak memimpin orang Israel dalam pertempuran melawan bangsa Kanaan yang
dipimpin raja Yabin dan panglimanya, Sisera. Sebelumnya Barak enggan untuk maju
berperang jika Debora tidak maju. Dan ketika Debora maju dengan tentaranya, maka
Barak pun maju beserta pasukannya (Hakim-hakim 4:1-24). Debora bersama dengan para
pemimpin umat Israel menang dari Sisera dan pasukan-pasukan Kanaan. Kemenangan ini
membuat seluruh negeri yang didiami Israel menjadi aman hingga 40 tahun lamanya
(Hakim-hakim 5:31). Melalui peristiwa ini tampak bahwa kekuasaan Debora dalam

5
Gabriel A. Almond, Comparative Politics Today: A World View, Eight Edition, (Delhi: Dorling Kindersley
Publishing Inc, 2004), 2.
6
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 15.
7
Reinhard Achenbach, Kamus Ibrani – Indonesia Perjanjian Lama, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
2012), 43.
8
Barclay M. Newman Jr, Kamus Yunani – Indonesia untuk Perjanjian Baru, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 35.

3
memimpin dapat membuat laki-laki seperti Barak bergantung padanya, ia juga
ditunjukkan sebagai perempuan pemberani dengan tampil di bagian depan pertempuran.9
 Ester adalah seorang perempuan Yahudi keturunan Ibrani bernama Hadasa. Ester seorang
yatim piatu yang diasuh oleh Mordekhai bin Yair orang Yahudi. Dan orang Yahudi pada
saat itu menjadi orang buangan dari bangsa Babilonia. Pada suatu hari, Haman bin
Hamedata berikhtiar untuk menghabisi seluruh bangsa Yahudi. Ketika saatnya tiba,
Haman mendapat kesempatan dan alasan untuk menghabisi seluruh bangsa Yahudi.
Namun, rekayasa kejahatannya berhasil digagalkan oleh Ester. Kemudian keadaan
berbalik, bangsa Yahudi yang seharusnya dibinasakan, justru memperoleh kebebasan dan
kemenangan besar berkat Ester. Saat itu juga raja Ahasyweros, raja Persia mencari ratu.
Lalu Ester dipilih menjadi salah satu calon ratu menggantikan Wasti serta terpilih menjadi
ratu. Dan pada saat ia menjadi ratu justru ia juga menjadi penyelamat bangsanya dari
bencana besar.10
III. PEMBAHASAN
III.1. Potensi Perempuan Sebagai Tokoh Yang Layak Terjun Ke Dunia Politik

Pada dasarnya, keberadaan perempuan dalam sebuah keluarga dianggap sebagai ibu
rumah tangga, ia berada di dapur, melayani laki-laki dan mengurus rumah, sementara laki-
laki sebagai kepala rumah tangga, sehingga sangat jarang terlihat seorang perempuan
memiliki kekuasaan di dalam keluarga. Tetapi anggapan ini ditentang oleh kaum feminis, di
mana gerakan feminis hadir karena adanya kesadaran bahwa perempuan dan laki-laki itu
setara, maka perempuan juga memiliki hak berkuasa baik dalam keluarga, khususnya dalam
dunia politik. Potensi yang dimiliki perempuan sebagai tokoh yang layak terjun ke dunia
politik dapat dilihat melalui analisa SWOT, yaitu:

 Strength (kekuatan) yang dimiliki perempuan adalah Imago Dei, atau Image of God yang
menggambarkan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian
1:26). Hal ini adalah sebuah kenyataan bahwa manusia baik laki-laki maupun perempuan
itu sama dan ditempatkan dalam hubungan khusus dengan Tuhan.11
 Weaknesses (kelemahan) yang dimiliki perempuan adalah stereotip dari perempuan itu
sendiri yang menganggap dirinya lebih rendah dari laki-laki yang menyebabkan

9
Charles R. Swindoll, The Swindoll Study Bible, (Inggris: Tyndale House Publishers, 2017), 299.
10
John C. Maxwell, NIV, The Maxwell Leadership Bible, (Inggris: Thomas Nelson, 2014), 604.
11
Dominic Robinson, Understanding the “Imago Dei”: The Thought of Barth, von Balthasar and Moltmann,
(London : Ashgate Publishing Company, 2011), 10.

4
perempuan dipandang lemah, sukar mengembangkan potensi diri, merasa bodoh,
emosional dan tidak percaya diri.
 Opportunities (peluang) yang dimiliki perempuan adalah multitasking, ia bisa melakukan
berbagai pekerjaan. Di mana perempuan bisa melakukan semua pekerjaan rumah tangga,
sekaligus melakukan pekerjaan lainnya seperti mengajar (sebagai guru atau dosen),
mengobati (sebagai dokter), khususnya dalam dunia politik.
 Threats (ancaman) yang dihadapi perempuan adalah budaya patriarki yang menyebabkan
adanya tekanan dari laki-laki kepada perempuan dan membuat penderitaan yang dialami
perempuan dibisukan.

Melalui analisa SWOT ini dapat dilihat bahwa perempuan juga dapat melakukan apa
yang dilakukan oleh laki-laki, karena kelemahan yang dimiliki perempuan tidak dapat
menghilangkan potensi yang ada dalam diri perempuan. Sehingga tidak menutup
kemungkinan bahwa perempuan juga memiliki peluang untuk terjun dalam dunia politik.

III.2. Karya Tokoh-Tokoh Perempuan Dalam Politik


 Megawati Soekarnoputri adalah seorang politisi dan presiden Indonesia (2001-2004)
sekaligus perempuan pertama yang menjadi presiden di Indonesia. Adapun beberapa
kebijakan pada masa pemerintahan Megawati antara lain: amandemen UUD 1945 dan
bentuk amandemen pembatasan masa jabatan presiden Indonesia dan pelaksanaan
pemilihan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia secara langsung/demokratis
oleh rakyat. Pemerintahan Megawati berupaya memberantas praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) dengan membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun
sebagai tindak lanjut dari keluarnya UU No. 30 Tahun 2002. Pemerintahan Megawati
juga ditandai dengan naiknya pendapatan per kapita, privatisasi BUMN dan mengatasi
masalah utang pemerintah Orde Baru. Selanjutnya, Presiden Megawati meresmikan
Provinsi NAD sesuai UU No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi NAD.
Selain fokus pada bidang ekonomi, Presiden Megawati juga memperhatikan keamanan
negara dengan menggalang kerja sama internasional untuk melawan terorisme. Megawati
mengeluarkan UU Anti Terorisme dan menghukum mati pelaku bom Bali tahun 2002.
Presiden Megawati dapat membubarkan Indosat karena BUMN terkorup, mengeluarkan
Keppres No. 34 Tahun 2003 tentang Penertiban Bisnis TNI dan mendirikan Akademi

5
Intelijen di Indonesia serta masih banyak lagi karya dan prestasi presiden Megawati pada
masa pemerintahannya sebagai presiden Indonesia.12
 Michelle Bachelet Jeria adalah seorang politikus sekaligus presiden perempuan pertama
di Chili. Pada tahun 1990, Bachelet aktif dalam politik untuk menegakkan demokrasi dan
memimpin beberapa kementerian seperti Kementerian Kesehatan dari tahun 2000-2002,
Kementerian Pertahanan dari tahun 2002-2005 yang membuat Bachelet menjadi
perempuan pertama yang memimpin Kementerian Pertahanan di negara Amerika Latin.
Pada tahun 2005, Bachelet menjadi calon presiden Chili dari Partai Sosialis dengan
kampanye yang fokus pada strategi gender yang berhasil meregenerasi keyakinan tentang
kekuatan politik dan kepemimpinan yang feminis. Begitu menjabat, Presiden Bachelet
mempromosikan kuota gender untuk partai politik dan badan legislatif nasional. Bachelet
juga mendukung keseimbangan gender dalam posisi politik, dan kabinet presidensial
pertamanya yang diangkat pada Januari 2006, di mana kabinet tersebut terdiri dari 50
persen menteri pria dan 50 persen menteri wanita. Ketika masa jabatan pertama Bachelet
berakhir pada 2009, dia segera ditunjuk untuk menjabat sebagai direktur eksekutif pendiri
UN Women. Dalam peran itu, dia memimpin badan-badan wanita PBB dan
mengadvokasi kebijakan dan program global yang menangani peran wanita dalam
mempromosikan keamanan global, pembangunan ekonomi global, dan kesetaraan gender
dengan para pemimpin dunia. Pada masa kepemimpinannya, Bachelet telah berbicara di
forum internasional tentang perlunya memberdayakan perempuan untuk berpartisipasi
dalam pembangunan ekonomi negara mereka untuk mengurangi kemiskinan global. Dia
juga mengadvokasi partisipasi wanita yang diperlukan dan setara dalam menegosiasikan
perjanjian perdamaian untuk mencapai keamanan manusia global. Presiden Bachelet
berhasil mempromosikan hak-hak perempuan, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
pendidikan, dan mereformasi sistem pensiun selama kepemimpinannya dua kali sebagai
presiden Chili (2006-2010 dan 2014-2018).13
III.3. Pengaruh Kekuasaan Perempuan Di Bidang Politik: Positif atau Negatif?

Kekuasaan perempuan dalam dunia politik sering menimbulkan masalah yaitu


masyarakat yang menganggap bahwa perempuan bukanlah tokoh yang layak terjun ke dunia
politik, serta menganggap bahwa perempuan seharusnya berada di rumah untuk mengurus

12
Ready Susanto, Para Perempuan Perkasa: Tokoh-Tokoh Wanita Berpengaruh Abad ke-20, (Bandung: Nuansa
Cendekia, 2015), 339-340.
13
Karen Garner, Women and Gender in International History: Theory and Practice, (London: Bloomsbury
Publishing, 2018), 263-265.

6
anak dan suami juga melakukan segala pekerjaan rumah tangga. Tetapi di sisi lain, kekuasaan
perempuan ini adalah sebuah kekuatan dalam memotivasi juga membangun semangat
perempuan untuk terjun ke dunia politik. Kekuasaan perempuan ini juga mampu
memperbaharui banyak hal dalam masyarakat, seperti Megawati yang mampu membentuk
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memberantas praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme. Tidak hanya itu, kehadiran perempuan dalam dunia politik ini juga menjadi ranah
untuk menunjukkan bahwa perempuan yang dipandang sebagai seseorang yang lemah juga
mampu menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat.

IV. KONTEKSTUALISASI

Setiap orang memiliki kekuasaan atas dirinya sendiri, baik laki-laki ataupun
perempuan. Namun sangat sulit untuk setiap orang berkuasa atas orang lain, khususnya dalam
bidang politik. Masih jarang ditemukan perempuan turut berkecimpung ke dunia politik,
padahal peran perempuan juga dibutuhkan untuk meningkatkan peran perempuan itu sendiri
dan menunjukkan adanya kesetaraan gender. Karena perempuan adalah ciptaan Allah yang
Imago Dei dan multitasking, ini pula yang menjadi potensi dasar perempuan untuk turut
sebagai tokoh yang layak terjun ke dunia politik.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan rangkaian kajian dan pembahasan dalam
tulisan ini adalah perempuan sebenarnya bukanlah orang yang lemah ataupun orang yang
lebih rendah dari laki-laki. Perempuan itu setara dengan laki-laki, karena perempuan adalah
ciptaan Allah yang Imago Dei dan multitasking. Sehingga perempuan juga dapat masuk
dalam dunia politik. Kekuasaan perempuan dalam politik ini membawa banyak pembaharuan
dalam masyarakat, khususnya bagi kaum perempuan. Partisipasi perempuan dalam dunia
politik membuat perempuan yang dianggap lemah ataupun lebih rendah dari laki-laki dapat
menjadi pemimpin dan berkuasa atas jabatannya sebagai pemimpin. Dan melalui politik juga
perempuan dapat memasuki ranah publik dan memiliki tanggung jawab yang besar atas
masyarakatnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Achenbach, Reinhard. 2012. Kamus Ibrani – Indonesia Perjanjian Lama. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih.
Almond, Gabriel A. 2004. Comparative Politics Today: A World View, Eight Edition. Delhi:
Dorling Kindersley Publishing Inc.
Budiardjo, Miriam. 1991. Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: Sinar
Harapan.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Garner, Karen. 2018. Women and Gender in International History: Theory and Practice.
London: Bloomsbury Publishing.
Gaus, Gerald F. & Kukathas, Chandran. 2004. Hand Of Political Theory. London: SAGE
Publications.
Haq, Ika Nidaul. DKK. 2021. Menulis Perempuan. Yogyakarta: Kandiva Buku.
Jr, Barclay M. Newman. 2012. Kamus Yunani – Indonesia untuk Perjanjian Baru. Jakarta:
Gunung Mulia.
Maxwell, John C. 2014. NIV, The Maxwell Leadership Bible. Inggris: Thomas Nelson.
Robinson, Dominic. 2011. Understanding the “Imago Dei”: The Thought of Barth, von
Balthasar and Moltmann. London : Ashgate Publishing Company.
Rodee, Carlton C. 2002. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali Press.
Susanto, Ready. 2015. Para Perempuan Perkasa: Tokoh-Tokoh Wanita Berpengaruh Abad
ke 20. Bandung: Nuansa Cendekia.
Swindoll, Charles R. 2017. The Swindoll Study Bible. Inggris: Tyndale House Publishers.

You might also like