Professional Documents
Culture Documents
Hadits Ditinjau Dari Segi Diterima Atau Ditolak
Hadits Ditinjau Dari Segi Diterima Atau Ditolak
Dosen Pengampu:
Moh. Mauluddin, S.Ud., M.Ag.
Oleh:
Ahmad Izul Arif Zairifli (22602020159)
Ummul Karomah (22602020182)
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu merampungkan salah satu
tugas yang berbentuk makalah sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh
mata kuliah Studi hadits.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari sumbangsih para orang-orang
terdekat penulis, karena itu dengan tulus penulis sampaikan banyak terima kasih
kepada:
1. Dr. Alimul Muniroh,M.Ed selaku Rektor IAI TABAH.
2. Ibu Sifwatir Rifah, SE,.M.m selaku Kaprodi Ekonomi Syariah IAI
TABAH.
3. Teman-teman yang selalu memberikan dorongan atau motivasi
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sunnah adalah segala sesuatu yang di-idhafah-kan kepada muhammad Saw yang
berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup umat manusia sepanjang zaman,
jika sumber al-qur’an dan hadits ini diimplemetasikan dalam setiap aspek kehidupan,
niscaya akan menjadi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan li al-‘alamin), dan orientasi
akhirnya adalah manusia akan selamat dan sejahtera didunia dan akhirat.
1
B. Rumusan Masalah
Apa pengertian Hadits Maqbul?
Apa pengertian Hadits Mardud?
Bagaimana dampak mempelajari Hadits Maqbul dan Mardud?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian Hadits Maqbul
Untuk mengetahui pengertian Hadits Mardud
Untuk mengetahui perbedaan Hadits Maqbul dam Hadits Mardud
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Maqbul
Hadits maqbul menurut ulama’ mustalah hadits yaitu hadits yang dinamakan dengan
hadits shahih dan hadits hasan.1 Menurut bahasa (lughah), maqbul adalah , ma’khuz
(yang diambil) dan yang mebenarkan atau diterima (mushaddaq). Sedangkan menurut
istilah hadits maqbul adalah hadits yang telah sempurna padanya, syarat-syarat
penerimaan. Syarat-syarat penerimaan suatu hadits menjadi hadits yang maqbul berkaitan
dengan sanadnya, yaitu sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil lagi
dhabit, dan juga berkaitan dengan matannya tidak syadz dan tidak ber’illat.
Secara realitas, tidak semua hadits maqbul boleh diamalkan (ma’mulun bih), akan
tetapi ada juga yang tidak boleh diamalkan (ghair ma’mulun bih).
1) ma’mulun bih
hadits muhkam yakni hadits yang memberikan peringatan jelas.
mukhtalif yakni hadits yang dapat dikompromikan dari dua buah hadits
atau lebih, yang secara lahiriyah mengandung pengertian bertentangan.
rajih yakni hadits yang lebih kuat.
nasikh yakni hadits yang menasakh terhadap hadits, yang datang terlebih
dahulu.
1
Arain Nurdin, Ahmad Fajar Shodik,studi hadits (Bantul: lembaga ladang kata, 2019), hlm 53
3
mutawaquf fih yakni hadits yang kehujjahannya ditunda, karena terjadinya
pertentangan antara satu hadits boleh dengan lainnya yang belum
diselesaikan
Dilihat dari ketentuan-ketentuan hadits maqbul seperti diuraikan diatas, maka hadits
maqbul dapat digolongkan menjadi dua yaitu hadits sahih dan hadits hasan.2
B. Hadits Mardud
Mardu artinya tidak terpenuhinya sifat-sifat yang diterima oleh orang yang
meriwayatkan dan membawanya. Oleh karena hal tersebut, hadits tersebut menjadi
tertolak. Penolakan disini bukan berarti periwayatan hadits tersebut tertolak, tetapi hadits
tersebut perlu dikroscek lagi perihal jalur periwayatanyya(Hakim, 2017:19). Sebab-sebab
suatu hadits menjadi tertolak yaitu; terputusnya sanad dan adanya cacat perawinya.
Menurut ulama’ nustalah hadits hadits mardud merupakan hadits dhaif.3
Menurut bahasa (lughah) mardud berarti “yang ditolak” atau “tidak diterima”.
Sedangkan menurut istilah ialah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat atau sebagian
syarat hadits maqbul. Tidak terpenuhinya persyaratamn dimaksud, bisa terjadi pada sanad
dan matan. Para ulama’ menyatakan bahwa hadits jenis ini lazim disebut dengan hadits
dhaif (hadits lemah).4
Adapun faktor penyebab hadits dha’if tertolak karena cacat terkait keadilan ataupun
kedha’ifan perawinya, ada 10 macam sebab, yaitu:
1. Karena dusta, haditsnya dikenal dengan sebutan hadits maudhu’
2. Karena tertuduh dusta, haditsnya dikenal dengan sebutan hadits matruk
3. Karena fisik, haditsnya dikenal dengansebutan hadits munkar
4. Karena banyak salahnya, haditsnya dikenal dengan sebutan munkar
5. Karena lupa pada hafalannya, haditsnya dikenal dengan sebutan hadits munkar
6. Karena banyak prasangka, haditsnya dikenal dengan sebutan hadits mu’allal
2
Asep hadi, memahami ilmu hadits,(bandung:tafakur(kelompok HUMANIORA)-anggota ikapi berkhidmat untuk
umat,2014), hlm 82-83
3
Arain Nurdin, Ahmad Fajar Shodik,studi hadits (Bantul: lembaga ladang kata, 2019), hlm 53
4
Asep hadi, memahami ilmu hadits,(bandung:tafakur(kelompok HUMANIORA)-anggota ikapi berkhidmat untuk
umat,2014), hlm 83
4
7. Karena menyalahi orang terpercaya
Jika kesalahannya berupa pemahaman suatu sisipan, namanya hadits
mudraj
Jika kesalahannya berupa pemutarbalikkan fakta, namanya hadits maqlub
Jika kesalahannya menukar-nukar perawi disebut hadits mudhtharib
Jika kesalahannya mengubah syakal pada huruf disebut hadits mushahhaf
Jika kesalahannya mengubah titik pada kata, disebut dengan hadits
muharrif
8. Karena tidak diketahui identitas perawinya, baik karena tidak dikenal (haditsnya
disebut sebagai hadits majhul) maupun karena tidak disebutkan/disamarkan
(haditsnya disebut hadits mubham)
9. Karena penganut bid’ah, haditsnya disebut dengan hadits mardud
10. Karena buruk hafalannya, haditsnya dikenal dengan sebutan hadits mukhtalith
Sedangkan yang tertolak karena sanadnya digugurkan atau tidak bersambung, ada
tiga macam, yaitu:
1. Jika yang digugurkan sanad pertama, disebut hadits mu’allaq
2. Jika yang digugurkan sanad terakhir (sahabat), haditsnya dikenal dengan sebutan
hadits mursal
3. Jika yang digugurkan itu dua atau lebih dan tidak berturut-turut, disebut hadits
munqathi’
Sedangkan dari sisi matan, sebuah hadits ditolak jika apa yang terkandung didalamnya
bertentangan dengan salah satu dari tiga hal berikut: ayat al-qur’an atau hadits mutawatir,
ijma’ ulama, dan matan hadits yang lebih tinggi tingkatannya.5
5
M. Ma’shum zein, ilmu memahami hadits nabi,(bantul:pustaka pesantren,2016), hlm.111-112
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut bahasa (lughah), maqbul adalah , ma’khuz (yang diambil) dan yang
mebenarkan atau diterima (mushaddaq). Sedangkan menurut istilah hadits maqbul adalah
hadits yang telah sempurna padanya, syarat-syarat penerimaan. Syarat-syarat penerimaan
suatu hadits menjadi hadits yang maqbul berkaitan dengan sanadnya, yaitu sanadnya
bersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil lagi dhabit, dan juga berkaitan dengan
matannya tidak syadz dan tidak ber’illat.
Menurut bahasa (lughah) mardud berarti “yang ditolak” atau “tidak diterima”.
Sedangkan menurut istilah ialah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat atau sebagian
syarat hadits maqbul. Tidak terpenuhinya persyaratamn dimaksud, bisa terjadi pada sanad
dan matan. Para ulama’ menyatakan bahwa hadits jenis ini lazim disebut dengan hadits
dhaif (hadits lemah).
Adapun faktor penyebab hadits dha’if tertolak karena cacat terkait keadilan
ataupun kedha’ifan perawinya, ada 10 macam sebab, yaitu: Karena tertuduh , Karena
dusta, Karena fisik, Karena banyak salahnya, Karena menyalahi orang terpercaya, Karena
banyak prasangka, Karena lupa pada hafalannya, Karena tidak diketahui identitas
perawinya, Karena penganut bid’ah, Karena buruk hafalannya
B. Saran
Makalah ini dibuat untuk para pembaca agar lebih mengetahui tentang hadits-
hadits yang diterima atau ditolak, Bukan hanya mengetahui tentang hadits secara umum
tanpa mengetahui ketentuan atau kehujjahan hadits.
6
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin Arain, Shodik Fajar Ahmad,studi hadits (Bantul: Lembaga ladang kata, 2019)
Hadi Asep, memahami ilmu hadits,(bandung:tafakur(kelompok HUMANIORA)-anggota ikapi berkhidmat
untuk umat,2014)
M. Ma’shum zein, ilmu memahami hadits nabi,(bantul:pustaka pesantren,2016)