You are on page 1of 11

Jurnal Bioterdidik, Vol. 7 No.

3, Mei 2019

Penggunaan Problem Based Learning untuk Meningkatkan


Keterampilan Kolaborasi Dan Berpikir Tingkat Tinggi

Tri Jalmo*, Dwi Fitriyani, Berti Yolida


Pendidikan Biologi, FKIP, Univeritas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri
Brodjonegoro No. 1 Bandarlampung
*e-mail: tri.jalmo@fkip.unila.ac.id

Received: January 10, 2019 Accepted: February 13, 2019 Online published: May 2, 2019

Abstract: The Use of Problem Base Learning Model to Enhance Students


Collaboration and High Order Thinking Skill. This study aims to determine the
use of problem based learning (PBL) model to enhance students collaboration
and high order thinking skill. 56 students from two classes was used as sample
using purposive sampling technique. Quasi experimental design with pretest-
postest control group was used in this research. Collaboration skills data were
measured using observation sheets which were analyzed by calculating the
average value. Data of high order thinking skill were measured using test
instrument analyzed by calculating N-gain and T-test. The result of collaboration
and high order thinking data analysis were obtained from experimental class that
were higher than the control class. The result showed that problem based lerning
(PBL) model can improved collaboration and high order thinking skill of student.

Keywords : collaboration, high order thinking, problem based learning

Abstrak: Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dalam


Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi dan Berpikir Tingkat Tinggi
Peserta didik SMA Negeri 6 Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penggunaan model problem based learning dalam meningkatkan
keterampilan kolaborasi dan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Sampel
penelitian ini sebanyak 56 peserta didik terbagi atas dua kelas yang dipilih dengan
teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan desain Pretes-Postes
kelompok kontrol. Data keterampilan kolaborasi diukur menggunakan lembar
observasi yang dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata. Data keterampilan
berpikir tingkat tinggi diukur menggunakan intsrumen tes yang dianalisis dengan
menghitung N-gain dan uji T-test. Hasil analisis data kolaborasi maupun berpikir
tingkat tinggi yang didapatkan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model problem based
learning dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi dan berpikir tingkat tinggi
peserta didik.

Kata kunci: berpikir tingkat tinggi, kolaborasi, problem based learning

77
Jurnal Bioterdidik, Vol. 7 No. 3, Mei 2019

PENDAHULUAN
Pendidikan pada abad ke-21 2007: 19-20). Johnson, Roger dan
saat ini menjadi suatu hal yang dapat Edythe (dalam Apriono, 2013: 296)
menciptakan peserta didik untuk menyatakan bahwa seorang pendidik
memiliki keterampilan belajar dan harus mengajarkan kemampuan aka-
berinovasi, menggunakan teknologi demis dan kemampuan kerjasama
dan media informasi, serta dapat kepada peserta didik, karena tindak-
bekerja, dan bertahan dengan meng- an ini akan bermanfaat untuk me-
gunakan keterampilan untuk hidup ningkatkan kerja kelompok, dan
(life skills) (Kemdikbud, 2013: 5). menentukan keberhasilan dalam
Pendidikan yang mampu mendukung hubungan sosial di masyarakat.
manusia dalam persaingan global Keterampilan lain yang dapat
adalah pendidikan yang menjadikan peserta didik berkuali-
mengembangkan potensi peserta tas, yaitu memiliki keterampilan
didik. Menurut Cahyono (2014: 1) berpikir tingkat tinggi (higher order
pengembangan tersebut tidak hanya thinking skills). Menurut Chatib
dalam kemampuan akademik, namun (2012: 156), keterampilan berpikir
juga dalam pengembangan kemam- tingkat tinggi sangat diperlukan
puan lainnya, seperti kreativitas, karena dapat membantu peserta didik
komunikasi, kerjasama, dan adaptasi. untuk menghasilkan ide-ide sehingga
Mempersiapkan peserta didik dapat memecahkan masalah pada
yang berkualitas dapat melalui proses pembelajaran atau tugas individu,
pendidikan sains sehingga peserta serta dapat membantu untuk men-
didik memiliki kemampuan sains, capai hasil akhir yang berkualitas
sikap dan keterampilan berpikir dan membantu peserta didik untuk
tingkat tinggi (higher order thinking memahami suatu informasi.
skills) (Liliasari dalam Pratiwi, 2015: Fatchiyah (2016: 1.738) menambah-
1). Selain itu, Zubaidah (2016: 3) kan bahwa keterampilan berpikir
menyebutkan tuntutan keterampilan dapat membantu dan mempermudah
khusus yang perlu diberdayakan peserta didik untuk membiasakan diri
dalam kegiatan belajar yang harus berpikir secara kritis dan lebih
dimiliki adalah keterampilan berpikir mendalam sehingga bisa mengambil
kritis, pemecahan masalah, ber- keputusan dan memberikan solusi
kolaborasi, dan berbagai keterampil- dengan tepat.
an lainnya. Berdasarkan hasil wawancara
Keterampilan kolaborasi saat terhadap Pendidik Biologi di SMA
ini menjadikan kerjasama sebagai Negeri 6 Bandar Lampung, me-
suatu struktur interaksi yang nunjukkan bahwa kegiatan berinte-
dirancang sedemikian rupa guna raksi saat proses pembelajaran secara
memudahkan usaha kolektif untuk berkelompok tidak sepenuhnya ter-
mencapai tujuan bersama. Kolaborasi laksana dengan baik sehingga pe-
telah menjadi keterampilan yang nerapan keterampilan kolaborasi
penting untuk mencapai hasil yang cenderung terabaikan. Kemudian,
efektif. Melalui berkolaborasi, keterampilan berpikir tingkat tinggi
peserta didik memiliki kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik
bekerjasama dan sosial untuk men- masih kurang. Hal ini dapat terjadi
capai tujuan pembelajaran (NEA: dikarenakan pada proses pembelajar-

78
Jurnal Bioterdidik, Vol. 7 No. 3, Mei 2019

an, pendidik hanya menggunakan belajaran yang berpusat pada peserta


model pembelajaran discovery didik yaitu dengan memberikan
learning dan juga pemberian soal kesempatan kepada peserta didik
yang menuntut peserta didik untuk untuk belajar menemukan dan bukan
berpikir tingkat tinggi masih jarang belajar menerima. Pendidik tidak
dilakukan. Kenyataan lainnya yang perlu memberikan informasi kepada
sesuai dengan hasil wawancara peserta didik sepenuhnya, namun
dikatakan oleh Rofiah, Aminah, dan peserta didiklah yang aktif dalam
Ekawati (2013: 19), bahwa membangun pengetahuan sendiri.
keterampilan berpikir tingkat tinggi Pelaksanaan dan proses pem-
peserta didik Indonesia masih belajaran yang selama ini ber-
tergolong rendah berdasarkan hasil langsung di sekolah-sekolah cen-
Trends in Mathematics and Science derung mengabaikan unsur mendidik
Study (TIMSS) 2011. dan pendidikan seolah digantikannya
Rendahnya keterampilan kola- dengan aktivitas yang lebih me-
borasi yang dimiliki peserta didik nekankan pada aspek-aspek yang
didukung juga dengan penelitian bersifat latihan mengasah otak.
terdahulu yang dilakukan oleh Julita Ditambah lagi, cara-cara pendidik
(2016: 60) tentang sikap kerjasama membelajarkan para pelajar hanya
dan interaksi sosial yang dimiliki mentransfer pengetahuan begitu saja
peserta didik. Hasil munjukkan tanpa memberikan kesempatan se-
bahwa kedua sikap tersebut masih cara luas bagi peserta didik untuk
rendah, sehingga peserta didik perlu mencermati pengalaman belajarnya.
dilatihkan tentang sikap kerjasama. Pendidik lebih menempatkan dirinya
Sedangkan, keterampilan berpikir sebagai satu-satunya sumber utama
tingkat tinggi yang masih rendah pembelajaran (Suryani, 2013: 4).
telah dibuktikan dari hasil penelitian Dick dan Carey (dalam Suryani,
sebelumnya yang dilakukan oleh 2013: 5) menambahkan, bahwa
Noma, Prayitno, dan Suwarno (2016: proses pembelajaran yang hanya me-
64) terhadap peserta didik SMA neruskan informasi tersebut diidenti-
kelas X, menunjukan bahwa kete- fikasi sebagai proses pembelajaran
rampilan berpikir peserta didik di yang tradisional. Metode pembelajar-
SMA Negeri 2 Sukoharjo masih an yang hanya meneruskan penge-
tergolong rendah. Hasil ini didapat- tahuan tidak memberikan peluang
kan berdasarkan observasi di kelas, kepada peserta didik berinteraksi dan
hasil pengujian tes soal keterampilan bertransaksi sehingga menyebabkan
berpikir tingkat tinggi, serta hasil mereka kehilangan waktunya untuk
wawancara Pendidik Biologi dan mengartikulasikan pengalamannya
peserta didik. dalam proses pembelajaran
Peserta didik yang berkualitas Upaya dalam menghadapi
dapat disiapkan melalui pelaksanaan masalah tersebut, yaitu dengan
pembelajaran menjadi students menggunakan suatu model pem-
centered yang membuat pendidik belajaran yang efektif untuk me-
untuk inovatif dalam mendesain ningkatkan kemampuan berpikir
pembelajaran. Menurut Heuvelen peserta didik yang rendah dengan
dan Lippmann (dalam Wiyanto, dkk., menerapkan pembelajaran aktif yang
2006: 63) model pembelajaran sains berpusat pada peserta didik dan
yang direkomendasikan untuk pem- didasarkan pada konstruktivisme.

79
Jurnal Bioterdidik, Vol. 7 No. 3, Mei 2019

Ratumanan (dalam Trianto, 2011: naan pembelajaran dimulai dengan


92) menyatakan bahwa pembelajaran memberikan soal pretes yang sama
berdasarkan masalah atau problem untuk setiap kelas. Kemudian proses
based learning (PBL) efektif untuk pembelajaran dilakukan mengguna-
pengajaran proses berpikir tingkat kan model PBL pada kelas eks-
tinggi. perimen, sedangkan pada kelas
Model PBL digunakan sebagai kontrol menggunakan metode dis-
solusi karena dapat mengembangkan kusi. Peserta didik diberikan media
kemampuan menganalisis, meng- pembelajaran LKPD yang berisikan
evaluasi, dan mencipta (Afandi sebuah permasalahan perubahan
dalam Noma, Prayitno, dan lingkungan dengan tipe berbeda.
Suwarno., 2016: 63). Selain itu, Proses pembelajaran dilakukan
menurut Riyanto (2010: 285) model sesuai dengan sintaks model dan
PBL dirancang untuk mengembang- metode yang digunakan di setiap
kan kemampuan peserta didik dalam kelasnya untuk mendapatkan sebuah
memecahkan masalah dan menuntut solusi berdasarkan permasalahan
adanya aktivitas keterlibatan peserta yang diberikan. Diakhir pelaksanaan
didik secara penuh, dapat merang- pembelajaran, peserta didik diberikan
sang berpikir peserta didik dan soal postes yang sama untuk melihat
mampu mengembangkan kemandiri- peningkatan kemampuan belajar
an belajar sekaligus belajar bersama peserta didik.
kelompoknya. Brunner (dalam Data keterampilan kolaborasi
Trianto, 2009: 7) menambahkan dalam penelitian ini diperoleh dari
bahwa dengan berusaha sendiri hasil lembar penilaian observasi
mencari pemecahan masalah akan dengan mengamati secara langsung
menghasilkan pengetahuan yang peserta didik saat melakukan kegia-
benar-benar bermakna. tan pembelajaran. Lembar penilaian
ini terdiri dari lima indikator ke-
METODE mampuan, yaitu bekerjasama, tang-
gung jawab, kompromi, komunikasi,
Penelitian ini dilaksanakan di dan fleksibelitas. Sedangkan data
SMA Negeri 6 Bandar Lampung keterampilan berpikir tingkat tinggi
pada semester ganjil Bulan peserta didik diperoleh dari nilai tes
September tahun 2018. Populasi tertulis dengan memberikan soal
yang digunakan adalah seluruh pretes dan postes yang terbagi atas
peserta didik kelas X IPA yang tiga indikator penilaian level tak-
berjumlah 147 peserta didik. Sampel sonomi Bloom meliputi kemampuan
penelitian diambil dengan cara menganalisis (C4), mengevaluasi
purposive sampling sehingga di- (C5), dan penerapan/mencipta (C6).
dapatkan sebanyak 56 peserta didik Teknik analisis lembar pe-
yang terbagi dari kelas X MIPA 1 nilaian observasi kolaborasi dilaku-
(kelas kontrol) dan X MIPA 4 (kelas kan dengan menghitung nilai rata-
eksperimen). rata setiap indikatornya yang kemu-
Desain penelitian yang diguna- dian digolongkan dalam lima kri-
kan adalah desain eksperimental teria, sebagai berikut:
semu dengan jenis desain Pretes-
Postes kelompok kontrol. Pelaksa-

80
Jurnal Bioterdidik, Vol. 7 No. 3, Mei 2019

Tabel 1. Kriteria Keterampilan Peningkatan keterampilan ko-


Kolaborasi laborasi dapat terjadi karena pada
Skor Kriteria kelas eksperimen proses pembelajar-
81-100 Sangat Baik an dimulai dari mengorientasi
61-80 Baik masalah sampai mendapatkan sebuah
41-60 Cukup Baik
21-40 Kurang Baik
solusi. Kegiatan mengorientasi
0-20 Sangat Kurang Baik masalah yang dilakukan di awal
pembelajaran mampu melatih ke-
Analisis Instrumen tes kete- mampuan berkompromi dalam me-
rampilan berpikir tingkat tinggi yang nentukan tugas masing-masing ang-
berupa soal pretes dan postes, gota untuk menciptakan sebuah hasil
terlebih dahulu dilakukan uji atau solusi yang diperkuat atas fakta-
validitas, tingkat kesukaran soal, fakta atau bukti dari permasalahan
daya pembeda dan realibilitas soal. yang ditentukan, sehingga peserta
Hasil perhitungan uji reliabilitas didik dapat melatih kemampuan
diperoleh nilai Alpha Cronbach > bertanggung jawab terhadap dirinya
0,70, yaitu sebesar 0,915, sehingga sendiri maupun anggota kelompok
instrumen soal dinyatakan reliabel. dalam mengorganisasikan tugas yang
Setelah dilakukan uji instrumen diberikan. Selanjutnya, untuk melatih
didapatkan 25 soal pilihan ganda dan kemampuan kerjasama tim dan
5 soal essay/uraian yang digunakan. berkompromi untuk menyelesaikan
Selanjutnya, untuk menganalisis data masalah yang ada melalui tukar
instrumen tes dilakukan perhitungan pendapat anggota kelompok dapat
N-gain, uji normalitas dan homo- dilakukan melalui kegiatan penye-
genitas sehingga peningkatan hasil lidikan dan menemukan informasi.
dari keterampilan berpikir tingkat Hal lainnya yang dapat mening-
tinggi diperoleh berdasarkan per- katkan keterampilan kolaborasi, yaitu
hitungan uji Independent Sample t- peserta didik dilatih berkomunikasi
Test. dalam memaparkan ide-ide ketika
merencanakan dan menentukan cara
HASIL DAN PEMBAHASAN mengemas penyajian hasil karya
yang dipresentasikan. Kegiatan ini
Hasil penelitian keterampilan juga membuat peserta didik ber-
kolaborasi peserta didik pada kelas konstribusi (fleksibelitas) dalam
eksperimen lebih tinggi dibanding- kelompoknya sehingga solusi yang
kan dengan kelas kontrol (Tabel 2), tepat didapatkan berdasarkan ke-
sehingga membuktikan adanya putusan bersama.
peningkatan keterampilan yang Uraian diatas tersebut sejalan
dimiliki oleh peserta didik dengan dengan yang dikemukakan oleh
menggunakan model problem based Ruandini, Akhdinirwanto, dan
learning. Hal ini dikarenakan Nurhidayati (2011: 2) bahwa dalam
penggunaan model PBL yang me- kolaborasi terjadi suatu proses kerja
miliki tahap-tahap pembelajaran sama yang dilakukan oleh antar
sistematis dapat melatih kemampuan individu maupun antar kelompok,
peserta didik dalam menentukan yang saling penuh perhatian dan
masalah dan mencari sebuah solusi- penghargaan sesama anggota untuk
nya secara kolaborasi. mencapai tujuan bersama. Hal ini
juga didukung oleh hasil penelitian
81
Jurnal Bioterdidik, Vol. 7 No. 3, Mei 2019

(Hapsari dan Yonata, 2014: 184) kreatif serta keberhasilan untuk


bahwa keterampilan kolaborasi dapat menyelesaikan tugas-tugas sangat
melatih dalam bertukar gagasan dan bergantung pada sejauh mana mereka
informasi untuk mencari solusi berinteraksi satu sama lain.

Tabel 2. Hasil Penilaian Observasi Keterampilan Kolaborasi


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Indikator
X  Sd Kriteria X  Sd Kriteria
Kerja-sama 82 8,56 Sangat Baik 72 2,52 Baik
Tanggung Jawab 75 5,37 Baik 57 3,37 Cukup Baik
Kompromi 75 6,93 Baik 61 1,68 Cukup Baik
Komuni-kasi 73 4,95 Baik 60 2,52 Cukup Baik
Fleksibilitas 76 10,61 Baik 61 2,53 Baik
76 7,28 Baik 62 2,53 Baik

Indikator keterampilan kola- komunikasi (Tabel 2). Akan tetapi,


borasi pada penelitian ini terdiri dari kemampuan komunikasi pada kelas
kemampuan kerjasama, tanggung eksperimen ini tergolong dalam
jawab, kompromi, komunikasi, dan kriteria baik dibandingkan dengan
fleksibelitas. Merujuk pada Tabel 2, kelas kontrol yang hanya memiliki
kompetensi kolaborasi tertinggi pada kriteria cukup baik. Perbedaan ini
kelas eksperimen dimiliki oleh terjadi karena pemberian LKPD PBL
indikator kerjasama. Indikator kerja- pada kelas eksperimen membuat
sama pada kelas eksperimen ter- peserta didik serius dalam berdiskusi
golong dalam keriteria sangat baik, menentukan informasi sebagai fakta
sementara pada kelas kontrol pendukung dari rumusan dan hipo-
keriteria hanya sebatas baik. Hal ini tesis yang diberikan. Kemudian pe-
dapat terjadi karena Pemberian serta didik berkomunikasi lebih aktif
LKPD pada kelas eksperimen yang dalam bertukar pendapat antar
menyertakan rumusan masalah dan anggota kelompok untuk menentu-
sebuah hipotesis lebih membuat kan pemecahan masalah yang tepat.
peserta didik saling bekerjasama Pendapat ini sejalan dengan P21
dalam berdiskusi dan menghargai (dalam Lai, Dicerbo dan Foltz, 2017:
pendapat satu sama lain sehingga 15) yang menyebutkan bahwa ke-
solusi yang didapatkan diterima mampuan komunikasi mencakup ke-
tanpa adanya selisih paham antar terampilan dalam menyampaikan pe-
anggota kelompok. Pendapat ini mikiran dengan jelas dan persuasif
didukung oleh Merril (dalam Ihsan, secara oral maupun tertulis, kemam-
2013: 9) yang menyebutkan bahwa puan menyampaikan opini dengan
pembelajaran kolaborasi sangat me- kalimat yang jelas, menyampaikan
merlukan sifat-sifat kerjasama, perintah dengan jelas, dan dapat
menghargai pendapat orang lain, memotivasi orang lain melalui ke-
pengendalian diri, kesabaran, dan mampuan berbicara.
kecerdasan emosional yang mum- Penggunaan model PBL selain
puni dari peserta didik. meningkatkan keterampilan kolabo-
Kompetensi indikator kola- rasi, dapat juga meningkatkan kete-
borasi terendah pada kelas eks- rampilan berpikir tingkat tinggi
perimen dimiliki oleh indikator (tabel 3).
82
Jurnal Bioterdidik, Vol. 7 No. 3, Mei 2019

Tabel 3. Hasil Analisis Data N-gain Pretes dan Postes Peserta Didik
Nilai Kelas X  Sd Uji t-Test
Ekperimen 44,55 10,73
Pretes
Kontrol 43,92 11,73
Ekperimen 67,5 8,02 sig. (2-tailed) 0,009
Postest < 0,05
Kontrol 61,69 7,11
Ekperimen 0,40 0,15 (Sedang)
N-gain
Kontrol 0,30 0,13 (Rendah)

Perhitungan nilai pretes, postes belajaran Biologi yang menerapkan


dan N-gain mendapatkan nilai sig. > model PBL mampu meningkatkan
0,05, yang berarti sampel data kemampuan berpikir tingkat tinggi
berasal dari populasi yang ber- peserta didik karena terbiasa me-
distribusi normal dan homogen. lakukan proses pembelajaran yang
Kemudian pengujian Independent sistematis dari membuat rumusan
Sample t-Test yang didapatkan yaitu masalah sampai membuat ke-
nilai sig. (2-tailed) < 0,05, yang simpulan.
berarti hasil tersebut menunjukkan Pada kegiatan awal tahap
terdapatnya peningkatan rata-rata pembelajaran PBL, peserta didik
nilai yang signifikan. Hal ini diberikan sebuah masalah yang harus
diperkuat dengan melihat rata-rata N- diselesaikan dengan menentukan
gain pada kelas eksperimen yang terlebih dahulu rumusan masalahnya.
memiliki nilai lebih tinggi diban- Kemudian peserta didik harus me-
dingkan dengan kelas kontrol. nentukan sebuah jawaban sementara
Peningkatan keterampilan ber- (hipotesis) sehingga dapat menjadi
pikir tingkat tinggi yang terjadi pada dasar dari solusi yang akan di-
kelas eksperimen disebabkan karena dapatkan. Hipotesis yang telah di-
peserta didik melakukan pembelajar- tentukan diperkuat berdasarkan
an menggunakan model PBL yang jawaban pertanyaan yang diberikan
memiliki proses pembelajaran ber- sehingga hipotesis tersebut menjadi
beda sehingga meningkatkan ke- pasti untuk dijadikan kesimpulan
mampuan berpikir peserta didik ke hasil pemecahan masalah.
tingkat yang lebih tinggi. Hal ini Kegiatan proses pembelajaran
sesuai dengan pendapat Trianto secara sistematis tersebut sesuai
(2011: 95) bahwa PBL dalam dengan sintaks PBL yang di-
pembelajarannya terbukti mening- kemukakan oleh Arends (2011: 411),
katkan kemampuan berpikir tingkat yaitu dimulai dari orientasi pada
tinggi dari pada menggunakan masalah, mengorganisasikan peserta
metode belajar lainnya. PBL didik, investigasi masalah, mengem-
memberikan dorongan kepada bangkan dan menyajikan hasil, serta
peserta didik untuk lebih dapat mengevaluasi dan menganalisis hasil
berpikir pada ide-ide yang abstrak pemecahan masalah. Sintaks ini
dan kompleks. Hasil ini didukung mencerminkan bahwa untuk melaku-
juga dengan penelitian Noma, kan pembelajaran membutuhkan ke-
Prayitno, dan Suwarno (2016: 65) terampilan berpikir tingkat tinggi
yang menunjukkan bahwa pem- peserta didik.

83
Jurnal Bioterdidik, Vol. 7 No. 3, Mei 2019

Tabel 4. Hasil Peningkatan Nilai Setiap Indikator Keterampilan Berpikir Tingkat


Tinggi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Indikator
Pretes Postes N-gain Kriteria Pretes Postet N-gain Kriteria
C4 48,21 74,70 0,51 Sedang 49, 10 67,26 0,18 Rendah
C5 37,18 56,72 0,31 Sedang 33,19 49,16 0,15 Rendah
C6 43,95 64,56 0,36 Sedang 46,42 63,462 0,17 Rendah

Keterampilan berpikir tingkat kelas tersebut mencangkup tahap


tinggi dalam penelitian ini meng- pembelajaran mengorientasi masalah
gunakan 3 indikator, yaitu C4 (meng- yang dapat menambah kemampuan
analisi), C5 (mengevaluasi), dan C6 menganalisis peserta didik menjadi
(mencipta). Hasil peningkatan dilihat meningkat. Pada tahap ini berisikan
dari nilai setiap indikatornya (Tabel sebuah masalah yang harus di-
4). Peningkatan indikator berpikir identifikasi sehingga peserta didik
tingkat tinggi pada kelas eksperimen mampu menentukan sebuah rumusan
lebih tinggi dibandingkan peningkat- masalah yang menjadi dasar dalam
an skor indikator pada kelas kontrol. mendapatkan solusi melalui hipotesis
Hal ini menunjukkan terdapat per- yang diberikan. Krathworl (dalam
bedaan kemampuan berpikir tingkat Kusuma, 2017: 29) menyatakan
tinggi yang dimiliki peserta didik di bahwa mengidentifikasi atau me-
setiap kelas (Tabel 4). rumuskan pertanyaan, menganalisis
Peningkatan tertinggi indika- informasi yang masuk dan membagi-
tor keterampilan berpikir tingkat bagi atau menstrukturkan informasi
tinggi pada kelas eksperimen dicapai dapat mengembangkan kemampuan
pada C4 (menganalisis). Hal ini analisis peserta didik.
dikarenakan indikator C4 merupakan Indikator yang mengalami pe-
indikator yang dapat dilatih ber- ningkatan tertinggi kedua adalah
dasarkan suatu masalah yang di- indikator C6 (mencipta). Hal ini
berikan oleh pendidik pada proses terjadi karena pelatihan dalam
pembelajaran melalui media LKPD mencari solusi sebuah masalah lebih
dan juga soal. Pendapat ini diperkuat mudah dilakukan dan dipahami oleh
oleh Nur (dalam Pratiwi, 2012: 12) peserta didik melalui kegiatan
yang menyatakan bahwa kegiatan penarikan kesimpulan, dibandingkan
menganalisis terdapat pada tahap dengan kemampuan mengevaluasi
awal pembelajaran saat meng- (C5) yang cenderung kedalam
orientasi peserta didik. Pada tahap ini kegiatan tukar pendapat dan tanya
pendidik menyajikan suatu masalah jawab mengenai solusi pemecahan
dan melibatkan peserta didik dalam masalah. Hasil ini didukung oleh
mengidentifikasi atau melakukan pendapat Munaf (dalam Kusuma,
penyelidikan terhadap masalah untuk 2017: 22) bahwa pada tahap
mencari solusinya. mengevaluasi, peserta didik harus
Kemampuan menganalisis di- mampu membuat penilaian dan
latihkan melalui kegiatan awal pada keputusan tentang nilai suatu
tahap pembelajaran di kelas eks- metode, produk, gagasan, atau benda
perimen, yaitu tahap mengorientasi dengan menggunakan kriteria yang
peserta didik. Pemberian LKPD di telah ditetapkan. Tingkatan ini

84
Jurnal Bioterdidik, Vol. 7 No. 3, Mei 2019

mencakup dua aspek kognitif, yaitu simpulan bahwa penggunaan model


memeriksa (checking) dan meng- PBL dapat meningkatan keteram-
kritik (critiquing). Berbeda halnya pilan kolaborasi dan berpikir tingkat
dengan mencipta yang hanya tinggi peserta didik. Hal ini
memfokuskan pada kemampuan dibuktikan dari hasil analisis data
menarik kesimpulan dengan dukung- yang didapatkan pada kelas
an berpikir kreatif. eksperimen lebih tinggi dibanding-
Pada penelitian ini, keteram- kan pada kelas kontrol untuk kedua
pilan kolaborasi diperkenalkan serta keterampilan
dilatih melalui kegiatan pembelajar-
an yang dilakukan secara berkelom-
pok. Pemberian LKPD membuat DAFTAR RUJUKAN
peserta didik mengerjakan tugas
dengan saling bekerjasama, ber- Apriono, D. 2013. Pembelajaran
diskusi dan terbuka antar anggota Kolaboratif. Jurnal
kelompok. Trianto (dalam Pratiwi, Prospektus UNIROW. XVII
2012: 6) menyatakan bahwa model (1): 292-304.
PBL membuat peserta didik mampu
menggunakan keterampilannya se- Arends, R. I. 2011. Learning to
perti bekerja sama dalam menye- Teach Belajar untuk
lesaikan masalah sesuai pengetahuan Mengajar. Yogyakarta:
mereka sendiri. Yamin dan Maisah Pustaka Pelajar.
(2012: 85) menambhakan melalui
PBL peserta didik dapat me- Cahyono, W. 2014. Seminar
numbuhkan kemampuan berpikir Pendidikan Highscope
dalam menggunakan wawasan yang Indonesia.http://www.highsc
dimiliki tanpa harus memikirkan ope.or.id/PressReleaseEducat
kualitas pendapat yang disampaikan, ionSeminar, diakses pada 29
sehingga dapat leluasa mengembang- Oktober 2017, 19.02 WIB.
kan kemampuan berpikir mereka.
PBL juga didasarkan pada konstruk- Chatib, M. 2012. Orangtuanya
tivisme dan pembelajaran aktif yang Manusia. Bandung: Kaifa.
dapat mengakomodasi peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan Fatchiyah. 2016. Pengaruh PBL
menganalisis, mengevaluasi, dan Terhadap Kemampuan
mencipta (Afandi dalam Noma, Berpikir Tingkat Tinggi.
Prayitno, dan Suwarno, 2016: 63). Jurnal Pen-didikan Guru
Dikaitkan dengan hal ini, dapat Sekolah Dasar. 18 (5): 1.737-
disimpulkan bahwa penggunaan 1.745.
model PBL terbukti unggul dalam
meningkatkan keterampilan kola- Hapsari, S. N., dan Yonata, B. 2014.
borasi dan berpikir tingkat tinggi Keterampilan Kerjasama Saat
peserta didik. Diskusi Kelompok Siswa
Kelas XI IPA pada Materi
SIMPULAN Asam Basa melalui
Penerapan Model
Berdasarkan hasil analisis data Pembelajaran Kooperatif di
dan pembahasan, maka didapatkan SMA Kemala Bhayangkari 1

85
Jurnal Bioterdidik, Vol. 7 No. 3, Mei 2019

Surabaya. Unesa Journal of Meningkatkan Kemampuan


Chemical Education. 3 (2): Berpikir Tingkat Tinggi
181-188. Siswa Kelas X SMA.
BIOEDUKASI. 9 (2): 62-66.
Ihsan, F. 2013. Meningkatkan
Keterampilan Kerjasama Pratiwi, U. 2015. Pengembangan
Peserta Diklat Melalui Instrumen Penilaian HOTS
Pembelajaran Kolaboratif. Berbasis Kurikulum 2013
(Online).(http://bkddiklat.ntb Terhadap Sikap Disiplin.
prou.go.id. Pada Tanggal 5 Jurnal Penelitian dan
Oktober 2018 Pukul 17.30 Pembelajaran IPA. 1 (1): 1-
WIB. 12.

Julita, N. H. 2016. Profil Pratiwi, Y. P. 2012. Pengaruh Model


Kemampuan Kerjasama Problem Based Learning
Siswa dalam Pembelajaran Terhadap kemampuan
IPA. (Skripsi). Bandar Berpikir Kritis dan Berpikir
Lampung: Universitas Kreatif Siswa Pada
Lampung. Pembelajaran Biologi.
(Skripsi). Surakarta:
Kemendikbud. 2013. Bahan-bahan Universitas Sebelas Maret.
Sosialisasi Kurikulum 2013.
Jakarta. Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru
Pembelajaran Sebagai
Kusuma, M. D. 2017. Referensi Bagi Pendidikan
Pengembangan Perangkat Dalam Implementasi
Instrumen Asesmen Higher Pembelajaran Yang Efektif
Order Thinking Skill (HOTS) Dan Berkualitas. Jakarta:
dalam Pembelajaran Fisika Kencana Prenada Media
Siswa SMA Pada Materi Group.
Fluida Statis. (Tesis). Bandar
Lampung: Universitas Rofiah, E., Aminah, N. S., dan
Lampung. Ekawati, E. Y.2013.
Penyusunan Instrumen Tes
Lai, E, R., DiCerbo, K, E., dan Foltz, Kemampuan Berpikir Tingkat
P. 2017. Skill for Today: Tinggi Fisika pada Siswa
What We Know about SMP. Jurnal Pendidikan
Teaching and Assessing Fisika. 1 (2): 17-22.
Collaboration. London:
Pearson. Ruandini, W., Akhdinirwanto R. W.,
dan Nurhidayati. 2011.
NEA. 2007. Preparing 21st Century Peningkatan Kemampuan
Students for a Global Society: Kerjasama Melalui
An Educator’s Guide to the Pembelajaran Kooperatif
“Four Cs”. London: Pearson Tipe.http://download.portalga
ruda.org/article.php?article=9
Noma, L. D., Prayitno, B. A., dan 382&val=614, diakses pada
Suwarno. 2016. PBL untuk 30 Oktober 2017, 11.32 WIB.
86
Jurnal Bioterdidik, Vol. 7 No. 3, Mei 2019

Suryani, N. 2013. Implementasi


Model Pembelajaran
Kolaboratif untuk
Meningkatkan Ketrampilan
Sosial Siswa. E-Jurnal. 1-23
hlm.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran


Terpadu Konsep,Strategi dan
Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Bumi Aksara.

Trianto. 2009. Mendesain Model


Pembelajaran Inovatif
Progresif: Konsep, Landasan,
dan Implementasinya Pada
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana.

Wiyanto., Sopyan, A., Nugroho., dan


Wibowo, S. W. A. 2006.
Potret Pembelajaran Sains Di
SMP dan SMA. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia.
4 (2): 63-66.

Yamin, M., dan Maisah. 2012.


Orientasi Baru Ilmu
Pendidikan. Jakarta:
Referensi.

Zubaidah, S. 2016. Keterampilan


Abad Ke-21: Keterampilan
Yang Diajarkan Melalui
Pembelajaran. E-Jurnal. 1-17
hlm.

87

You might also like