You are on page 1of 4

Nama : Adis Alia

NIM : 200448

Prodi : Manajemen RB

MK : Manj. Produktivitas

Jawab:

1. Langkah – langkah yang harus di perhatikan terlebih dahulu sebelum mengekspor produk:
1) Dokumen Purchase Order
Hal pertama yang perlu Anda miliki sebelum melakukan proses ekspor barang ke
negara lain adalah dokumen purchase order. Dokumen ini merupakan sebuah bukti
permintaan barang dari pembeli di luar negeri yang akan digunakan sebagai
persyaratan pembuatan dokumen invoice atau surat penagihan kepada pembeli.
2) Perencanaan Ekspor
Bagi calon eksportir, langkah yang dilakukan pada proses perencanaan ekspor
merupakan salah satu hal yang penting. Pasalnya, dalam perencanaan ekspor Anda
harus benar-benar teliti agar tidak terjadi kendala pada langkah selanjutnya. Pada
perencanaan ekspor Anda harus menentukan beberapa hal yang harus didiskusikan
dengan calon importir seperti:
o Produk yang akan diekspor
o Penentuan klasifikasi produk
o Negara tujuan ekspor
o Jalur pengiriman barang
o Pengepakan produk
o Fumigasi (bebas hama)
o Penentuan jadwal ekspor
o Menyiapkan surat keterangan asal (SKA)
o Menyiapkan surat pemberitahuan ekspor (PEB)
3) Menyiapkan Dokumen Ekspor
Sebelum melakukan pengiriman, Anda harus menyiapkan beberapa dokumen yang
digunakan sebagai syarat pengiriman barang ke luar negeri. Adapun dokumen yang
perlu Anda siapkan adalah sebagai berikut ini:
a. Packing List
Packing list adalah dokumen yang dibuat oleh eksportir atau pihak pengirim.
Isi dari dokumen ini ialah informasi mengenai spesifikasi barang yang akan
dikirim. Informasi barang yang perlu ditulis dalam dokumen ini antara lain
adalah:
o nomor packing list
o tanggal packing list dibuat
o data lengkap eksportir dan importir
o nomor PO
o nama lengkap barang
o jumlah barang
o berat kotor dan berat bersih barang
b. Commercial Invoice
Dokumen selanjutnya adalah commercial invoice yang berisi tentang
informasi mengenai data barang serta nilai barang tersebut dalam mata
uang asing sesuai dengan negara tujuan. Dokumen ini juga berarti sebagai
surat penagihan yang akan diberikan kepada penerima barang atau importir.
Sedangkan informasi yang perlu ditulis di dalam commercial invoice adalah
nomor invoice, data lengkap eksportir dan importir, nomor PO, nama
barang, jumlah barang, harga barang per unit dan harga total yang dapat
dihitung dari jumlah barang yang dipesan dalam PO dikalikan dengan harga
per unitnya.
c. Bukti Bayar Bea Keluar
Bukti bayar bea keluar merupakan dokumen yang harus Anda miliki agar
proses pengiriman barang dapat dilakukan. Untuk mendapatkan dokumen
tersebut, Anda harus membuktikan bahwa pengajuan PEB telah disetujui
dengan adanya dokumen Persetujuan Ekspor atau PE. Setelah itu, lakukan
proses pembayaran atas bea keluar sesuai tarif yang tertera dalam dokumen
pemberitahuan ekspor barang. Apabila sudah membayar secara otomatis
Anda akan diberikan bukti bayar bea keluar dan barang siap untuk dikirim ke
negara tujuan.
Selanjutnya Proses Perdagangan Ekspor mulai dari proses negosiasi ekspor sampai proses
pembayarannya khususnya yang melalui sistem pembayaran Letter of Credit (LC) melalui
Perbankan. Sementara Proses Perdagangan Ekspor adalah Langkah-langkah yg dilakukan oleh
eksportir untuk terjadinya suatu transaksi ekspor sampai selesainya pelaksanaan transaksi itu
dalam bentuk diterimanya pembayaran (valas) dari importir luar negeri melalui bank
mitranya importir.
Adapun langkah nya adalah sebagai berikut:
1) Eksportir mengadakan koresponden dengan Importir luar negeri (mutu, delivery ,dll) .
2) Eksportir dan importir mengadakan kontrak jual beli (Sales Contract) termasuk kesepakatan
sistem pembayaran apa menggunakan Free On Board (FOB), Freight n Cost (F n C) atau Cost
Insurence and Freight (CIF).
3) Importir menerbitkan Purchase Order (PO) atau Shipping Intruction (SI) kepada Eksportir.
4) Importir membuka/mengirim L/C melalui bank korespondennya (jika menggunakan LC)
5) Bank importir meneruskan L/C kepada bank devisa.
6) Bank devisa meneruskan L/C kepada eksportir.
7) Eksportir menyiapkan barang barangnya sesuai PO atau SI yang diterima.
8) Eksportir mendaftarkan PEB di Kantor Bea Cukai setempat atau dimana lokasi pelabuhan
muatanya melalui Perusahaan Penyedia Jasa Kepabeanan (PPJK).
9) Eksportir memesan ruang kapal kepada Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL).
10) Eksportir sendiri/minta bantuan EMKL untuk mengirim barang .
11) Eksportir sendiri/EMKL memfiatmuatkan barangnya.
12) EMKL memberitahukan kepada eksportir barang telah dikirim ke kapal.
13) Barang dikirim dari Indonesia ke importir.
14) Eksportir menerima pembayaran dari Bank Devisa ketika barang sudah di atas Kapal jika
kesepakatannya adalah Free On Board (FOB) antara eksportir dan Importir.

2. Cara membuat suatu UKM menjadi PT sebagai berikut :


1) Pengajuan Nama Perseroan Terbatas
Pengajuan nama perusahaan ini didaftarkan oleh notaris melalui Sistem Administrasi
Badan Hukum (Sisminbakum) Kemenkumham.
Adapun persyaratan yang dibutuhkan sebagai berikut:
• Melampirkan asli formulir dan pendirian surat kuasa;
• Melampirkan photocopy Kartu Identitas Penduduk (“KTP”) para pendirinya dan para
pengurus perusahaan;
• Melampirkan photocopy Kartu Keluarga (“KK”) pimpinan/pendiri PT.
Proses ini bertujuan untuk akan melakukan pengecekan nama PT, dimana pemakaian
PT tidak boleh sama atau mirip sekali dengan nama PT yang sudah ada maka yang
perlu siapkan adalah 2 (dua) atau 3 (tiga) pilihan nama PT, usahakan nama PT
mencerminkan kegiatan usaha anda. Disamping itu, pendaftaran nama PT ini
bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dari instansi terkait (Kemenkumham)
sesuai dengan UUPT dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2011 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama Perseroan Terbatas.
2) Pembuatan Akta Pendirian PT
Pembuatan akta pendirian dilakukan oleh notaris yang berwenang diseluruh wilayah
negara Republik Indonesia untuk selanjutnya mendapatkan pesetujuan dari Menteri
Kemenkumham.
Patut untuk dipahami, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
akta ini, yaitu: Kedudukan PT, yang mana PT harus berada di wilayah Republik
Indonesia dengan menyebutkan nama Kota dimana PT melakukan kegiatan usaha
sebagai Kantor Pusat;
• Pendiri PT minimal 2 orang atau lebih;
• Menetapkan jangka waktu berdirinya PT: selama 10 tahun, 20 tahun atau
lebih atau bahkan tidak perlu ditentukan lamanya artinya berlaku seumur
hhidup
• Menetapkan Maksud dan Tujuan serta kegiatan usaha PT;
• Akta Notaris yang berbahasa Indonesia;
• Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali dalam rangka
peleburan;
• Modal dasar minimal Rp.50.000.000,- (lima puluh juta Rupiah) dan modal
disetor minimal 25% (duapuluh lima perseratus) dari modal dasar;
• Minimal 1 orang Direktur dan 1 orang Komisaris; dan
• Pemegang saham harus WNI atau Badan Hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia, kecuali PT dengan Modal Asing atau biasa disebut PT
PMA.
3) Pembuatan SKDP
Permohonan SKDP (Surat Keterangan Domisili Perusahaan) diajukan kepada kantor
kelurahan setempat sesuai dengan alamat kantor PT anda berada, yang mana
sebagai bukti keterangan/keberadaan alamat perusahaan (domisili gedung, jika di
gedung). Persyaratan lain yang dibutuhkan adalah: photocopy Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) tahun terakhir, Perjanjian Sewa atau kontrak tempat usaha bagi
yang berdomisili bukan di gedung perkantoran, Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Direktur, Izin Mendirikan Bangun (IMB) jika PT tidak berada di gedung perkantoran.
4) Pembuatan NPWP
Permohonan pendaftaran NPWP diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
sesuai dengan keberadaan domisili PT. Persyaratan lain yang dibutuhkan, adalah:
NPWP pribadi Direktur PT, photocopy KTP Direktur (atau photocopy Paspor bagi
WNA, khusus PT PMA), SKDP, dan akta pendirian PT.
5) Pembuatan Anggaran Dasar Perseroan
Permohonan ini diajukan kepada Menteri Kemenkumham untuk mendapatkan
pengesahan Anggaran Dasar Perseroan (akta pendirian) sebagai badan hukum PT
sesuai dengan UUPT. Persyaratan yang dibutuhkan antara lain:
• Bukti setor bank senilai modal disetor dalam akta pendirian;
• Bukti Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagai pembayaran berita
acara negara;
• Asli akta pendirian.
6) Mengajukan SIUP
SIUP ini berguna agar PT dapat menjalankan kegiatan usahanya. Namun perlu untuk
diperhatikan bahwa setiap perusahaan patut membuat SIUP, selama kegiatan usaha
yang dijalankannya termasuk dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLUI) sebagaimana Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009
Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.
Permohonan pendaftaran SIUP diajukan kepada Kepala Suku Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dan/atau Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan kota
atau kabupaten terkait sesuai dengan domisili PT. Adapun klasifikasi dari SIUP
berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No.39/M-DAG/PER/12/2011 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan No.36/M-DAG/PER/9/2007
tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan adalah sebagai berikut:
• SIUP Kecil, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta Rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha;
• SIUP Menengah, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat Usaha;
• SIUP Besar, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
7) Mengajukan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Permohonan pendaftaran diajukan kepada Kepala Suku Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dan/atau Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan kota
atau kabupaten terkait sesuai dengan domisili perusahaan. Bagi perusahaan yang
telah terdaftar akan diberikan sertifikat TDP sebagai bukti bahwa perusahaan/badan
usaha telah melakukan wajib daftar perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia No.37/M-DAG/PER/9/2007 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan.
8) Berita Acara Negara Republik Indonesia (BNRI)
Setelah perusahaan melakukan wajib daftar perusahaan dan telah mendapatkan
pengesahan dari Menteri Kemenkumham, maka harus di umumkan dalam BNRI dari
perusahaan yang telah diumumkan dalam BNRI, maka PT telah sempurna statusnya
sebagai badan hukum

You might also like