Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6:
Kelas : PTIK_2023-A
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Critical
Book Report (CBR) ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan
yang diampu oleh Ibu Dra. Rosdiana Lubis, M.Pd. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada seluruh teman yang telah membantu.
Critical Book Report ini memiliki berbagai kesalahan dan kekurangan sehingga
penulis sangat mengharap kritik yang membangun dari pembaca. Penulis berharap
makalah yang telah dibuat dapat memberi pengetahuan dan informasi ke seluruh pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
BAB V PENUTUP..................................................................................................................9
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................9
5.2 Saran.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
IDENTITAS BUKU
2
BAB III
RINGKASAN BUKU
“FILSAFAT PENDIDIKAN”
Kata “filsafat”, berasal dari bahasa Yunani (Griek Greece), yang berasal dari kata
“Philos” dan “Sophia”. Philos artinya, senang, cinta. gemar dan Sophia artinya hikmat
atau kebenaran, kebijaksanaan. Philosophia artinya cinta atau gemar, senang pada
kebenaran, atau hikmat serta kebijaksanaan. Secara harfiah filsafat itu merujuk pada
pencarian secara tak jemu-jemu kebenaran dan penerapannya yang pas pada
kehidupan kita. Orang yang berfilsafat adalah orang yang berpengetahuan, bijaksana
dan ahli hikmah, dan disebut philosopher (Inggris), atau failasuf (bahasa Arab) atau
filusuf dalam bahasa Indonesia (Ali, 1986).
Filsafat adalah “induk atau ratu ilmu pengetahuan”. Pemikiran filsafat bermula
dari munculnya kesadaran manusia akan potensi akal budinya. Munculnya
perkembangan dalam kesadaran rasional atau filsafat dimulai dari tahun 1200 SM di
Tiongkok, kemudian juga ke India, dan Yunani. Namun dalam berbagai literatur, latar
belakang pemikiran filsafat selalu mengacu ke Yunani kuno.
B) Pendapat Para Ahli tentang Filsafat
Pengertian filsafat secara etimologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan
pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang
dimilikinya.
1) Plato mengatakan bahwa: Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan kebenaran yang asli.
2) Muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang
meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
3) Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang
alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
4) Plato (428-348 SM), mengatakan bahwa: filsafat tidak lain dari pengetahuan
tentang segala yang ada (Hatta, 1982).
5) Aristoteles (384-322 SM), mengatakan bahwa: filsafat adalah menyelidiki sebab
dan asas segala benda, sehingga filsafat itu bersifat ilmu umum sekali. Pekerjaan
penelitian tentang sebab telah dibagi oleh filsafat dengan ilmu (Hatta, 1982).
3
6) Cicero (106-43 SM), berpendapat bahwa: filsafat adalah the mother of all the arts
induk dari segala ilmu pengetahuan, filsafat sebagai arts vitae seni kehidupan.
7) Johann Gotlich Fickte yang hidup pada tahun 1762-1814 berpendapat bahwa
filsafat sebagai Wissenschaftslehre, ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang
jadi dasar segala ilmu, yang membicarakan suatu bidang, suatu bidang realitas.
8) John Brubacher mengemukakan: Filsafat berasal dari kata Yunani filos dan sofia
yang berarti cinta kebijaksanaan atau belajar. Lebih dari itu dapat diartikan cinta
belajar pada umumnya, dalam proses pertumbuhan ilmu pengetahuan hanya ada
di dalam apa yang kita sebut sekarang filsafat. Untuk alasan ini sering dikatakan
bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan (Jalaluddin, 2013).
C) Cabang-Cabang Filsafat
Cabang-cabang filsafat yang berkembang antara lain adalah: (a) Epistemologi
(Filsafat Pengetahuan); (b) Etika (Filsafat Moral); (c) Estetika (Filsafat Seni); (d)
Metafisika; (e) Politik (Filsafat Pemerintahan); (f) Filsafat Agama; (g) Filsafat Ilmu;
(h) Filsafat Pendidikan; (i) Filsafat Hukum; (j) Filsafat Sejarah; dan (k)Filsafat
Matematika.
Para ahli filsafat juga memberikan berbagai cabang-cabang filsafat. Cabang-
cabang filsafat tersebut dikelompokkan menjadi enam, yaitu: (a) Filsafat Metafisis;
(b) Filsafat Epistemologis; (c) Filsafat Metodologis; (d) Filsafat Logika; (e) Filsafat
Etis, dan (f) Filsafat Estetis.
2. BAB II : Karakteristik Filsafat
A) Karakteristik Filsafat
Wirodiningrat, (1981) mengungkapkan karakteristik filsafat sebagai menyeluruh,
mendasar dan spekulatif. Menyeluruh artinya mencakup tentang pemikiran yang luas
dan tidak ada batasnya. Karakteristik ini tidak berpaku pada sudut pandang tertentu
saja tapi berhubungan dengan segala ilmu pengetahuan lainnya. Mendasar artinya
filsafat ini memiliki kajian yang mendalam, yang detail, yang sampai kepada hasil
yang fundamental sehingga dapat dijadikan patokan bagi setiap ilmu. Dapat menjadi
spekulatif karena hasil pemikiran filsafat ini diperoleh untuk dijadikan dasar
pemikiran selanjutnya dan memunculkan pengetahuan baru.
B) Ciri-Ciri Filsafat
Menurut, Susanto (2011) mengungkapkan bahwasannya filsafat memiliki
beberapa ciri-ciri khusus, yaitu:
1) Filsafat sebagai ilmu yaitu filsafat berusaha mencari hakikat (inti) kehidupan
secara mutlak.
2) Filsafat sebagai cara berpikir yaitu cara berpikir yang sangat mendalam sehingga
akan sampai pada hakikat sesuatu, dengan melihat dari berbagai sudut pandang
ilmu pengetahuan.
4
3) Filsafat sebagai pandangan hidup artinya bahwa filsafat bersumber pada hakikat
kodrat diri manusia, yang berperan sebagai makhluk, serta menjadi dasar setiap
tindakan, perilaku dalam kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk
menyelesaikan persoalan yang dihadapi di dunia ini (Cecep, 2020).
3. BAB III : Perbedaan Filsafat Dengan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Agama
Perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan, di mana ilmu
mengkaji bidang yang terbatas. Sedangkan filsafat berusaha untuk mengkaji
pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan sintetis.
Perbedaan antara agama dan filsafat dapat kita lihat (sekurang-kurangnya)
berdasarkan sumbernya. Jika filsafat (termasuk ilmu pengetahuan) bersumber pada
pengalaman dan rasio, maka agama sumbernya adalah iman (wahyu Tuhan).
Walaupun terdapat perbedaan diantara ketiganya, namun juga ada persamaan
antara ketiganya. Persamaan antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama adalah
ketiganya sama-sama mencari kebenaran, namun mereka berangkat dari titik tolak dan
cara yang berbeda. Antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama disamping terdapat
persamaan, akan tetapi juga ada perbedaannya, yaitu dari aspek sumber, metode dan
hasil yang ingin dicapai.
4. BAB IV : Hubungan Filsafat dan Pendidikan
A) Definisi Filsafat dan Pendidikan
Filsafat merupakan sifat keberadaan, fondasi pengetahuan, yang mengarahkan
orang untuk menunjang kehidupan mereka dengan penyelidikan yang bersifat
rasional, bertujuan untuk menemukan kebenaran dan mencapai kebijaksanaan
(Effendi, 2020).
Martimer J Adler mendefinisikan pendidikan adalah proses segala yang
diciptakan dan digunakan oleh siapa saja dalam membentuk tingkah laku yang
terbentuk dengan baik.
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam
sampai keakar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan tidak boleh
bertentangan dengan filsafat.
5
mana yang telah dicapai. Maksud/tujuan pendidikan juga merupakan tujuan/sasaran
filsafat yaitu kearifan (Effendi, 2020).
Filsafat Pendidikan juga merupakan jiwa, roh dan kepribadian sistem pendidikan
nasional. Filsafat menjadikan manusia berkembang dapat mempunyai pandangan
hidup yang menyeluruh dan sistematis yang dimuat dalam bentuk kurikulum.
5. BAB V : Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
A) Aliran Idealisme
Aliran idealisme merupakan aliran yang memiliki pandangan bahwa hakikat
segala sesuatu ada pada tataran ide. Tujuan pendidikan menurut aliran idealisme
terbagi menjadi 3 hal, yakni tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat dan
tujuan yang berkaitan dengan Tuhan.
B) Aliran Konstruktivisme
Aliran konstruktivisme adalah aliran yang berupaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern. Aliran teori ini sifatnya membangun, membangun dari
segi kemampuan dan pemahaman dalam proses pembelajaran. Tujuan pendidikan
menurut aliran konstruktivisme yaitu agar dapat membangun keaktifan peserta didik
guna meningkat kecerdasannya secara mandiri.
C) Aliran Realisme
Aliran realisme merupakan aliran filsafat yang berpendapat bahwa hakikat
realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas
menjadi dua bagian yakni subyek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan
di pihak yang lainnya, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Tujuan
pendidikan menurut aliran konstruktivisme yaitu agar dapat memfokuskan pada
perkembangan mental dan intelektual dari peserta didik.
D) Aliran Progresivisme
Aliran progresivisme adalah aliran untuk mendorong kemajuan atau progress dari
ilmu pengetahuan, juga memperhatikan lingkungan dan pengalaman. Menurut
kacamata progresivisme, proses pendidikan harus memiliki dua bidang yaitu segi
psikologis dan sosiologis. Dilihat dari segi psikologis, seorang pendidik harus mampu
mengetahui potensi dan daya yang ada pada peserta didik untuk dikembangkan.
Sedangkan dilihat dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui kemana potensi dan
daya itu harus dibimbing agar potensi yang dimiliki peserta didik dapat diubah
menjadi sesuatu yang berguna.
E) Aliran Perenialisme
Aliran perenialisme adalah aliran filsafat pendidikan yang mendasari pada
keyakinan bahwa pengetahuan sejatinya yang didapat melalui ruang dan waktu
mestilah membentuk dasar pendidikan seseorang.
6
F) Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme adalah menitikberatkan pada tujuan pewarisan nilai-nilai
kultural historis kepada peserta didik melalui pendidikan yang akumulatif dan terbukti
mampu bertahan lama serta bernilai untuk diketahui oleh seluruh khalayak umum.
6. BAB VI : Filsafat Pendidikan Pancasila
A) Pengertian Filsafat Pancasila
Menurut Abdulgani dalam Ruyadi dan Si (2010), Pancasila merupakan filsafat
negara yang lahir sebagai collective ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa
Indonesia. Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang kemudian
dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat. Pancasila sebagai sistem filsafat,
memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri yang
membedakannya dengan sistem filsafat lain.
Prinsip-prinsip filsafat pancasila ditinjau dari kausal aristoteles, yaitu: kausa
materialis, kausa formalis, kausa efisiensi, dan kausa finalis.
Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi: (1) ke-Tuhanan, yaitu sebagai kausa
prima; (2) kemanusiaan, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial; (3) kesatuan,
yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri; (4) kerakyatan, yaitu unsur mutlak
negara, harus bekerja sama dan gotong royong; dan (5) keadilan, yaitu memberikan
keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya (Semadi, 2019).
B) Filsafat Pancasila dalam Pendidikan di Indonesia
Filsafat pendidikan Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung
pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui
penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan. Ada
dua pandangan yang menurut Jumali (2004) perlu dipertimbangkan dalam
menentukan landasan filosofis dalam pendidikan Indonesia. Pertama, pandangan
tentang manusia Indonesia. Kedua, pandangan tentang pendidikan nasional itu sendiri.
Karena itu, sistem pendidikan nasional Indonesia wajar apabila dijiwai, didasari,
dan mencerminkan identitas Pancasila. Cita dan karsa bangsa Indonesia diusahakan
secara melembaga dalam sistem pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh
suatu keyakinan, pandangan hidup dan folosofi tertentu. Inilah dasar pemikiran
mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasional dan sistem
filsafat pendidikan Pancasila adalah subsistem dari sistem negara Pancasila.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya sebagai individu dan sebagai warga masyarakat. Serta, mempunyai peranan
yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak.
7
BAB IV
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU
8
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil tinjauan terhadap buku ini, dapat disimpulkan bahwa buku ini
menyajikan materi yang sesuai dengan pokok utama materi yaitu filsafat pendidikan.
Sesuai dengan judulnya, buku ini menjabarkan tentang teori, konsep, dan keterkaitan
hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menurut para ahli, serta juga
membahas mengenai filsafat pendidikan pancasila. Buku ini juga dilengkapi dengan
materi penjabaran yang lengkap dan rinci. Hal inilah yang membuat buku ini layak
untuk dijadikan sumber bacaan atau sumber referensi bagi para mahasiswa.
5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan demi perbaikan buku ini adalah
menampilkan gambar pendukung pada materi serta gunakan bahasa yang lebih mudah
untuk dipahami. Hal ini bertujuan agar memudahkan serta menambah minat membaca
para pembaca untuk memahami isi buku. Semoga saran ini dapat membantu dan
memberi manfaat bagi penerbit kedepannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10