You are on page 1of 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2022.1)

Nama Mahasiswa : Muhamad Yuliani

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042691022

Tanggal Lahir : 22 Juli 1994

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4210/ Hukum Lingkungan

Kode/Nama Program Studi : 311/Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 74/ UPBJJ Malang

Hari/Tanggal UAS THE : Senin/20 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menanda tangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN,KEBUDAYAAN,RISET,DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Muhamad Yuliani


NIM : 042691022
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4407/ Hukum Pajak dan Acara Perpajakan
Fakultas : FHISIP
Program Studi : Ilmu Hukum
UPBJJ-UT :Malang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan
mengakuinya sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan
hukuman sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan,dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Blitar, 20 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

MuhamadYuliani
BUKUJAWABANUJIANUNIVERSITASTERBUKA

1. UU Cipta Kerja mencerminkan kepentingan ekonomi pemerintah tidak diimbangi dengan


komitmen untuk menjaga sumberdaya hutan dan lingkungan secara lestari. Dominasi kepentingan
ekonomi diatas kepentingan lingkungan menunjukkan kecenderungan pemerintah yang
menggunakan kekuasaan untuk membuka satu demi satu pintu eksploitasi sumberdaya hutan tanpa
pertimbangan lingkungan hidup. Mengesahkan UU ini menandakan titik awal potensi kerusakan
lingkungan yang terstruktur melalui produk legislasi yang sah secara hukum.

Sektor lingkungan khususnya kehutanan seperti dipaparkan sebelumnya memang tak luput dari
imbas atas rencana pengesahan UU Cipta Kerja, hal ini lantaran pengaturan mengenai
penyederhanaan perizinan usaha serta pengadaan lahan menyinggung banyak regulasi bidang
kehutanan dan lingkungan. Perubahan mendasar yang terjadi adalah diubahnya beberapa intisari
peraturan pokok sektor kehutanan yang terdapat dalam UU No. 41/1999 tentang Kehutanan serta
UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berikut
merupakan beberapa poin penting perubahan yang ada ketika UU Cipta Kerja ini disahkan:

● Mudahnya perizinan pemanfaatan kawasan hutan.


Perubahan signifikan dalam UU Cipta Kerja ini adalah mengenai mekanisme perizinan
pemanfaatan kawasan hutan yang hanya diberlakukan pada pemanfaatan hutan kayu,
sedangkan untuk pemanfaatan bukan kayu serta jasa lingkungan hanya berupa formalitas
untuk memenuhi standar umum.
Imbas dengan adanya UU ini adalah pencabutan pasal 27-29 pada UU No. 41/1999,
sehingga intervensi terhadap kawasan hutan melalui skema perizinan berusaha ini akan
semakin masif dan efek dominonya akan semakin mempermudah pihak mana saja terutama
yang bermodal dan berkuasa untuk mengajukan perizinan berusaha di kawasan hutan.
Kemudahan pemberian perizinan tanpa pertimbangan aspek ekologis sangat riskan terhadap
dampak lingkungan yang akan ditimbulkan kedepannya.
● Pemanfaatan kawasan hutan lindung semakin tak terproteksi.
Penerapan UU Cipta Kerja ini sangat mengancam pola pemanfaatan yang ada di hutan
lindung. Jenis pemanfaatan hutan lindung yang awalnya hanya berupa jasa lingkungan dan
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) sesuai dengan mandat UU No. 41/1999
menjadi dapat dimanfaatkan lebih beragam karena ditambahkannya klausa pemanfaatan
kawasan hutan.
Konsekuensi dengan adanya UU Cipta Kerja ini, eksistensi kawasan hutan lindung sangat
riskan dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan yang cenderung eksploitatif, seperti
contohnya, alih fungsi ke pertambangan, perkebunan, dll. Hal ini secara jelas dapat
menyebabkan hilang dan rusaknya hutan lindung yang bernilai sebagai penyangga
kehidupan secara permanen.
● Hilangnya AMDAL sebagai pintu gerbang terakhir penyelamatan lingkungan.
Semakin maraknya izin pendirian usaha yang tidak perlu melakukan wajib AMDAL
menimbulkan dampak lingkungan yang semakin tak terkendali. Dari hal ini pemerintah
terlihat sama sekali tidak mengindahkan pertimbangan lingkungan dalam kegiatan
pembangunan.
● Semakin mudahnya perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta
penggunaan kawasan hutan.
UU Cipta Kerja ini memberikan keleluasaan kepada pemerintah dalam hal memutuskan
perubahan peruntukan kawasan hutan.

2. A. Undang-Undang No.11/2020 tentang Cipta Kerja, yang terdiri dari berbagai beragam paket
peraturan, menuai pro dan kontra dari berbagai pihak, salah satunya menyoal dampaknya pada
masa depan pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu pasal yang mengalami penyesuaian adalah
pasal yang mengatur soal lingkungan hidup, yang tadinya diatur dalam UU No.32/2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kemudian diubah oleh UU Cipta Kerja ini dan
melahirkan peraturan turunan Peraturan Pemerintah (PP) No. 22/ 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pasca disahkannya PP 22/2021, aturan ini berdampak pada perubahan ketentuan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Amdal). Utamanya terkait partisipasi publik dalam penyusunan Amdal.
Dalam aturan tersebut, Amdal menjadi prasyarat terbitnya persetujuan lingkungan. Adapun
persetujuan lingkungan inilah yang menjadi prasyarat terbitnya perizinan berusaha. Hal ini diatur
dalam beberapa pasal yang secara rinci menjelaskan prasyarat persetujuan lingkungan. Persoalan
muncul ketika klausul partisipasi masyarakat dalam penyusunan dan penilaian Amdal direvisi.
Komisi Penilai Amdal (KPA), dimana sebelumnya merupakan wadah masyarakat untuk
berpartisipasi aktif, dibubarkan lalu diganti dengan Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup
(TUKLH) yang hanya terdiri dari pemerintah pusat, daerah dan ahli bersertifikat yang dipilih oleh
pihak pemerintah.

B. Perubahan poin mendasar pada UU No. 32 tahun 2009 diantaranya dicabutnya terminologi “izin
lingkungan” berimplikasi pada berubahnya posisi AMDAL dalam proses perizinan usaha dimana
AMDAL bukan lagi sebagai hal yang wajib untuk memutuskan kelayakan izin usaha akan tetapi
hanya menjadi pertimbangan saja. Ironisnya lagi, wajib AMDAL hanya diberlakukan pada kriteria
usaha yang proses dan kegiatannya berdampak penting terhadap lingkungan hidup, sosial, ekonomi
dan budaya. Konsekuensinya, semakin maraknya izin pendirian usaha yang tidak perlu melakukan
wajib AMDAL menimbulkan dampak lingkungan yang semakin tak terkendali. Dari hal ini
pemerintah terlihat sama sekali tidak mengindahkan pertimbangan lingkungan dalam kegiatan
pembangunan.
3. A. Secara normatif, dalam pasal 6 UUPLH No. 23/1997 ayat (1) “setiap orang berkewajiban
memelihara dan menanggulangi pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup”. Sementara
Pasal 17 ayat (1) menyatakan bahwa “setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun”. Pasal ini tentunya mengamanatkan
adanya suatu tanggung jawab kepada pelaku usaha dan/atau kegiatan dalam melestarikan
lingkungan agar bahan berbahaya dan beracun tersebut tidak merugikan pihak lain termasuk
mengakibatkan pengrusakan dan pencemaran lingkungan.

Pada dasarnya setiap orang atau penanggung jawab usaha yang melakukan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan
serta melakukan pemulihan lingkungan hidup. Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup dilakukan dengan:
a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup kepada
masyarakat;
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jadi, seharusnya perusahaan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan melakukan


penanggulangan pencemaran, yang salah satunya adalah memberikan informasi peringatan
pencemaran kepada masyarakat. Adanya informasi peringatan dapat mencegah adanya masyarakat
yang meminum air sungai yang sudah tercemar.

Selain itu, perusahaan juga dapat diancam pidana sebagai bentuk pertanggungjawabannya, serta
memberi ganti rugi atas pencemaran yang telah dilakukan. Prinsipnya, setiap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup
wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

B. Perusahaan juga wajib melakukan pemulihan terhadap pencemaran yang terjadi. Pemulihan
fungsi lingkungan hidup dilakukan dengan tahapan:
a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;
b. remediasi (upaya pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk memperbaiki mutu lingkungan
hidup);
c. rehabilitasi (upaya pemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan manfaat lingkungan hidup
termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan perlindungan, dan memperbaiki
ekosistem);
d. restorasi (upaya pemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup atau bagian-bagiannya berfungsi
kembali sebagaimana semula); dan/atau
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. A. Pentingnya peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup tercantum dalam GBHN
yang merupakan arah kebijaksanaan dalam pembangunan,sebagai berikut :
"Peran serta aktif segenap lapisan masyarakat dalam pembagunan harus makin meluas dan
merata, baik dalam memikul beban pembangunan maupun dalam pertanggungjawaban atas
pelaksanaan pembangunan atau pun pula di dalam menerima kembali hasil pembangunan. Untuk
itu perlu diciptakan suasana kemasyarakatan yang mendukung cita-cita pembangunan, serta
terwujudnya kreativitas dan otoaktivitas di kalangan rakyat".

Penjabaran yang lebih kongkrit dari GBHN tersebut dituangkan dalam UU No 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH). UUPLH telah memberikan dasar hukum yang
kuat bagi masyarakat untuk turut berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Dasar hukum
tersebut dapat ditemukan dalam Pasal 5 ayat 3 UUPLH yang memberikan hak kepada setiap orang
untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup dan dalam Pasal 7 ayat 1 UUPLH yang
memberikan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berperan dalam
pengelolaan lingkungan hidup.

Peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup melibatkan individu, kelompok masyarakat
dan organisasi-organisasi lingkungan (LSM). Dalam hal ini, masyarakat dapat turut berperan dalam
proses pengambilan keputusan, seperti penilaian AMDAL, perumusan kebijaksanaan lingkungan
hidup, mengembangkan budaya bersih lingkungan hidup, penyuluhan dan bimbingan di bidang
lingkungan hidup serta dalam penegakan hukum. Dengan telah ditegaskannya peran masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam GBHN dan UUPLH, maka masyarakat telah
mendapatkan landasan yang kuat bagi pelaksanaan peranannya dalam pengelolaan lingkungan
hidup, karena kunci keberhasilan dalam pelestarian fungsi lingkungan ada ditangan manusia
sebagai unsur yang paling dominandalam lingkungan hidup.

Dalam keterkaitannya dengan peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup,


maka kita tidak boleh lupa dengan peran dari masyarakat adat. Kelompok masyarakat adat ini
menyimpan keterampilan yang umum dikenal sebagai kearifan tradisional, yang jika
dikembangkan akan menyumbangkan peran bagi usaha pelestarian fungsi lingkungan. Meskipun
ciri mereka yang kosmis-magis, namun secara fakta membuktikan apa yang mereka lakukan
melahirkan religious dalam bentuk pengelolaan lingkungan yang bijak dan bertanggungjawab

B. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup didasarkan pada haknya atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat, dimana hal tersebut merupakan salah satu hak asasi
manusia. Penegasan mengenai pengakuan atas lingkungan yang baik dan sehat terdapat dalam
Pasal 5 ayat(1) UUPLH yang menyebutkan bahwa: "Setiap orang mempunyai hak yang sama atas
Lingkungan hidup yang baik dan sehat". Selain itu dapat pula dikaitkan dengan hak penguasaan
kepada Negara atas bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

Berkaitan dengan pengakuan atas lingkungan yang baik dan sehat, Pasal 5 ayat (3) UUPLH lebih
lanjut menegaskan bahwa: "Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku"
Selanjutnya Pasal 7 ayat(1) UUPLH menegaskan kembali bahwa: "Masyarakat mempunyai
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam pengelolaan lingkungan
hidup".

Lebih lanjut, keberdayaan masyarakat yang merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dariperan
serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan Pasal 7 ayat (2) UUPLH
tersebut di atas, memberikan peluang yang besar bagi masyarakat adat untuk mengembangkan
peranannya dalam pengelolaan lingkungan hidup mengingat mereka mempunyai kearifan
tradisional yang diperoleh dari pengalamannya berinteraksi dengan alam secara langsung. Dengan
demikian, melalui pengaturan Pasal 7 UUPLH ini, pemerintah memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berperan serta lebih besar termasuk kepada masyarakat adat.

You might also like