You are on page 1of 2

Pertemuan 7, 8, 9

Praktikum Hukum Acara Pidana II

Kapten Wiranata, S.H., dengan NRP. 535910 jabatan sebagai Komandan Kompi
Batalyon Infanteri 500/Raider, pada Rabu 8 Februari 2023 melakukan pemeriksaan
berdasarkan Surat Perintah dari Ankum No. SPrin.17/II/2023 tertanggal 6 Februari 2023
dari Letkol Soedjono, S.H., jabatan sebagai Komandan Batalyon Infanteri 500/Raider
terhadap Budi Hermanto berpangkat Praka dengan NRP. 31071288720687, jabatan Tabak
SO di kesatuan Batalyon Infanteri 500/Raider, beralamat di Jl. Gajah Mada No. 1,
Sawuggaling, Kec. Wonokromo, Surabaya atas pelanggaran disiplin yang dilakukannya.
Praka Budi Hermanto dikenal dengan pribadi yang kurang baik di lingkungan
kesatuan karena sering tidak menjalankan tugas. Salah satunya sejak tanggal 9 Januari
2023, Praka Budi Hermanto tidak pernah melaksanakan dinas kegarnisunan yaitu dinas jaga
dan dinas patroli selama lebih tiga kali berturut-turut. Perbuatan Praka Budi Hermanto
diketahui oleh Sertu Angga (jabatan: Danru di kesatuan Batalyon Infanteri 500/Raider)
merupakan anggota yang memiliki jadwal piket sama tetapi sering mengetahui Praka Budi
Hermanto absen. Atas perbuatan tersebut Sertu Angga melaporkan kepada Atasan
Langsung yaitu Kapten Dodi Prasetyo jabatan Komandan Kompi Batalyon Infanteri
500/Raider. Perbuatan tersebut telah melanggar Pasal 8 huruf a Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2014 tentang Hukum Disiplin Militer. Alasan Praka Budi Hermanto tidak
melaksanakan dinas kegarnisunan adalah karena sering bertengkar dengan istrinya karena
masalah ekonomi dalam rumah tangganya. Keseharian Praka Budi Hermanto ketika tidak
melaksanakan dinas kegarnisunan adalah pergi ke rumah orang tuanya untuk menenangkan
diri dan mencari uang tambahan karena sang istri yang selalu menuntut lebih.
Pada akhirnya Praka Budi Hermanto diproses disiplin oleh Ankum di kesatuannya.
Karena perbuatan tersebut Praka Budi Hermanto dijatuhi hukuman disiplin dengan Surat
Keputusan Hukuman Disiplin No. Skep. 17/II/2023, tertanggal 13 Februari 2023 berupa
penahanan disiplin ringan yaitu 14 hari dan penurunan pangkat satu tingkat menjadi Pratu.
Berdasarkan surat keputusan tersebut Praka Budi Hermanto merasa keberatan dan
mengajukan Jurat pada tanggal 15 Februari 2023, dengan dalil Praka Budi Hermanto baru
pertama kali melakukan pelanggaran disiplin dan bukan tanpa sebab. Di kesehariannya
menurut Koptu Akbar (jabatan: Wadanru di kesatuan Batalyon Infanteri 500/Raider) Praka
Budi Hermanto sebenarnya dikenal dengan pribadi yang baik, kinerjanya di kesatuan sangat
bagus, hanya saja masalah ekonomi yang merubah segalanya. Praka Budi Hermanto
meminta keringanan hukuman kepada Ankum Atasan.
Melihat pertimbangan tersebut, akhirnya Ankum Atasan (Mayor Jenderal Farid
Makruf, M.A., jabatan Pangdam Kodam V/Brawijaya) mengeluarkan Keputusan atas
Keberatan Penjatuhan Hukuman Disiplin No. Skep. 17/II/2023 tertanggal 22 Februari 2023
yang memutuskan untuk memberikan hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan
pangkat selama satu tahun.

Berdasarkan uraian kasus di atas, maka buatlah: (kelompok 2 orang)


1. Berita Acara Pemeriksaan Pelanggaran Disiplin
2. Keberatan (Jurat) Disiplin
3. Surat Keputusan atas Keberatan Penjatuhan Hukuman Disiplin
Pertemuan 10
Praktikum Hukum Acara Pidana II

Setelah ada keputusan akhir penjatuhan hukuman disiplin oleh Ankum Atasan
kepada terperiksa Kopka Wahyu Hidayat (beralamat di Tegal Dadi, Mojosulur, Kec.
Mojosari, Kab. Mojokerto) berdasarkan Surat Keputusan No: Skep.22/III/2023, tertanggal
13 Maret 2023 berupa penahanan ringan 14 hari dan penundaan kenaikan pangkat selama
satu tahun. Selanjutnya perkara Kopka Wahyu Hidayat (NRP. 21940578441111, jabatan
Tadenma Divif-2 Kostrad) dilanjutkan secara pidana militer dengan nomor perkara:
35-K/PM.III-12/AD/III/2023 pada Pengadilan Militer III-12 Surabaya.
Kopka Wahyu Hidayat didakwa dengan tindak pidana “penyalahgunaan narkotika
golongan I bagi diri sendiri” sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 127 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Setelah pembacaan
tuntutan, Wahyu Hidayat melalui penasehat hukumnya dari lingkungan TNI yaitu Lettu
Fajar Satrio, S.H., mengajukan klemensi pada tanggal 20 Maret 2023, dengan dasar bahwa
Wahyu Hidayat mengakui atas perbuatan yang dia lakukan yaitu menyalahgunakan
narkotika yang dicampur di dalam minumannya pada Diskotik Newzone di daerah
Mojokerto. Perbuatan tersebut diketahui oleh anggota yang sedang piket jaga, mendapati
Wahyu pulang ke asrama dalam keadaan mabuk. Wahyu juga baru pertama kali melakukan
hal tersebut bukan tanpa alasan melainkan karena terpaksa lagi banyak masalah di
keluarganya, terutama masalah ekonomi. Wahyu berjanji tidak akan melakukan hal tersebut
kembali.

Berdasarkan uraian di atas, buatlah!!! (kelompok 2 orang)


1. Klemensi (Permohonan Keringanan Hukuman)

You might also like