You are on page 1of 103

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN BERBASIS RISET DENGAN PENDEKATAN STEM
EDUCATION DAN PENGARUHNYA TERHADAP KETERAMPILAN
METAKOGNISI MAHASISWA DALAM MEMECAHKAN
MASALAH PEMANFAATAN CASCARA

DISERTASI

Oleh:
Nurul Komaria
NIM. 190230104001

Promotor : Prof. Dr. Suratno, M.Si


Co Promotor 1 : Dr. Sudarti, M.Kes
Ko Promotor 2 : Prof. Drs. Dafik, M.Sc. ,Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (S3)


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS RISET DENGAN PENDEKATAN STEM
EDUCATION DAN PENGARUHNYA TERHADAP KETERAMPILAN
METAKOGNISI MAHASISWA DALAM MEMECAHKAN
MASALAH PEMANFAATAN CASCARA

DISERTASI

Oleh:
Nurul Komaria
NIM. 190230104001

Promotor : Prof. Dr. Suratno, M.Si


Ko Promotor 1 : Dr. Sudarti, M.Kes
Ko Promotor 2 : Prof.Drs. Dafik, M.Sc. ,Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (S3)


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

i
PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, saya
persembahkan tesis ini untuk :
1. Ibunda Susyati dan Ayahanda Mohammad Syafi’i yang telah tiada lelah
memberikan dukungan untuk saya, mendidik dan membesarkan dengan cinta
dan kasih sayang, memberi motivasi, menasehati, mendoakan dan
mengorbankan apapun dan tidak pernah mengharap balasan terkecuali
mengharap senyum dan kesuksesan anaknya sehingga dapat berguna bagi
keluarga, agama, masyarakat, nusa dan bangsa Indonesia;
2. Bapak dan Ibu guru dari TK, SD, SMP, SMA, hingga PTN yang telah
memberikan bekal ilmu yang bermanfaat dan bimbingan dengan sepenuh
hati;
3. Kakak dan adik saya tercinta yaitu Imam Gozali dan Umi Haudiah yang
selalu menyemangati, menyayangi dan selalu menghibur saya;
4. Suamiku Giaz Adi Martha dan Anakku tercinta Syafania Tanisha Zaara Mecca
yang segalanya untuk saya;
5. Semua keluargaku terima kasih untuk do’a, dukungan serta kasih sayang yang
sudah diberikan;
6. Almamater Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang selalu saya
banggakan.

ii
MOTTO

“Pendidikan merupakan senjata yang paling ampuh untuk merubah dunia”

(Nelson Mandela)

“Rahasia kesuksesan adalah melakukan hal yang biasa dengan cara yang
tidak biasa”

(John. D Rockefeller Jr.)

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nurul Komaria, S.Pd.,M.Pd
NIM : 190230104001
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Pengembangan
perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis riset dengan
pendekatan STEM Education dan pengaruhnya terhadap keterampilan
metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah pemanfaatan cascara”
adalah benar – benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi
disebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan
karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya
sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapatkan sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 2023
Yang menyatakan

Nurul Komaria, S.Pd.,M.Pd


NIM. 190230104001

iv
DISERTASI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN BERBASIS RISET DENGAN PENDEKATAN STEM
EDUCATION DAN PENGARUHNYA TERHADAP KETERAMPILAN
METAKOGNISI MAHASISWA DALAM MEMECAHKAN
MASALAH PEMANFAATAN CASCARA

Oleh:
Nurul Komaria
NIM. 190230104001

Promotor : Prof. Dr. Suratno, M.Si


Ko Promotor 1 : Dr. Sudarti, M.Kes
Ko Promotor 2 : Prof. Drs. Dafik, M.Sc. ,Ph.D

v
PERSETUJUAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN BERBASIS RISET DENGAN PENDEKATAN STEM
EDUCATION DAN PENGARUHNYA TERHADAP KETERAMPILAN
METAKOGNISI MAHASISWA DALAM MEMECAHKAN
MASALAH PEMANFAATAN CASCARA

DISERTASI

Diajukan untuk Dipertahankan di Depan Tim Penguji Guna Menyelesaikan


Pendidikan Program Pascasarjana, Program Studi Doktor Pendidikan IPA,
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember

Oleh
Nama Mahasiswa : Nurul Komaria, S.Pd.,M.Pd
NIM : 190230104001
Jurusan : Pendidikan MIPA
Angkatan Tahun : 2019
Daerah Asal : Jember
Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 22 Februari 1993
Disetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Suratno, M.Si Dr. Yushardi, S.Si, M.Si


NIP. 19670625 199203 1 003 NIP. 19650420 199512 1 001

vi
PENGESAHAN

Tesis berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Sinektik dengan Pendekatan CTL


(Contextual Teaching And Learning) pada Pembelajaran IPA SMP Daerah Perkebunan Kopi
Efektivitasnya Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif, Keterampilan Metakognisi Dan Hasil
Belajar” telah diuji dan disahkan pada :
hari :
tanggal :
tempat : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember

Tim Penguji
Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Suratno, M.Si Dr. Yushardi, S.Si, M.Si


NIP. 19670625 199203 1 003 NIP. 19650420 199512 1 001

Anggota I, Anggota II, Anggota III

Prof. Dr. Joko Waluyo, M.Si Dr. Dra. Dwi Wahyuni, M.Kes Prof. Dr. Sutarto, M.Pd
NIP. 19571028 198503 1 001 NIP. 19600309 198702 2 00 NIP. 19580526 198503 1 001

Mengesahkan
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember,

Prof. Drs. Dafik, M.Sc, Ph. D


NIP. 19680802 199303 1 004

vii
RINGKASAN

Pengembangan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran


berbasis riset dengan pendekatan STEM Education dan pengaruhnya
terhadap keterampilan metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah
pemanfaatan cascara; Nurul Komaria, 190230104001; 2023; xx halaman;
Program Studi Doktor Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember

Kopi merupakan komoditi Indonesia dalam subsektor perkebunan yang


memegang peranan penting dalam perekonomian global. Seluruh bagian kopi
dapat dimanfaatkan tak terkecuali bagian cascara. Alternatif solusi yang dapat
dilakukan dalam pemanfaatan cascara sebagai produksi. Walaupun banyak proses
pengolahan, cascara masih belum banyak disukai orang. Perlu inovasi untuk
memperbaiki cita rasa. Salah satu upaya untuk memperbaiki cita rasa dan aroma
adalah proses fermentasi. Salah satu inovasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan
memberikan paparan medan magnet pada cascara. Pengenalan materi cascara
dapat dilakukan dengan model pembelajaran berbasis riset. Pembuatan bahan ajar
dapat menggunakan berbagai macam pendekatan untuk mengembangkannya.
Bahan ajar sains yang sesuai pada tingkat atas dikembangkan menggunakan
simulasi dan model konseptual, matematika dan komputasi yang canggih. Salah
satu pendekatan yang sesuai digunakan yaitu STEM
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses pengembangan, hasil
pengembangan, pengaruh penerapan, fase potrait dan monograph hasil
pengembangan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis riset
dengan pendekatan STEM education dan pengaruhnya terhadap keterampilan
metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah pemanfaatan cascara. Proses
pengembangan perangkat pembelajaran terdiri dari lima tahap yaitu analyse,
design, development, Implementation dan evaluation. Hasil pengembangan
perangkat berupa silabus, RPS (Rencana Pekan Semester), RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), LKM (Lembar Kerja Mahasiswa), dan TAR (Tes
Aktivitas Riset). Produk dapat dikatakan valid jika didapatkan dari instrumen
yang valid serta produk yang dihasilkan juga telah memenuhi kriteria valid.
Validitas hasil pengembangan dapat dilihat dari hasil validasi instrument dan
produk. Rerata hasil validasi seluruh instrumen sebesar 94,5% dengan kategori
sangat valid. Hasil validasi produk menunjukkan bahwa rerata hasil validasi
silabus oleh ahli sebesar 96,3% dengan kriteria sangat valid dan rerata hasil
validasi praktisi sebesar 100% dengan kriteria sangat valid. Rerata hasil validasi
rencana pembelajaran semester (RPS) oleh ahli sebesar 95,6% dengan kriteria
sangat valid dan rerata hasil validasi praktisi sebesar 91,6% dengan kriteria sangat
valid. rerata hasil validasi silabus oleh ahli sebesar 96,3% dengan kriteria sangat
valid dan rerata hasil validasi praktisi sebesar 100% dengan kriteria sangat valid.
Rerata hasil validasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) oleh ahli sebesar
96,9% dengan kriteria sangat valid dan rerata hasil validasi praktisi sebesar 90,2%
dengan kriteria sangat valid. Rerata hasil validasi lembar kerja mahasiswa (LKM)
oleh ahli sebesar 90,8% dengan kriteria sangat valid dan rerata hasil validasi

ii
praktisi sebesar 96,6% dengan kriteria sangat valid. Rerata hasil validasi pre-test
dan post-test oleh ahli sebesar 82,9% dengan kriteria sangat valid dan rerata hasil
validasi praktisi sebesar 82,1% dengan kriteria sangat valid.
Hasil penelitian aspek kepraktisan, nilai indikator yang diperoleh pada
setiap pertemuan memiliki rata-rata keseluruhan skor hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran yaitu 36.6 dan presentase rata-rata sebesar 91.6%.
Maka dapat disimpulkan bahwa kriteria hasil observasi keterlaksanaan
pembelajaran dan presentase skor memenuhi kriteria sangat baik. Data respon
dosen terhadap pengembangan perangkat pembelajaran untuk indicator
pendahuluan memiliki rerata 100% dengan kategori sangat baik. Indicator inti
memiliki rerata 83.9% dengan kategori sangat baik. Indicator penutup memiliki
rerata 89.1% dengan kategori sangat baik. Data respon mahasiswa untuk rerata
indikator minat terhadap pembelajaran 76.6 dengan kategori baik, kegunaan
mengikuti pembelajaran untuk bab selanjutnya, yaitu 75.7 dengan kategori baik.
Rerata ketertarikan mengikuti pembelajaran untuk bab selanjutnya, yaitu 75
dengan kategori baik. Hal Ini berarti perangkat yang dikembangkan memenuhi
kriteria praktis.
Hasil penelitian aspek efektif, berdasarkan hasil rekapitulasi keterampilan
metakognisi mahasiswa dapat disimpulkan bahwa terdapat 40 dari 50 mahasiswa
dengan perolehan nilai diatas 75 dengan persentase ketuntasan sebesar 90% yang
artinya tuntas secara klasikal. Berdasarkan hasil uji paired sampel t-test
didapatkan nilai table t-hitung, nilai signifikasi 2-tailed 0,05 yang berarti ada
perbedaan secara signifikan antara nilai pre-test dan post-test. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan penggunaan penerapan
perangkat pembelajaran RBL-STEM dalam meningkatkan keterampilan
metakognisi mahasiswa. Berdasarkan hasil uji independent sample test diperoleh
hasil uji-t pada tingkat kepercayaan nilai sig 5% (2-tailed) adalah 0.000 < 0.05
sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
keterampilan metakognisi pada kelas control dan eksperimen pada saat perangkat
pembelajaran RBL-STEM diterapkan. Kesimpulannya adalah penerapan
perangkat pembelajaran RBL-STEM dapat meningkatkan keterampilan
metakognisi mahasiswa dalam menyelesaikan masalah pemanfaatan cascara untuk
teh herbal kesehatan.
Melalui pemberian tugas dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti
dapat menemukan alur berpikir mahasiswa yang digambarkan dalam phase
portrait dengan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang mereka
kumpulkan. Kemampuan mahasiswa dikelompokkan menjadi 3 yaitu mahasiswa
dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Pengkategorian ini dibuat oleh
peneliti mengikuti pedoman universitas. Dengan mengembangkan keterampilan
metakognitif mereka, individu dapat menjadi pemecah masalah yang lebih efektif
dan membuat keputusan yang lebih tepat mengenai penggunaan cascara untuk teh
herbal. Perencanaan dan kehati-hatian diperlukan saat mengawetkan ceri untuk
membuat cascara, sehingga berpotensi menjadikannya minuman spesial premium
dengan berbagai potensi manfaat.

iii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul “Pengembangan
perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis riset dengan
pendekatan STEM Education dan pengaruhnya terhadap keterampilan
metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah pemanfaatan cascara”.
Disertasi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan
pascasarjana (S3) pada Program Studi Doktor Pendidikan IPA Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Bambang Soepeno, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Jember;
2. Dr. Dwi Wahyuni, M.Kes., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember dan selaku Dosen Penguji
Anggota, yang telah membimbing, memberi motivasi dan memberikan
dukungan demi kesempurnaan disertasi ini;
3. Dr. Sudarti, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember
4. Prof. Dr. Suratno, M.Si., selaku Promotor dan selaku Dosen Pembimbing
Akademik, yang telah membimbing, memberi motivasi dan memberikan
dukungan demi kesempurnaan disertasi ini ;
5. Dr. Sudarti, M.Kes selaku Ko Promotor, yang telah membimbing, memberi
motivasi dan memberikan dukungan demi kesempurnaan disertasi ini;
6. Prof. Drs. Dafik, M.Sc, Ph.D selaku Ko Promotor, yang telah membimbing,
memberi motivasi dan memberikan dukungan demi kesempurnaan disertasi
ini;
7. Seluruh Dosen Program Studi Doktor Pendidikan IPA Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Jember, atas segala bimbingan dan ilmu yang
telah diberikan selama ini;

iv
8. Bevo Wahono, M.Pd. Ph.D., Prof. Dr. Indrawati, M.Pd., Ir. Agus Santoso,
M.Si., Yani Subaktillah, S.TP.,M.P. selaku validator yang telah memberikan
kritik dan saran untuk penelitian saya;
9. Ir. Agus Santoso, M.Si., Yani Subaktillah, S.TP.,M.P.selaku dosen Politeknik
Negeri Jember, yang telah membantu penelitian
10. Suamiku “Giaz Adi Martha”, terimakasih sudah mengajarkan arti sebuah
kesabaran, keikhlasan, tanggung jawab serta selalu berpikir positif terhadap
suatu hal;
11. Teman-temanku Angkatan 2019 Program Studi Doktor Pendidikan IPA FKIP
Universitas Jember, yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan
kenangan yang tak terlupakan;
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap, semoga tesis ini dapat
bermanfaat.

Jember, 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.3 Tujuan ................................................................................................ 8
1.4 Luaran Penelitian ................................................................................ 9
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 9
1.6 Batasan Masalah .................................................................................. 10
1.7 Kebaharuan Penelitian ....................................................................... 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12
2.1 Perangkat Pembelajaran..................................................................... 12
2.1.1 Silabus ......................................................................................... 12
2.1.2 Rencana Pembelajaran Semester ................................................. 13
2.1.3 Rencana Pelaksanaan Perkuliahan............................................... 14
2.1.4 Tes Hasil Belajar ......................................................................... 14
2.1.5 Lembar Kerja Mahasiswa ............................................................ 15
2.2 STEM... ................................................................................................ 16
2.2.1 State of The Art STEM................................................................ 19
2.3 Metakognisi .......................................................................................... 20
2.3.1 Definisi Metakognisi ................................................................... 20
2.3.2 Metakognisi dalam pemecahan masalah cascara......................... 21
2.4 Pemanfaatan Cascara ......................................................................... 26
2.4.1 State of The Art Kajian Cascara .................................................. 28
2.5 Research Based Learning(RBL)......................................................... 29
2.5.1 State of The Art RBL ................................................................. 33

vi
2.6 Kerangka Konseptual .......................................................................... 35
BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 36
3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 36
3.2 Jenis Penelitian .................................................................................... 36
3.2 Waktu, Tempat dan Subyek Penelitian ............................................ 38
3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................. 38
3.4.1 Analisys ....................................................................................... 38
3.4.2 Design .......................................................................................... 42
3.4.3 Development ................................................................................ 44
3.4.4 Implementation ............................................................................ 45
3.4.5 Evaluation .................................................................................... 45
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 48
3.5.1 Lembar Validasi Perangkat ......................................................... 48
3.5.2 Angket Keterbacaan LKM........................................................... 48
3.5.3 Lembar Observasi ........................................................................ 49
3.5.4 LKM ............................................................................................ 50
3.5.5 Tes Aktivitas Riset ...................................................................... 50
3.5.6 Wawancara .................................................................................. 50
3.5.7 Dokumentasi ................................................................................ 51
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................... 51
3.6.1 Analisa Data Kualitatif ................................................................ 53
3.6.2 Analisa Data Kuantitatif .............................................................. 58

vii
DAFTAR TABEL

3.1 Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Dosen ....................................................... 55


3.2 Kategori Keterampilan Metakognisi ............................................................... 56
3.3 Kriteria DataHasil Observasi Mahasiswa ....................................................... 57

viii
DAFTAR GAMBAR

2.1State of The Art STEM .................................................................................... 19


2.2Struktur Anatomi Kopi..................................................................................... 26
2.3 Proses Pengolahan Kopi.................................................................................. 27
2.4 State of The Art Cascara ................................................................................. 28
2.5 Bagian Tahapan RBL ..................................................................................... 31
2.6 Sota kajian model RBL ................................................................................... 33
3.1 Prosedur Penelitian Model Pengembangan ADDIE ....................................... 46
3.2 Flowchat Alur Penelitian................................................................................. 47
3.3 Model Triangulasi ........................................................................................... 52
3.5 Pretest –posttest control Group Design ........................................................... 53

ix
DAFTAR LAMPIRAN

A. Matriks Penelitian ......................................................................................... 67


B. Indikator RBL dan Metakognisi .................................................................... 71
C. Angket Analisis Kebutuhan Dosen ................................................................ 72
D. Angket Kebutuhan Mahasiswa ...................................................................... 82
E. Silabus ........................................................................................................... 85
F. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .............................................................. 88
G. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................................... 89
H. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ..................................................... 107
I. Lembar Observasi Pendidik ........................................................................... 131
J. Lembar Observasi Aktivitas Mahasiswa........................................................ 137
K. Angket Respon Mahasiswa ............................................................................ 142
L. Pedoman Wawancara ..................................................................................... 144
M. Inventory MAI ............................................................................................... 150
N. TAR................................................................................................................ 157
O. LKM ............................................................................................................... 158

x
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia dalam
subsektor perkebunan yang memiliki peran penting dalam perekonomian global.
Indonesia adalah produsen kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil,
Vietnam, dan Colombia. Dua varietas kopi utama di Indonesia adalah Arabika
(Coffea arabica) dan Robusta (Coffea canephora) (FAO, 2015). Setiap bagian
kopi, termasuk cascara (kulit buah kopi), memiliki potensi ekonomi yang belum
sepenuhnya dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil observasi, cascara kopi sering dibuang atau dijual
dengan harga rendah, sementara potensinya untuk dijadikan minuman sumber
antioksidan alami yang bernilai ekonomis belum banyak dieksplorasi. Beberapa
petani bahkan membuang cascara ke lubang pembuangan atau membiarkannya
mengering di bawah tanaman kopi (Komaria, 2020). Alasan ini adalah karena
cascara memiliki tingkat kelembaban yang tinggi dan mengandung protein, gula,
mineral, dan kafein, yang membuatnya rentan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme dan pencemaran lingkungan (Roussos et al., 1995., Navia P,
Velasco, & Hoyos C, 2011 dan Bonilla-Hermosa, Duarte, & Schwan, 2014).
Asam klorogenat dalam pulp kopi memiliki peran dominan sebagai senyawa
fenolik yang bermanfaat bagi kesehatann sebagai antioksidan (Rodríguez-Durán
et al., 2014., Phuong et al., 2019 dan Corro et al., 2013). Oleh karena itu,
diperlukan teknologi pengolahan cascara yang inovatif untuk memanfaatkan
potensinya..
Salah satu solusi inovatif dalam pemanfaatan cascara adalah mengubahnya
menjadi minuman yang disebut cascara tea. Cascara tea memiliki sifat antioksidan
yang baik dan mengandung karbohidrat, serat larut, mineral, dan protein yang
bermanfaat bagi kesehatan (Esquivel & Jimenez, 2011). Proses penyeduhan
cascara tea relatif sederhana, dan produk ini memiliki potensi besar di pasar
global.

1
Meskipun potensi penggunaan cascara kopi sebagai minuman telah
diidentifikasi, belum banyak orang yang menyukainya karena rasa dan aroma
yang belum optimal. Salah satu cara untuk memperbaiki rasa dan aroma cascara
adalah melalui proses fermentasi (Rubiyo & Towaha, 2016; Singh & Verma,
2017). Proses fermentasi dapat mengubah komposisi kimia cascara kopi dan
meningkatkan kualitas akhir produk.
Walaupun banyak proses pengolahan, cascara masih belum banyak disukai
orang. Perlu inovasi untuk memperbaiki cita rasa. Salah satu upaya untuk
memperbaiki cita rasa dan aroma adalah proses fermentasi (Rubiyo & Towaha,
2016 ; Singh & Verma, 2017). Hal tersebut dilakukan karena proses fermentasi
dinilai dapat memberikan perubahan komposisi kimia dengan bantuan mikroba
dan enzim (Marcone, 2004). Tahap fermentasi dianggap penting dalam
pengolahan kopi karena berpengaruh terhadap kualitas akhir produk (Correa, et
al., 2014 dan Komaria, 2021).
Inovasi lain dalam pemanfaatan cascara adalah penggunaan medan magnet
dalam proses fermentasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan medan
magnet dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan kualitas produk
hasil fermentasi (Kristinawati & Sudarti, 2016; Ridawati, Sudarti, & Yushardi,
2018). Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Sudarti et al. (2020) menunjukkan
bahwa paparan medan magnet sebesar 300µT selama 45 menit dapat
meningkatkan populasi Lactobacillus dan juga meningkatkan kualitas kopi luwak
buatan. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dalam penelitian ini, medan magnet
akan diterapkan pada proses fermentasi cascara dengan harapan dapat
memperbaiki citarasa dan kualitas produk.
Selain manfaat ekonomis dari pengolahan cascara kopi, penting juga untuk
memperkenalkan materi cascara kepada mahasiswa. Pembelajaran tentang cascara
kopi dapat diintegrasikan dalam kurikulum matakuliah pengolahan produk
perkebunan. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, di Politeknik
Negeri Jember belum dilakukan pengenalan materi cascara dengan model
pembelajaran berbasis riset. Salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif
adalah model pembelajaran berbasis riset (Research-Based Learning/RBL) yang

2
menghubungkan penelitian dengan pengajaran serta meningkatkan kemampuan
kognitif (Sota & Peltzer, 2017). Keunggulan lainnya, menghasilkan pembelajaran
yang lebih interaktif dan kolaboratif di antara anggota kelompok (Suntusia, et al.,
2019). Selain itu RBL juga dapat meningkatkan keterampilan metakognisi
(Dafik et al., 2019).
Metode-metode pembelajaran tradisional seperti ceramah, tanya jawab,
diskusi, presentasi, dan praktikum telah menjadi umum dalam pendidikan.
Pendidik perlu mengembangkan bahan ajar inovatif untuk efektif menyampaikan
ide-ide dan konsep abstrak (Munck & Oregon, 2007). Dalam pengembangan
bahan ajar sains tingkat atas, penggunaan simulasi, model konseptual,
matematika, dan komputasi canggih dapat diterapkan (Gyamfi & Ampiah, 2016).
Salah satu pendekatan yang sesuai adalah STEM (Science, Technology,
Engineering, and Mathematics). Pendekatan STEM dapat meningkatkan
pemahaman, keterampilan metakognisi, berpikir kritis, dan kemampuan
pemecahan masalah mahasiswa (Wells, 2016; Wahono et al., 2018 dan Suratno,
2019). Pendekatan STEM dapat diterapkan di semua tingkatan pendidikan tanpa
memandang usia siswa, dengan tujuan meningkatkan literasi dalam sains dan
teknologi (Breiner, Johnson, Harness, & Koehler, 2012).
Dalam konteks pendidikan, keterampilan metakognisi sangat penting.
Keterampilan metakognisi mencakup kemampuan seseorang untuk memahami,
mengendalikan, dan mengatur proses berpikirnya sendiri. Mahasiswa dengan
keterampilan metakognisi yang baik cenderung memiliki prestasi akademik yang
lebih baik (Coutinho, 2007). Seseorang dengan kemampuan metakognisi yang
kuat memiliki kemampuan untuk mengawasi dan menilai cara berpikirnya sendiri
terkait dengan tugas yang sedang dihadapi (Schraw & Sperling, 1994). Kesadaran
diri dan pemantauan diri merupakan komponen penting dalam pemecahan
masalah yang efektif dan berpikir kritis (Komaria, 2022). Kemampuan
metakognisi juga berperan penting dalam pemecahan masalah, yang merupakan
keterampilan yang sangat dihargai dalam dunia pendidikan dan pekerjaan (Ngang,
Nair, & Prachak, 2014). Penting untuk dicatat bahwa kemampuan metakognisi
dapat berpengaruh signifikan pada proses pembelajaran, membantu seseorang

3
menjadi individu yang sukses, percaya diri, bertanggung jawab, dan kreatif dalam
menyelesaikan masalah (Cachia, Ferrari, Mutka, & Punie, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “pengembangan perangkat pembelajaran melalui model
pembelajaran berbasis riset dengan pendekatan STEM education dan pengaruhnya
terhadap keterampilan metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah
pemanfaatan cascara”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses
pengembangan, hasil pengembangan, fase portrait, monograph hasil penelitian
perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis riset dengan
pendekatan STEM education dan pengaruhnya terhadap keterampilan metakognisi
mahasiswa dalam memecahkan masalah pemanfaatan cascara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah proses pengembangan dan hasil pengembangan, pengaruh
penerapan, fase portrait, dan monograph hasil pengembangan perangkat
pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis riset dengan pendekatan
STEM education dan pengaruhnya terhadap keterampilan metakognisi
mahasiswa dalam memecahkan masalah pemanfaatan cascara?
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka tujuan yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui proses pengembangan dan hasil pengembangan, pengaruh
penerapan, fase portrait, dan monograph hasil pengembangan perangkat
pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis riset dengan pendekatan
STEM education dan pengaruhnya terhadap keterampilan metakognisi
mahasiswa dalam memecahkan masalah pemanfaatan cascara.
1.4 Luaran Penelitian
Adapun rencana luaran penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut :
Seminar 1 mengenai cascara dasar submit di Icolsstem dan Icasmi. Seminar 2
mengenai cascara STEM education-RBL framework submit di ICMSCE. Seminar

4
3 mengenai pengembangan perangkat cascara STEM education-RBL submit di
IJIRE. Publikasi 1 mengenai implementasi perangkat terhadap metakognisi
submit di International journal of instruction dan Publikasi 2 mengenai cascara
advance submit di Caspian Journal of Environmental Sciences
1.5 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
a. Manfaat Teoritis
Sebagai referensi bagi para peneliti lain untuk mengkaji ulang secara lebih
luas, mendalam, dan intensif untuk dikembangkan.
b. Manfaat praktis
1) Bagi mahasiswa dan dosen, bahan masukan untuk mengembangkan
berbagai perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis
riset dengan pendekatan STEM education yang efektif untuk
meningkatkan keterampilan metakognisi.
2) Bagi perguruan tinggi, sebagai masukan dalam penyempurnaan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan pendidik.
1.6 Batasan Masalah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka diperlukan batasan
masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Perangkat yang dikembangkan yaitu silabus, RPS (Rencana Pembelajaran
Semester), RPP (Rencana Pelaksanaan Perkuliahan), LKM (Lembar Kerja
Mahasiswa), TAR (Tes Aktivitas Research), dan Monograph.
b. Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini dilakukan pada kelas A
dan B pada mata kuliah pengolahan produksi pangan. Perguruan tinggi yang
dipilih sebagai tempat uji coba adalah S1 Tekhnologi Industri Pangan
Politeknik Negeri Jember.
c. Materi yang digunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini
adalah materi cascara.

5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perangkat Pembelajaran


Perangkat pembelajaran merujuk pada koleksi bahan dan alat yang
digunakan oleh siswa dan guru untuk menjalankan proses pembelajaran. Dalam
perspektif lain, Rachmawati & Kahfi (2016) mendefinisikan perangkat
pembelajaran sebagai segala komponen yang diperlukan untuk mengoptimalkan
proses belajar mengajar. Dalam konteks penelitian ini, perangkat pembelajaran
mencakup sejumlah elemen penting, seperti Silabus, Rencana Pembelajaran
Semester (RPS), Rencana Pelaksanaan Perkuliahan (RPP), Lembar Kegiatan
Mahasiswa (LKM), dan Tes Aktivitas Riset (TAR).
2.1.1 Silabus
Silabus adalah dokumen perencanaan pembelajaran satu semester yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber daya yang dibutuhkan, dan alat evaluasi yang akan
digunakan. Dalam pembelajaran tematik, setiap tema memiliki satu silabus yang
berisi kompetensi dasar dari berbagai bidang studi yang terkait dengan tema
tersebut. Silabus membantu dalam mengatur kegiatan pembelajaran dan
menentukan sistem penilaian yang sesuai, dan memiliki peran sentral dalam
penyusunan rencana pembelajaran.
Dalam pengembangan silabus, ada beberapa prinsip penting yang perlu
diperhatikan:
a. Ilmiah, seluruh materi dan aktivitas dalam silabus harus didasarkan pada
pengetahuan ilmiah yang kuat.
b. Relevan, materi dalam silabus harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik dalam berbagai aspek.
c. Sistematis, komponen dalam silabus harus dirancang dengan sistematis
untuk mencapai kompetensi yang diinginkan.
d. Konsisten, hubungan antara kompetensi dasar, indikator, materi, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian harus konsisten dan
mengikuti prinsip-prinsip dasar.

6
e. Memadai, semua komponen dalam silabus harus memadai untuk mendukung
pencapaian kompetensi dasar.
f. Aktual dan Kontekstual, silabus harus diperbarui sesuai dengan perkembangan
terbaru dalam ilmu dan konteks kehidupan nyata.
g. Fleksibel, silabus harus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik dan
beradaptasi dengan perubahan di sekolah dan masyarakat.
h. Menyeluruh, silabus harus mencakup seluruh ranah kompetensi, termasuk
kognitif, afektif, dan psikomotor, untuk pendekatan pembelajaran yang
komprehensif.
2.1.2 Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
Menurut Pasal 12 Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015, Rencana Pembelajaran Semester
harus disiapkan oleh dosen secara independen atau bersama kelompok keahlian
dalam program studi.
2.1.3 Rencana Pelaksanaan Perkuliahan (RPP)
Rencana Pelaksanaan Perkuliahan (RPP) adalah perencanaan operasional
pembelajaran yang lebih rinci daripada persyaratan administratif. RPP berasal dari
Silabus dan berfungsi untuk memberikan panduan praktis dalam pelaksanaan
pembelajaran. RPP yang lengkap, sesuai, dan sistematis dapat meningkatkan
interaktivitas, inspirasi, kegembiraan, dan tantangan dalam pembelajaran. Selain
itu, RPP juga membantu meningkatkan efisiensi pembelajaran, motivasi siswa
untuk berpartisipasi aktif, serta mengembangkan kreativitas, kemandirian, dan
pertumbuhan fisik dan psikologi siswa sesuai dengan bakat dan minat mereka.
Tujuan utama RPP adalah memberikan panduan jelas kepada guru untuk
pembelajaran yang mudah dan terstruktur. RPP juga harus memperhatikan
karakteristik mahasiswa dan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Dikti
(2008) menguraikan komponen penting dalam perencanaan pembelajaran,
termasuk kemampuan akhir, alokasi waktu, strategi pembelajaran, materi, kriteria
penilaian, dan bobot nilai di setiap tahap pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran dalam RPP mengikuti langkah-langkah dalam
model pembelajaran yang telah ditetapkan. RPP untuk setiap topik perkuliahan

7
terdiri dari komponen penting seperti identitas mata kuliah, alokasi waktu, standar
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, media pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Komponen-komponen ini disusun terstruktur dan terintegrasi untuk menciptakan
pengalaman belajar yang holistik, kemudian diverifikasi menjadi format RPP
sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran.
2.1.4 Tes Hasil Belajar (THB)
Hasil belajar adalah kemampuan siswa, termasuk kognitif, afektif, dan
psikomotor, yang diperoleh setelah proses pembelajaran. Proses pembelajaran
adalah serangkaian aktivitas yang individu lakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Evaluasi diperlukan untuk mengukur pencapaian tujuan
pendidikan, dan hasil evaluasi ini dinyatakan sebagai hasil belajar. Penilaian hasil
belajar merupakan langkah untuk mengevaluasi sejauh mana peserta didik telah
berhasil dalam proses pembelajaran (Sudjana, 2002).
Tujuan pengukuran hasil belajar adalah untuk menilai keberhasilan siswa
setelah pembelajaran. Hasil penilaian juga mencerminkan kinerja guru dan sering
dinyatakan dalam bentuk skala nilai (Sudjana, 2002). Faktor-faktor seperti
pemilihan aktivitas dan gaya belajar siswa memengaruhi hasil belajar dan
kemampuan berpikir (Lince, 2009). Gaya belajar mempengaruhi cara individu
memproses informasi dan hasil berpikir (Jilardi Damavandi, Mahyuddin,
Habibah, Daud, & Shabani, 2011). Penggunaan media pembelajaran virtual,
terutama yang bersifat individual dan berbasis web, memiliki dampak positif pada
hasil belajar dan mendorong pembelajaran mandiri (Erdogan, Bayram, & Denis,
2008).
2.1.5 Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)
Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) adalah alat bantu yang membantu
mahasiswa memahami konsep-konsep tertentu dan dirancang untuk belajar
mandiri (Taufiq et al., 2018). LKM dalam konteks pembelajaran berbasis riset
digunakan sebagai media untuk memfasilitasi diskusi dan mengembangkan
pemikiran mahasiswa dalam bentuk tulisan. Pendekatan pembelajaran dengan

8
LKM mendorong peran pendidik sebagai fasilitator. LKM berisi masalah atau
tantangan berdasarkan kajian tertentu, sehingga pendidik tidak perlu menjelaskan
detail materi secara mendalam, tetapi memberikan ringkasan yang relevan dengan
kajian pembelajaran yang akan disampaikan kepada mahasiswa.

2.2 STEM
Pendidikan STEM bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja abad 21 agar
dapat mengaplikasikan pengetahuan yang mereka peroleh dalam situasi dunia
nyata. Ini melibatkan kolaborasi antara pendidik, industri, dan komunitas bisnis
dalam pengembangan kurikulum yang relevan, program magang, bimbingan, dan
praktik langsung di kelas (Ejiwale, 2013). Pendekatan STEM mengintegrasikan
berbagai mata pelajaran STEM untuk menciptakan pembelajaran berbasis
penelitian yang membantu mahasiswa menerapkan ilmu dalam situasi dunia nyata
yang relevan. Agar lebih jelas, perhatikan Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Subjek STEM

Subjek STEM
Sains Teknologi Engineering Matematika
- Konsep - Analisis data - Penggunaan mesin - Penentuan
pemanfaatan menggunakan penggilingan kopi volume
cascara untuk ANOVA dengan - Perubahan menggunakan
teh kaya uji BNT atau penggunaan mesin matematika
manfaat DMRT penggiling manual perbandingan
- Jenis-jenis menggunakan - Penentuan
cascara kopi motor penggerak kadar air
- Kandungan - Perubahan dengan rumus
cascara kopi pengering cascara trigonometri
- Proses dengan sinar
pengolahan matahari diganti
cascara microwave
- Pengukuran
dengan pH meter
- Uji kafein
Pendekatan STEM dalam pembelajaran melibatkan langkah-langkah
perencanaan yang mencakup: identifikasi masalah sosial, penentuan potensi
solusi, penilaian kebutuhan pengetahuan, pengambilan keputusan, pengembangan
prototipe atau produk, uji coba dan evaluasi solusi, serta sosialisasi solusi dan

9
penyelesaian tahap keputusan (Ebal Jr, dkk., 2018). Proses kegiatan pembelajaran
dengan pendekatan STEM yaitu sebagai berikut :
a. Kegiatan Identifikasi sosial
Mahasiswa dihadapkan pada tantangan terkait limbah produksi kopi yang
dikenal sebagai cascara. Limbah ini memiliki tingkat kelembapan tinggi dan
jika tidak segera dimanfaatkan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
terutama di perairan dan merusak ekosistem. Sebagian besar cascara dibuang
atau dijual dengan harga rendah oleh petani kopi. Untuk mengatasi masalah
ini, mahasiswa mencari solusi dengan mengubah cascara menjadi produk
organik yang lebih bernilai dan berpotensi menguntungkan petani serta
menarik bagi konsumen.
b. Identifikasi social solutions
Pengajar akan membentuk kelompok-kelompok dengan minimal 5
mahasiswa di dalamnya. Setiap kelompok akan bertanggung jawab untuk
mencari informasi tentang pemanfaatan cascara, dan kemudian mereka akan
membuat presentasi untuk memaparkan topik yang mereka teliti.
c. Kebutuhan akan pengetahuan
Kegiatan dimulai dengan pemahaman kebutuhan pengetahuan melalui riset
berbasis kehidupan nyata. Sebelum pembagian kelompok, terjadi pertukaran
gagasan mengenai alat, bahan, dan estimasi biaya untuk memanfaatkan
cascara menjadi produk yang berbeda. Tujuannya adalah menilai pengetahuan
awal mahasiswa. Setelah pembentukan kelompok, mahasiswa
mengembangkan solusi untuk meningkatkan nilai jual cascara dengan
mempertimbangkan praktikabilitas dan efisiensi. Mereka berperan sebagai
petani kopi dan membuat keputusan terbaik untuk memaksimalkan
pemanfaatan cascara, sehingga dapat berlatih dalam mengevaluasi
pemanfaatan cascara.
d. Pengambilan Keputusan
Mahasiswa akan membandingkan data yang telah dikumpulkan untuk
memprediksi produksi pemanfaatan cascara berdasarkan biaya, waktu,
efektivitas, dan efisiensi produk yang dikembangkan.

10
e. Pengembangan prototipe atau produk
Setiap kelompok akan menerapkan pemanfaatan cascara dalam skala kecil,
memungkinkan mereka untuk menguji temuannya pada petani lokal.
f. Uji dan evaluasi solusi
Setiap kelompok akan mempresentasikan temuannya di kelas, termasuk
perhitungan produk yang mereka kembangkan dengan desain aplikasi ideal.
g. Sosialisasi dan penyelesaian tahap keputusan.
Kelas akan menyetujui produk terbaik yang memenuhi aspek efektivitas dan
praktikabilitas melalui diskusi. Produk yang dikembangkan akan mengalami
uji lebih lanjut sebelum disosialisasikan kepada publik.

2.3 Metakognisi
2.3.1 Definisi Metakognisi
Metakognisi adalah konsep yang diperkenalkan oleh John Flavell pada
tahun 1976, yang mengandung unsur "meta" yang berarti "sesudah" dan "kognisi,"
yang artinya berpikir tentang berpikir atau pengetahuan tentang pengetahuan.
Flavell mendefinisikan metakognisi sebagai proses berpikir mengenai proses
berpikir sendiri. Menurut Schraw dan Dennison (1994), metakognisi melibatkan
pemahaman dan pengendalian cara seseorang berpikir dengan baik. Peserta didik
yang memahami metakognisi dan dapat merencanakan waktu belajar dengan baik
cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih baik (Yesilyurt, 2013).
Metakognisi adalah proses berpikir tentang berpikir, yang melibatkan
kemampuan individu untuk merenungkan dan mengendalikan proses berpikir
mereka sendiri, sebagaimana diungkapkan oleh Livingstone (2003). Gama (2004)
juga menganggap metakognisi sebagai tahap kedua dari proses berpikir yang
melibatkan pengawasan aktif terhadap proses kognitif. Dengan demikian,
metakognisi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menyadari dan
mengontrol apa yang terjadi dalam pikiran mereka.
2.3.2 Metakognisi dalam Pemecahan Masalah Pemanfaatan Cascara
Tuntutan masa depan di era 4.0 menekankan pentingnya keterampilan
belajar dan berpikir yang kuat. Metakognisi adalah pengetahuan tingkat tinggi

11
yang melibatkan pengendalian dalam pembelajaran. Flavell (dalam Livingstone,
1997 dan Schraw & Moshman, 1995) juga mengidentifikasi dua aspek penting
dalam metakognisi, yaitu pengetahuan metakognitif dan pengalaman atau regulasi
metakognitif. Pengetahuan tentang kognisi dibagi menjadi tiga subkomponen:
pengetahuan deklaratif (tentang diri dan strategi), pengetahuan prosedural (cara
menggunakan strategi), dan pengetahuan kondisional (kapan menggunakan
strategi). Sementara itu, regulasi kognisi terdiri dari lima subkomponen:
perencanaan, pengelolaan informasi, pemantauan pengetahuan, strategi perbaikan
kesalahan kecil, dan evaluasi. Penelitian (Casaig, 2019) menunjukkan bahwa
siswa yang menggunakan strategi metakognitif saat memecahkan masalah dapat
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah karena mereka dapat mengatur
proses berpikir mereka secara sadar.
Indikator pemecahan masalah menurut Polya (1981) mencakup empat
komponen: pemahaman masalah, perencanaan langkah-langkah pemecahan
masalah, pelaksanaan rencana pemecahan masalah, dan pemeriksaan solusi
pemecahan masalah. Dalam penelitian ini, untuk menilai keterampilan
metakognisi mahasiswa dalam menyelesaikan soal, indikator perencanaan,
pemantauan, dan evaluasi harus terpenuhi. Profil metakognisi dalam pemecahan
masalah mengikuti tahapan-tahapan pemecahan masalah yang diajukan oleh Polya
(1981) seperti yang terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Indikator Metakognisi pada Pemecahan Masalah
Indikator Indikator Metakognisi dalam Pemecahan Masalah
Pemecahan
Masalah
Memahami Tahapan dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
masalah 1. Perencanaan (Planning):
1.1 Menentukan informasi yang sudah diketahui dari
permasalahan yang diberikan.
1.2 Menentukan pertanyaan atau informasi yang dicari dari
permasalahan
1.3 Menginterpretasikan permasalahan dengan bahasa atau
bentuk yang lebih mudah dimengerti.
2. Pemantauan (Monitoring):
2.1 Memantau cara pemahaman terhadap informasi yang
sudah diketahui dalam permasalahan.
2.2 Memantau cara pemahaman terhadap pertanyaan atau
informasi yang dicari, yang sesuai dengan maksud awal.

12
2.3 Memantau penggunaan bahasa dalam permasalahan, agar
sesuai dengan maksud awal soal.
3. Evaluasi (Evaluasi):
3.1 Mengevaluasi kebenaran data yang sudah diketahui.
3.2 Mengevaluasi kebenaran data yang dicari, yang sesuai
dengan maksud awal.
3.3 Mengevaluasi penyajian permasalahan dengan bahasa atau
bentuk lain, apakah sudah sesuai dengan maksud awal
soal.
Tahapan-tahapan ini membantu dalam memahami, merencanakan, dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan lebih efektif.
Merencanakan Tahapan dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
penyelesaian 1. Perencanaan (Planning):
1.1 Merencanakan langkah-langkah yang akan diambil saat
menyusun rencana penyelesaian.
1.2 Memastikan hubungan antara informasi yang sudah
diketahui dengan pertanyaan atau informasi yang dicari.
1.3 Mencari berbagai strategi atau metode yang sesuai untuk
menyelesaikan soal yang diberikan.
1.4 Menyusun waktu yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal.
2. Pemantauan (Monitoring):
2.1 Memeriksa apakah hubungan antara informasi yang sudah
diketahui dengan pertanyaan atau informasi yang dicari
sudah sesuai.
2.2 Memastikan strategi atau metode yang dipilih untuk
menyelesaikan soal sesuai dengan kebutuhan.
2.3 Memantau apakah konsep dasar yang digunakan dalam
pemecahan masalah sudah sesuai.
3. Evaluasi (Evaluasi):
3.1 Memastikan bahwa hubungan antara informasi yang sudah
diketahui dengan pertanyaan atau informasi yang dicari
sudah benar.
3.2 Menilai apakah strategi atau metode yang dipilih sesuai
untuk menyelesaikan soal.
3.3 Memeriksa bahwa konsep dasar yang digunakan sudah
cocok untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
Tahapan-tahapan ini membantu dalam mengorganisir dan mengevaluasi
pemecahan masalah dengan lebih efektif.
Melaksanakan Tahapan dalam pemecahan masalah melibatkan:
rencana 1. Perencanaan (Planning):
penyelesaian
masalah Merencanakan pelaksanaan rencana penyelesaian.
1.1 Mempertimbangkan strategi atau cara yang akan
digunakan.
1.2 Menyusun rencana untuk melakukan perbaikan jika
ditemukan kesalahan.
2. Pemantauan (Monitoring):
Melaksanakan dan memantau langkah-langkah
penyelesaian sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

13
2.1 Memantau setiap langkah pada jawaban yang diberikan
untuk memastikan kebenarannya.
2.2 Memeriksa apakah langkah perbaikan yang dilakukan
berjalan sesuai rencana.
3. Evaluasi (Evaluasi):
Memeriksa apakah langkah-langkah yang dilakukan sudah
sesuai dengan rencana awal.
3.1 Memutuskan bahwa setiap langkah pada jawaban yang
diberikan sudah benar.
3.2 Mengevaluasi apakah perbaikan yang dilakukan telah
sesuai dan berhasil memperbaiki kesalahan.
Tahapan-tahapan ini membantu dalam memastikan bahwa proses
pemecahan masalah dilakukan dengan efektif dan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat.
Memeriksa Tahapan dalam memeriksa kembali pemecahan masalah melibatkan:
kembali solusi
1. Perencanaan (Planning):
1.1 Merencanakan untuk memeriksa kembali ketepatan
jawaban yang diperoleh sesuai dengan pertanyaan atau
permintaan yang diajukan.
1.2 Merencanakan untuk mempertimbangkan strategi atau
cara yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan
yang diberikan.
2. Pemantauan (Monitoring):
Memantau setiap langkah dalam memeriksa kembali hasil
penyelesaian.
2.1 Memeriksa kembali ketepatan jawaban yang telah
diperoleh sesuai dengan pertanyaan atau permintaan yang
diajukan.
2.2 Memantau pemilihan strategi atau cara yang berbeda
dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
3. Evaluasi (Evaluasi):
3.1 Memeriksa apakah langkah-langkah yang dilakukan dalam
memeriksa kembali sudah benar.
3.2 Memutuskan bahwa ketepatan jawaban yang diperoleh
sesuai dengan pertanyaan atau permintaan yang diajukan.
3.3 Memutuskan bahwa permasalahan yang diberikan dapat
diselesaikan dengan efektif menggunakan strategi atau
cara yang berbeda.
Tahapan-tahapan ini membantu dalam memastikan bahwa hasil
penyelesaian masalah telah diperiksa kembali dengan cermat dan
efektif.
(Diadaptasi dari Nurhayati et al . 2017)

2.4 Permasalahan Pemanfaatan Cascara


Struktur anatomi ceri kopi memiliki beberapa komponen. Lapisan luar
berubah warna dari hijau menjadi merah saat buah matang dan memiliki rasa

14
manis dan lembut. Di dalamnya, ada lapisan epicarp dengan lapisan lendir tebal,
kemudian endocarp yang tipis berwarna kekuningan. Selanjutnya, ada lapisan
perkamen, dan akhirnya, terdapat silverskin yang melapisi biji kopi hijau (FAO,
2015). Untuk gambaran yang lebih detail, Anda dapat merujuk ke Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Struktur Anatomi kopi


Proses pengolahan kopi menghasilkan produk sampingan pertama yang
disebut cascara. Komposisi dan definisi cascara bervariasi tergantung pada
metode pengolahan yang digunakan, yaitu metode basah atau kering. Metode
pengolahan kering digunakan untuk kopi robusta dengan pengeringan di bawah
sinar matahari selama 2-4 minggu hingga kelembapannya mencapai 12%.
Metode pengolahan basah digunakan untuk kopi arabika. Hasilnya dipisahkan,
lapisan lendir dihilangkan melalui fermentasi selama 24-72 jam, dan biji kopi
yang masih dibungkus perkamen dicuci dan dikeringkan hingga kadar
kelembapannya mencapai 10%. Akhirnya, lapisan perkamen diangkat dengan
mesin penggilingan.

Gambar 2.3 Proses Pengolahan Cascara


Semua bagian biji kopi, termasuk cascara, dapat dimanfaatkan. Cascara kopi
mengandung berbagai komponen seperti karbohidrat, protein, serat, lemak, kafein,

15
dan senyawa fenolik. Asam klorogenat, yang ada dalam jumlah 2.6%, memiliki
sifat antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan. Cascara robusta mengandung
tanin sekitar 2.4% dan kafein sekitar 1.36%. Cascara instan memiliki kandungan
kafein dan akrilamida rendah, cocok sebagai indikator keamanan kimiawi serta
mengandung nutrisi dan antioksidan yang baik untuk kesehatan. (DeHond,
DeHond, & Castillo, 2020). Proses fermentasi pada kopi bertujuan untuk
menghilangkan lapisan lendir yang masih melekat pada biji kopi setelah proses
pengupasan. Prinsip fermentasi adalah menguraikan senyawa-senyawa yang
terdapat dalam lapisan lendir oleh mikroba alami dengan bantuan oksigen dari
udara. Hal ini dapat mengurangi rasa pahit dan membawa cita rasa khas. Proses
fermentasi dapat dilakukan pada metode pengolahan kering (dry process) maupun
basah (wet process). Tahap fermentasi dianggap penting dalam pengolahan kopi
karena berpengaruh pada kualitas akhir produk (Correa et al., 2014). Residu kopi
juga menunjukkan potensi yang sangat baik sebagai substrat untuk fermentasi
(Bonilla-Hermosa, Duarte, & Schwan, 2014).

2.5 Research Based Learning (RBL)


Research-Based Learning (RBL) adalah pendekatan pengajaran yang
berfokus pada pemecahan masalah autentik dan mengutamakan perumusan
masalah, penyelesaian masalah, dan komunikasi hasil penelitian. RBL bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan
komunikasi, serta melibatkan mahasiswa dalam proses berpikir saintifik.
Penerapan RBL memberikan berbagai manfaat, seperti mendorong dosen untuk
melakukan penelitian yang lebih spesifik, membuat mahasiswa lebih aktif dalam
pembelajaran, melatih mahasiswa dalam berpikir logis, kritis, dan kreatif, serta
mengembangkan kemandirian dan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Selain itu,
RBL juga mendorong etika akademik dan dapat meningkatkan jumlah publikasi
ilmiah dari perguruan tinggi.
Tahapan dalam penerapan RBL mencakup perumusan masalah, penelitian,
analisis, dan komunikasi hasil penelitian melalui publikasi ilmiah. Pendekatan ini
mengubah fokus pendidikan dari penghafalan konsep menjadi pembelajaran

16
berbasis inkuiri yang aktif, sehingga meningkatkan kualitas pendidikan dan
kompetensi mahasiswa dalam berbagai keterampilan berpikir dan akademik.

Evaluasi Dimulai Dosen Dalam Team

Menentukan permasalahan mendasar Menyusun Orientasi,


yang berbeda-beda berdasarkan perencanaan observasi dalam
permasalahan dalam Research Interest penelitian dengan mengajukan
atau payung riset dosen skala terbatas hipotesis

Tidak

RBL Mengajukan Menganalisis


Mengkomunikasikan hasil :
Report kebenaran data, informasi
presentasi melibatkan peneliti
dugaan sementara dengan metode
yang terkait
tertentu

Evaluasi dilakukan dengan melibatkan Research Group atau


Tim Peneliti

Gambar 2.3 Bagian Tahapan Pelaksanaan Research Based Learning (Dafik, 2016)
Model Research-Based Learning (RBL) memiliki tiga tahapan utama.
Peneliti menyimpulkan langkah-langkah RBL dengan menggunakan
pengembangan sintaks RBL sebagai berikut:
1. Tahap Exposure Stage meliputi:
a) Tahap Pengenalan: Dalam tahap ini, dosen membagi mahasiswa menjadi
beberapa kelompok, memberikan literatur atau bahan pembelajaran yang
akan dipelajari, dan mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen
mengenai materi.
b) Tahap Pemberian Referensi: Pada tahap ini, mahasiswa diberikan referensi
(pengetahuan awal) serta arahan untuk mengkomunikasikan hipotesis.
2. Tahap Experience Stage meliputi:
a) Tahap Tindakan: Tahap inti dari kegiatan RBL, di mana mahasiswa
dibimbing untuk melaksanakan penelitian sesuai dengan langkah-langkah
yang telah diajarkan.

17
b) Tahap Diskusi: Mahasiswa membentuk kelompok pada tahap awal
pembelajaran dan melaksanakan diskusi. Mereka diarahkan untuk menulis
hasil riset sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
3. Tahap Capstone Stage meliputi:
a) Tahap Presentasi: Mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi,
memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain, mengumpulkan
Laporan Kegiatan Mahasiswa (LKM), dan bersama dosen mengevaluasi
jalannya riset.
b) Tahap Laporan Akhir: Mahasiswa mengaitkan hipotesis dan
menyimpulkan materi yang telah dipelajari dalam bentuk laporan akhir.
Penggunaan sintaks RBL diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
mahasiswa. Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis riset efektif
dalam mengembangkan berbagai keterampilan, seperti pengetahuan, kognitif,
etika, sosial, komunikasi, dan pemanfaatan informasi dan teknologi. RBL juga
memperkuat hubungan antara penelitian dan pembelajaran, serta meningkatkan
kemampuan metakognisi mahasiswa. Dalam konteks pemanfaatan cascara kopi,
sintaks RBL dapat membantu mahasiswa memahami, menganalisis, dan
menyelesaikan masalah terkait cascara kopi, serta mengembangkan laporan
kegiatan RBL terkait pemanfaatan cascara.

18
2.5 Kerangka Konseptual

Produksi kopi banyak menghasilkan limbah sisa pengolahan namun pulp kopi (cascara) dibuang dan tidak
didaur uang menjadi produk yang bermanfaat.

Adanya protein, gula dan mineral dalam cascara kopi serta kelembapan yang tinggi menyebabkan
pencemaran lingkungan, kematian organisme karena berkurangnya oksigen serta keasamannya meningkat

Pemanfaatan cascara untuk pengelolaan limbah kopi ceri pulp sebagai produksi minuman yaitu cascara
tea.

Cascara oleh petani dibuang dan tidak didaur ulang Berdasarkan Cascara mengandung
menjadi produk yang bermanfaat hasil survey zat gizi, kafein, dan
dan wawancara senyawa fenolik

Paparan medan magnet dalam proses fermentasi cascara memberikan efek


pada metabolisme bakteri selama proses fermentasi

Variasi paparan medan magnet yang berbeda dapat digunakan untuk penentuan
dosis efektif kandungan yang paling baik

Oleh karena itu, perlu inovasi pemanfaatancascara agar generasi penerus


mampu mengambil langkah terbaik dalam mengelola potensi yang ada di
lingkungannya sehingga komoditi ini terus berkembang.

Pokok bahasan pemanfaatan Salah satu materi IPA yang berkaitan dengan perkebunan kopi
cascara adalah pemanfaatan cascara

Integrasi pengetahuan rendah Terdiri dari konsep abstrak, kompleks dan esensial

Siswa hanya diberikan pengetahuan yang bersifat informasi, bukan dilibatkan aktif menemukan sendiri
serta dihubungkan dengan kehidupan mereka

Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan yaitu dengan model RBL, sehingga pemikiran
ilmiah dan terintegrasinya pengetahuan serta kemampuan kerja dapat menghasilkan ide/produk baru

Materi lebih bermakna jika menggunakan RBL

Pengembangan bahan ajar dengan pendekatan STEM untuk meningkatkan keterampilan metakognisi
dan pemecahan masalah pemanfaatan cascara oleh mahasiswa dengan model RBL

19
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional


Untuk menghindari potensi kesalahpahaman dalam penelitian ini, diperlukan
definisi operasional mengenai beberapa istilah yang digunakan, yaitu:
a. Perangkat pembelajaran adalah termasuk semua komponen yang
digunakan oleh dosen dalam mendukung proses pembelajaran. Dalam
konteks penelitian ini, perangkat pembelajaran mencakup silabus,
Rencana Pembelajaran Semester (RPS), Rencana Pelaksanaan
Perkuliahan (RPP), Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), Tes Aktivitas Riset
(TAR), dan instrumen penilaian.
b. Keterampilan metakognisi mengacu pada aktivitas mengendalikan
pemikiran dan proses belajar seseorang. Indikator keterampilan
metakognisi dalam penelitian ini meliputi perencanaan (planning),
strategi pengelolaan informasi (information management strategies),
pemantauan pemahaman (comprehension monitoring), strategi
debugging, dan evaluasi. Penilaian keterampilan metakognisi mahasiswa
didasarkan pada hasil tes dan wawancara.
c. Cascara merujuk pada produk sampingan yang dihasilkan selama proses
pengolahan biji kopi. Cascara mengandung senyawa fenolik dan kafein
serta merupakan salah satu komponen penting dalam penelitian ini.

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mix methods) dengan tipe
sequential explanatory desain. Dalam penelitian ini, digunakan model Sequential
Explanatory Design yang menjelaskan prosesnya seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 3.1 di bawah ini.

20
Penelitian Kuantitatif dilanjutkan Penelitian Kualitatif Kesimpulan
(Penelitian Eksperimen (Penelitian R&D)
connecting

Data Analisis Data Analisis Interpretasi


kuantitatif Data kualitatif Data Keseluruhan
kuantitatif kualitatif Analisis

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Hobri, dkk, 2020)

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu penelitian eksperimen laboratorium,
penelitian pengembangan, dan penelitian quasi eksperimental.
3.2.1 Desain Penelitian Murni
Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan
desain rancangan acak lengkap (RAL).
3.2.2 Desain Penelitian Pendidikan
Jenis penelitian pendidikan yang digunakan yaitu penelitian pengembangan.
Penelitian pengembangan ini mengadopsi model ADDIE-Models (Rieser dan
Mollinda, 1990).

3.3 Tahapan Penelitian


3.3.1 Tahapan Penelitian Murni
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengkaji masalah pemanfaatan
cascara sebagai minuman teh herbal kesehatan. Penelitian ini dilakukan pada 14-
21 September 2020 di Laboratorium Biologi untuk mengamati biakan bakteri
yang tumbuh, di laboratorium Fisika untuk memberi perlakuan cascara dengan
medan magnet, di laboratorium Politeknik Negeri Jember tepatnya di Lab
teknnologi industry pangan untuk perlakuan cascara dengan berbagai metode
pengeringan dan di Laboratorium Biosains untuk menguji kafein, trigonellin dan
asam klorogenat. Tahapan Penelitian murni dapat dilihat pada Gambar dan
Variasi perlakuan pada cascara dapat dilihat pada Gambar

21
Gambar. Tahapan Penelitian Murni dalam Pembuatan Teh Herbal Kesehatan

Gambar. Variasi Perlakuan pada Cascara

3.3.2 Penelitian Pendidikan


Pengujian perangkat pembelajaran dilakukan pada semester ganjil tahun
akademik 2021-2022 di Politeknik Negeri Jember. Subjek penelitian ini adalah
mahasiswa semester IV dari program studi teknologi industri pangan. Alasan
pemilihan Politeknik Negeri Jember sebagai lokasi penelitian adalah karena
kesediaan mereka untuk menjadi tempat penelitian, belum ada penelitian
sebelumnya yang mengeksplorasi kemampuan metakognisi mahasiswa, belum

22
pernah ada penerapan pembelajaran berbasis STEM dengan model pembelajaran
berbasis riset di politeknik ini, dan belum ada penelitian serupa yang dilakukan di
Politeknik Negeri Jember sebelumnya. Prosedur penelitian pengembangan
melibatkan lima langkah utama, yaitu Analisis, Desain, Development,
Implementasi, dan Evaluasi.
a. Tahap Analisis
Tahap Analisis merupakan langkah awal yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi melalui analisis kebutuhan dan tinjauan literatur. Analisis kebutuhan
dilakukan dengan menyebarkan angket kepada 3 dosen dan 30 mahasiswa
semester IV di Politeknik Negeri Jember yang telah mengambil mata kuliah
teknologi industri pangan. Analisis lainnya yaitu analisis konsep, mahasiswa dan
analisis tugas.
b. Design (perancangan)
Tahap desain dalam penelitian ini bertujuan untuk merancang solusi terhadap
masalah yang telah diidentifikasi pada tahap analisis. Rancangan ini mencakup
beberapa hal, antara lain: Pemilihan format desain pengembangan perangkat
pembelajaran pembelajaran, penyusunan standar tes dan pemilihan media yang
akan digunakan.
c. Development (pengembangan)
Tahap develop dalam penelitian ini adalah tahap di mana produk
pengembangan dibuat. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini melibatkan
penilaian oleh para ahli dan uji coba terbatas. Prosesnya dapat dibagi menjadi
beberapa langkah sebagai berikut:
1. Penilaian Para Ahli: Penilaian ini mencakup validasi isi yang mencakup
semua perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan pada tahap
perancangan. Validasi isi dilakukan oleh tiga ahli yang berbeda, yaitu ahli
media, ahli materi, dan ahli pengembangan. Selain itu, tanggapan dari 30
mahasiswa yang telah mempelajari konsep cascara juga diminta. Hasil dari
validasi ini kemudian dianalisis untuk menentukan langkah selanjutnya:
a) Jika perangkat pembelajaran dapat digunakan tanpa revisi, maka akan
dilanjutkan dengan uji terbatas.

2
b) Jika perlu revisi kecil, maka perangkat pembelajaran akan direvisi terlebih
dahulu sebelum uji terbatas.
c) Jika revisi besar diperlukan, maka perangkat pembelajaran akan direvisi
hingga mendapatkan prototipe kedua, yang akan kembali divalidasi oleh
ahli dan dosen. Proses validasi ini mungkin mengalami beberapa siklus
hingga perangkat pembelajaran dianggap valid. Setelah mendapatkan
perangkat pembelajaran yang valid (prototipe kedua), langkah selanjutnya
adalah uji terbatas.
2. Uji Coba Terbatas: Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan masukan langsung
dari lapangan terkait perangkat pembelajaran yang telah disusun. Selama uji
coba terbatas, semua kegiatan yang terjadi akan dicatat, termasuk respon,
reaksi, dan komentar dari dosen, mahasiswa, dan pengamat. Hal ini akan
membantu dalam memperbaiki perangkat pembelajaran sebelum diterapkan
secara lebih luas.
c. Implementation (penyebaran)
Tahap implementation dalam penelitian ini adalah tahap di mana produk akhir
berupa lembar kerja mahasiswa berbasis riset digunakan dalam konteks
pembelajaran yang lebih luas, seperti di kelas lain, universitas lain, atau oleh
dosen lain. Tujuan utama dari tahap ini adalah menguji efektivitas penggunaan
perangkat pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
d. Evaluation
Evaluasi merupakan tahap penting dalam pengembangan perangkat
pembelajaran. Hasil dari evaluasi digunakan untuk memberikan umpan balik yang
berguna dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Revisi perangkat
pembelajaran kemudian dilakukan sesuai dengan temuan hasil evaluasi atau
kebutuhan yang masih belum terpenuhi sesuai dengan tujuan pengembangan
perangkat pembelajaran. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang
digunakan mengikuti pendekatan yang telah diuraikan dalam gambar 3.2 terkait.

3
Analisis Kebutuhan

Analisis tugas, konsep Analisis

Tujuan pembelajaran

Menetapkan perangkat

Penyusunan standar tes Design

Pemilihan media, format

Rancangan awal

Perangkat pembelajaran, instrumen


pengumpulan data, lembar validasi, dll

Validasi rancangan model dan Valid


Tidak Valid
perangkat oleh pakar, pengguna

Revisi Draf 2 Development

Uji Kelompok Kecil

Tidak Valid Valid

Revisi Draf 3

Uji Kelompok Besar Implementation

Tidak Valid Valid


Evaluation

Revisi Draf 4

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Berbasis Riset


Dengan Pendekatan Stem Education Dan Pengaruhnya Terhadap Keterampilan
Metakognisi Mahasiswa Dalam Memecahkan Masalah Pemanfaatan Cascara

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dengan Model Pengembangan ADDIE (Rieser dan
Molinda,1990)

4
Untuk mempermudah pemahaman mengenai alur penelitian, lihat Gambar 3.3
berikut :

Research group

Open Problem dalam Research Group

Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Tidak

Validasi

Ya

Penerapan dalam Pembelajaran

Tidak

Mahasiswa
menemukan
Novelty

Ya

Analisis

Hasil Analisis Monograf

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart alur penelitian

3.4 Teknik Analisis Data


Data kualitatif dianalisis secara deskriptif, sementara data kuantitatif
dianalisis menggunakan metode statistik. Model triangulasi digunakan dalam

5
penelitian ini, di mana data kualitatif dan kuantitatif digunakan bersama-sama
untuk mengevaluasi pengaruh dari penerapan perangkat pembelajaran berbasis
riset terhadap keterampilan metakognisi mahasiswa.

Model Triangulasi

Data Kuantitatif Data Kualitatif

Validation and Reability Worksheet

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre-Test Pre-Test

Riset Based Learning Konventional Riset Based Learning Konventional

Post-Test Post-Test

Homogenity Test Normality Test Interview Observation

T-Test Observation Result

Dampak pembelajaran pengembangan perangkat


pembelajaran melalui model berbasis riset
dengan pendekatan STEM Education

Gambar 3.4 Model Triangulasi

Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest dengan kelompok


eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara acak. Pretest digunakan

6
untuk mengevaluasi perbedaan awal antara kedua kelompok. Hasil pretest yang
baik adalah jika tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Pengaruh perlakuan dihitung dengan rumus (O2 - O1) -
(O4 - O3). Dengan kata lain, desain penelitian ini menggambarkan langkah-
langkah berikut:
R O1 ------- X ------- O2
R O3 O4
Gambar 3.5 Pretest – Posttest control group design (Sugiyono, 2017).
Keterangan :
O1 : initial test (pre test) O2 : final test (post test)
X : Treatment (perangkat pembelajaran berbasis pendekatan STEM
dengan model pembelajaran berbasis riset)

3.4.1 Analisis Data Kualitatif


a. Analissis Data Hasil Validasi Perangkat
Berdasarkan penilaian dari berbagai ahli dalam pengembangan model
pembelajaran berbasis riset serta praktisi (dosen di Poltek Jember), data yang
diperoleh bersifat deskriptif dan kuantitatif. Data deskriptif berasal dari saran dan
komentar yang diberikan oleh para validator. Sedangkan data kuantitatif diperoleh
dari penilaian aspek-aspek dengan menggunakan checklist (√) yang memiliki
kriteria sebagai berikut:
1) Skor 4 jika validator memberikan penilaian sangat baik.
2) Skor 3 jika validator memberikan penilaian baik.
3) Skor 2 jika validator memberikan penilaian kurang baik.
4) Skor 1 jika validator memberikan penilaian tidak baik.
Data hasil validasi ini akan dianalisis menggunakan teknik analisis persentase.

V=

Keterangan:
V = persentase tingkat penilaian
TSE = total skor empirik yang diperoleh

7
TSM = total skor maksimum (Akbar, 2013)
Data persentase yang diperoleh dengan menggunakan rumus di atas akan
diubah menjadi data kualitatif deskriptif dengan menggunakan kriteria penilaian
dalam Tabel 3.2
Tabel. 3.2 Kriteria Validasi Pengembangan Perangkat Pembelajaran melalui Model
Pembelajaran berbasis Riset dengan Pendekatan STEM
No Persentase (%) Kategori Keputusan
1 81,25 < x < 100 Sangat Valid Produk siap dimanfaatkan dilapangan
sebenarnya untuk kegiatan
pembelajaran
2 62,5 < x < 81,25 Valid Produk dapat dilanjutkan dengan
menambahkan sesuatu yang kurang,
melakukan pertimbangan-
pertimbangan tertentu penambahan
yang dilakukan tidak terlalu besar dan
tidak mendasar
3 43,75 < x < 62,5 Kurang Valid Merevisi dengan meneliti kembali
secara seksama dan mencari
kelemahan-kelemahan produk untuk
disempurnakan
4 25 < x < 43,75 Tidak Valid Merevisi secara besar-besaran dan
mendasar tentang isi produk
Kriteria validitas di atas telah mengalami modifikasi. Jika hasil validasi mencapai
skor 62,5 atau lebih (menunjukkan tingkat validitas yang memadai), maka produk
pengembangan dapat dikembangkan lebih lanjut dengan peningkatan tambahan.
Namun, jika tingkat validitas di bawah standar yang ditetapkan, revisi akan
diperlukan berdasarkan masukan dari para validator. Kemudian, perlu dilakukan
validasi ulang. Proses ini akan berlanjut hingga diperoleh model dan perangkat
pembelajaran yang ideal dalam hal validitas konstruk dan isinya.

b. Analisis Data Kepraktisan Perangkat


Data kepraktisan perangkat mencerminkan sejauh mana perangkat tersebut
dapat diimplementasikan dengan baik. Data ini diperoleh melalui observasi
aktivitas dosen menggunakan lembar observasi. Data hasil observasi aktivitas
dosen kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut (Cahyanti,
2016):
1) Menjumlahkan skor dari semua pertemuan.
2) Menghitung persentase rata-rata skor dengan menggunakan rumus:

8
SR =

Keterangan :
SR = Skor rata-rata hasil observer (dalam persen)
ST = Skot total dari observer
SM = Skor maksimal yang dapat diperoleh dari hasil observasi
Membuat kesimpulan dari hasil analisis observasi aktivitas dosen. Kesimpulan
analisis data disesuaikan dengan kriteria persentase skor rata-rata hasil observasi
dapat disajikan pada Tabel 3. 1 berikut :
Tabel 3.1 Kriteria dan Hasil Observasi Aktivitas Dosen
Skor Kesimpulan
90% ≤ SR ≤ 100% Sangat baik
80% ≤ SR ≤ 89% Baik
70% ≤ SR ≤ 79% Cukup
40% ≤ SR ≤ 69% Kurang
0% ≤ SR ≤ 39% Sangat kurang
(Diadaptasi dari Cahyanti, 2016)
Perangkat pembelajaran dianggap praktis jika hasil observasi menunjukkan
setidaknya tingkat keterlaksanaan yang baik dan hasil wawancara dengan praktisi
tidak mengharuskan perubahan besar pada perangkat tersebut. Jika hasil
perhitungan menunjukkan tingkat keterlaksanaan yang cukup, maka perangkat
dianggap kurang praktis. Namun, jika keterlaksanaan perangkat berada pada
kategori kurang atau sangat kurang, maka perangkat dianggap tidak praktis.

c. Analisis Data Keefektifan Perangkat


Evaluasi efektivitas perangkat dilakukan dengan mempertimbangkan tiga
indikator, yakni hasil aktivitas riset, aktivitas mahasiswa, dan respon mahasiswa.
1) Salah satu aspek yang dievaluasi adalah keterampilan metakognisi
mahasiswa, yang diukur menggunakan dua metode, yaitu angket dan soal
essay. Soal essay dievaluasi berdasarkan rubrik yang telah disusun. Angket
keterampilan metakognisi menggunakan MAI (Metacognitive Awareness
Inventory) yang terdiri dari 52 item, mencakup dua komponen utama, yaitu
pengetahuan tentang kondisi belajar dan regulasi kognisi. Mahasiswa

9
memberikan respons dengan alternatif pilihan seperti "selalu (SS)" dengan
skor 5, "sangat sering (SS)" dengan skor 4, "sering (SR)" dengan skor 3,
"jarang (JR)" dengan skor 2, "sangat jarang (SJ)" dengan skor 1, dan "tidak
pernah (TP)" dengan skor 0. Skor yang diperoleh kemudian dikonversi ke
dalam skala 0-100. Tingkat keterampilan metakognisi kemudian dikategorikan
menggunakan rating scale yang disajikan dalam tabel 3.3.Tabel 3.2 Kategori
Keterampilan Metakognisi
No Pilihan Kategori Nilai Deskripsi
Menggunakan kesadaran metakognitif
secara teratur untuk mengatur proses
berpikir dan belajarnya sendiri.
1 Super 85 ≤ x ≤ 100 Menyadari ada banyak macam
kemungkinan berpikir, maupun
menggunakan dengan lancar dan
merefleksikan pada proses ini.
Sadar akan berpikir sendiri dan bisa
membedakan tahap-tahap input-elaborasi-
output pikirannya sendiri
2 Ok 68 ≤ x ≤ 85
Kadang-kadang menggunakan model
untuk mengatur berpikir dan belajarnya
sendiri.
Bisa membantu menuju kesadaran
3 Development 51 ≤ x ≤ 68 berpikir sendiri jika didorong dan
didukung
4 Can not really 34 ≤ x ≤ 51 Bagaimana dia berpikir
Nampak tidak memiliki kesadaran
5 Risk 17 ≤ x ≤ 34
berpikir sebagai sebuah proses
Belum tersingkap/mengarah pada
6 Not yet 0 ≤ x ≤ 17
metakognitif
Sumber : modifikasi dari Green dalam (Suratno, 2011)

2) Evaluasi aktivitas mahasiswa mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh


mereka selama proses pembelajaran. Keefektifan pembelajaran dinilai dari
presentase keaktifan mahasiswa yang seharusnya mencapai kategori baik.
Untuk menghitung presentase keaktifan mahasiswa, digunakan rumus

berikut:Ps =

Keterangan
Ps = Presentase keaktifan skor rata-rata hasil observasi
As = Jumlah skor yang diperoleh observer

10
N = Jumlah skor maksimal
Kesimpulan analisis data disesuaikan dengan kriteria aktivitas mahasiswa
yang terdiri dari skor 1 sampai 4 yang dibagi dalam empat interval. Kriteria
ditentukan seperti pada Tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.3 Kriteria Data Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa
Skor Kesimpulan
3.5 ≤ Ps ≤ 4 Sangat aktif
2.5 ≤ Ps ≤ 3.4 Aktif
1.5 ≤ Ps ≤ 2.4 Kurang aktif
1 ≤ Ps ≤ 1.4 Tidak aktif
(Diadaptasi dari Cahyanti, 2016)

3) Analisis data respon mahasiswa terhadap pembelajaran


Data yang diperoleh dari kuesioner atau angket dianalisis dengan menghitung
jumlah mahasiswa yang memberikan respon positif dan negatif untuk setiap
kategori dalam angket. Respon positif menunjukkan bahwa mahasiswa
mendukung, merasa senang, dan berminat terhadap komponen dan proses
pembelajaran melalui penerapan model tersebut. Sementara itu, respon negatif
menunjukkan sebaliknya. Untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran
berdasarkan respon mahasiswa, digunakan kriteria bahwa pencapaian tujuan
dianggap baik jika lebih dari atau sama dengan 80% dari jumlah mahasiswa
memberikan respon positif.

3.6.2 Analisis Data Kuantitatif


Analisis data adalah proses pengolahan data yang telah terkumpul untuk
menghasilkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan
tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, digunakan teknik
analisis data statistik untuk mengolah data yang telah diperoleh dengan beberapa
langkah analisis yang digunakan:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk memeriksa apakah data yang telah
dikumpulkan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas ini

11
dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk dua sampel
independen. Hasil uji ini akan membantu dalam menentukan karakteristik
distribusi data. Rumus yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah sebagai
berikut:
D = maksimum [Sn1 (X) – Sn2 (X)]
atau digunakan rumus Z, yaitu sebagai berikut :

Z=
Keterangan :
n1 = Jumlah sampel 1
n2 = Jumlah sampel 2

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk memeriksa apakah dua atau lebih kelompok
data sampel memiliki varians yang sama. Dalam analisis regresi, penting untuk
memastikan bahwa kelompok-kelompok data memiliki varians yang serupa.
Langkah-langkah uji homogenitas meliputi :
1) Mencari varian/standar deviasi x dan y dengan rumus :
2) Mencari Fhitung dengan varian X dan Y dengan rumus :
3) Mencari Fhitung dengan Ftabel pada tabel distribusi F, dengan untuk varian
terbesar adalah dk pembilang n-1, untuk varian terkecil adalah dk penyebut n-
1.
Jika Fhitung < Ftabel berarti homogen
Fhitung > Ftabel berarti tidak homogen

12
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, kami akan menjelaskan hasil penelitian yang telah kami
lakukan, fokusnya adalah menguraikan proses pengembangan perangkat
pembelajaran berbasis penelitian dengan pendekatan STEM dan dampaknya
terhadap peningkatan keterampilan metakognisi mahasiswa dalam mengatasi
tantangan pemanfaatan cascara.
4.1 Sintaksis model pembelajaran research based learning (RBL) dengan
Pendekatan STEM
Pada bab ini, akan dijelaskan tentang sintaksis model pembelajaran
berbasis penelitian (RBL) dengan pendekatan pendidikan STEM yang bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan metakognisi mahasiswa dalam menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan pemanfaatan cascara. Permasalahan cascara yang
digunakan sebagai minuman teh herbal kesehatan dapat dilihat pada Gambar 4.1

Produksi cascara yang berlimpah telah dimanfaatkan namun belum maksimal. Bila dibuang
sembarangan menyebabkan polutan. cascara yang telah dikeringkan dengan metode tertentu
dapat dijadikan minuman sumber antioksidan alami

Science Technology Engineering Mathematic


Memahami Menggunakan Merancang Menganalisis
sifat fisis dan teknologi medan pembuatan teh efektivitas
kimia yang magnet dalam herbal cascara cascara sebagai
terkandung membuat cascara melalui variasi minuman teh
dalam cascara fermentasi proses pengeringan herbal kesehatan
dengan oven,
dehydrator, dll

Gambar 4.1 Problematika STEM dalam penggunaan Cascara sebagai teh


herbal Kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini yang berkaitan dengan masalah pemanfaatan
cascara kulit kopi arabika untuk teh herbal kesehatan melibatkan beberapa
tahapan seperti berikut: (1) Menentukan permasalahan mendasar: Cascara menjadi
polutan bila dibiarkan begitu saja (2) Terobosan penggunaan cascara: Membuat
cascara dengan fermentasi medan magnet untuk memperbaiki citarasa (3) data

13
terkait kandungan cascara melalui web browsing, dan media channel, (4)
membuat teh herbal cascara dengan metode pengeringan menggunakan oven,
dehydrator dan cahaya matahari , (5) uji organoleptik, (6) Mempresentasikan hasil
penelitian dan publikasi hasil penelitian dalam jurnal ilmiah. Rincian penerapan
model pembelajaran research based learning (RBL) dengan pendekatan STEM
dapat ditemukan dalam Gambar 4.2.

Masalah yang diangkat dalam kelompok penelitian

(2) Mengangkat masalah (2) Mengembangkan terobosan (3) Mengumpulkan


dasar terkait baru terkait pemanfaatan data terkait
penggunaan cascara : pemanfaatan Cascara
Cascara Fermented by
Cascara menjadi Fermented by
Magnetic Field untuk Magnetic Field untuk
polutan bila dibiarkan
Menghasilkan Teh Herbal Menghasilkan Teh
begitu saja (Sains)
Sehat Herbal Sehat
(ENGINEERING). (TECHNOLOGY)

(6) Mempresentasikan (5) Melakukan uji (4) Membuat teh herbal sehat dari
hasil penelitian yang organoleptik cascara (ENGINEERING)
diperoleh (MATHEMATICS)
(RBL REPORT)

Evaluasi menggunakan penilaian autentik

Gambar 4.2 Framework RBL dengan Pendekatan STEM

4.1.1 Capaian dan Tujuan Pembelajaran Mahasiswa


Capaian pembelajaran yang diharapkan yaitu mahasiswa dapat
menyelesaikan masalah terkait pemanfaatan cascara dari kulit kopi sebagai
minuman teh herbal kesehatan. Mahasiswa juga mempelajari bagaimana membuat
cascara yang baik dan benar, uji organoleptic serta uji kafein, trigonelin dan asam
klorogenat. Penggunaan model pembelajaran research based learning (RBL)
dengan Pendekatan STEM Education dalam konteks meningkatkan keterampilan
metakognisi mahasiswa dalam menangani permasalahan pemanfaatan cascara
memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan kompetensi dalam
setiap aspek yang terperinci sebagai berikut:
1. Pada aspek sains (science), mahasiswa diharapkan mampu untuk :

14
a. Memahami efek buruk cascara bila dibuang begitu saja dan dibiarkan
dibawah tanaman kopi akan menyebabkan pencemaran lingkungan,
mengembangkan pemahaman tentang karakteristik dan struktur kimia
cascara,
b. Mengembangkan pemahaman tentang fungsi cascara sebagai minuman teh
herbal Kesehatan
c. Mengembangkan pemahaman tentang bagaimana cara membuat cascara
dari kulit kopi arabika yang baik dan benar
2. Pada aspek teknologi (technology), mahasiswa diharapkan mampu untuk :
a. Memanfaatkan teknologi internet untuk mencari referensi.
b. Menunjukkan kemampuan dalam menggunakan peralatan laboratorium.
c. Menunjukkan kemampuan dalam melakukan proses pembuatan cascara
dengan motede pengeringan yang berbeda menggunakan oven, dehydrator,
dan cahaya matahari dengan fermentasi medan magnet
d. Menunjukkan kemampuan dalam menggunakan powerpoint untuk
presentasi.
3. Pada aspek teknik (engineering), mahasiswa diharapkan mampu untuk :
a. Menunjukkan kemampuan merancang dan merakit peralatan laboratorium
yang digunakan dalam proses pembuatan cascara dengan fermentasi medan
magnet menggunakan ELF
b. Menunjukkan kemampuan menggunakan peralatan tersebut dalam proses
pembuatan cascara dengan fermentasi medan magnet menggunakan ELF
4. Pada aspek matematika (mathematics), mahasiswa diharapkan mampu untuk :
a. Menunjukkan kemampuan menghitung volume perbandingan bahan kimia
yang dipakai dalam proses pembuatan cascara dengan fermentasi medan
magnet menggunakan ELF, termasuk perhitungan suhu pengeringan dan
waktu pengeringan dalam proses-proses tersebut.
b. Menguji karakteristik cascara dengan fermentasi medan magnet
menggunakan ELF melalui uji kafein, trigonelin, dan asam klorogenat serta
uji organoleptic

15
c. Menganalisis efektivitas penggunaan cascara sebagai antioksidan minuman
teh herbal kesehatan
4.1.2 Permasalahan
a. Aspek Sains (Sciences)
Cascara kopi sering diabaikan dan dibuang saat panen padahal
memiliki potensi manfaat besar. Dengan tingkat kelembapan tinggi,
pemrosesan diperlukan untuk hindari pencemaran. Isinya meliputi protein,
gula, mineral, karbohidrat, serat, lemak, dan kafein, serta senyawa
antioksidan fenolik seperti asam klorogenat. Pemanfaatan cascara melalui
teh dengan rasa unik dan makanan/minuman dapat mengurangi limbah
pertanian, mendapat manfaat gizi dan senyawa bioaktif, dan menjadi solusi
berkelanjutan..
b. Aspek Teknologi (Technology)
Pendidikan menghadapi tantangan era industri 4.0 dengan
teknologi dan big data. E-learning, solusi utama, memanfaatkan web,
komputer, dan lingkungan digital. Materi disampaikan melalui internet,
video, audio, siaran interaktif, dan CD-ROM. Juga dapat diakses melalui
artikel jurnal ilmiah.seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Penggunaan google untuk mencari jurnal


Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kunci
dalam pembelajaran. Peran aktif pengajar dan mahasiswa penting.
Motivasi dan keterampilan dalam TIK dibutuhkan untuk sukses e-learning.
Sumber informasi tentang pembuatan teh herbal dari cascara kopi tersedia
dalam artikel dan video. Agar lebih jelas dapat merujuk ke Gambar 4.4.

16
Gambar 4.4 Pemanfaatan aplikasi youtube sebagai referensi

Gambar 4.5 Video pembelajaran cascara yang dibuat oleh peneliti

c. Aspek Teknik (Engineering)


Aspek Teknik dalam STEM, peneliti melakukan langkah cara
pembuatan cascara dari awal hingga menjadi produk cascara yang siap
disajikan. Berikut alat dan bahan di laboratorium untuk proses pembuatan
cascara dengan fermentasi medan magnet hingga analisis kafein. Langkah-
langkah pembuatan cascara hingga analisis data dapat dilihat pada Gambar
4.6

Menyortir ceri kopi untuk Cascara dipisahkan dengan Cascara siap


digiling biji kopi difermentasi dengan
medan magnet

17
Menyiapkan mesin medan Kulit ceri kopi di bawah Buat media untuk bakteri
magnet sinar matahari

Tuang media ke dalam cawan Menumbuhkan bakteri pada Menghitung bakteri yang
petri media tumbuh

Memasukkan sampel ke dalam Masukkan sampel ke dalam Analisis data


botol stirrer LCMS menggunakan aplikasi
lab sollutions

Gambar 4.6 Langkah-langkah pembuatan cascara hingga analisis data

d. Aspek Matematika (Mathematics)


Analisis matematika memainkan peran penting dalam berbagai aspek
pembuatan cascara, mulai dari persiapan sampel hingga evaluasi hasil. Ini
melibatkan penggunaan perangkat lunak statistik seperti SPSS untuk
menguji signifikansi model pembelajaran RBL dengan pendekatan STEM
terhadap perkembangan keterampilan metakognisi mahasiswa dalam
menyelesaikan masalah yang terkait dengan pemanfaatan cascara sebagai

18
bahan dasar teh herbal. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan
citarasa cascara setelah mengalami perlakuan fermentasi dengan medan
magnet.

4.1.3 Pembelajaran research based learning (RBL) dengan Pendekatan STEM


Proses model pembelajaran research based learning (RBL) dengan
pendekatan STEM terbagi dalam beberapa tahap yang menggambarkan peran
mahasiswa dalam pembelajaran yang berfokus pada masalah pemanfaatan cascara
sebagai teh herbal kesehatan. Untuk rincian lebih lanjut mengenai setiap tahapan,
silakan merujuk ke Tabel 1-6. Untuk informasi lebih lengkap, Anda dapat
mengacu pada Tabel 4.1 hingga 4.6.Tabel 4.1 Kegiatan RBL dengan STEM
Education pada Cascara tahap pertama
STAGE ACTIVITY

(1) Mengangkat masalah 1. Dosen bertanya kepada mahasiswa “Tahukah kalian


mendasar terkait tentang pemanfaatan daun, batang, akar atau bagian
penggunaan cascara lain dari tanaman kopi? Selanjutnya menampilkan
(Sains) citra pasca panen kopi (proses pulping) dan realita
limbah tanaman kopi yang ada di petani.
2. Menanyakan kepada siswa “Apa yang harus
dilakukan agar sampah bernilai ekonomis? Berikan
link untuk melihat teh dari kulit kopi (cascara)
melalui situs jual beli online

Tabel 4.2 Kegiatan RBL dengan STEM Education pada Cascara tahap kedua
STAGE ACTIVITY

(2) Mengembangkan 1. Dosen meminta mahasiswa untuk mengidentifikasi


terobosan baru fisiologi kopi. Tanyakan kepada siswa “Bagaimana cara
terkait pemanfaatan mendapatkan kulit cascara utuh? Dosen kembali
Cascara Fermented bertanya kepada mahasiswa, “Kalau proses pengolahan
by Magnetic Field cascara sudah selesai, bagaimana produk bisa disimpan
untuk Menghasilkan dengan aman dan higienis? Dosen meminta mahasiswa
Teh Herbal Sehat mengidentifikasi alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
(Engineering) membuat teh cascara dan membuat desain kemasan
higienis?
2. Siswa berdiskusi dengan kelompok membahas alat dan
bahan yang dibutuhkan.
3. Dosen menugaskan mahasiswa untuk mencari literatur
terkait kandungan cascara yang bermanfaat bagi
kesehatan dan pengaruh fermentasi dengan medan
magnet pada produk.

19
Tabel 4.3 Kegiatan RBL dengan STEM Education pada Cascara tahap ketiga
STAGE ACTIVITY

(3) Mengumpulkan data 1. Dosen bertanya kepada mahasiswa “apa saja bahan
terkait penggunaan yang ada di dalam cascara? apakah ada manfaatnya
Cascara Fermentation bagi kesehatan, jika ada sebutkan! Dosen bertanya
kepada mahasiswa “Bagaimana pengaruh fermentasi
Magnetic Field untuk
terhadap produk? Dosen menugaskan mahasiswa untuk
mengetahui menganalisis isi artikel yang diberikan
kandungan Teh
Herbal Sehat melalui
browser atau youtube
(Teknologi)

2. Dosen menugaskan mahasiswa untuk membuat


hipotesis tentang praktikum yang akan dilaksanakan
berdasarkan literature review. Contoh hipotesis
“Cascara yang difermentasi dengan medan magnet
100μT selama 45 menit memiliki kandungan kafein
yang lebih rendah daripada cascara yang tidak
difermentasi.

Tabel 4.4 Kegiatan RBL dengan STEM Education pada Cascara tahap keempat
STAGE ACTIVITY

(4) Pembuatan teh herbal 1. Mahasiswa melakukan kegiatan praktikum sesuai


sehat dari cascara langkah-langkah yang telah ditentukan dengan
dengan cara bimbingan dosen
mengidentifikasi
cascara, melakukan 2. Siswa mengamati hasil praktikum dengan cara
treatment pada cascara mencatat hasilnya pada lembar yang telah disediakan.
(Engineering)
3. Siswa mengemas produk

Tabel 4.5 Kegiatan RBL dengan STEM Education pada Cascara tahap kelima
STAGE ACTIVITY

(5) Uji organoleptik dan uji 1. Uji organoleptik dilihat keefektifannya melalui
bakteri (Matematika) perubahan warna, rasa, aroma, dan keefektifan
fermentasi dilihat dari uji bakteri dengan perhitungan
matematis. Pengujian dilakukan terhadap 20 panelis

2. Dosen meminta mahasiswa melakukan uji bakteri


pada cascara sebelum dan sesudah perlakuan

Tabel 4.6 Kegiatan RBL dengan STEM Education pada Cascara enam tahap

20
STAGE ACTIVITY

(6) Mempresentasikan 1. Siswa mempresentasikan hasil penelitian


hasil penelitian menggunakan aplikasi tambahan sesuai kesepakatan
yang diperoleh dari kelompok. Presentasi dilakukan di depan kelas,
penelitian (Laporan kelompok lain memberikan tanggapan dengan
RBL) pertanyaan serta kritik dan saran. Mahasiswa
menyusun artikel ilmiah berdasarkan hasil penelitian
dengan bimbingan dosen.

2. Menyerahkan artikel yang telah dibuat ke jurnal


ilmiah internasional

4.2 Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Pengembangan perangkat pembelajaran melibatkan lima tahap utama,
yaitu analisis, perancangan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Dalam
proses pengembangan perangkat ini, dilakukan validasi dan uji keefektifan dari
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan.
4.2.1 Tahap Analisis (Analyse)
Dalam pengembangan perangkat pembelajaran, yang pertama dilakukan
adalah analisis kebutuhan, analisis mahasiswa dan analisis konsep yang termasuk
ke dalam tahap analyse.
a. Analisis awal akhir
Pada tahap ini diawali dengan melakukan analisis kebutuhan dengan
menyebarkan angket serta observasi pada petani kopi untuk mengetahui
permasalahan di lapangan. Selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan dengan
menyebarkan angket kepada dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Jember guna
mengetahui permasalahan pembelajaran.
Hasil wawancara mengenai permasalahan tanaman kopi, petani
mengatakan bahwa cuaca, iklim, pohon rindang, dan tinggi berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman kopi. Para petani tertarik untuk menjual biji kopinya secara
langsung sehingga mereka dapat hasil. Proses produksi kopi menghasilkan banyak
limbah. Berdasarkan pengamatan, tidak ada inovasi dalam penggunaan cascara
untuk memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sejumlah cascara yang melimpah
digunakan oleh petani sebagai pakan ternak dan sisanya dijual. Hasil penelitian

21
menunjukkan bahwa petani yang menggunakan cascara sebagai pupuk sebanyak
3,9%, pakan ternak sebesar 7,7%, menggunakan teh cascara sebesar 3,9%,
menjual cascara sebesar 65,3% dan membuangnya sebanyak 19,2%.
Observasi lainnya dilakukan pada kegiatan pembelajaran di jurusan
teknologi industry pangan Politeknik negeri Jember. Ketika kegiatan observasi
berlangsung, proses pembelajaran di kelas tersebut hanya menggunakan PPT saja
sebagai bahan pembelajaran mata kuliah. Dosen menyampaikan sedikit materi
dilanjutkan dengan presentasi mahasiswa. Ketika mahasiswa yang bertugas
melakukan presentasi, tampaknya banyak di antara mereka yang kehilangan
fokus. Beberapa bahkan terlibat dalam percakapan dengan teman sebelahnya, ada
yang asyik bermain ponsel, dan bahkan ada yang terlihat mengantuk. Situasi ini
sebagian besar disebabkan oleh jumlah mahasiswa yang cukup banyak di Poltek,
sehingga kegiatan perkuliahan terkadang tidak cukup merangsang mahasiswa
untuk menjadi aktif dan cenderung membuat mereka pasif. Selama penelitian
awal, peneliti menemukan bahwa banyak mahasiswa yang kurang familiar dengan
cascara, yang kemudian menjadi dorongan bagi peneliti untuk menjalankan
penelitian di sana. Namun, berdasarkan pengalaman yang dimiliki mahasiswa,
kami yakin bahwa inovasi terkait cascara dapat diwujudkan sesuai dengan
harapan.
Salah satu solusi yang mungkin untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan menggunakan LKM yang dirancang menarik dan dapat meningkatkan rasa
ingin tahu mahasiswa. Peneliti berencana untuk mengembangkan LKM dengan
menggunakan model pembelajaran research based learning dengan pendekatan
STEM. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keterampilan metakognisi
mahasiswa dalam mengatasi permasalahan terkait pemanfaatan cascara sebagai
bahan dasar pembuatan teh herbal kesehatan.
b. Analisis Mahasiswa
Analisis mahasiswa dilakukan melalui wawancara dengan kepala program studi
(kaprodi) yang mengajar mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah kopi dan
pasca panen kopi sebagai subjek penelitian.
c. Analisis konsep

22
Tujuan dari analisis konsep adalah untuk mengidentifikasi dan merinci secara
terstruktur konsep-konsep yang akan disampaikan kepada mahasiswa. Hasil dari
analisis pemanfaatan cascara sebagai bahan dasar teh herbal adalah sebagai
berikut:
Pembuatan teh herbal cascara

Menyiapkan alat dan bahan pembuatan cascara

Proses pembuatan cascara

Tahap sortasi Tahap penggilingan dan diberi perlakuan Tahap penjemuran

Cascara yang dihasilkan

Uji Kafein dan Citarasa Cascara

Gambar 4.7. Peta konsep kajian pembuatan cascara untuk teh herbal
d. Analisis tugas
Maksud dari analisis tugas adalah untuk mengenali dan menguraikan dengan
terstruktur tugas yang akan disampaikan kepada mahasiswa. Hasil dari
perumusan indicator pencapaian dalah sebagai berikut:
- Mahasiswa mampu merancang pembuatan cascara dari kulit kopi
- Mahasiswa mampu melakukan praktik pembuatan cascara dari kulit kopi
dengan berbagai inovasi
- Mahasiswa mampu melakukan uji citarasa cascara
- Mahasiswa mampu melakukan uji kafein, trigonelline dan asam klorogenat
4.2.2 Tahap perancangan (Design)
Langkah perancangan bertujuan untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran dengan hasil berupa desain awal (prototype) perangkat
pembelajaran. Tahapan ini dimulai setelah tujuan pembelajaran ditetapkan. Tahap
perencanaan ini terdiri dari empat tahap berikut:
a. Penyusunan standar tes

23
Perumusan tujuan pembelajaran, yang didasarkan pada analisis tugas dan
analisis konsep, menjadi dasar dalam penyusunan tes ini. Jenis tes yang digunakan
adalah tes riset berbentuk soal uraian yang telah dikembangkan oleh peneliti, yang
berkaitan dengan permasalahan pemanfaatan cascara.
b. Pemilihan Media
Media pembelajaran dipilih berdasarkan hasil analisis tugas, analisis materi,
karakteristik mahasiswa, serta ketersediaan sarana yang ada. Dalam konteks
penggunaan perangkat pembelajaran berbasis research-based learning, beberapa
media yang digunakan termasuk silabus, rencana pekan semester (RPS), rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja mahasiswa (LKM), dan tes
aktivitas riset (TAR). Semua media ini disusun dengan merujuk pada kerangka
model research-based learning untuk meningkatkan keterampilan metakognisi
mahasiswa. Selain media tersebut, ada beberapa media lain yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
1) Kertas quarto bergramasi 80g/m2 digunakan sebagai media untuk mencetak
dokumen seperti silabus, RPS, RPP, LKM, dan TAR yang telah
dikembangkan.
2) Microsoft Office Word 2010 digunakan sebagai alat untuk merancang
tampilan dan isi dokumen.
3) Microsoft Office Publisher digunakan sebagai alat untuk merancang tampilan
dan isi lembar kerja siswa (LKS).
4) Kamera digunakan untuk membuat video pembelajaran yang berkaitan
dengan pembuatan cascara, yang telah diproduksi oleh peneliti sebagai media
pendukung dalam pembelajaran.
Dengan beragam media tersebut, upaya pembelajaran dapat menjadi lebih efektif
dan beragam, membantu mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan
metakognisi mereka.

c. Pemilihan Format
Pemilihan format pembelajaran digunakan untuk merancang konten, memilih
strategi pembelajaran yang sesuai, dan menentukan sumber belajar yang akan
mendukung proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran ini

24
mengadopsi model pembelajaran research based learning (RBL) dengan
pendekatan STEM, yang menggunakan metode diskusi. Pendekatan ini sesuai
dengan tujuan utama penelitian, yaitu mengembangkan perangkat pembelajaran
berbasis RBL dengan pendekatan STEM dalam konteks pemecahan masalah
pemanfaatan cascara untuk pembuatan teh herbal kesehatan. Sumber-sumber
belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini mencakup buku, jurnal atau
artikel ilmiah, serta video pembelajaran yang relevan dengan materi yang
diajarkan.
 RTM
Rencana Tugas Mahasiswa (RTM) adalah sebuah petunjuk yang digunakan
oleh mahasiswa untuk mengakses informasi terkait mata kuliah, tujuan
pembelajaran, kompetensi yang harus dicapai, rincian tugas, format tugas, judul
tugas, deskripsi tugas, cara melaksanakan tugas, bentuk dan format hasil tugas,
penilaian yang akan digunakan, jadwal pelaksanaan, serta informasi tambahan dan
daftar referensi yang relevan.Tugas yang terdapat dalam RTM ini adalah (1)
Melakukan penelitian uji citarasa cascara dari beberapa perlakuan dan (2)
Melakukan presentasi hasil penelitian uji citarasa cascara. Pada penelitian ini
dilakukan pertemuan sebanyak tiga kali dan masing-masing selama 90 menit.
Pada pertemuan pertama mahasiswa mengerjakan soal pre-test lalu dilanjutkan
dengan penyajian materi oleh dosen terkait penggunaan cascara dari kulit kopi dan
mahasiswa mengerjakan LKM secara berkelompok. Sedangkan pada pertemuan
kedua mahasiswa melakukan praktikum pembuatan cascara hingga uji citarasa.
Pertemuan ketiga presentasi hasil diskusi kelompok terkait LKM yang diberikan
pada pertemuan pertama lalu dilanjutkan presentasi hasil uji organoleptic.
Selanjutnya mahasiswa mengejakan post-test untuk mengetahui adanya
peningkatan keterampilan metakognisi mahasiswa.

25
Gambar 4.8 Desain rancangan tugas mahasiswa (RTM)
 Lembar LKM
Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) dirancang berdasarkan langkah-
langkah dalam model pembelajaran research based learning dengan pendekatan
STEM, dengan memperhatikan indikator-indikator keterampilan metakognisi.
LKM diciptakan dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam memahami
konsep-konsep yang berkaitan dengan cascara yang diajarkan dalam
pembelajaran. Di dalam LKM juga terdapat sejumlah area kosong yang
disediakan untuk memudahkan mahasiswa dalam mencatat ide-ide mereka sendiri
saat mengatasi permasalahan yang diberikan.

Gambar 4.9 Desain lembar kerja mahasiswa (LKM)


 Desain Tes Hasil Belajar Mahasiswa (THBM)
Dalam penelitian ini, untuk mengukur kemampuan awal mahasiswa,
dilakukan pre-test pada awal pembelajaran, dan post-test diberikan pada akhir
pembelajaran untuk menilai perkembangan keterampilan metakognisi
mahasiswa. Tes yang diselenggarakan terdiri dari empat soal uraian yang
berkaitan dengan materi pemanfaatan cascara.

26
Gambar 4.10 Desain Tes Hasil Belajar Mahasiswa (THBM)
4.2.3 Tahap Pengembangan (Develop)
Pengembangan desain produk awal dimulai dengan merumuskan tujuan,
mengidentifikasi kegiatan yang diperlukan, serta merancang pembelajaran.
Setelah tahap perancangan selesai, langkah selanjutnya adalah membuat perangkat
pembelajaran dan instrumen pengumpulan data yang dibutuhkan. Setelah produk
selesai dibuat, maka dilakukan dua tahap validasi, yaitu validasi instrumen dan
validasi produk. Instrumen penelitian yang akan divalidasi mencakup berbagai
elemen seperti lembar Silabus, Rencana Pembelajaran Semester (RPS), Rencana
Pelaksanaan Perkuliahan (RPP), Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM), Tes
Aktivitas Riset (TAR), angket respon dosen, angket respon mahasiswa, dan
lembar pedoman observasi. Tahapan validasi dimulai pada tanggal 20 September
2021. Tahap validasi instrumen menghasilkan data dalam bentuk kuantitatif dan
kualitatif. Hasil penilaian berupa komentar dan saran yang diberikan oleh para
validator digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merevisi perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan. Tujuan dari proses validasi ini adalah
untuk memastikan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan memenuhi
standar kualitas yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang
efektif.
a. Penilaian para ahli/validator (expert appraisal)
Hasil penilaian dari validator digunakan sebagai panduan untuk melakukan
perbaikan pada perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, dengan tujuan

27
agar perangkat tersebut lebih sesuai untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
Validasi dalam penelitian ini dilakukan oleh empat validator, yang terdiri dari
dosen-dosen yang memiliki keahlian dan pengalaman di Program Studi
Pendidikan Biologi di FKIP Universitas Jember, serta dosen-dosen yang
berpengalaman di Program Studi Teknologi Industri Pangan di Politeknik Negeri
Jember.
Tabel 4.7 Daftar nama validator pada penelitian

No Validator Bidang
1 Bevo Wahono, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D STEM education
2 Prof. Dr. Indrawati, M.Pd Pendidikan Sains
3 Ir. Agus Santoso. M.Si Pengolahan Produk Nabati
4 Yani Subaktillah, S.TP.M.P Kopi

Hasil dari validasi oleh keempat validator menunjukkan bahwa perangkat


pembelajaran yang telah dikembangkan dapat digunakan dengan hanya perlu
dilakukan revisi kecil. Validator pertama, yaitu Bapak Bevo Wahono, S.Pd.,
M.Pd., Ph.D., memberikan saran agar ukuran tulisan disesuaikan untuk
membuatnya lebih menarik, dan menyarankan agar penulisan singkatan di
halaman awal ditampilkan dengan lebih jelas. Saran dari validator kedua berfokus
pada aspek kaidah EYD yang harus diterapkan secara baik dan benar pada rubrik
perangkat, dengan menyarankan agar rata kiri untuk tampilan yang lebih rapi.
Validator ketiga memberikan masukan untuk merancang pertanyaan yang lebih
kontekstual sesuai dengan situasi di lapangan. Sedangkan, validator keempat
menyarankan bahwa pengolahan cascara pasca panen harus diuraikan secara
runtut mulai dari tahap sortasi, penggilingan, penjemuran, hingga proses
packaging. Seluruh saran dari keempat validator akan diintegrasikan ke dalam
perangkat pembelajaran yang dikembangkan sehingga memenuhi standar kualitas
yang dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran yang efektif.
b. Uji coba lapangan (field trial)
Uji coba perangkat pembelajaran dilakukan setelah melalui proses validasi
dan revisi. Subjek penelitian dalam tahap uji coba adalah mahasiswa semester 4

28
Program Studi Teknologi Industri Pangan yang mengambil mata kuliah
pengolahan produk nabati. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama tiga
pertemuan. Selama proses pembelajaran, dilibatkan seorang observer yang
bertugas untuk mengamati aktivitas dosen dan mahasiswa. Hasil dari uji coba ini
digunakan untuk mengevaluasi efektivitas dan kelayakan perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan. Pada saat pembelajaran, peneliti bertindak sebagai
dosen dan didampingi oleh dua orang observer yang bertugas untuk mengamati
seluruh kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan berdasarkan lembar observasi
yang telah disiapkan sebelumnya. Hasil pengamatan terhadap pengelolaan
kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model research-
based learning dan pendekatan STEM berjalan cukup baik dan lancar.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2023, pada
pertemuan ini mahasiswa diberikan pre-test mengenai permasalahan cascara yang
terdapat di lingkungan perkebunan. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk
memastikan bahwa mahasiswa dapat memahami manfaat potensi cascara sebagai
bahan dasar pembuatan teh herbal kesehatan. Mahasiswa diberikan tugas untuk
mencari literatur dari berbagai jurnal yang relevan dengan topik pemanfaatan
cascara. Selanjutnya, mahasiswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan
mereka dalam kelompok berisi 4-5 orang.
Pertemuan kedua dilakukan pada hari kamis 19 Januari 2023. Tujuan
pembelajaran pada pertemuan ini adalah mahasiswa mampu menentukan struktur
buah kopi untuk memperoleh cascara yang berkualitas dengan tepat. Mahasiswa
ditugaskan untuk mencari referensi buah kopi yang dapat digunakan untuk membuat
cascara. Tugas selanjutnya mahasiswa ditugaskan untuk mengidentifikasi bagian struktur
dari kulit kopi yang dapat dijadikan cascara. Melalui tinjauan literatur, mahasiswa
ditugaskan untuk memilih metode pengupasan cascara yang baik dan benar untuk
mendapatkan cascara yang berkualitas hingga pemilihan variasi pengeringan cascara
berdasarkan rencana yang dipilih hingga menentukan kreasi teknologi untuk inovasi
pembuatan cascara.
Pada pertemuan ketiga, yang berlangsung pada hari Kamis tanggal 26 Januari
2023, tujuan pembelajaran adalah agar mahasiswa mampu merumuskan hasil penilaian
mutu dan melakukan analisis citarasa (organoleptic) terhadap cascara yang dihasilkan

29
dalam laboratorium. Sebelum memulai praktikum riset, mahasiswa diberikan Lembar
Kerja Mahasiswa (LKM) untuk membantu mereka memahami langkah-langkah
praktikum yang akan dilakukan. Mahasiswa diminta untuk merencanakan alat dan bahan
yang akan digunakan dalam praktikum, serta membuat langkah-langkah skematis
mengenai pembuatan cascara sesuai dengan desain penelitian yang telah dipilih.
Selanjutnya, mahasiswa diminta untuk melaksanakan praktikum dengan membuat cascara
sesuai dengan perlakuan yang telah dipilih, termasuk tahap sortasi, pengeringan, dan
packaging. Setelah produk selesai dibuat, dilakukan uji organoleptic oleh mahasiswa
panelis yang masuk secara bergantian ke dalam bilik organoleptic. Hasil praktikum dari
setiap kelompok direkap untuk mengetahui hasil uji kesukaan. Hasil laporan dari riset
mengenai cascara ini kemudian dikumpulkan dan dipresentasikan di depan kelas.
Meskipun waktu terbatas, post-test diberikan pada akhir perkuliahan untuk mengevaluasi
pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hasil dari pelaksanaan uji coba,
termasuk data pre-test dan post-test, hasil pengerjaan LKM, angket respon dari
mahasiswa dan dosen, serta lembar keterlaksanaan pembelajaran, akan dianalisis secara
menyeluruh. Hasil analisis ini akan menjadi dasar untuk melakukan revisi jika ditemukan
kekurangan dalam perangkat pembelajaran sehingga perangkat tersebut siap digunakan
dalam pembelajaran..
4.2.4 Tahap Implementation (penyebaran)
Tahap implementasi merupakan fase di mana produk akhir yang telah
dihasilkan digunakan dalam berbagai skenario pembelajaran yang lebih luas. Pada
tahap ini, perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, diuji coba, dan
direvisi akan diterapkan dalam berbagai konteks pembelajaran, termasuk di
berbagai kelas, institusi pendidikan lain, serta oleh berbagai dosen. Produk akhir
ini berupa perangkat pembelajaran yang telah terbukti valid, praktis, dan efektif
setelah melalui proses uji coba. Perangkat pembelajaran yang telah diuji coba dan
direvisi akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuannya.
Perangkat pembelajaran ini dirancang agar menarik dan siap untuk disebarluaskan
serta digunakan oleh dosen dan mahasiswa dalam berbagai konteks pembelajaran.
Pada penelitian ini, tahap penyebaran melibatkan pemberian perangkat
pembelajaran yang dikembangkan kepada mahasiswa S1 Teknologi Industri
Pangan di Politeknik Negeri Jember cabang Bondowoso yang menjadi subjek

30
penelitian, serta kepada dosen-dosen yang mengampu mata kuliah pengolahan
produk nabati di Politeknik Negeri Jember. Penyebaran perangkat pembelajaran
dilakukan dengan memberikan LKM yang menggunakan model pembelajaran
research based learning (RBL) dengan pendekatan STEM serta tes keterampilan
metakognisi di kelas eksperimen, sementara di kelas kontrol, diberikan LKM
tanpa menggunakan model pembelajaran research based learning (RBL) dengan
pendekatan STEM. Penyebaran ini dilakukan di Politeknik Negeri Jember cabang
Bondowoso. Berikut adalah dokumentasi dari proses penyebaran perangkat
pembelajaran pada skala yang lebih luas.

Gambar. 4.11 Uji penyebaran skala luas


4.2.5 Evaluation
Evaluasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memberikan penilaian
terhadap pengembangan perangkat pembelajaran. Pada tahap ini, evaluasi
difokuskan pada hasil dari tahap implementasi perangkat pembelajaran berbasis
riset dengan pendekatan STEM. Hasil dari evaluasi digunakan untuk memberikan
umpan balik terhadap pengembangan perangkat pembelajaran. Kemudian, revisi
perangkat pembelajaran dibuat berdasarkan hasil evaluasi atau kebutuhan yang
belum terpenuhi oleh tujuan pengembangan perangkat pembelajaran.

4.3 Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Hasil dari penelitian ini adalah perangkat pembelajaran research based
learning (RBL) dengan pendekatan STEM yang terkait dengan pemanfaatan
cascara sebagai teh herbal kesehatan. Perangkat tersebut mencakup berbagai
komponen, seperti instrumen yang telah divalidasi, Silabus, Rencana

31
Pembelajaran Semester (RPS), Rencana Pelaksanaan Perkuliahan (RPP), Lembar
Kegiatan Mahasiswa (LKM), dan Tes Aktivitas Riset (TAR). Selain itu, hasil
penelitian juga mencakup angket respon dosen, angket respon mahasiswa, dan
lembar pedoman observasi sebagai bagian dari perangkat pembelajaran yang
dikembangkan.
4.3.1 Validitas
Penilaian validitas terdiri dari validitas instrumen dan validitas produk.
Validasi dilakukan oleh ahli dan pengguna (dosen pengampu mata kuliah).
Berikut hasil dan pembahasannya
a) Hasil Validasi Intrumen
Data lengkap hasil dan analisis validasi instrumen (Lampiran) Hasil penilaian
validasi instrumen dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil Validasi Instrumen
Indikator Hasil Validasi (%)
No Instrumen
1 2 3 4
1 Lembar Instrumen a. Kesesuaian dengan kisi-
3 4 4 4
Validasi Silabus kisi
b. Aspek format 3 4 4 4
c. Aspek isi/materi 3 3 4 4
d. Aspek 4
4 3 4
kebahasaan/tulisan
Jumlah Skor 13 14 20 20
Persentase 81,2% 87,5% 100% 100%
Kategori Sangat Sangat Sangat Sangat
Valid Valid Valid Valid
Rata-rata Persentase Keseluruhan 92,1%
Kategori Sangat Valid
2 Lembar Instrumen a. Kesesuaian dengan kisi-
4 4 4 4
Validasi RPS kisi
b. Aspek format 3 4 4 4
c. Aspek isi/materi 4 3 4 4
d. Aspek
3 3 4 4
kebahasaan/tulisan
Jumlah Skor 16 14 16 16
Persentase 87,5% 87,5% 100% 100%
Kategori Sangat Sangat Sangat Sangat
Valid Valid Valid Valid
Rata-rata Persentase Keseluruhan 93,7%
Kategori Sangat Valid
3 Lembar Instrumen a. Kesesuaian dengan kisi-
4 4 4 4
Validasi RPP kisi
b. Aspek Tujuan
4 4 4 4
Pembelajaran
c. Aspek isi/materi 4 3 4 4

32
d. Aspek kebahasaan 4 4 4 4
e. Aspek Waktu 3 4 4 4
Jumlah Skor 19 19 20 20
Persentase 95% 95% 100% 100%
Kategori Sangat Sangat Sangat Sangat
Valid Valid Valid Valid
Rata-rata Persentase Keseluruhan 97,5%
Kategori Sangat Valid
4 Lembar Instrumen a. Kesesuaian dengan kisi-
3 4 4 4
Validasi lembar kisi
kerja mahasiswa b. Aspek isi/materi 4 4 4 4
c. Aspek tampilan
4 4 4 4
menyeluruh
d. Aspek kebahasaan 3 3 4 4
e. Aspek penyajian 4 3 4 4
Jumlah Skor 18 18 20 20
Persentase 90% 90% 100% 100%
Kategori Sangat Sangat Sangat Sangat
Valid Valid Valid Valid
Rata-rata Persentase Keseluruhan 95%
Kategori Sangat Valid
5 Lembar Instrumen a. Kesesuaian dengan kisi-
3 4 4 4
Validasi tes aktivitas kisi
research b. Aspek isi/materi 4 4 4 4
c. Aspek tampilan
4 3 4 4
menyeluruh
d. Aspek kebahasaan 4 3 4 4
Jumlah Skor 15 14 16 16
Persentase 93,7% 83,7% 100% 100%
Kategori Sangat Sangat Sangat Sangat
Valid Valid Valid Valid
Rata-rata Persentase Keseluruhan 94,3%
Kategori Sangat Valid

Secara keseluruhan, rerata hasil validasi seluruh instrumen adalah sebesar


94,5% dengan kategori sangat valid. Oleh karena itu, semua instrumen dapat
digunakan dalam tahap selanjutnya karena telah memenuhi standar validitas yang
diperlukan. Hasil dari proses validasi tidak hanya berupa data kuantitatif, tetapi
juga berisi data kualitatif berupa kritik dan saran yang diberikan oleh validator,
serta hasil revisi yang telah dilakukan terhadap instrumen penelitian, yang dapat
ditemukan dalam Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Kritik dan Saran yang diberikan oleh Validator terhadap Instrumen
Penelitian
No Instrumen Kritik dan Saran Hasil Revisi
1 Lembar validasi 1. Komponen yang 1. Silabus yang telah dibuat oleh
silabus divalidasi dapat peneliti disesuaikan dengan

33
disesuaikan dengan Permendikbud No.3 tahun 2020
Permendikbud No.3 sebagai acuan untuk
tahun 2020 tentang pengembangan RPS
kebijakan MBKM Ukuran tulisan (font) buku
panduan pembelajaran
diperbesar dari ukuran 12 ke 16
2 Lembar validasi 1. Ukuran tulisan (font) 1. Ukuran tulisan (font) RPS
rencana RPS terlalu kecil diperbesar dari ukuran 12 ke 16
pembelajaran
semester
3 Lembar validasi 1. Format penulisan RPP 1. RPP yang telah dikembangkan
rencana diperbaiki dan oleh peneliti direvisi, dijabarkan
pelaksanaan disesuaikan dengan dari silabus untuk mengarahkan
pembelajaran format yang telah kegiatan belajar yang
(RPP) ditunjukkan memperhatikan latar belakang
peserta didik, mendorong
pasrtisipasi aktif serta
memperhatikan prinsip
keterkaitan dan keterpaduan
serta berbasis riset dengan
pendekatan STEM Education
4 Lembar validasi 1. Tampilan LKM dibuat 1. Gambar LKM dicetak berwarna
LKM lebih menarik dan dan didesain menarik
berwarna
5 Lembar validasi 1. Perlu diperhatikan variasi 1. Variasi tingkat kesulitan soal
tes aktivitas serta tingkat kesulitan disebar secara rata
research soal

Instrumen penelitian yang telah tercantum dalam Tabel 4.8 dan Tabel 4.9
dapat digunakan setelah mengalami revisi kecil, sehingga siap untuk digunakan
dalam tahap berikutnya, yaitu validasi produk oleh ahli dan praktisi.
b) Data Hasil Validasi Produk oleh Ahli dan Praktisi
Tahap berikutnya adalah validasi perangkat pembelajaran oleh dosen ahli dan
praktisi, yaitu dosen yang mengampu mata kuliah terkait. Validasi produk ini
dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2021. Hasil dari validasi produk ini mencakup
data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif mencakup penilaian terhadap
produk yang divalidasi, sedangkan data kualitatif mencakup kritik dan saran yang
disampaikan oleh para validator. Data kuantitatif dan kualitatif tersebut kemudian
dianalisis untuk menentukan validitas perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan. Detail hasil validasi oleh para validator dapat ditemukan dalam
Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Data Hasil Validasi oleh Validator
Rerata ±SD
No Produk Indikator Kategori Validator
(%)

34
1 Silabus a. Isi yang disajikan 96% Sangat Valid Dosen Ahli
b. Bahasa 100% Sangat Valid
c. Waktu 95,7% Sangat Valid
Silabus a. Isi yang disajikan 100% Sangat Valid Praktisi
b. Bahasa 100% Sangat Valid (Dosen
c. Waktu 100% Sangat Valid Pengampu
matakuliah)
2 RPS a. Format 100% Sangat Valid Dosen Ahli
b. Isi 88,3% Sangat Valid
c. Bahasa dan Tulisan 97,9% Sangat Valid
RPS a. Format 100% Sangat Valid Praktisi
b. Isi 87,5% Sangat Valid (Dosen
c. Bahasa dan Tulisan 87,5% Sangat Valid Pengampu
matakuliah)
3 RPP a. Perumusan Tujuan 98,3% Sangat Valid Dosen Ahli
Pembelajaran
b. Isi yang disajikan 96,6% Sangat Valid
c. Bahasa 97,2% Sangat Valid
d. Waktu 95,8% Sangat Valid
RPP a. Perumusan Tujuan 87,5% Sangat Valid
Pembelajaran
b. Isi yang disajikan 90% Sangat Valid
c. Bahasa 85% Sangat Valid
d. Waktu 87,5% Sangat Valid
4 LKM a. Isi yang disajikan 91,6% Sangat Valid Dosen Ahli
b. Bahasa 95,8% Sangat Valid
LKM a. Isi yang disajikan 91,6% Sangat Valid Praktisi
b. Bahasa 95,8% Sangat Valid (Dosen
Pengampu
matakuliah)
5 Pre-test a. Format 88,9% Sangat Valid Dosen Ahli
dan Post- b. Isi 88,8% Sangat Valid
test c. Bahasa dan Tulisan 88,8% Sangat Valid
Pre-test a. Format 91,6% Sangat Valid Praktisi
dan Post- b. Isi 86% Sangat Valid (Dosen
test c. Bahasa dan Tulisan 88,8% Sangat Valid Pengampu
matakuliah)

35
Rerata Hasil Validasi 96% Sangat Valid
Produk Keseluruhan

Data dalam Tabel 4.10 mengungkapkan bahwa hasil validasi perangkat


pembelajaran oleh ahli dan praktisi menunjukkan rerata sebesar 96% dengan
kriteria sangat valid. Hasil validasi ini tidak hanya mencakup data kuantitatif,
tetapi juga data kualitatif berupa kritik dan saran dari para validator terhadap
produk yang sedang dikembangkan. Kritik dan saran dari validator terhadap
produk penilaian dapat ditemukan dalam Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Kritik dan Saran yang diberikan oleh Validator Terhadap Produk
Penelitian
No Produk Validator Kritik dan Saran Hasil Revisi
1 Silabus Ahli 1 1. Dalam silabus sebaikmya 1. Pada silabus telah ditambahkan
ditambahkan Sub-CPMK Sub-CPMK
2. Ukuran font harus sesuai 2. Font diganti times new roman,
saran ukuran 12

Ahli 2 1. Beberapa komponen 1. Telah ditambahkan Sub-CPMK


indicator yang dituangkan sesuai indicator no 1 pada
pada lembar validasi tidak lembar valiadasi.
terdapat pada silabus

2. Referensi yang digunakan 2. Referensi telah diperbarui


dalam silabus tidak tepat
untuk judul matakuliah
Ahli 3 1. Penulisan identitas harus 1. Ditambahkan nama coordinator
lengkap, nama pengembang, pengembang “nurul komaria”
dosen pengampu dll
2 RPS Ahli 1 1. Di deskripsi MK metode 1. Mengganti metode Project
(Rencana yang digunakan adalah PBL Based Learning (PBL) dan atau
Pembelajaran bukan RBL model Research Based Learning
Semester) (RBL) dengan pendekatan
STEM education
2. Menghapus CPL S1 : Bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan mampu menunjukkan sikap
religius, dan S8 :
Menginternalisasi nilai, norma
2. Beberapa CPMK tidak dan etika akademik
sesuai dengan CPL (ada
CPL yang tidak masuk) 3. CPMK 1 =
a. Menjelaskan konsep teoritis
karakteristik bahan pangan nabati
dan
b. Mendemostrasikan rangkaian
kegiatan praktikum sesuai dengan
Buku Kerja Praktek Mahasiswa

36
secara mandiri dan bertanggung
jawab (S9, P1, P2)
CPMK 2 = Menjelaskan konsep
teoritis prinsip-prinsip pengujian
3. Sub CPMK harusnya terdiri bahan pangan secara fisik, kimia,
dari satu kata kerja mikrobiologis, dan sensoris
operasional, silahkan Memahami prinsip kerja instrument
dipisah-pisah pengujian secara mandiri dan
bertanggung jawab (S9, P3)
CPMK 3 = Menjelaskan konsep
teoritis tentang pengolahan dan
diversivikasi bahan pangan
unggulan secara mandiri dan
bertanggung jawab (S9,P10)
CPMK 4 = Memecahkan masalah
pekerjaan dengan sifat dan konteks
yang sesuai dengan bidang keahlian
terapannya didasarkan pada
pemikiran logis, inovatif secara
mandiri dan bertanggung jawab
(S9,KU3)
CPMK 5 = Merintis usaha baru di
bidang pangan menggunakan
prinsip-prinsip keilmuan dan
keterampilan pengolahan pangan
secara mandiri dan mempunyai jiwa
kewirausahaan (S10,KK8)

Ahli 2 1. Ada beberapa pilihan kata 1. Pada Sub-CPMK 1: Mahasiswa


kerja dalam rumusan sub- mampu menjelaskan karakteristik
CPMK yang belum jelas tanaman perkebunan, Mahasiswa
dapat diukur dan penjelasan mampu mendiskusikan karakteristik
pada kriteria penilaian dan tanaman perkebunan
indicator penilaian masih (C3,A3) telah disiapkan lembar
belum jelas partisipasi lengkap dengan rubrik
pada bagian akhir RPS

Ahli 3 Apakah kata 1. Kata mempertimbangkan dalam


mempertimbangkan dalam taksonomi bloom masuk dalam
kalimat “Mahasiswa mampu C6 evaluasi
mempertimbangkan tahapan
pengolahan gula kelapa, gula
batok, gula semut, dan gula
tebu” termasuk KKO?
3 Rencana Ahli 1 1. Tidak Terdapat sub-CPMK 1. Telah ditambahkan sub-CPMK :
Pelaksanaan maupun tujuan pembelajaran Mahasiswa mampu menjelaskan
Pembelajaran dan mempraktekkan diversifikasi
(RPP) dari produk pengolahan coklat,
dan kopi, (C3,A3) dan
Mahasiswa mampu menerapkan
dan mempertimbangkan uji
sensoris terhadap coklat, kopi, teh
dan rempah rempah (C3,A3)

Ahli 2 1. Kalimat pada KAD ditata

37
yang bagus 1. Merubah kalimat : Setelah akhir
pembelajaran, diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan
manfaat cascara dengan benar.
Mahasiswa dapat menentukan
struktur buah kopi untuk
memperoleh cascara yang
berkualitas dengan tepat.
Mahasiswa dapat mengkreasikan
teknologi untuk pengolahan cascara
fermentasi seperti dengan medan
magnet, dehydrator dan mesin oven
dengan benar.
Mahasiswa dapat merumuskan hasil
penilaian mutu dan analisis citarasa
(organoleptic) terhadap cascara
yang dihasilkan dilaboratorium
dengan benar serta mahasiswa
dapat menampilkan hasil dalam
bentuk artikel terkait riset tentang
cascara dan dipresentasikan di
depan kelas dengan tepat.

Ahli 3 1. RBLnya tidak begitu 1. Ditambahkan sintaks RBL pada


kelihatan, hanya seperti RPP
penugasan untuk praktikum
di lab. Begitu juga
STEMnya
4 Lembar Ahli 1 1. Cara penulisan 1. Judul cover tidak disingkat
Kerja ringkasan/singkatan kurang 2. Agar terlihat, STEM ditulis pada
Mahasiswa tepat/ kurang jelas seperti setiap bagian
(LKM) yang tertulis pada cover
2. STEMnya tidak terlalu
terlihat.
Ahli 2 1. Indikator Pencapaian harus 1. Melalui model pembelajaran
dituliskan dengan struktur berbasis riset dengan pendekatan
kalimat yang benar (ikuti STEM yang dikolaborasikan
kaidah EYD dan SPOK dengan salah satu indikator
dalam mengkonstruk keterampilan metakognisi :
kalimat) a. Mahasiswa dapat menjelaskan
manfaat cascara dengan benar.
b. Mahasiswa dapat menentukan
struktur buah kopi untuk
memperoleh cascara yang
berkualitas dengan tepat.
c. Mahasiswa dapat
mengkreasikan teknologi
untuk pengolahan cascara
fermentasi seperti dengan
medan magnet, dehydrator
dan mesin oven dengan benar.
d. Mahasiswa dapat
merumuskan hasil penilaian
mutu dan analisis citarasa
(organoleptic) terhadap

38
cascara yang dihasilkan
dilaboratorium dengan benar.
e. Mahasiswa dapat
menampilkan hasil dalam
bentuk artikel terkait riset
tentang cascara dan
dipresentasikan di depan kelas
dengan tepat
Ahli 3 1. Format penulisan keterangan 1. Memperbaiki penulisan kata
diperbaiki gambar dengan huruf G Kapital.
Memperbaiki kata yang tidak
diberi spasi
Dosen 1 1. Gambar pada LKM terlalu 1. Gambar pada LKM diperbesar
kecil sehingga tampak mata
Dosen 2 1. Agar rapi, format LKM 1. Format LKM telah
menggunakan 1 spasi ketika menggunakan 1 spasi pada tabel
menuliskan tabel
5 Pre-Test dan Ahli 2 1. Perlu variasi soal untuk 1. Membuat pertanyaan dengan
dan Post- pretest dan post-test kata yang berbeda untuk
Test jawaban yang sama
Dosen 1 1. Pada soal pretest dan 1. Pada pre-test dan postest
1 posttest hendaknya ditambahkan alokasi waktu
dituliskan alokasi
waktu

Berdasarkan hasil validasi serta revisi terhadap produk penelitian maka


pengembangan perangkat pembelajaran dapat dikatakan valid, sehingga produk
dapat diuji coba pada uji terbatas/uji kelompok kecil. Kelas yang digunakan
sebagai kelas uji kelompok kecil yaitu mahasiswa universitas Muhammadiyah
jember prodi Teknologi Industri Pangan.

4.3.2 Uji Kepraktisan


Uji Kepraktisan dilakukan untuk menilai sejauh mana perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan dapat diterapkan dalam praktik.
Kepraktisan perangkat pembelajaran ini dievaluasi melalui analisis aktivitas yang
terjadi selama proses belajar mengajar, termasuk aktivitas mahasiswa dan
peneliti/dosen yang terlibat dalam pembelajaran. Untuk mengamati aktivitas
belajar, dua orang observer ditugaskan untuk mengamati dan mencatat informasi
yang relevan dalam lembar observasi. Observasi ini dilakukan selama tiga kali
pertemuan. Hasil pengamatan yang diberikan oleh kedua observer kemudian

39
dijumlahkan, direkap, dan dianalisis. Hasil analisis aktivitas pembelajaran
direpresentasikan dalam Tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12 Rekapitulasi skor hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran
No Indikator Rerata Kategori
1 Sintaks 91.9 Sangat Baik
2 Sistem Sosial 88.7 Sangat Baik
3 Prinsip Reaksi dan Pengelolaan 93.2 Sangat Baik
Rerata Respon Dosen 91.2 Sangat Baik

Berdasarkan data di Tabel 4.12, rerata respon dosen dalam penelitian yang
telah dilakukan sebesar 91.2 Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil
observasi keterlaksanaan pembelajaran memenuhi kriteria sangat baik.
a. Respon Dosen dan Mahasiswa
Data respon dosen terhadap model pembelajaran berbasis riset dengan
pendekatan STEM education dapat dilihat pada Tabel 4.13
Tabel 4.13 Data Respon Dosen Terhadap Model Pembelajaran Sinektik
dengan Pendekatan STEM
No Indikator Rerata Kategori
1 Pendahuluan 100 Sangat Baik
2 Inti 83.9 Sangat Baik
3 Penutup 89.1 Sangat Baik
Rerata Respon Dosen 91 Sangat Baik

Data pada Tabel 4.13 menunjukkan hasil rerata respon dosen terhadap
pengembangan perangkat pembelajaran berbasis riset dengan pendekatan STEM
sebesar 91% dengan kategori sangat baik. Selain data kuantitatif, data respon
dosen juga mencakup aspek kualitatif berupa kritik dan saran yang diberikan oleh
dosen dan observer terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis riset
dengan pendekatan STEM, yang dapat ditemukan pada Tabel 4.14
Tabel 4.14 Kritik dan Saran yang diberikan oleh Observer pada Uji Kelompok
Besar/Uji Lapang
No Sumber Kritik dan Saran Perbaikan
1 Observer 1 1. Tahap exposure stage 1. Membimbing mahasiswa
mahasiswa kesulitan Dengan memberikan
mencari artikel inovasi link artikel yang telah
pemanfaatan cascara karena didapatkan oleh peneliti
memasukkan kata kunci
yang kurang pas

40
2 Observer 2 1. Tahap experience stage, 1. Membimbing mahasiswa
mehasiswa tampak dengan memberikan
kebingunan untuk bimbingan dengan
berinovasi dalam penelitian menanyakan praktek apa
yang akan dilakukan yang telah dilakukan
saat perkuliahan, hal ini
dapat dilakukan adopsi
perlakuan untuk inovasi
cascara.

Kritik dan saran yang diberikan oleh dosen dan observer merupakan masukan
berharga untuk proses evaluasi dan perbaikan dalam pembelajaran. Selanjutnya,
data mengenai respon mahasiswa terhadap uji kelompok besar dapat ditemukan
pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Data Respon Mahasiswa Terhadap Model Pembelajaran Sinektik
dengan Pendekatan STEM
No Indikator Rerata Kategori
1 Minat terhadap pembelajaran 76,6 Baik
2 Kegunaan mengikuti pembelajaran 75,7 Baik
3 Ketertarikan mengikuti pembelajaran 75 Baik
bab selanjutnya
Rerata respon siswa 75,7 Baik

Data respon mahasiswa terhadap pengembangan perangkat pembelajaran


berbasis riset dengan pendekatan STEM untuk rerata respon siswa keseluruhan
yaitu 75,7 dengan kategori baik.

4.3.3 Uji Keefektifan


Dalam mengevaluasi efektivitas perangkat pembelajaran, kita akan
mempertimbangkan hasil tes keterampilan metakognisi mahasiswa, observasi
aktivitas mahasiswa, dan respon mereka terhadap pembelajaran. Pertama, hasil
dari rekapitulasi keterampilan metakognisi mahasiswa menunjukkan bahwa 40
dari 50 mahasiswa mencapai nilai di atas 75, yang menghasilkan persentase
ketuntasan sebesar 90%. Hal ini mengindikasikan bahwa perangkat pembelajaran
yang dikembangkan efektif dalam meningkatkan keterampilan metakognisi
mahasiswa.

41
Selanjutnya, untuk mengukur efektivitas perangkat yang digunakan,
dilakukan analisis uji paired sampel t-test. Hasil dari analisis ini dapat ditemukan
dalam Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Hasil Uji Paired Sampel T-Test
Paired Samples Test
Sig. (2-
Paired Differences t df
tailed)
Std. 95% Confidence Interval
Std. of the Difference
Mean Error
Deviation
Mean Lower Upper
Pair Pretest- -8.860 4.558 .645 -10.155 -7.565 -13.745 49 .000
1 PostTest

Dari Tabel 4.16, kita dapat melihat bahwa hasil uji paired sampel t-test
menunjukkan nilai t-hitung yang signifikan pada tingkat signifikansi 0,05, yang
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara nilai pre-test dan post-test.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan perangkat pembelajaran
RBL-STEM memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan
keterampilan metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah pemanfaatan
cascara sebagai teh herbal kesehatan.
a. Analisis observasi aktivitas mahasiswa
Hasil observasi aktivitas mahasiswa yang telah dilakukan dapat dilihat pada
Tabel 4.17

Tabel 4.17 Rekapitulasi skor hasil observasi aktivitas mahasiswa


Skor Pertemuan ke-
Tahap Indikator Rata-rata Rata-rata %
1 2 3
Awal Kegiatan awal pembelajaran 4 4 4 4 100%
Inti Kegiatan inti pembelajaran 3,4 3,4 3,2 3.3 83.3%
Akhir Kegiatan akhir pembelajaran 3,6 3,6 3,6 3.6 91.6%
Rata-rata skor tiap pertemuan 3,6 3,6 3.6
Presentase skor tiap pertemuan 91,66% 91,66% 91,66%
Rata-keseluruhan skor 3.63
Presentase keseluruhan rata-rata skor 91.6%

Dalam Tabel 4.17, hasil rata-rata untuk setiap pertemuan dari pertemuan 1
hingga 3 adalah sebesar 91,6%. Hasil skor keseluruhan memiliki rata-rata sebesar

42
3.63 dengan persentase sebesar 91,6%, yang memenuhi kriteria sangat baik.
Profil pre-test keterampilan metakognisi dari 30 mahasiswa dalam kelas
kontrol bervariasi, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.12. Berdasarkan hasil
penelitian pada kelas kontrol, terdapat 2 mahasiswa (6,67%) yang berada dalam
kategori "super", 3 mahasiswa (10%) berada pada kategori "OK", 22 mahasiswa
(73,3%) berada pada kategori "development", 3 mahasiswa (10%) berada pada
kategori "cannot really", dan tidak ada mahasiswa yang berada dalam kategori
"risk" dan "not yet".

Gambar 4.12 Profil Pretest Keterampilan Metakognisi Mahasiswa di Kelas


Kontrol
Profil pre-test keterampilan metakognisi pada 50 mahasiswa dalam kelas
eksperimen juga menunjukkan variasi, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.13.
Berdasarkan hasil penelitian pada kelas eksperimen, terdapat 2 mahasiswa (4%)
yang berada dalam kategori "super", 9 mahasiswa (18%) berada pada kategori
"OK", 36 mahasiswa (72%) berada pada kategori "development", 3 mahasiswa
(6%) berada pada kategori "cannot really", dan tidak ada mahasiswa yang berada
dalam kategori "risk" dan "not yet". Untuk informasi lebih lanjut, hasil pre-test
keterampilan metakognisi mahasiswa dapat dilihat pada Gambar 4.13.

43
Gambar 4.13 Profil Pretest Keterampilan Metakognisi Mahasiswa di Kelas
Eksperimen
Profil post-test keterampilan metakognisi pada 30 mahasiswa dalam kelas
kontrol juga menunjukkan variasi, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.14.
Berdasarkan hasil penelitian pada kelas kontrol, terdapat 2 mahasiswa (6.67%)
yang berada dalam kategori "super", 18 mahasiswa (60%) berada pada kategori
"OK", 9 mahasiswa (30%) berada pada kategori "development", 1 mahasiswa
(3.3%) berada pada kategori "cannot really", dan tidak ada mahasiswa yang
berada pada kategori "risk" dan "not yet". Untuk informasi lebih lanjut, hasil post-
test keterampilan metakognisi mahasiswa dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14 Profil Post-test Keterampilan Metakognisi Mahasiswa di Kelas


Kontrol
Profil post-test keterampilan metakognisi pada 50 mahasiswa dalam kelas
eksperimen juga menunjukkan variasi, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.15.
Berdasarkan hasil penelitian pada kelas eksperimen, terdapat 2 mahasiswa (4%)

44
yang berada dalam kategori "super", 36 mahasiswa (72%) berada pada kategori
"OK", dan 12 mahasiswa (24%) berada pada kategori "development". Tidak ada
mahasiswa yang berada dalam kategori "cannot really", "risk", dan "not yet".
Untuk informasi lebih lanjut, hasil post-test keterampilan metakognisi mahasiswa
dapat dilihat pada Gambar 4.15

Gambar 4.15 Profil Post-test Keterampilan Metakognisi Mahasiswa di Kelas


Eksperimen
Table 4.18. Test of Homogenity of Variances
Keterampilan Metakognisi Mahasiswa
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.682 1 98 .411

Hasil uji homogenitas nilai keterampilan metakognisi pretest dan posttest


(Tabel 4.18) menunjukkan bahwa nilai (Sig.) pada uji Varians Homogenitas
adalah sebesar 0.411. Dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, dapat
disimpulkan bahwa asumsi homogenitas varians terpenuhi, yang berarti data
memiliki varian yang sama atau homogen. Selanjutnya, uji normalitas dilakukan
dalam penelitian ini untuk mengevaluasi apakah sebaran data berdistribusi normal
atau tidak. Dalam penelitian ini, data dikatakan memiliki sebaran yang signifikan
jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar atau sama dengan 0,05 (Sig. > 0,05). Data
uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.19
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas pada kelas Kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30

45
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
4.28925463
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .087
Positive .087
Negative -.085
Test Statistic .087
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

Berdasarkan Tabel 4.19, hasil uji normalitas memiliki nilai signifikansi masing-
masing kelompok diperoleh nilai signifikansi 0.200 lebih besar dari nilai (0,05),
artinya sampel penelitian adalah terdistribusi normal.
Tabel 4.20 Hasil Uji Independent Sample Test
Group Statistics
Std. Error
JenisTes N Mean Std. Deviation Mean
Metakognisi Pretest 50 63.42 8.162 1.154
Posttest 50 72.28 6.465 .914

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Mean Error Interval of the
Sig. (2- Differe Differenc Difference
F Sig. t df tailed) nce e Lower Upper
Metakognisi Equal variances
.682 .411 -6.017 98 .000 -8.860 1.473 -11.782 -5.938
assumed
Equal variances 93.
-6.017 .000 -8.860 1.473 -11.784 -5.936
not assumed 120
Berdasarkan hasil uji independent sample test (Tabel 4.20) pada kelas kontrol
untuk pretest yang melibatkan 50 mahasiswa, nilai mean adalah 63,42 dengan
standar deviasi 8,162. Sementara itu, pada posttest dengan partisipasi yang sama,
nilai mean adalah 72,28 dengan standar deviasi 6,465. Tabel 4.20 juga
menunjukkan hasil uji-t pada tingkat kepercayaan 5% (2-tailed) adalah 0,000,
yang kurang dari 0,05. Ini mengindikasikan bahwa t-hitung lebih kecil dari t-tabel,
yang berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima.

46
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
dalam keterampilan metakognisi antara kelas kontrol dan kelas eksperimen ketika
perangkat pembelajaran RBL-STEM diterapkan. Kesimpulannya, penerapan
perangkat pembelajaran RBL-STEM dapat meningkatkan keterampilan
metakognisi mahasiswa dalam menyelesaikan masalah terkait pemanfaatan
cascara untuk teh herbal kesehatan.
d. Potret Fase
Potret tahap ini didasarkan pada indikator-indikator keterampilan
metakognisi mahasiswa dalam menyelesaikan tugas terkait pemanfaatan cascara
sebagai teh herbal. Proses ini melibatkan wawancara dengan mahasiswa untuk
memperoleh wawasan tentang bagaimana mereka mengatasi dan menyelesaikan
tugas yang telah diberikan. Dengan menganalisis tugas yang diberikan serta hasil
wawancara, peneliti dapat mengidentifikasi pola berpikir yang digunakan oleh
mahasiswa. Kemampuan metakognisi mahasiswa kemudian dikategorikan
menjadi tiga tingkat, yaitu kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, sesuai dengan
pedoman universitas yang telah ditetapkan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, mahasiswa telah menyelesaikan
semua permasalahan dalam pemanfaatan cascara untuk teh herbal kesehatan yang
terdiri dari menjelaskan pertumbuhan tanaman kopi yang kurang baik disebabkan
oleh limbah kulit kopi yang dibuang begitu saja dibawah tanaman kopi,
menguraikan keberadaan limbah kulit kopi yang mencemari lingkungan,
mengidentifikasi struktur fisiologi cascara (untuk melihat bagian kulit yang mana
yang bisa digunakan untuk membuat teh herbal), mengecek melalui literatur
terkait kandungan cascara hingga proses pembuatannya, menyimpulkan data
terkait cascara, merancang tahap pembuatan teh herbal cascara, merancang alat
dan bahan pembuatan cascara, melakukan uji organoleptic dan uji lanjutan (uji
kafein, trigonelin, dan asam klorogenat). Penjelasan mengenai indicator
metakognisi yang telah dipadukan dengan sintaks pembelajaran berbasis riset
dengan pendekatan STEM dapat dilihat pada Tabel 4.23
Tabel 4.23 Indikator metakognisi yang telah dipadukan dengan sintaks
pembelajaran berbasis riset dengan pendekatan STEM

47
1 Exposure Stage b Melakukan penelitian sesuai
dengan lembar kerja dan diskusi
siswa
a Merencanakan untuk memahami c Menganalisis temuan
masalah
b Mencari referensi dari berbagai d Mengevaluasi diri apakah ada cara
sumber yang lebih mudah untuk
menggarap inovasi penelitian yang
dilakukan
c Memahami artikel e Melaksanakan penelitian dengan
baik
d Menanyakan pertanyaan 3 Capstone Stage
e Memikirkan beberapa cara untuk a Mempresentasikan hasil diskusi
memecahkan masalah di cascara
f Membaca dengan cermat b Menanggapi
menggunakan waktu yang tepat
g Mengevaluasi metode yang c Mengumpulkan lembar kerja
digunakan dalam memecahkan siswa
masalah
h Menarik kesimpulan untuk d Mengevaluasi jalur penelitian
merencanakan solusi
2 Experience Stage e Menarik kesimpulan
a Merancang contoh penelitian
mereka sendiri untuk membuat
temuan lebih bermakna

Berdasarkan data yang telah dipaparkan, langkah-langkah pembelajaran


dengan menggunakan model pembelajaran berbasis penelitian dengan pendekatan
STEM dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut: langkah exposure,
langkah experience, dan langkah capstone. Dalam setiap pertemuan, sebelum
pembelajaran berakhir, siswa juga ditugaskan mengisi lembar kerja siswa untuk
mempelajari keterampilan metakognitif dan keterampilan pemecahan masalah
yang saling berhubungan antara pertemuan satu dan pertemuan berikutnya. Selain
itu, pada awal dan akhir pertemuan, mahasiswa juga diberikan inventarisasi
keterampilan metakognitif untuk membiasakan diri mengembangkan keterampilan
yang dimilikinya. Struktur penelitian menyajikan potret fase pada Gambar 4.16
berikut.

48
Gambar 4.16 Potrait Fase Umum Pembelajaran Berbasis Research dengan
Pendekatan STEM
Berdasarkan gambar di atas, beberapa tahapan keterampilan berpikir siswa
terdiri dari beberapa langkah. Setiap fase berpikir siswa memiliki dua lingkaran,
yaitu lingkaran hitam yang menggambarkan sintaks pembelajaran berbasis
penelitian dengan pendekatan STEM dan lingkaran putih menggambarkan
sintaksis pembelajaran berbasis penelitian dengan metode STEM, sedangkan
kotak putih merupakan indikator keterampilan metakognitif dalam memecahkan
masalah pemanfaatan cascara. Berikut ini adalah contoh karya siswa dalam
berbagai kategori keterampilan metakognisi.
Subyek 1
Keterampilan metakognitif dengan kategori Ok dan keterampilan pemecahan
masalah dengan kategori baik.
1.a
2.a 3.a
1.b
2.b 3.b
1.c
1 2 2.c 3 3.c
1.e
2.d 3.e
1.g
2.e 3.f
1.h

Gambar 4.17. Pembelajaran Berbasis Phase Potrait Research dengan Pendekatan


STEM pada keterampilan Metakognitif dengan kategori Ok dan keterampilan
pemecahan masalah dengan kategori baik.
Berikut contoh hasil jawaban mahasiswa tentang penggunaan cascara:

49
1. Cascara juga meraup keuntungan yang tak kalah besar dari sekadar memanen
biji kopi. Jika dibiarkan, cascara akan menjadi sampah. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengolahan lebih lanjut pada cascara. Kandungan cascara seperti
protein, kafein, dan senyawa fenolik berupa asam klorogenat sangat bermanfaat
bagi kesehatan. Ini merupakan peluang untuk pengolahan cascara lebih lanjut.
2. Limbah kulit kopi harus diolah menjadi pupuk dan teh. Pembuatan pupuk dari
kulit kopi memakan waktu lama dan prosesnya cukup rumit, sedangkan jika
diolah menjadi teh prosesnya cukup sederhana. Pilih sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi Anda karena semuanya memiliki nilai jual yang sama-sama tinggi.
3. Urutannya adalah :
A. Dibuang, ini tidak menambah nilai ekonomi
B. Digunakan sebagai pupuk, ini hanya mengurangi biaya pemeliharaan kopi
C. Digunakan sebagai pakan ternak, dapat menambah penghasilan dari beternak
D. Dijadikan teh, ini bisa menambah nilai ekonomi, biaya produksi juga rendah.
Siswa dengan keterampilan metakognitif yang baik memiliki pemikiran yang
koheren dan mampu menganalisis dengan baik topik seputar limbah cascara, nilai
jual cascara, kandungan cascara, dan pengolahan produk cascara. Mereka dapat
memilih model pengolahan cascara secara bijak setelah melakukan analisis,
mengurutkan nilai ekonomi cascara dari rendah ke tinggi. Siswa dalam kategori
ini memiliki kemampuan untuk menilai materi yang perlu dipelajari sebelum
tugas, melakukan penelitian tambahan dengan mencari referensi, mengidentifikasi
berbagai cara untuk memecahkan masalah, dan memilih strategi yang efektif.
Mereka membaca petunjuk dengan teliti, menyelesaikan tugas tepat waktu, dan
merancang rencana terstruktur untuk mengatasi masalah. Kemampuan
berpendapat dan berargumen mereka membantu mereka berpartisipasi aktif dalam
diskusi dan pemecahan masalah kompleks.
Setelah mengamati hasil pekerjaan siswa, peneliti melakukan wawancara
dengan subjek 1 dibawah ini:
Peneliti (R) : Bagaimana pendapatmu tentang penggunaan cascara?
Subyek 1 (S1) : Sedang, meskipun ada yang memerlukan analisis tinggi tetapi
masih mudah.

50
R : Apakah anda tertarik untuk mencari atau membaca artikel yang
disediakan oleh peneliti mengenai beberapa rencana penggunaan
cascara?
S1 : Iya, meskipun untuk mengetahui pengolahan atau pemanfaatan
cascara lebih lanjut, saya harus membaca banyak artikel yang
membutuhkan analisa lebih mendalam.
R : Apakah Anda mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan
merumuskan masalah berdasarkan literatur dan pengalaman
penelitian yang Anda miliki untuk melakukan penelitian?
S1 : Tidak, karena saya biasa mencari literatur, kemudian
mengidentifikasi masalah yang membutuhkan solusi. Berbekal
pengalaman yang saya miliki, penelitian bisa mendapatkan hasil
yang maksimal.
R : Apakah Anda mengalami kesulitan dalam menyampaikan ide atau
rencana penelitian dalam memberikan solusi terhadap
permasalahan dengan metode pengukuran atau komputasi?
S1 : Pastinya, saya harus belajar banyak karena saya tidak terbiasa
merancang penelitian tanpa bantuan ahli.
Subyek 2
Keterampilan metakognitif dengan kategori berkembang dan keterampilan

3.a
1.c
2.b 3.b
1.d
1 2 2.c 3 3.c
1.g
2.e 3.e
1.h
3.f

pemecahan masalah dengan kategori cukup.

Gambar 4.18 Pembelajaran Berbasis Phase Potrait Research dengan Pendekatan


STEM pada keterampilan Metakognitif dengan kategori pengembangan dan
keterampilan pemecahan masalah dengan kategori cukup.
Jawaban siswa dalam kategori ini sedikit berbeda. Berikut adalah jawaban dari
setiap nomor yang telah dijelaskan:
1. Pengolahan yang baik dapat menghasilkan produk fungsional yang dapat
diperdagangkan. Selain itu, produksi limbah cascara yang bersih dapat
memperbaiki lingkungan dengan mengurangi polutan.

51
2. Sebaiknya diolah menjadi pupuk atau teh untuk meningkatkan nilai jual cascara
yang biasanya dianggap limbah. Bisa juga digunakan sebagai bahan tambahan
makanan berupa tepung cascara.
3. Pupuk (tanpa pengolahan), pupuk (dengan pengolahan), teh cascara, dan tepung
cascara
Siswa dalam kategori ini memberikan jawaban yang umum dan kurang
analitis. Mereka tidak melakukan analisis berdasarkan pemahaman tentang suatu
produk melalui literatur yang ada. Siswa ini memerlukan dukungan dari fasilitator
dan teman sejawat untuk meningkatkan motivasi belajar mereka. Mereka
cenderung kesulitan memikirkan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan dengan
baik dan kurang mempertimbangkan alternatif jawaban dalam situasi yang
memerlukan solusi. Berikut hasil wawancara antara peneliti (R) dengan Subyek 2
(S2).
R : Apakah anda antusias ketika dosen mengajar menggunakan model
pembelajaran berbasis penelitian dengan pendekatan STEM?
S2 : Ya, karena model pembelajaran berbasis penelitian dengan pendekatan
STEM masih asing dan baru bagi saya
R : Saat belajar dengan melakukan penelitian, apakah kamu bisa
menyelesaikannya?
S2 : Bisa tapi saya harus mengikuti petunjuk dosen. Saya merasa kesulitan ketika
diberi tugas untuk berinovasi cascara
R : Apa yang kamu lakukan ketika dosen memberikan instruksi untuk melakukan
penelitian?
S2 : Saya mendengarkan penjelasan dosen, lalu melihat apa yang dilakukan oleh
mahasiswa lain.
R : Apakah Anda mengevaluasi hasil penelitian yang Anda pilih?
S2 : Ya, saya mengevaluasi hasil pilihan saya tetapi saya tidak berinovasi banyak
jawaban karena saya tidak tertarik membaca banyak artikel.

Subyek 3
Keterampilan metakognitif dengan kategori sangat tidak bisa dan
keterampilan pemecahan masalah dengan kategori kurang
1.c 3.c
2.b
1 1.e 2 3 3.e
2.e
1.h 3.f

Gambar 4.19 Pembelajaran Berbasis Phase Potrait Research dengan Pendekatan

52
STEM pada keterampilan Metakognitif dengan kategori sangat tidak bisa dan
keterampilan pemecahan masalah dengan kategori kurang.
Hasil soal tes mata pelajaran 3 pada lembar kerja siswa tentang penggunaan
cascara.
1. Karena dapat menyebabkan lingkungan
2. Dikembangkan karena dapat menambah nilai jual juga karena kulit kopi
termasuk limbah yang tidak memiliki nilai jual
3. Pakan ternak, teh
Siswa dalam kategori ini mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah
belajar dan kurang mampu memetakan cara berpikir serta memahami pemikiran
mereka sendiri. Hasil kerja mereka cenderung kurang maksimal karena mereka
tidak dapat memantau pembelajaran mereka sendiri. Selama penelitian,
mahasiswa tipe ini terlihat terlalu terpaku pada dunianya sendiri, sering
berbincang dengan teman, kurang teliti dalam mengerjakan tugas, dan tidak
membaca literatur jurnal. Kemampuan pemecahan masalah mereka juga terbatas,
dengan jawaban yang hanya berdasarkan pengetahuan umum dan kurang inovatif.
Peneliti (R) : Apakah anda menemukan kesulitan dalam menyelesaikan
masalah?
Subjek 3 (S3) : Ya, saya mau.
R : Bisa dijelaskan kenapa perlu pengolahan lebih lanjut pada
cascara?
S3 : Cascara dapat menyebabkan polusi.
R : Menurutmu mengapa cascara mencemari lingkungan? Zat apa
yang dikandungnya?
S3 : Tidak tahu, cuma liat gambarnya tapi tidak membaca lanjutan
artikelnya
R : Dalam mengerjakan soal, apakah kamu membaca ringkasan
pada lembar sebelumnya berkali-kali?
S3 : Tidak, saya hanya membaca sepintas saja.

e. Monograph

f. Pembahasan
Dalam pengembangan perangkat pembelajaran, Langkah awal yang
dilakukan yaitu analisis awal akhir. Analisis awal akhir dilakukan dengan

53
melakukan analisis kebutuhan dengan menyebarkan angket serta observasi pada
petani kopi. Selama observasi di jurusan Teknologi Industri Pangan Politeknik
Negeri Jember, terlihat bahwa proses pembelajaran di kelas hanya melibatkan
penggunaan presentasi berbasis PPT sebagai bahan pembelajaran mata kuliah. Hal
ini mungkin disebabkan oleh jumlah mahasiswa yang banyak di Poltek dan
kurangnya keterlibatan aktif dalam pembelajaran. Ketika peneliti menanyakan
mahasiswa tentang cascara, banyak dari mereka tidak tahu apa itu, dan inilah yang
memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian di sana. Dengan memanfaatkan
pengalaman yang dimiliki mahasiswa, diharapkan inovasi terkait cascara dapat
ditemukan sesuai dengan minat mereka.
Salah satu solusi yang diusulkan untuk meningkatkan metakognisi dan
partisipasi aktif mahasiswa adalah menggunakan Lembar Kerja Mahasiswa
(LKM) yang dirancang secara menarik dan dapat membangkitkan minat serta rasa
ingin tahu mahasiswa. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap
mahasiswa. Ini melibatkan interaksi dengan kepala program studi mahasiswa yang
telah mengikuti mata kuliah sebelumnya, seperti "Kopi" dan "Pasca Panen Kopi,"
yang relevan dengan subjek penelitian ini. Analisis konsep kemudian dilakukan
dengan memilih, merinci, dan menyusun materi ajar yang sesuai dengan konsep
yang akan diajarkan. Materi ajar dipilih berdasarkan kesesuaian dengan konsep
dan materi pembelajaran. Proses ketiga adalah analisis konsep, yang bertujuan
untuk mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis konsep yang akan
diajarkan kepada mahasiswa. Terakhir, analisis tugas dilakukan dengan
mengidentifikasi keterampilan atau tugas utama yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, permasalahan yang
akan dipecahkan dalam pengembangan perangkat pembelajaran adalah inovasi
pemanfaatan cascara sebagai teh herbal kesehatan. Dengan demikian, diharapkan
mahasiswa dapat menghasilkan cascara dari kulit kopi sebagai teh herbal yang
sehat dan bermanfaat.
Data yang telah dikumpulkan merupakan dasar untuk pengembangan
perangkat pembelajaran. Tujuan utama dari pengembangan perangkat

84
pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan keterampilan metakognisi
mahasiswa.
Langkah selanjutnya adalah tahap perancangan. Tahap ini dimulai dengan
penyusunan standar tes yang mencakup analisis tugas dan analisis konsep, yang
kemudian digunakan untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Pembelajaran
dilakukan menggunakan model pembelajaran berbasis riset (RBL) dengan
pendekatan STEM, dan metode diskusi. Sumber belajar yang digunakan
mencakup buku, jurnal, artikel, dan video pembelajaran yang relevan dengan
materi yang diajarkan.
Tahap berikutnya adalah pengembangan produk awal, yang mencakup
penetapan tujuan, identifikasi kegiatan, perancangan pembelajaran, pembuatan
perangkat pembelajaran, dan instrumen pengumpulan data. Setelah produk selesai
dibuat, dilakukan validasi instrumen dan produk. Produk yang valid akan
dihasilkan melalui instrumen penelitian yang telah divalidasi oleh para ahli.
Instrumen kegiatan yang valid akan digunakan untuk mengukur validitas produk
yaitu pengembangan perangkat pembelajaran. Dalam penelitian data yang didapat
valid dan dapat dipertanggungjawabkan khususnya dalam meningkatkan
keterampilan metakognisi mahasiswa. Perbaikan terus-menerus dilakukan produk
sudah mencapai tingkat valid yang memadai, maka langkah selanjutnya adalah
melanjutkan ke tahap uji kelompok kecil/uji terbatas.
Tahap uji kelompok kecil/uji terbatas dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan.
Jumlah pengamat yang terlibat adalah satu orang dosen yang akan mengamati
pelaksanaan pembelajaran. Alasan mengapa hanya satu pengamat yang digunakan
adalah karena keterbatan tempat dan jumlah mahasiswa yang terlibat hanya
sebanyak 18 orang. Sampel yang digunakan dalam uji kelompok kecil terdiri dari
18 orang mahasiswa dengan beragam tingkat kemampuan, termasuk tingkat
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Langkah pertama yang diambil oleh
peneliti saat tahap uji kelompok kecil/uji terbatas adalah memberikan pretest
kepada mahasiswa dan memberikan inventori untuk mengukur keterampilan
metakognisi awal mereka.

85
Uji kelompok besar dilakukan sebanyak 50 mahasiswa. Jumlah mahasiswa
yang menjadi sampel penelitian lebih banyak daripada uji kelompok kecil. Data
yang didapatkan pada uji kelompok besar yaitu data keterampilan metakognisi
awal dan akhir, data pretes dan postes yang merupakan hasil belajar kognitif.
Selain itu juga terdapat data respon guru dan siswa serta kritik dan saran dari
observer.
Penerapan model pembelajaran berbasis riset dengan pendekatan STEM
education dimulai dengan membuka sesi pembelajaran dengan salam dan doa,
kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran kepada mahasiswa, serta
merangsang pengetahuan mereka dengan mengilustrasikan contoh gambar
tanaman kopi. Menanyakan kepada mahasiswa “Tahukah kamu tentang
pemanfaatan daun, batang, akar atau bagian tanaman kopi lainnya? Selanjutnya
menampilkan gambar pasca panen kopi (proses pulping) dan kenyataan limbah
tanaman kopi yang ada pada petani. Menanyakan kepada mahasiswa “Upaya apa
yang harus dilakukan supaya limbah tersebut dapat bernilai ekonomis? Beri link
untuk melihat teh dari kulit kopi (cascara) melalui situs jual beli online.
Menjelaskan bahan kajian yang akan dibahas mengenai “Identikasi masalah
pemanfaatan cascara”. Tahap exposure dimulai dengan pembagian mahasiswa ke
dalam kelompok yang beragam, kemudian diberikan Lembar Kegiatan Mahasiswa
(LKM) untuk dikerjakan secara bersama-sama. Selain itu, mahasiswa juga
diberikan referensi berupa artikel ilmiah sebagai landasan pengetahuan awal, yang
kemudian dijelaskan secara rinci.Selanjutnya, mahasiswa diberi tugas untuk
mencari artikel-artikel yang terkait dengan pemanfaatan cascara, sesuai dengan
temuan mereka masing-masing. Mereka diminta untuk mencari solusi terbaik
dalam memecahkan masalah pemanfaatan cascara, dengan tujuan untuk
mengurutkan berbagai cara pemanfaatan cascara mulai dari yang memiliki nilai
ekonomis rendah hingga tinggi. Tahap experience menghadirkan masalah cascara
guna memberikan masalah yang terjadi di dunia nyata seperti menampilkan
gambar tanaman kopi yang kurang berkembang karena dibawahnya dibuang
cascara secara langsung. Menugaskan peserta didik membuat keputusan mengenai
solusi yang diambil. Tahap capstone dilaksanakan dengan menunjuk kelompok-

86
kelompok untuk melakukan presentasi hasil diskusi mereka. Setelah presentasi,
dilakukan evaluasi terhadap jalannya presentasi dan penambahan penjelasan
mengenai prinsip inovasi dalam pemanfaatan cascara, dengan fokus pada menjaga
lingkungan dan menciptakan produk yang bermanfaat. Kegiatan penutup
dilakukan dengan mengarahkan mahasiswa untuk membuat kesimpulan dari
seluruh pembelajaran yang telah mereka dapatkan, dengan penekanan pada
inovasi produk cascara yang memiliki manfaat. Pada akhir uji kelompok kecil/uji
terbatas, siswa akan diberikan soal postest dan inventori keterampilan metakognisi
akhir. Data yang diperoleh dari uji kelompok kecil mencakup perkembangan
keterampilan metakognisi dari awal hingga akhir, hasil pre-test dan post-test
sebagai indikator belajar kognitif, serta tanggapan dari dosen dan mahasiswa
beserta kritik dan saran dari pengamat. Kegiatan yang sama juga diterapkan pada
uji kelompok besar/uji lapangan, yang akan memberikan data serupa mengenai
perkembangan metakognisi dan hasil belajar kognitif.
Dalam hal penggunaan cascara untuk teh herbal, pendekatan STEM dapat
membantu siswa memahami ilmu di balik proses ekstraksi, teknologi yang terlibat
dalam produksi teh, dan prinsip teknik yang digunakan dalam merancang
peralatan dan mesin. Dengan terlibat dalam kegiatan tersebut, siswa dapat
mengembangkan keterampilan metakognitif mereka, termasuk kemampuan untuk
merefleksikan pembelajaran dan pemahaman mereka sendiri, memantau kemajuan
mereka sendiri, dan mengidentifikasi area di mana mereka membutuhkan
dukungan tambahan. Kesadaran diri dan pemantauan diri adalah komponen
penting dari pemecahan masalah dan pemikiran kritis yang efektif (Komaria,
2022). Penerapan bahan ajar berbasis penelitian dengan pendekatan STEM
memberikan dampak positif terhadap kemampuan metakognitif siswa dalam
mengatasi masalah terkait penggunaan cascara untuk teh herbal. Menggabungkan
kegiatan STEM di dalam kelas memberikan siswa pengalaman praktis yang
membantu dalam mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan
masalah.(Breiner, 2012). Dengan memberikan siswa kesempatan untuk terlibat
dalam pengalaman belajar berbasis inkuiri, mereka akan lebih siap untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta

87
menerapkan keterampilan ini dalam situasi dunia nyata (Humaizah, 2022).
Pendekatan STEM yang mengedepankan pembelajaran berbasis inkuiri secara
langsung dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan metakognitifnya
dengan mendorong mereka untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah secara
sistematis (Astuti, 2021). Selain itu, menggabungkan aktivitas dan teknologi
berbasis penyelidikan langsung dapat lebih mendukung pengembangan
keterampilan metakognitif mereka dengan memberikan kesempatan bagi mereka
untuk bereksperimen dan menganalisis data (Lee, 2016). Lebih dari itu, proses
refleksi terhadap pemikiran mereka sendiri dapat membantu individu
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai masalah dan
informasi yang mereka gunakan, sehingga mereka dapat menciptakan solusi yang
lebih akurat dan efektif (Rivas, 2022). Perencanaan dan kehati-hatian diperlukan
saat mengawetkan ceri untuk membuat cascara, sehingga berpotensi
menjadikannya minuman spesial premium dengan berbagai potensi manfaat
(Zeckel, 2019).
Penting untuk diingat bahwa teh cascara bukanlah produk baru, melainkan
telah ada sejak lama (Giuliano, 2019). Saat menggunakan cascara untuk teh
herbal, memiliki keterampilan metakognitif yang kuat dapat membantu individu
mengevaluasi informasi yang telah mereka kumpulkan, mengidentifikasi faktor
kunci yang relevan dengan masalah, dan menentukan pendekatan yang paling
tepat untuk memecahkan masalah. Misalnya, mereka mungkin
mempertimbangkan potensi keuntungan dan kerugian penggunaan cascara, serta
informasi ilmiah atau medis yang relevan, untuk menentukan apakah itu obat yang
aman dan efektif untuk kebutuhan mereka (Milawarni, 2021 dan Azis, 2019).

88
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan diskusi yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan hal-hal
berikut:
a. Proses pengembangan perangkat pembelajaran dimulai dengan menetapkan
tujuan dan hasil yang diharapkan, mengidentifikasi permasalahan, hingga
merinci model pembelajaran research based learning (RBL) dengan
pendekatan STEM dalam beberapa tahap yang memandu peran mahasiswa
dalam fokus pembelajaran pada pemecahan masalah pemanfaatan cascara
sebagai teh herbal kesehatan. Tahap pengembangan melibatkan lima langkah
utama: analisis, perancangan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
b. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran memenuhi kriteria validitas,
kepraktisan, dan efektivitas, serta berdampak positif terhadap keterampilan
metakognisi mahasiswa. Validitas perangkat pembelajaran secara keseluruhan
mencapai 94.3% dengan kriteria sangat valid. Kepraktisan model
pembelajaran RBL-STEM dievaluasi melalui tanggapan dosen dan
mahasiswa, dengan rerata respon dosen mencapai 91% dalam kategori sangat
baik, dan rerata respon mahasiswa mencapai 75.7% dalam kategori baik.
Efektivitas penggunaan model pembelajaran RBL-STEM dalam
meningkatkan keterampilan metakognisi terukur melalui perhitungan
Normalized gain (g) sebesar 0,31 untuk uji kelompok kecil dan 0,34 untuk uji
kelompok besar, keduanya dengan kategori sedang. Hasil uji statistik juga
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen setelah menerapkan perangkat pembelajaran RBL-STEM. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan perangkat pembelajaran RBL-
STEM efektif dalam meningkatkan keterampilan metakognisi mahasiswa
terkait pemecahan masalah pemanfaatan cascara sebagai teh herbal kesehatan.
c. Hasil analisis fase didasarkan pada kategori kemampuan mahasiswa yang
terbagi menjadi tiga kelompok: mahasiswa dengan keterampilan metakognisi
tingkat sedang dan keterampilan pemecahan masalah baik, mahasiswa dengan

89
keterampilan metakognisi berkembang dan keterampilan pemecahan masalah
cukup, serta mahasiswa dengan keterampilan metakognisi sangat terbatas dan
keterampilan pemecahan masalah kurang.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, kami memberikan beberapa saran:
a. Dosen sebaiknya meningkatkan praktik pembelajaran berdiferensiasi untuk
menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik, bebas dari tekanan, dan
mendorong partisipasi aktif dari mahasiswa.
b. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mendalami implementasi model
pembelajaran berbasis riset dengan pendekatan STEM dalam konteks lain.

90
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. H. (2021). STEM-Based Learning Analysis to Improve Students


Problem Solving Abilities in Science Subject: a Literature Review.
Journal of Innovative Science Education, 10(1), 79–86.

Azis, N. I. (2019). The Implementation of Metacognitive Strategies in Teaching


Speaking in Indonesian EFL Classroom.
http://eprints.unm.ac.id/14926/1/Article.pdf.

Bonilla-Hermosa V A, Duarte W F, & Schwan R F. 2014. Utilization of coffee


by-products obtained from semi-washed. Bioresource Technology, 142-
150.

Breiner J M, Johnson C C, Harness S S, & Koehler C M. 2012. What is STEM? A


discussion about Conceptions of STEM in education and partnerships.
School Science and Mathematics. Volume 112, 1.

Cachia, R., Ferrari, A., Mutka, K. A., & Punie, Y. (2010). Creative Learning and
Innovative Teaching Final Report on the Study on Creativity and
Innovation in Education in the EU Member States. Luxembourg:
Publications Office of the European Union.

Casaig, M. E. (2019). The Effect of the Metacognitive Strategies in The Problem


Solving Skills of College Algebra Students. International Journal of New
Technology and Research (IJNTR), 14-18.

Correa, E. C., Jimenez-Ariza, T., Diaz-Barcos, V., Barreiro, P., Diezma, B.,
Oteros, R., . . . Ruiz-Altisent, M. (2014). Advanced Characterisation of a
Coffee Fermenting Tank by Multi-distributed Wireless Sensors: Spatial
Interpolation and Phase Space Graphs. Food and Bioprocess Technology,
3166-3174.

Corro G, Paniagua L, Pal U, Banuelos F, & Rosas M. 2013. Generation of biogas


from coffee-pulp and cow-dung co-digestion: Energy Conversion and
Management, 471-481.

Coutinho S A. 2007. The relationship between goals, metacognition, and


academic success. Educate Vol. 7, No.1, pp. 39-47.
http://www.educatejournal.org/]

Dafik, Sucianto B, Irvan M, & Rohim M A. 2019. The Analysis of Student


Metacognition Skill in Solving Rainbow. International Journal of
Instruction, Vol.12, No.4, 593-610.

91
Ejiwale, J. A. (2013). Barriers to Successful Implementation of STEM Education.
Journal of Education and Learning Vol.7 (2), 63-74.

Esquivel P, & Jimenez M V. 2011. Functional properties of coffee and coffee by-
products. Food Research International, 488-495.

FAO. 2015. FAO Coffee Pocketbook. Rome: Food and Agriculture Organization
of the United Nations.

Giuliano, J. (2019). What is Cascara? – Exploring Coffee Cherry Tea.

Gyamfi K A, & Ampiah J G. 2016. The Junior High School Integrated Science :
The Actual Teaching Process in the Perspective of an Etnographer.
European Journal of Science and Mathematics Education, Vol. 4 No. 2,
268-282.

Humaizah, R. (2022). Research-Based Learning Activity Framework with STEM


Approach: Implementing Strong Dominating Set Technique in Solving
Highway CCTV Placement to Enhance Students’ Metaliteracy. Pancaran
Pendidikan, 11(1), 1–14.

Komaria, N. (2020). An analysis of innovation on the utilization of cascara by


coffe farmers. Journal of Physics: Conference Series, 1–8.

Komaria, N. (2021). The effect of fermentation on acidity, caffeine and taste


cascara robusta coffe. Journal of Physics: Conference Series.

Komaria, N. (2022). On cascara STEM education research-based learning


activities: Analysing the caffeine, trigonelline substance of cascara
fermented by magnetic fields to produce healthy herb tea. The Journal of
Chemical Physics, 2468(1).

Kristinawati, A., & Sudarti. (2016). The Influence of Extremely Low Frequency
(ELF) Magnetic Field Exposure on The Process of Making Cream Cheese
. Health, Environment, Energy and Biotechnology, 181-183.

Lee, S. (2016). Impact of Student Assessment Activities on Reflective Thinking in


High School Argument-Based Inquiry. Journal of The Korean Association
For Science Education, 36(2), 347–360.

Marcone, M. F. (2004). Composition and properties of Indonesian palm civet


coffee. Food Research International, 901-912.

Milawarni, M. (2021). Manufacture of Cascara Herbal Beverage From Coffee


Peel Using Solar Dryer Machine. Riau: Universitas Lancang Kuning.aziz

92
Munck M, & Oregon E. 2007. Science Pedagogy, Teacher Attitudes and Student
Success. Journal of Elementary Science Education, Vol. 19, No. 2, 13-24.

Navia P D P, Velasco R d, & Hoyos C J L. 2011. Production and Evaluation of


Ethanol from Coffee Processing by Products. Vitae, 287-294.

Ngang T K, Nair S, & Prachak B. 2014. Developing Instruments to Measure


Thinking Skills and Problem Solving Skills among Malaysian Primary
School Pupils. Social and Behavioral Sciences, Volume 116, 3760-3764.

Phuong D N, Quynh H T, & Anh L H. 2019. Optimalization of Conditions of


Extraction Process from Coffee Cherry Pulp (Cascara) and Application to
Drinking Water Product with Antioxidant Activity. Vietnam Journal of
Science and Technology, 26-32.

Polya G. 1957. How to solve it: A new aspect of mathematical method.


Doubloday Garden City.

Ridawati, S., Sudarti, & Yushardi. (2017). Pengaruh Paparan Medan Magnet
Extremely Low Frequency terhadap pH Susu Fermentasi. Seminar
Nasional Pendidikan Fisika 2017 , 1-5.

Rivas, S. F. (2022). Metacognitive Strategies and Development of Critical


Thinking in Higher Education. National Library of Medicine.

Rodríguez-Durán L V, Ramírez-Coronel Ma Ascención, Aranda-Delgado,


Eduardo, Nampoothiri K Madhavan, Favela-Torres Ernesto, Aguilar
Cristóbal N, and Saucedo-Castañeda Gerardo. 2014. Soluble and bound
hydroxycinnamates in coffee pulp (coffea arabica) from seven cultivars at
three ripening stage, Journal of Agricultural and Food Chemistry, 62(31),
pp. 7869–7876. doi: 10.1021/jf5014956.

Roussos S, Aquiahuatl M A, Trejo-Hernandes M R, Perraud I G, Favela E,


Ramakrishna M, Gonzales G V. 1995. Biotechnological management of
coffee pulp- isolation, screening, characterization, selection of caffeine-
degrading fungi and natural microflora present in coffee pulp and husk.
Appl Microbiol Biotechnol, 756-762.

Rubiyo, & Towaha, J. (2016). Physical Quality And Flavor Of Arabica Coffee
Beans Fermented By Probiotic Microbes From Civet Digestive System.
JTIDP , 61-70.

Schraw G, & Sperling R A. 1994. Assessing Metacognitive Awareness.


Comtemporary Educational Psychology, 460-475.

93
Schraw, G., & Moshman, D. (1995). Metacognitive Theories. Educational
Psychology Review 7:4, 351-371.

Singh, V., & Verma, D. K. (2017). Processing Technology and Potential Health
Benefits of Coffee. Engineering Interventions in Food and Plants, 89-117.
Sota C, & Peltzer K. 2017. The Effectiveness of Research Based Learning among
Master degree Student for Health Promotion and Preventable Disease,
Faculty of Public Health, Khon Kaen University, Thailand. International
Conference on Intercultural Education “Education, Health and ICT for a
Transcultural World”, EDUHEM , 725-737.

Sudarti, Bektiarso, S., Prastowo, S. B., Prihandono, T., Maryani, & Handayani, R.
D. (2020). Optimizing lactobacillus growth in the fermentation process of
artificial civet coffee using extremely- low frequency (ELF) magnetic
field. Journal of Physics: Conference Series, 1-6.

Sudarti, Prihandono, T., Yushardi, Ridlo, Z. R., & Kristinawati, A. (2018).


Effective dose analysis of extremely low frequency (ELF) magnetic field
exposure to growth of S. termophilus, L. lactis, L. acidophilus bacteria .
IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering , 1-11.

Suntusia, Dafik, & Hobri. 2019. The effectiveness of research-based learning in


improving students’ achievement in solving two-dimensional arithmetic
sequence problem. International Journal of Instruction, 12(1), 17-32.

Suratno. (2019). The Effect of Using Synectics Model on Creative Thinking and
Metacognition Skills of Junior High School Students. International
Journal of Instruction, 12(3), 133–150.

Wahono B, Rosalina A M, Utomo A P, & Narulita E. 2018. Developing STEM


Based Student’s Book for Grade XII Biotechnology Topics. Journal of
Education and Learning (EduLearn) Vol.12, No.3, ISSN: 2089-9823, DOI:
10.11591/edulearn.v12i3.7278 , 450-456.

Wells J G. 2016. Efficacy of the Technological/Engineering Design Approach:


Imposed Cognitive Demands Within Design-Based Biotechnology
Instruction. Journal of Technology Education, Vol. 27 No. 2, 4-20.

Yesilyurt, E. (2013). Metacognitive Awareness and Achievement Focused


Motivation as the Predictor of the Study Process. International J. Soc. Sci.
& Education, 1013-1026.

Zeckel, S. (2019). Market Potential of Cascara Tea from Catur Village Kintamani
Bali. International Conference on Fundamental and Applied Research (I-
CFAR).

94
LAMPIRAN

https://drive.google.com/file/d/1dy4qoQKuyHnFMdTsrIH7QZT6QtYg3u3Q/view
?usp=drive_link

95

You might also like