You are on page 1of 9

MAKALAH

KE-NU-AN
“DASAR DASAR NAHDLATUL ULAMA’ ”
DOSEN PENGAMPU : MOH. HAEKAL, S. Ag

OLEH :
NANDA MARDANI
NIM. 2186208063

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KAMPUS IV IAI QAMARUL HUDA BAGU
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Dasar Dasar Nahdlatul Ulama’” dengan
lancar. Dalam penulisan makalah ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima


kasih kepada Bapak Moh. Haekal, S. Ag selaku dosen Pengampu mata kuliah Ke-
NU-An, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesian penyusunan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan


para pembaca pada umumnya.

Batu Samban, 10 Oktober 2023

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
NU mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran Islam
Alquran, Al Hadits, Al Ijma’ dan Al Qiyas dalam memahami dan
menafsirkan Islam dari sumbernya tersebut, NU mengikuti Faham
Ahlusunnah Wal Jamaah dengan menggunakan jalan pendekatan (Al
Madzhab) di bidang Aqidah NU mengikuti ajaran yang dipelopori oleh Imam
Abu Mansur Al Maturidi, dibidang fiqih NU mengikuti jalan pendekatan
salah satu dariMuhammad bin Idris Assyafii dan Imam Ahmad bin Hambal,
dibidang tassawuf NU mengikuti antara lain Imam Junaidi Al bagdadi dan
Imam Al ghazali serta Imam imam yang lain.
NU mengikuti pendirian bahwa, Islam adalah agama yang fitri,
yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia.
Faham keagamaan yang dianut oleh NU bersifat menyempurnakan nilai nilai
yang baik yang sudah ada dan menjadi ciri-ciri suatu kelompok manusia,
seperti suku maupun bangsa dan tidak bertujuan menghapus nilai nilai
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi sumber dasar NU?
2. Apa arti penting pembentukan NU?
3. Apa itu Ahlussunnah Wal Jamaah?
4. Apa yang menjadi sumber dasar NU?
C. Tujuan
1. Mengajarkan nilai kebaikan dalam NU.
2. Memperkenalkan apa itu NU.
3. Menjelaskan dasar keagamaan NU.
D. Manfaat
1. Memberikan ilmu seputar NU.
2. Memperkenalkan faham Ahlussunnah Wal Jamaah.
3. Memberikan penjelasan mengenai sumber dasar NU.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya NU
Pendiri dari organisasi NU ini adalah KH Hasyim Asy'ari. dilahirkan
pada tanggal 10 April 1875 atau menurut penanggalan arab pada tanggal 24
Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang,
Jawa Timur. Beliau tutup usia pada tanggal 25 Juli 1947 yang kemudian
dikebumikan di Tebu Ireng, Jombang.
NU (Nahdlatul Ulama) telah ada dalam bentuk komunitas (jama’ah)
yang diikat oleh aktivitas sosial keagamaan yang memppunyai karakter
ASWAJA (Ahlussunnah Wal Jamaah). Wujud sebagai organisasi tak lain
adalah penegas formal dari mekanisme informal para ulama.
Arti penting dibentuk organisasi ini tidak lepas dari konteks waktu itu,
terutama berkaitan dengan upaya menjaga eksistensi jamaah tradisional
berhadapan dengan arus paham pembaharuan Isalam, yang ketika itu telah
terlembagakan, antara lain dalam Muhammdiayah.
Arti penting lain pembentukan NU adalah berkaitan dengan upaya
pemupukan semangat nasionalisme di tengah iklim kolonialisme saat itu. Sulit
dibantah bahwa perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda tidak hanya
membawa wacana politik tapi juga keagamaan. Dalam wacana keagamaan
itulah peran kepemimpinan ulama menjadi penting (sebut saja Perang
Diponegoro 1825-1830, Perang Paderi 1321-1837, perlawanan rakyat Aceh
1872-1912). Ketika pada abad XX nada perlawanan terhadap penjajah
bergeser dari perjuangan bersenjata menjadi pergerakan nasional, para ulama
tidak mau ketinggalan. Sepuluh tahun sebelum berdirinya NU, KH Wahab
Hasbullah mendirikan Nahdlatul Wathan (kebangkitan tanah air) yang
berusaha menum buhkan rasa nasionalisme melalui pendidikan. Organisasi ini
adalah langkah kongkret dari forum diskusi Taswirul Afkar (konsepsi
pemikiran) yang sebenarnya merupakan antisipasi Wahab Hasbullah
menghadapi ekses gerakan pembaharuan yang menjadi ancaman bagi
eksistensi tradisi Ahlussunnah wal Jamaah.

4
Latar belakang lahirnya NU ini perlu memperoleh perhatian, sebab
karakteristik organisasi ini lebih berakar di sini. Satu hal perlu dicatat dan
proses kelahiran yang pada hakekatnya merupakan reaksi terhadap arus
pembaharuan Islam dan situasi kolonialisme tersebut, yakni bahwa pola
perilaku reaktif semacam itu ternyata menjadi inheren dalam dinamika NU
selanjutnya.
B. Faham Keagamaan
Nahdlatul Ulama (NU), menganut paham Ahlusunnah Wal Jama’ah.
Yaitu sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli
(rasionalis) dengan kaum ekstrim (skripturalis).
Dalam bidang Fiqih NU mengikuti empat madzhab, yaitu ; Hanafi,
Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf,
mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang
mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum
penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, serta
merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial.
Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut
berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam
NU.
C. Peran NU di Masyarakat
Nahdlatul Ulama (NU) organisasi yang sudah memiliki pengalaman
dan sejarah panjang dalan memberikan pelayan terhadap masyarakat
Indonesia. NU ikut mengarsiteki pembangunan sumber daya manusia pada
masyarakat melalui pendidikan, pelayanan kesehatan, pemberdayaan ekonomi
dan keagamaan pada masyarakat tradisional atau pedesaan. Sehingga
sebenarnya bisa dikatakan jika menilai dari bentuk basis masyarakat yang
diberdayakan, maka NU memiliki beban lebih berat. Hal ini tak lepas dari
mayoritas penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan yang memiliki mata
pencaharian sebagai petani, nelayan, dan buruh adalah masyarakat
menengah kebawah.

5
Dari aspek tersebutlah peran NU sebagai agen gerakan pemberdayaan
masyarakt sipil harus terus memiliki strategi dalam mengupayakan
peningkatan-peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat. Namun tentunya
gaya NU dalam memberikan pelayanan dan mendampingi masyarakat dalam
memperoleh hak-haknya dari kekuasaan negara tak melepaskan dari prinsip
aqidah ahlusunnah wal jama’ah (aswaja). Posisi ini tetap akan menjadikan
perjuangan NU dalam mewujudkan kebaikan masyarakat (Khoiron Ummah).
Apalagi platform yang menjadi landasan semangat perjuangan sebagai
gerakan sosial-keagamaan adalah Islam. Dengan konsep pemahaman Islam
sebagai agama fitrah dan rahmat bagi semesta alam tentunya tidak hanya
mengurusi hubungan masyarakat muslim (ukhwah Islamiyah) tapi juga
hubungan antar manusia (ukhuwah bashariyah).
D. Dasar Keagamaan NU
NU memiliki dasar keagamaan yang berpedoman pada empat sumber.
Keempat sumber itu adalah :
1. Al-Quran
Al-Qur’an adalah dasar hukum yang pertama dan utama dalam
Islam. Karena itu setiap muslim harus menerima bahwa asas yang pertama
dan terkuat untuk menentukan hukum Islam adalah Al-Qur’an.
2. Al-Hadits atau As-Sunnah
Al-hadits atau As-Sunnah meliputi sunnah Qauliyan, Fi’liyah, dan
sunnah Taqririyah. Dalam agama Islam al-Hadits atau as-Sunnah
mempunyai peran yang sangat penting dan merupakan sumber hukum
kedua setelah Al-Qur’an.
3. Ijma’
Ijma’ Yaitu kesepakatan para ulama’ mujtahid mengenai suatu
hukum ijma’ baru dapat dipergunakan sebagai dalil terhadap suatu perkara
sesudah ternyata tidak ditemkan nash Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Ijma’,
ada beberapa macam diantaranya ijma’ sharih, ijma’ sukuni, ijma’ sababy,
ijma’ khalifah empat, dan lain-lainnya.
4. Qiyas

6
Qiyas adalah menyamakan suatu masalah yang belum diketahui
hukumnya, karena diantaranya terdapat kesamaan (illat) yang menjadi
dasar penentu hukum.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dalam mengqiyaskan suatu
hukum harus diperhatikan empat hal, yaitu :
1. Alas, Asal adalah sesuatu yang sudah ada nash hukumnya yang menjadi
ukuran atau tempat menyerupakan.
2. Far’un, Far’un yaitu sesuatu yang belum diketahui hukumnya dan
dimaksudkan untuk diukur atau diserupakan dengan hukum asal.
3. Hukum asal, yaitu hukum syara’ yang terdapat pada asal dan dimaksudkan
menjadi hukum bagi far’un.
4. Illat yaitu sebab yang menggabungkan atau menghubungkan antara asal
(pokok) dengan fa’run (cabang).

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
NU merupakan sebuah organisasi yang tidak seenaknya saja dalam
memandang dan menilai berbagai hal. Mengacu pada sumber seperti Al-Quran,
Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Menjadikan NU sebagai organisasi yang lebih
mengutamakan sumber yang ada dalam menilai suatu hal yang terjadi di
lingkungan sekitar.
Selain itu, NU juga mengajarkan untuk tidak menilai baik-buruknya
suatu perbuatan tanpa di dasari oleh hukum dan sumber terkuat.

8
DAFTAR PUSTAKA
http://agusmr220.blogspot.co.id/2013/12/nu-dan-sikap-sikap-keagamaan.html
Karin, A. Gaffar, Metamorfosis Nu Dan Politisasi Islam Di Indonesia. Pustaka
NU Online.
http://nupasrujambe.blogspot.co.id/p/sejaran-tujuan.html jam 15:02

You might also like