You are on page 1of 3

TUGAS 2

NAMA : FITRIANA AFNI SHOHIHAH

NIM : 857678417

SEMESTER 6A

PEMBAHARUAN DALAM PEMBELAJARAN DI SD

1. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu


bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Hakikat pembelajaran
konstruktivistik menurut Brooks & Brooks (1993) adalah pengetahuan bersifat non-
objektif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Di dalam konstruktivisme
terdapa beberapa bagian lagi, di antaranya adalah empat prinsip konstruktivistik sosial.
Uraikan keempat prinsip tersebut!
JAWAB :
4 prinsip di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran
konstruktivistik, yaitu:
1) Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan;
2) Mengutamakan proses;
3) Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial;
4) Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.

2. Jelaskan perbedaan proses enkulturasi dan akulturasi budaya dalam pendidikan anak!
Berikanlah contohnya masing-masing
JAWAB :
Proses enkulturasi yaitu mengacu pada proses belajar di mana seseorang menjadi tahu
tentang aturan, kebiasaan, keterampilan dan nilai-nilai masyarakat. Sedanglan
akulturasi'Yang mengacu pada modifikasi budaya individu atau kelompok, karena
interaksi dengan budaya lain.
Contoh proses enkluturasi yaitu adalah seseorang anak yang sejak kecil belajar betapa
pentingnya untuk sarapan sehingga hal ini kemudian menjadi bagian dari kebudayaan
yang tertanam kuat.
Contoh akulturasi yaitu menjaga tata tertib sekolah, menjaga kebersihan rumah dan
lingkungan

3. karakteristik pembelajaran SETS yaitu, sebagai berikut


a. siswa dibawa kedalam situasi untuk pemanfaatan konsep sains yang berbentuk
teknoligi untuk kepentingan masyarakat.
b. Siswa diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi
dalam proses pengalihan (transfer) sains kedalam bentuk teknologi
c. Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungan antara unsur sains yang dipelajari
dengan undur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitam
antarunsur tersebut.
d. Siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari penggunaan
konsep sains tersebut apabila diubah dalam bentuk teknologi.
e. Dalam konteks konstruktivisme, siswa diajak berbincang tentang SETS dari berbagai
macam arah, dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang
dimiliki oleh yang bersangkutan.

4. Secara konstitusional sesungguhnya pendidikan demokrasi dan HAM sudah ada sejak
tahun 1945 yang ditujukan unuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Menurut Gandal
dan Finn (1992) terutama di Negara berkembang, Pendidikan demokrasi sering dianggap
taken for granted and ignored yaitu dianggap sebagai hal yang akan terjadi dengan
sendirinya atau malah dilupakan. Apabila dalam program pendidikan, terdapat beberapa
tuntutan terhadap paradigma baru terkait dengan demokrasi dan HAM. Uraikan tuntutan
paradigma baru dalam program pendidikan tersebut!
JAWAB :
Bila ditampilkan dalam wujud program pendidikan, paradigma baru ini menuntut hal-hal
sebagai berikut (Gandal dan Finn, 1992; Bahmuller, 1996; Winataputra; 1999): Pertama,
memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh pada
pengembangan pengertian tentang hakikat dan karakteristik aneka ragam demokrasi,
bukan hanya yang berkembang di Indonesia. Kedua, mengembangkan kurikulum atau
paket pendidikan yang sengaja dirancang untuk memfasilitasi siswa agar mampu
mengeksplorasi bagaimana cita-cita demokrasi telah diterjemahkan ke dalam
kelembagaan dan praktek di berbagai belahan bumi dan dalam berbagai kurun waktu.
Ketiga, tersedianya sumber belajar yang memungkinkan siswa mampu mengeksplorasi
sejarah demokrasi di negaranya untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan
kelemahan demokrasi yang diterapkan di negaranya itu secara jernih. Keempat,
tersedianya sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk memahami penerapan
demokrasi di negara lain sehingga mereka memiliki wawasan yang luas tentang ragam
ide dan sistem demokrasi dalam berbagai konteks. Kelima, dikembangkannya kelas
sebagai democratic laboratory, lingkungan sekolah/kampus sebagai micro cosmos of
democracy, dan masyarakat luas sebagai open global classroom yang memungkinkan
siswa dapat belajar demokrasi dalam situasi berdemokrasi, dan untuk tujuan melatih diri
sebagai warganegara yang demokratis atau learning democracy, in democracy, and for
democracy.

5. Secara keilmuan, pendidikan demokrasi dan HAM merupakan bagian integral dari
pendidikan kewarganegaraan, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan
individu menjadi warga negara yang cerdas dan baik. Salah satu model yang digunakan
adalah PKKBI. PKKBI membelajarkan siswa memiliki kepekaan sosial dan memahami
permasalahan yang terjadi dilingkungan secara cerdas. Uraikan karakteristik substansif
dan psikopedagogis PKKBI
JAWAB :
Model PKKBI memilki karakeristik substansi dan psiko-pedagogis sebagai beikut:
 Bergerak dalam konteks substansif dari sosio-kultural kebijakan publik sebagai salah satu
koridor demokrasi yang berfungsi sebagai wahana interaksi warga negara dengan negara
dalam melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya sebagai warga negara
Indonesia yang cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab, yang secara kurikuler dan
pedagogis merupakan misi utama pendidikan kewarganegaraan.
 Menerapkan model portofolio-based learning atau “model belajar yang berbasis
pengalaman utuh peserta didik” dan potofolio-assisted assesment atau ”penilaian
berbantuan hasil belajar utuh peserta didik” yang dirancang dalam desain pembelajaran
yang memadukan secara sinergis model-model social problem solving (pemecahan
masalah), social inquiry (penelitian sosial), social involement (perlibatan sosial),
cooperativel learning (belajar bersama), simulated hearing (simulasi dengar pendapat),
deep-dialogues and critical thinking (dialog mendalam dan berpikir kritis), value
clarification (klarifikasi nilai), democratic teaching (pembelajaran demokrasi)”. Dengan
demikian pembelajaran ini potensial mengahsilkan “powerful learning” atau belajar yang
berbobot dan bermakna yang secara pedagogis bercirikan prinsip “meaningful
(bermakna), integrative (terpadu), value-based (berbasis nilai), chalenging (menantang),
activating (mengaktifkan), and joyfull (menyenangkan)”.
 Kerangka operasional pedagogis dasar yang digunakan adalah modifikasi langkah
strategi pemecahan masalah dengan langkah-langkah, identifikasi masalah, pemilihan
masalah, pengumpulan data, pembuaatn portofolio, show case, dan refleksi. Sedangkan
kemasan portofolionya mencakup panel sajian/file dokumentasi dikemas dengan
menggunakan sistematika identifikasi dan pemilihan masalah, alternatif kebijakan, usulan
kebijakan, dan rencana tindakan. Sementara itu kegiatan show case didesain sebagai
forum dengar pendapat (simulated public hearing).

You might also like