You are on page 1of 16

MAKALAH KOMUNIKASI

KOMUNIKASI DENGAN KLIEN KEBUTUHAN KHUSUS

DISUSUN OLEH :

1. SUCI PRASTIKA NUGRAHENI (P1337420523036)


2. DEA SEPTIANA (P1337420523037)
3. FADILA ZAHRA NOVIYANI (P1337420523038)
4. HESTI DWI UTAMI (P1337420523039)
5. AYU UTAMI (P1337420523041)
6. GALUH PRAMESTI (P1337420523042)
7. NABILA AULYA ADISTY (P1337420523043)
8. NIKEN MARIYAM PUSPITA L (P1337420523044)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

DIII KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN AJARAN

2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia- Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik, yakni dengan judul
"Komunikasi Dengan Klien Kebutuhan Khusus".

Dengan membuat makalah ini, kami berharap kita semua mampu mengenal dan memahami
materi ini lebih dalam melalui penugasan ini diharapkan para mahasiswa dapat memahami
tentang Komunikasi Dengan Klien Kebutuhan Khusus. Selain itu, manfaat yang dapat
dirasakan adalah meningkatnya kompetensi pembelajaran para mahasiswa. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga masih belum dikatakan sempurna. Hal
ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami dalam membuatnya.

Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
dan kualitas makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman
yang lebih baik bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Magelang, 07 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Cara dan Strategi Komunikasi Pada Klien Kebutuhan Khusus ...................................... 3

1. Pada Klien Gangguan Pendengaran (Tuna Rungu)..................................................... 3

2. Pada Klien Gangguan Pengelihatan (Tuna Netra) ...................................................... 5

3. Pada Klien Gangguan Bicara (Tuna Wicara) .............................................................. 7

4. Pada Klien dengan Keadaan Tidak Sadar ................................................................... 8

5. Pada Klien dengan Gangguan Kematangan Kognitif ................................................. 8

B. Hambatan dan Strategi Penyelesaian Komunikasi Pada Klien Berkebutuhan Khusus .. 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12

B. Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan


dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat
serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok.
(Widjaja, 1986: 13). Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak
dengan orang lain. (potter & perry, 2005: 301).
Pasien berkebutuhan khusus adalah seseorang dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan orang pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. yang termasuk kedalam pasien berkebutuhan khusus antara lain
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan
prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi pasien
berkebutuhan khusus adalah orang luar biasa dan orang cacat. Karena karakteristik dan
hambatan yang dimilki, mereka memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka
memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat.
Kebutuhan khusus adalah suatu kondisi yang memerlukan pemahaman dan perlakuan
secara khusus pada pasien/anak yang mempunyai keterbatasan atau kelainan tertentu. Di
masyarakat, cukup banyak anak-anak atau orang dewasa dengan kebutuhan khusus
sehingga mereka mengalami kesulitan hidup di tengah-tengah masyarakat normal.
Sebagian mereka seperti terkucilkan/tidak diterima karena "kelainan" atau gangguannya"
dan tidak mendapatkan bantuan atau penanganan yang adekuat. Salah satu faktor yang
penyebab pasien dengan kebutuhan khusus sulit diterima masyarakat adalah
ketidakmampuannya dalam berkomunikasi/kesulitan berbahasa dan menyampaikan
pendapat, serta perilaku yang "aneh" dan sulit untuk dipahami.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1
1. Bagaimana cara dan strategi komunikasi pada klien dengan kebutuhan khusus?
2. Apa hambatan dalam komunikasi pada klien dengan kebutuhan khusus dan bagaimana
penyelesaiannya?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami cara dan strategi komunikasi pada klien dengan
kebutuhan khusus.
2. Untuk mengetahui dan memahami hambatan serta penyelesaiannya dalam komunikasi
pada klien kebutuhan khusus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara dan Strategi Komunikasi Pada Klien Kebutuhan Khusus

1. Pada Klien Gangguan Pendengaran (Tunarungu)

Pada pasien yang mengalami tunarungu, alat komunikasi yang paling umum
digunakan adalah alat visual. Pasien tersebut menerima pesan bukan dari suara yang
dibuat orang lain tetapi dengan mempelajari gerakan bibir lawan bicaranya. Kondisi
penglihatan penting bagi klien ini, jadi ketika berkomunikasi, usahakan agar sikap
dan gerakan lawan bicara dapat ditangkap oleh indera penglihatannya.
Gangguan pendengaran dapat terjadi akibat gangguan pendengaran hingga tuli.
Jenis-jenis tuli yang dikenal saat ini adalah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli
perspektif adalah tuli akibat rusaknya sistem saraf, sedangkan tuli konduktif akibat
rusaknya struktur yang menghantarkan rangsangan bunyi.

Gangguan pendengaran dibagi menjadi 3 kelompok utama, yaitu :

1. Conductive hearing loss, disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga
bagian luar atau tengah dan menyangkut masalah transmisi suara. Penyebabnya
bisa berupa penumpukan kotoran atau kotoran di telinga, infeksi atau
pertumbuhan di telinga bagian luar, lubang di gendang telinga, kondisi yang
disebut otosklerosis (yang menyebabkan tulang pendengaran menjadi kaku
dan tidak bisa bergetar) atau penyebab genetik. Biasanya dapat disembuhkan
dengan obat-obatan, namun jika hal ini tidak memungkinkan maka alat bantu
dengar seringkali dapat membantu memperbaiki kondisi tersebut.
2. Esorineural hearing loss, sebutan untuk masalah yang berhubungan dengan
telinga bagian dalam, pada koklea, saraf pendengaran, atau sistem pendengaran
pusat. Gangguan jenis ini bisa disebabkan oleh banyak hal, namun sebagian
besar disebabkan oleh rusaknya sel-sel rambut di koklea akibat penuaan atau
kerusakan akibat suara keras.
3. Mixed hearing loss adalah suatu kondisi gangguan pendengaran dengan unsur
konduktif dan sensorineural. Banyak orang dengan gangguan pendengaran
jenis ini dapat memperoleh manfaat dari penggunaan alat bantu dengar.
3
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika berkomunikasi dengan klien
gangguan pendengaran :
• Perawat benar-benar dapat memperhatikan ekspresi dan gerakan bibir
klien.
• Cobalah untuk memperjelas apa yang dikatakan dengan mengulangi apa
yang dikatakan oleh pasien.
• Kendalikan pembicaraan agar tidak mencakup terlalu banyak topik.
• Kendalikan pembicaraan agar menjadi lebih nyaman dan pelan.
• Jangan mengunyah permen karet.
• Bicaralah dengan volume normal dan jangan berteriak.
• Memperhatikan setiap detail dalam komunikasi agar dapat menerima
pesan dengan baik.
• Jika perlu, gunakan bahasa tertulis dan bahasa isyarat.
• Jika memungkinkan, rekomendasikan seseorang yang berpengalaman
berkomunikasi secara verbal dengan pasien untuk bertindak sebagai
mediator.
b. Teknik dalam berkomunikasi dengan pasien gangguan pendengaran :
• Orientasikan kehadiran anda dengan menyentuh pasien atau dengan
menempatkan diri anda di depan pasien.
• Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah secara perlahan agar pasien
lebih mudah membaca gerak bibir perawat.
• Usahakan untuk berbicara langsung di depan pasien dan pertahankan
postur tubuh serta ekspresi wajah yang netral.
• Jangan bicara sambil mengunyah sesuatu (permen karet).
• Jika memungkinkan, gunakanlah bahasa pantomim dengan gerakan yang
sederhana dan alami.
• Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari jika memungkinkan dan bila
diperlukan.
• Jika ada sesuatu yang sulit disampaikan, cobalah menyampaikan pesan
tersebut dengan menggunakan teks atau gambar (simbol).
• Dengarkan baik-baik, sabar dan jangan menyela.
• Ajukan pertanyaan sederhana yang hanya membutuhkan jawaban “ya” dan
“tidak”.

4
• Luangkan waktu untuk memahami dan merespons.
• Gunakan isyarat visual (kata-kata, gambar, dan objek) bila
memungkinkan.
• Hanya mengizinkan satu orang untuk berbicara pada satu waktu.
• Jangan berteriak atau berbicara terlalu keras.
• Beritahu pasien jika anda tidak mengerti.
• Bekerjasamalah dengan ahli terapi wicara jika perlu.

2. Pada Klien Gangguan Pengelihatan (Tunanetra)

Tunanetra merupakan kondisi dimana seseorang mengalami gangguan atau


hambatan penglihatan. Berdasarkan tingkat gangguannya, penyandang tunanetra
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu buta total (total blind) dan yang masih memiliki
sisa penglihatan (low visioan). Penyandang tunanetra mempunyai alat khusus yaitu
tongkat berwarna putih dengan garis mendatar berwarna merah. Ketika menderita
cacat tersebut, penyandang tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indera
lainnya seperti peraba, penciuman, dan pendengaran agar penyandang tuna netra
setidaknya dapat memiliki kemampuan yang sama dengan orang normal lainnya.
Gangguan penglihatan dapat terjadi karena adanya kerusakan pada organ tubuh,
seperti kornea, lensa, lensa yang keruh atau karena kerusakan pada kornea, serta
kerusakan pada saraf yang menyalurkan penglihatan dan impuls ke otak. Kerusakan
pada tingkat kognitif meliputi klien dengan cedera otak traumatis. Akibat kerusakan
penglihatan, kemampuan mengenali rangsangan selama komunikasi sangat
bergantung pada pendengaran dan sentuhan. Oleh karena itu, komunikasi yang
dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan peraba karena fungsi
penglihatan harus sedapat mungkin digantikan oleh informasi yang dapat
disampaikan oleh indera lainnya.
a. Teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan pengelihatan.
• Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami
kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran
perawat ketika anda berada didekatnya.

5
• Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda.
Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual.
• Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
• Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata-kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien.
• Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya atau memutus
komunikasi.
• Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
• Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan /
ruangan yang baru.
b. Syarat-syarat komunikasi dengan pasien tuna netra.
• Kesiapan, artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan saluarannya
harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
• Kesungguhan, artinya apapun wujud dari pesan atau informasi harus
disampaikan secara sungguh-sungguh kepada pasien.
• Ketulusan, artinya sebelum memberikan informasi atau pesan kepada
indiviu lain pemberi informasi harus yakin bahwa apa yang akan
disampaikan merupakan sesuatu yang baik serta berguna untuk si pasien.
• Kepercayaan diri, artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka
hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
• Ketenangan, artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan
disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi ataupun
memancing emosi pasien, maka dengan itu informasi akan lebih jelas.
• Keramahan, artinya bahwa keramahan merupakan kunci sukses dari
kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus akan
menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima informasi.
• Kesederhanaan, artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat
sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun
informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara
sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi
dengan baik.

6
3. Pada Klien Gangguan Bicara (Tunawicara)

Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita
suara, ataupun gangguan persarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan
wicara memerlukan kesabaran yang penuh supaya pesan atau informasi dapat
tersampaikan dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan wicara
umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau
menggunakan tulisan atau gambar.
a. Hal-hal berikut perlu di perhatikan pada saat berkomunikasi dengan pasien
gangguan wicara :
• Perawat harus memperhatikan mimik dan gerak bibir klien.
• Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali
kata-kata yang disampaikan klien.
• Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik.
• Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
• Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima
dengan baik.
• Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
• Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi lisan
dengan klien untuk menjadi mediator komunikasi.
b. Teknik dalam berkomunikasi dengan pasien gangguan wicara :
• Perhatikan apa yang disampaikan pasien dengan penuh perhatian dan
kesabaran
• Berikan waktu untuk pasien memahami dan merespon.
• Gunakan petunjuk visual seperti kata-kata, gambar, ataupun objek.
• Jangan berteriak atau berbicara terlalu keras kepada pasien.
c. Alat bantu yang dapat digunakan dalam komunikasi pada pasien kebutuhan
khusus diantaranya :
• Papan tulis dan spidol.
• Papan komunikasi dengan huruf, kata, dan gambar yang umum.
• Alarm pemanggil.
• Bahasa isyarat.

7
• Kedipan mata atau gerakan jari (untuk respon sederhana seperti ya dan
tidak).

4. Pada Klien dengan Keadaan Tidak Sadar

Ketidaksadaran mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik klien mengalami


penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan
klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut. Keadaaan tidak sadar dapat
terjadi karena adanya gangguan organik pada otak, trauma otak yang berat, syok,
pingsan, kondisi tidur dan narkose, ataupun gangguan berat yang terkait dengan
penyakit tertentu.
a. Hal-hal berikut perlu diperhatikan pada saat berkomunikasi dengan pasien
gangguan ketidaksadaran :
• Berhati-hati ketika melakukan pembicaraan verbal di dekat klien karena
ada kayakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terakhir yang
mengalami penurunan penerimaan rangsang pada seseorang yang
mengalami tidak sadar dan yang menjadi pertama kali berfungsi pada
waktu sadar.
• Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan kita.
• Ucapkan kata kata sebelum menyentuh klien, karena dengan sentuhan
dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif.
• Mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien
pada komunikasi yang dilakukan.

5. Pada Klien dengan Gangguan Kematangan Kognitif

Gangguan kematangan kognitif dapat disebabkan oleh beberapa penyakit,


diantaranya penyakit retardasi mental, down syndrome, ataupun situasi sosial
seperti pendidikan rendah, dan kebudayaan primitif). Komunikasi yang dilakukan
pada klien gangguan kematangan kognitif sebaiknya memperhatikan prinsip
komunikasi bahwa komunikasi dilakukan dengan pendekatan komunikasi efektif.
a. Teknik dalam berkomunikasi dengan pasien gangguan kematangan kognitif :
• Berbicara dengan jelas dan terbatas.
• Hindari berbicara menggunakan istilah yang dapat membingungkan
pasien.

8
• Gunakan kata pengganti yang lebih mudah dimengerti oleh pasien, seperti
gambar dan simbol.
• Gunakan nada bicara yang relatif datar dan pelan agar pasien lebih mudah
memahami informasi yang disampaikan.
• Lakukan pengulangan dan tanyakan kembali maksud pesan yang diterima
oleh pasien.
• Berhati-hati dalam menggunakan komunikasi non verbal karena dapat
menimbulkan makna yang berbeda pada pasien.

B. Hambatan dan Strategi Penyelesaian Komunikasi Pada Klien Berkebutuhan


Khusus

Adapun beberapa hambatan dalam komunikasi pada klien berkebutuhan khusus


diantaranya yaitu :

1. Gangguan bahasa
Bahasa adalah apa yang disampaikan dengan kata-kata (ujaran) dan bukan
tulisan. Hal ini sesuai dengan kaidah pertama bahasa, yakni sebagai
lambang bunyi. Seorang pembicara akan selalu sadar apa yang akan ia katakan,
tetapi ia tidak sadar bagaimana ia mengatakannya. Akan tetapi, tidak semua orang
dapat menggunakan bahasa dengan baik dan mudah. Ada sebagian orang yang
memerlukan kebutuhan khusus karena la bermasalah atau mengalami gangguan
dalam menggunakan bahasa.
Gangguan bahasa merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan dalam
komunikasi dengan indikasi klien mengalami kesulitan atau kehilangan dalam
proses simbolisasi. Kesulitan simbolisasi ini mengakibatkan seseorang tidak
mampu memberikan simbol yang diterima dan sebaliknya tidak mampu mengubah
konsep pengertiannya menjadi simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang
lain dalam lingkungannya. Gangguan ini adalah satu bentuk, kegagalan klien dalam
mencapai tahapan perkembangannya sesuai dengan perkembangan bahasa anak
normal seusianya.
Beberapa bentuk gangguan bahasa adalah keterlambatan dalam perkembangan
bahasa dan afasia seperti uraian berikut.
• Keterlambatan dalam perkembangan bahasa.

9
Kelambatan perkembangan bahasa antara lain disebabkan keterlambatan
mental intelektual, tunarungu, afasia congenital, autisme, disfungsi minimal
otak, dan kesulitan belajar Anak-anak yang mengalami sebab-sebab tersebut
terlambat dalam perkembangan kemampuan bahasa sehingga anak
mengalami kesulitan transformasi yang diperlukan dalam komunikasi.
Gangguan tingkah laku tersebut sangat memengaruhi proses pemerolehan
bahasa di antaranya kurang perhatian dan minat terhadap rangsangan yang
ada di sekelilingnya, perhatian yang mudah beralih, konsentrasi yang
kurang baik, nampak mudah bingung, cepat putus asa, kreativitas dan daya
khayalnya kurang, serta kurangnya pemilikan konsep diri.
• Afasia
Afasia adalah salah satu jenis kelainan bahasa yang disebabkan adanya
kerusakan pada pusat-pusat bahasa di cortex cerebry. Secara klinis afasia
dibedakan menjadi berikut.
a. Afasia sensoris, yaitu kelainan yang ditandai dengan kesulitan dalam
memberikan makna rangsangan yang diterimanya. Bicara spontan
biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan dengan situasi
pembicaraan atau konteks komunikasi.
b. Afasia Motoris, ditandai dengan kesulitan dalam mengoordinasikan
atau menyusun pikiran, perasaan, dan kemauan menjadi simbol yang
bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Bicara lisan tidak lancar,
terputus-putus, dan sering ucapannya tidak dimengerti orang lain.
Apabila bertutur kalimatnya pendek-pendek dan monoton. Seorang
dengan kelainan ini mengerti dan dapat menginterpretasikan
rangsangan yang diterimanya, hanya untuk mengekspresikannya
mengalami kesulitan.
c. Afasia konduktif, yaitu kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam
meniru pengulangan bunyi-bunyi bahasa. Pada ucapan kalimat-
kalimat pendek cukup lancar, tetapi untuk kalimat panjang mengalami
kesulitan.
d. Afasia amnestik, yaitu kelainan yang ditandai dengan kesulitan dalam
memilih dan menggunakan simbol- simbol yang tepat. Umumnya
simbol yang dipilih yang berhubungan dengan nama, aktivitas, dan
situasi yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan.
10
2. Gangguan Bicara
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan bicara.
Perkembangan bahasa seseorang akan memengaruhi perkembangan bicara.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh situasi, dan kondisi lingkungan ketika anak
dibesarkan. Kelainan bicara merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan
perilaku komunikasi yang ditandai dengan adanya kesalahan proses produksi bunyi
bicara. Kelainan proses produksi menyebabkan kesalahn artikulasi baik dalam titik
artikulasinya maupun cara pengucapannya, akibatnya terjadi kesalahan seperti
penggantian/substitusi atau penghilangan.
Secara klinis, kelainan bicara dlam hubungannya dengan penyebab kelainannya
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu disaudia, dislogia, disartria,
displosia, dan dislalia. atau gangguan koordinasi otot alat-alat ucap atau organ
bicara karena adanya kerusakan susunan syaraf pusat. Gangguan ini disebabkan
oleh beberapa keadaan, yaitu akibat spastisitas atau kekakuan otot-otot bicara,
lemah otot-otot organ bicara, gangguan koordinasi gerakan-gerakan fonasi,
artikulasi dan resonansi, penurunan gerak dari otot-otot organ bicara trhadap
rangsangan dari pusat/cortex, dan kegagalan bicara karena adanya gerakan
yang tidak disengaja.
3. Gangguan Suara
Gangguan suara, yaitu salah satu jenis gangguan komunikasi yang disebabkan
adanya gangguan pada proses produksi suara.

Adapun upaya atau cara mengatasi hambatan dalam berkomunikasi dengan pasien
berkebutuhan khusus :

• Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti bersama.


• Melakukan pendekatan secara personal.
• Meminta bantuan dengan anggota keluarga yang bersangkutan.
• Menggunakan media tambahan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi kepada orang lain. Dimana
komunikasi dapat dilakukan baik secara verbal maupun non verbal yang dapat dipahami
oleh semua orang. Komunikasi dalam keperawatan merupakan suatu hal yang sangat
penting yang dimana dengan melakukan komunikasi dapat meningkatkan kualitas
perawatan pada pasien.

Kebutuhan berkomunikasi merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dalam


kehidupan suatu individu. Namun dengan demikian terdapat beberapa individu yang
memiliki hambatan dalam perkembangan fisik maupun psikologisnya yang
mempengaruhi pada kemampuannya dalam berkomunikasi. Hal ini dapat dijumpai
pada pasien berkebutuhan khusus. Dimana bentuk keterbatasan mereka yang bervariasi
maka model komunikasi yang dilakukan oleh perawat harus menyesuaikan kondisi
hambatan perkembangan yang terjadi pada pasien tersebut.

Beberapa gangguan perkembangan fisik maupun psikologis yang terjadi meliputi


tuna rungu, tuna netra, tuna wicara, gangguan genetik, gangguan jiwa, dan sebagainya.
Dimana pada pasien tersebut mempunyai cara berkomunikasi yang berbeda-beda.
Adapun hambatan yang terjadi dalam komunikasi pada klien kebutuhan khusus yaitu
gangguan bahasa, gangguan bicara, dan gangguan suara.

B. Saran

Demikianlah makalah yang penulis buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan
dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aulia Asman, T. T. (2023). Komunikasi Keperawatan. Pradina Pustaka.

Melinda Restu Pertiwi, S. N. (2022). Komunikasi Terapeutik Dalam Kesehatan. Rizmedia


Pustaka Indonesia.

Wijaya, H., Rosyadi, A., & Kurniawan, K. (2023). Komunikasi Farmasi : Komunikasi Yang
Efektif Dalam Praktik Farmasi. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

13

You might also like