You are on page 1of 14

Implikasi Kebijakan Moneter Dalam Pembangunan Ekonomi

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Ekonomi Moneter Islam

Dosen Pengampu:
Nur Sa’idaturrohmah, S.E.I, M.E.

Kelompok 10 :
1. Asifi Antoni Nur Habib 21602020136
2. Nila Nisatul Fitriyah 21602020143

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM TARBIYATUT THOLABAH
LAMONGAN
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis mampu merampungkan salah satu
tugas yang berbentuk makalah sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh
mata kuliah Ekonomi Moneter Islam.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari sumbangsih orang-orang
terdekat Penulis, karena itu dengan tulus Penulis sampaikan banyak terima kasih
kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Moneter Islam semester III IAI TABAH
Kranji Paciran Lamongan yang telah membimbing penulis dengan penuh
kesabaran.
2. Para Pegawai perpustakaan IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang telah
membantu kami untuk menemukan referensi yang akurat.
3. Teman-teman sekelas semester III prodi Ekonomi Syariah fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang selalu mengarahkan
dan mengingatkan penulis jika penulis terdapat kekurangan.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun
tidak mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Hal itu
dikarenakan kelemahan dan keterbatasan kemampuan Penulis semata. Saran dan
kritik yang konstruktif tetap kami harapkan dari audien/peserta diskusi yang
budiman. Akhirnya semoga makalah ini membawa manfaat tidak hanya bagi
Penulis namun juga bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Lamongan, 21 September 2022

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


KATA PENGANTAR .............................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3


A. Sejarah Perkembangan Sistem Moneter Islam ...................................... 3
B. Peranan Kebijakan Moneter Terhadap Perekonomian ........................... 4
C. Instrumen-instrumen Kebijakan Moneter .............................................. 6

BAB III PENUTUP ................................................................................. 8


A. Kesimpulan .......................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan moneter berperan sangat penting dalam perekonomian,
kehadiranya diharapkan dapat berfokus pada stabilitas harga dan
mendorong pertumbuhan output. Kebijakan moneter merupakan instrumen
bank sentral yang sengaja dirancang sedemikian rupa untuk memengaruhi
variabel-variabel finansial, seperti suku bunga dan tingkat penawaran uang.
Sasaran yang ingin dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang
baik terhadap faktor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai uang
mencerminkan stabilitas harga yang pada akhirnya akan memengaruhi
realisasi pencapaian tujuan pembangunan suatu Negara, seperti pemenuhan
kebutuhan dasar, pemerataan distribusi, perluasan kesempatan kerja,
pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas ekonomi.
Kebijakan moneter ini merupakan faktor penting dalam
perekonomian. Namun, perbedaan sistem ekonomi yang berlaku, akan
memiliki pandangan yang berbeda tentang kebijakan moneter. Sistem
ekonomi konvensial memiliki pandangan yang berbeda tentang kebijakan
moneter dengan sistem ekonomi Islam. Sistem moneter Islam merupakan
sub sistem dari sistem ekonomi Islam yang tujuan yang hendak dicapai
dalam moneter Islam diantaranya adalah untuk mewujudkan keadilan dan
kemashlahatan.
Maqashid Syariah menegakkan keadilan (Iqamah al adl), yaitu
mewujudkan keadilan dalam semua bidang kehidupan manusia dan
menghasilkan kemaslahatan (Jalb al maslahah), yaitu menghasilkan
kemaslahatan umum bukan kemaslahatan yang khusus untuk pihak tertentu.
Dalam hal ini, kebijakan moneter menjadi faktor penting dalam
menstabilisasi siklus perekonomian. 1

1
Adhitya Wardhono, Yulia Indrawati, Ciplis Gema Qoriah, Perilaku Kebijakan Bank Sentral,
(Jawa Timur: CV. Pustaka Abadi, 2019), 21.

1
Kebijakan moneter yang dikelola dengan baik akan menghasilkan
tingkat perekonomian yang stabil melalui mekanisme transmisinya pada
harga dan output, yang pada akhirnya membawa efek multiplier pada
variable-variabel lain, seperti tenaga kerja. Sebaliknya, system moneter
yang unrealiable akan membawa pada masalah inflasi dan depresi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Sistem Moneter Islam ?
2. Apa Peranan Kebijakan Moneter Terhadap Perekonomian ?
3. Bagaimana Instrumen-instrumen Kebijakan Moneter ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan Sistem Moneter Islam
2. Untuk Mengetahui Peranan Kebijakan Moneter Terhdap
Perekonomian
3. Untuk Mengetahui Instrumen-instrumen Kebijakan Moneter

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Sistem Moneter Islam
Sistem moneter modern saat ini sebagaimana tampak di banyak
Negara-negara di dunia, terdiri dari tiga level:
1. Pemegang uang (the public) yakni para individu, para pebisnis dan
unit-unit pemerintahan. Publik sendiri memegang uang dalam
bentuk currency (mata uang termasuk dalam bentuk koin) dan
dalam bentuk rekening-rekening bank.
2. Bank-bank komersial (baik milik swasta maupun milik pemerintah)
yang meminjam dari masyarakat dan memberikan pinjaman kepada
individu-individu, perusahaan-perusahaan ataupun unit-unit
pemerintahan.
3. Bank sentral, yang memonopoli permasalah uang, melayani para
banker untuk pemerintahan pusat dan bank-bank komersial. Bank
sentral memiliki kekuatan untuk menentukan jumlah uang beredar.
Sejarah perkembangan sistem moneter menunjukkan bahwa pada
masa lalu pernah dikenal dua sistem mata uang yang terdiri dari emas dan
perak. Aplikasi dari sistem tersebut tidak hanya diadopsi oleh Amerika
seikat pada tahun 1972, namun juga telah dikenal pada zaman Nabi
Muhammad SAW yang pada masa itu menggunakan dua mata uang,
dinar(emas) dan dirham(perak).2
Stabilitas rasio peredaran dinar disbanding dirham hanya terjadi
pada periode tertentu, yakni 1:10 hingga masa khalifah ke-4. Namun setelah
periode ini rationya mengalami perubahan terus menerus hingga mencapai
rasio 1:50 diberbagai negar Islam. Ketidakstabilan tersebut
mengindikasikan bahwa orang lebih senang menyimpan dalam mata uang
dinar menggunakan dirham sebagai alat transaksi sehingga peredaran dinar
semakin kecil. Fenomna inilah yang pada abad ke-16 dikenal sebagai

2
Achmad Kholiq, Teori Moneter Islam, (Cirebon: CV. ELSI PRO, 2016)46.

3
Grsham’s law yaitu: bad money trends to drive good money out of
circulation.
Sedangkan di Amerika serikat sendiri rasio gold-silver pada awalnya
hanya 1:15 namun berfluktuasinya harga kedua jenis metal tersebut
menggiring USA men-demonetasi silver pada tahun 1873. Dari gambaran
diatas dapat disimpulkan bahwa sangat sulit untuk mengaitkan kedua jenis
mata uang tersebut dalam suatu tingkat rasio tertentu sehingga akhirnya
bimetalic standard tidak dapat dipakai lagi secara universal. Selanjutnya
dimulailah masa monometalism dengan emas sebagai standar mata uang
yang berlaku secara universal.
B. Peranan Kebijakan Moneter Terhadap Perekonomian
Tugas kebijakan moneter pada uumnya jauh lebih berat dan rumit
jika dibandingkan dengan di Negara maju. Ada beberapa faktor
menyebabkan hal ini. Pertama, tugas untuk menciptakan penawaran uang
yang cukup sehingga pertambahanya dapat selalu selaras dengan jalanya
pembangunan yang memerlukan disiplin kuat di kalangan penguasa
moneter dan juga di pihak pemerintah. Kekurangan modal, dan terbatasnya
pendapatan pemerintah sering kali menimbulkan dorongan yang sangat kuat
bagi pemerintah untuk meminjam secara berlebihan pada bank sentral.
Jika ini, dilakukan laju pertambahan jumlah uang tunai dan akan
menjadi lebih cepat dari yang diperlukan. Kedua, bank sentral di Negara
asing dan mengawasi kegiatan dalam sektor luar negeri (ekspor dan impor).
Kegiatan di sektor ini sangat mudah menimbulkan inflasi Negara tersebut,
karena harga mentah yang diekspor selau naik turun. Maka, penerimaan dari
kegiatan ekspor selau mengalami perubahan yang tidak teratur. Adakalanya
tingkat kenaikan yang besar sekali, dan ada kalanya sangat merosot, akibat
dari naik turunya pendapatan ekspor kepada kestabilan ekonomi dan
kelancaran pembangunan. 3

3
Sukirno, Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar Kebijakan, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2011).

4
Dengan meningkatkan ketelitian dari kebijakan moneter yang lebih
berhati terhadap pengeluaran uang dalam negeri dan perdagangan luar
negeri, kestabilan jumlah uang beredar akan lebih terarah dan akan menjadi
penyeimbang dalam kebijakan yang dilakukan untuk pengeluaran
pemerintah yang dapat disebut dengan kebijakan fiskal. Efektifitas
kebijakan moneter yang dapat terlihat bagaimana mengembangkan sektor
pedesaan dengan baik untuk menyalurkan ke dalam unit yang
membutuhkan.
Berkaitan dengan lembaga ekonomi, terkandung konsep mengenai
pasar desa dan kemudian konsep modern mengenai agropolitan, kota
pertanian sebagai pusat perdagangan dan pelayanan jasa masyarakat
pertanian. Lembaga pasar dan agropolitan ini memfasilitasi proses
terbentuknya pasar dan ekonomi pasar. Perdagangan dan jasa membutuhkan
alat pembayaran yaitu uang. Karena itu, perkembangan pasar ikut
menumbuhkan proses monetisasi pedesaan.
Di daerah pedesaan, bank akan memiliki corak tersendiri yang
diwarnai oleh perilaku masyarakat pedesaan. Karena itu, kemudian timbul
konsep, mengenai bank pedesaan sebagai lembaga intermediasi untuk
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada mereka yang
membutuhkan. Di Indonesia, Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan
model bank pedesaan dengan ciri BRI unit desanya yang berhasil
memfasilitasi proses monetisasi pedesaan. 4
Untuk Negara berkembang, diperlakukan suatu kerjasama dengan
setiap bank umum agar mampu sebagai bank yang dapat memberikan
pinjaman selaras dengan kebijakan pemerintah untuk membantu
permodalan pada UMKM. Namun, prinsip penggunaan modal yang
diberikan kepada UMKM, diperlukan perhatian yang selektif agar bisa
menjadi cara untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi. Terhadap lembaga

4
Sukirno, Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar Kebijakan.

5
asing, juga diperlukan suatu kehati-an dalam melakukan seleksi, agar
terjadinya profesionalisme dalam tindakan yang bersifat kebijakan moneter.
C. Instrumen-Instrumen Kebijakan Moneter
Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter Islam tidak berbeda
dengan tujuan kebijakan moneter secara umum, yaitu menjaga stabilitas dari
mata uang (baik secara internal maupun eksternal), penciptaan instrumen
keuangan yang terdiversifikasi, likuiditas, transparansi system keuangan,
dan mekanisme pasar yang efektif sehingga pertumbuhan ekonomi yang
diharapkan dapat tercapai.
Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan ketulusan dan
keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia. Walaupun pencapaian
tujuan akhirnya tidak berbeda, namun dalam pelaksanaannya secara prinsip
berbeda dengan yang konvensiona terutama dalam pemilihan target dan
instrumenya. Perbedaan yang mendasar antara kedua jenis instrumen
tersebut adalah prinsip syariah tidak membolehkan adanya jaminan
terhadap nilai nominal maupun rate return (suku bunga). Oleh karena itu,
apabila dikaitkan dengan target pelaksanaan kebijakan moneter, maka
secara otomatis pelaksanaan kebijakan moneter berbasis syariah tidak
memungkinkan menetapkan suku bunga sebagai target/sasaran
operasionalnya. 5
Instrumen moneter keuangan syariah adalah hokum syariah. Hampir
semua instrumen moneter pelaksanaan kebijakan moneter konvensional
maupun surat berharga yang menjadi underlying-nya mengandung unsur
bunga. Oleh karena itu, instrument-instrumen konvensional yang
mengandung unsur bunga (bank rates, discount rate, open market operation
dengan sekuritas bunga yang ditetapkan di depan) tidak dapat digunakan
pada pelaksanaan kebijakan moneter berbasis Islam.
Tetapi sejumlah instrumen kebijakan moneter konvensional
menurut sejumlah pakar ekonomi Islam masih dapat digunakan untuk

5
Umer Chapra, Terj Towards a Just Monetary System (Jakarta: Gema Insani Press, 2000).

6
mengontrol uang dan kredit, seperti Reserve Requirement, overall and
selecting credit ceiling, moral suasion and change in monetary base.
Operasi pasar terbuka dapat juga dikendalikan melalui bentuk sekuritas
berdasarkan ekuitas (equity based type of securities).
Dalam ekonomi Islam, tidak ada sistem bunga sehingga bank sentral
tidak dapat menerapkan kebijakan discount rate tersebut. Bank sentral Islam
memerlukan instrumen yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan
ekonomi moneter dalam ekonomi Islam. Dalam hal ini, terdapat beberapa
instrumen bebas bunga yang dapat digunakan oleh bank sentral untuk
meningkatkan atau menurunkan uang beredar. 6
Penghapusan sistem bunga, tidak menghambat untuk mengontrol
jumlah uang beredar dalam ekonomi. Menurut Chapra, mekanisme
instrumen kebijakan moneter yang sesuai dengan syariah Islam harus
mencakup enam elemen yaitu:
1. Target pertumbuhan M dan Mo. Setiap tahun bank sentral harus
menetukan pertumbuhan peredaran uang (M) sesuai dengan sasaran
ekonomi nasional. Pertumbuhan M terkait erat dengan pertumbuhan
Mo (high powered money: uang dalam sirkulasi dan deposito pada
bank sentral), bank sentral harus mengawasi secara ketat
pertumbuhan Mo yang dialokasikan untuk pemerintah, bank
komersial dan lembaga keuangan sesuai proporsi yang ditentukan
beerdasarkan kondisi ekonomi, dan sasaran dalam perekonomian
Islam. Mo yang disediakan untuk bank-bank komersial terutama
dalam bentuk mudharabah harus digunakan oleh bank sentral
sebagai instrument kualitatif dan kuantitatif untuk mengendalikan
kredit.
2. Saham publik terhadap deposito atas unjuk/uang giral (public share
of demand deposit) dalam jumlah tertentu demand deposit bank-
bank komersial (maksimum 25%) harus diserahkan kepada

6
Umer Chapra, Terj Towards a Just Monetary System.

7
pemerintah untuk membiayai proyek-proyek social yang
menguntungkan.
3. Cadangan wajib resmi (statutory reserve requirement) bank-bank
komersial diharuskan memiliki cadangan wajib dalam jumlah
tertentu di bank sentral. Membantu memberikan jaminan atas
deposit sekaligus membantu penyediaan likuiditas yang memadai
bagai bank. Sebaliknya, bank sentral harus mengganti biaya yang
dikeluarkan untuk memobilisasi dana yang dikeluarkan oleh bank-
bank komersial ini.
4. Pembatasan kredit (credit ceilings) kebijakan menetapkan batas
kredit yang boleh dilakukan oleh bank-bank komersial untuk
memberikan jaminan bahwa penciptaan kredit sesuai dengan target
moneter dan menciptakan kompetisi yang sehat antar bank
komersial.
5. Alokasi kredit yang berorientasi pada nilai. Realisasi kredit harus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Alokasi kredit mengarah
pada optimisasi produksi dan distribusi barang dan jasa yang
diperlukan oleh sebagian besar masyarakat.
6. Teknik lain, teknik kualitatif dan kuantitatif diatas harus dilengkapi
dengan senjata-senjata lain untuk merealisasikan sasaran yang
diperlukan termasuk diantaranya moral suasion atau himbaun moral.
Dari literatur perbankan Islam.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem moneter modern saat ini sebagaimana tampak di banyak
Negara-negara di dunia, terdiri dari tiga level yaitu: pertama, Pemegang
uang (the public) yakni para individu, para pebisnis dan unit-unit
pemerintahan. Publik sendiri memegang uang dalam bentuk currency (mata
uang termasuk dalam bentuk koin) dan dalam bentuk rekening-rekening
bank. Kedua, Bank-bank komersial (baik milik swasta maupun milik
pemerintah) yang meminjam dari masyarakat dan memberikan pinjaman
kepada individu-individu, perusahaan-perusahaan ataupun unit-unit
pemerintahan. Ketiga, Bank sentral, yang memonopoli permasalah uang,
melayani para banker untuk pemerintahan pusat dan bank-bank komersial.
Bank sentral memiliki kekuatan untuk menentukan jumlah uang beredar.
Tugas kebijakan moneter pada uumnya jauh lebih berat dan rumit
jika dibandingkan dengan di Negara maju. Ada beberapa faktor
menyebabkan hal ini. Pertama, tugas untuk menciptakan penawaran uang
yang cukup sehingga pertambahanya dapat selalu selaras dengan jalanya
pembangunan yang memerlukan disiplin kuat di kalangan penguasa
moneter dan juga di pihak pemerintah. Kekurangan modal, dan terbatasnya
pendapatan pemerintah sering kali menimbulkan dorongan yang sangat kuat
bagi pemerintah untuk meminjam secara berlebihan pada bank sentral.
Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter Islam tidak berbeda
dengan tujuan kebijakan moneter secara umum, yaitu menjaga stabilitas dari
mata uang (baik secara internal maupun eksternal), penciptaan instrumen
keuangan yang terdiversifikasi, likuiditas, transparansi system keuangan,
dan mekanisme pasar yang efektif sehingga pertumbuhan ekonomi yang
diharapkan dapat tercapai.
B. Saran
Setitik harapan dari kami sebagai penyusun kepada semua pihak
baik pengkoreksi maupun pembaca untuk memberikan kritik dan saran

9
kepada kami. Karena makalah yang kami susun ini masih terlihat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami butuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam makalah
ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chapra, Umer. 2000. Terj Towards a Just Monetary System. Jakarta: Gema Insani Press.
Kholiq, Achmad. 2016. Teori Moneter Islam. Cirebon: CV. ELSI PRO.
Sukirno. 2011. Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Prenada
Media Group.

11

You might also like