Professional Documents
Culture Documents
Program Imunisasi
Program Imunisasi
❑ HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami dan menjelaskan program
imunisasi sesuai dengan pedoman yang ada
B. Imunisasi Tambahan
1. Crash Program
2. PIN/Sub PIN
3. Outbreak Response Immunization (ORI)
IMUNISASI
Imunisasi Program
Dasar Lanjutan Imunisasi yang di berikan sesuai Imunisasi bagi orang yang
Imunisasi pada bayi, • Anak bawah dua kajian epidemiologi di suatu menuju dan dari tempat
yaitu: tahun: daerah, endemis jenis PD3I
• Hepatitis B ✔DPT-HB-Hib • Crash program tertentu
• BCG ✔Campak Rubela • PIN/Sub PIN • Imunisasi Meningitis
• Polio Tetes (OPV) • Anak Usia • Imunisasi dalam Meningokokus
• DPT-HB-Hib SD/Sederajat (BIAS): penanggulangan KLB • Imunisasi Yellow Fever
• Polio Suntik (IPV) ✔Campak Rubela (Outbreak Response (Demam Kuning)
• Campak Rubela ✔DT Immunization/ • Imunisasi Rabies
• PCV ✔Td ORI) • Imunisasi Polio
• Rotavirus ✔HPV
• WUS yaitu Td
Imunisasi Dasar pada Bayi
Umur Jenis Imunisasi
< 24 Jam Hepatitis B (HB-0)
1 Bulan BCG dan OPV1
2 Bulan DPT-HB-Hib 1 dan OPV2, PCV 1, RV 1*
3 Bulan DPT-HB-Hib 2 dan OPV3, PCV 2, RV 2*
4 Bulan DPT-HB-Hib 3, OPV4 dan IPV 1, RV 3*
9 Bulan Campak-Rubela, IPV 2**
10 Bulan JE***
Keterangan :
*) dilaksanakan di wilayah introduksi mulai tahun 2022, akan diperluas ke seluruh provinsi
secara bertahap
**) dilaksanakan di wilayah introduksi mulai tahun 2022, akan diperluas ke seluruh provinsi secara bertahap (kecuali DIY)
***) dilaksanakan di wilayah endemis
Imunisasi Lanjutan pada Baduta
Imunisasi pada anak dibawah usia dua tahun terdiri dari imunisasi
PCV, DPT HB-Hib dan Campak Rubela
12 Bulan PCV 3
DPT-HB-Hib 4
18 Bulan
Campak-Rubela 2
Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia SD/Sederajat
Strategi:
• Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan kegiatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
• Bagi sasaran yang tidak bersekolah, dilaksanakan di posyandu, puskesmas
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya maupun Lembaga Kesejahteraan
Sosial Anak (LKSA)
Sasaran
Status
Interval Minimal Pemberian Masa Perlindungan
Imunisasi
T1 - -
T2 4 Minggu setelah T1 3 Tahun
T3 6 Bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 Tahun setelah T3 10 Tahun
T5 1 Tahun setelah T4 > 25 Tahun
Menghitung Cakupan Imunisasi
Denominator numerator Rumus
Target cakupan per antigen adalah minimal 95%, merata di seluruh wilayah
Imunisasi Kejar
DOFU BLF
(Drop-out Follow Up) (Backlog Fighting)
Kajian
epidemiologis
oleh petugas
surveilans
IMUNISASI TAMBAHAN
1. Crash Program
2. PIN/Sub PIN
3. Outbreak Response Immunization (ORI)
Pemberian imunisasi
tambahan pada sasaran tanpa Crash Program
memandang status
imunisasi sebelumnya yang
dilaksanakan pada wilayah
yang memerlukan intervensi
secara cepat untuk menutup
kesenjangan imunitas dalam Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan
rangka mencegah terjadinya
KLB crash program adalah:
1. Peningkatan kasus dan kejadian KLB PD3I
tinggi ;
Luas wilayah dan kelompok usia
sasaran ditentukan berdasarkan kajian 2. Desa/kelurahan selama tiga tahun
epidemiologi
berturut-turut tidak mencapai UCI; dan
3. Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
Petugas
surveilans
PIN/Sub-PIN
POLIO • Respon cepat terbatas kemudian dilanjutkan dengan Sub PIN sejumlah 2 putaran
dengan wilayah yang lebih luas, berdasarkan kajian epidemiologi.
❑ Interval waktu antara putaran pertama dan kedua adalah 1 bl.
❑ Sasaran adalah anak usia <5 tahun atau dapat ditingkatkan
menjadi 10-15 tahun bahkan seluruh populasi, berdasarkan
kajian epidemiologi.
❑ Jumlah sasaran berkisar 2 jt sasaran untuk KLB Polio tipe 1
atau tipe 3, sedangkan untuk KLB Polio tipe 2 berkisar 1-4 juta
sasaran.
❑ Target cakupan Sub PIN adalah minimal 95% untuk masing-
masing putaran.
• Apabila teridentifikasi adanya kabupaten/kota atau wilayah dengan cakupan Sub PIN
yang rendah, sehingga masih banyak sasaran yang belum mendapat imunisasi,
maka Sub PIN dapat dilanjutkan dengan kegiatan Mop-Up.
• Tindak lanjut: RCA dan jadwalkan pemberian imunisasi bagi sasaran yang belum
Analisa Situasi
Advokasi,
(Didukung Mikroplaning
koordinasi dan
Dengan Kajian
sosialisasi
Epidemiologis)
Mekanisme Identifikasi/
Pendataan
Perhitungan
kebutuhan
Menyusun
strategi dan
Pelaksanaan sasaran vaksin dan
logistik, SDM
jadwal
pelaksanaan
Imunisasi dan
pembiayaan
Tambahan
VAKSIN VACCINIA
VAKSIN Vaksin adalah suatu produk biologi yang terbuat dari kuman
atau komponen kuman (bakteri, virus) yang telah dilemahkan
atau dimatikan, racun kuman (toxoid) atau rekombinan yang
dapat merangsang timbulnya respon antibodi spesifik secara
aktif terhadap penyakit tertentu.
Klasifikasi Vaksin (1)
PENGGOLONGAN BERDASARKAN KANDUNGAN
Bibit penyakit
yang Bibit penyakit Rekombinan
dilemahkan yang
dimatikan
(live Hep. B, HPV
(inactivated)
attenuated)
■Hepatitis B
■Td
■ PCV
■BCG
HS Gol. vaksin yang akan rusak ■ Polio tetes (OPV)
(Heat Sensitive) terhadap paparan panas yang ■ Campak-rubela
■ RV
Jenis Vaksin
Jangan menyimpan
vaksin di pintu
Penanganan Vaksin di Unit Pelayanan (1)
Di Puskesmas dan Unit Pelayanan Statis Lainnya
⮚Vaccine Refrigerator adalah tempat menyimpan vaksin pada suhu yang ditentukan
yaitu antara 2cC sd 8oC
⮚ Vaccine Freezer adalah tempat menyimpan vaksin pada suhu yang ditentukan
yaitu antara -15oC s/d -25oC
⮚Vaccine refrigerator dan freezer harus memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI) dan Performance Quality and Safety (PQS) dari WHO.
Vaccine Carrier
Alat Mempertahankan Suhu Vaksin
Peralatan yang ditempatkan dalam sarana Peralatan yang ditempatkan dalam sarana penyimpanan vaksin
yang dapat menyimpan data suhu selama 30 hari dengan
penyimpanan vaksin yang dapat
interval pencatatan yang disesuaikan (misal setiap 7 menit).
menampilkan suhu pada saat pengamatan.
Alat Pemantau Suhu (2)
3. Alat Pemantau Paparan Suhu Dingin 4. Alat Pemantau Paparan Suhu Panas
Peralatan yang ditempatkan dalam sarana Alat pemantau paparan suhu panas yang digunakan dalam
penyimpanan vaksin yang dapat menampilkan program imunisai adalah VVM (Vaccine Vial Monitor). VVM
indikator tertentu jika vaksin terpapar suhu biasanya tercantum dalam label kemasan vaksin. VVM memiliki
beku. beberapa manfaat antara lain memberikan peringatan kepada
petugas kapan harus menolak atau tidak menggunakan vaksin,
memungkinkan vaksin disimpan/dipakai di luar rantai dingin,
dan memberikan petunjuk vaksin mana yang harus lebih dahulu
didistribusikan/digunakan.
Referensi