You are on page 1of 20

MAKALAH

IBADAH

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam

Dosen: Musliadi, S.Sos.I S.Pd.I M.Pd.

Oleh :

Sukran kadriyanto

NPM: 201310080

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kesehatan

jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam ciptaan-nya.

Sholawat dan salam semoga selalu teercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi

Muhammad SAW. Yang telah menunjukan jalan yang lurus kepada kita, berupa ajaran

agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelsaikan makalah yang menjadi tugas mata

kuliah agam islam, dengan judul “ IBADAH” disamping itu penulis mengucapkan

terimakasi kepada pihak uang telah membantu dalam menyalsaikan makalah ini.

Akhir kata, penulis memahami bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu penulis mengaharapkan kritk dan saran yang membangun dari pembaca, untuk

menjadi acuan dalam pembuatan makalah dilain hari.

Rasau Jaya, 25 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii

BAB 1 : PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………... 2

C. Tujuan………………………………………………………………………… 2

BAB 2 : PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 3

A. Makna Ibadah……………………………………………………………….. 3

B. Tafsir Ayat Tentang Ibadah Qs. Al-Baqarah Ayat 21…………………….. 5

C. Syarat Ibadah Diterima Allah SWT…………………………………..…… 12

BAB 2 : PENUTUP……………………………………………………………………… 15

A. Kesimpulan…………………………………………………………………… 15

B. Saran………………………………………………………………………….. 16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 17

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala

pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya

tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah

memberikannya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam

kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah Allah

SWT. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang

sesuai dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya, salah satu cara untuk mencapai tuntunan

tersebut adalah dengan beribadah.

Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian terhadapnya, karena ibadah itu

tidak bisa dimain-mainkan apalagi disalahgunakan. Dalam islam ibadah harus berpedoman pada

apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammmad SAW

kepada umat islam, yang dilandaskan pada kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad

1
2

berupa kitab suci Al-Qur’an dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan nabi atau dengan

kata lain disebut dengan hadits nabi.

Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah kepada sang

Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam ibadah, kita harus

memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk dalam

ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Makna Ibadah Itu?

2. Bagaiman Tafsir Ayat Tentang Ibadah Qs. Al-Baqarah Ayat 21

3. Bagaimana Syarat Ibadah Diterima Allah SWT.

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Apa Makna Ibadah.

2. Untuk Mengetahui Tafsir Qs. Al-Baqarah Ayat 21.

3. Untuk Mengetahui Syarat Diterimanya Ibadah Oleh Allah SWT.


BAB 2

PEMBAHASAN

A. Makna Ibadah

Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari dari bahasa ‘Ibadah (‫)عبادة‬. Dalam terminologi

bahasa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata

ini memiliki arti:

1. Perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh

peraturan agama.

2. Segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya.

3. Upacara yang berhubungan dengan agama.

4. Ibadah menurut Islam.

Disiratkan di dalam Al-Qur'an, pengertian ibadah dapat ditemukan melalui pemahaman bahwa:

1. Dalam ajaran Islam, manusia itu diciptakan untuk menghamba kepada Allah, atau dengan

kata lain beribadah kepada Allah (Adz-Dzaariyaat 51:56).

2. Manusia yang menjalani hidup beribadah kepada Allah itu tiada lain manusia yang

berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Yaasiin 36:61)

3
4

3. Sedangkan manusia yang berpegang teguh kepada apa yang diwahyukan Allah, maka ia

berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Az Zukhruf 43:43).

Dengan demikian apa yang disebut dengan manusia hidup beribadah kepada Allah itu ialah

manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah. Jadi

pengertian ibadah menurut Al Quran tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut ibadah

mahdhah atau Rukun Islam saja, tetapi cukup luas seluas aspek kehidupan yang ada

selama wahyu Allah memberikan pegangannya dalam persoalan itu.

Itulah mengapa umat Islam tidak diperkenankan memutuskan, mengubah dan menambahkan

suatu persoalan hidupnya sekiranya Allah dan rasul-Nya sudah memutuskan perkara itu.

...dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan

yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,

akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka, dan barangsiapa

mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang

nyata. (Al Ahzab 33:36).

Definisi Ibadah

Menurut bahasa ibadah adalah merendahkan diri, ketundukan dan kepatuhan akan aturan-aturan

agama. Sedangkan menurut istilah syar'i“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala

sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya', baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang

tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir). Maka salat, zakat, puasa, haji, berbicara jujur,

menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan, menepati

janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan orang-orang

kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang
5

yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang dijadikan

sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya adalah

termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada

Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya,

bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha

terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya,

merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya.

B. Tafsir Ayat Tentang Ibadah Qs. Al-Baqarah Ayat 21

Yā ayyuhan-nāsu'budụ rabbakumullażī khalaqakum wallażīna ming qablikum la'allakum

tattaqụn Terjemah Arti: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan

orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,

Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 21 Ini adalah panggilan dari Allah bagi manusia secara

keseluruhan: “beribadahlah kepada Allah yang telah mengurusi kalian dengan nikmat-nikmat

Nya dan takutlah kepadanya serta Jangan melanggar aturan agama Nya. Sungguh Dia telah

mengadakan kalian dari ketiadaan dan juga mengadakan orang-orang sebelum kalian dengan

harapan kalian menjadi manusia yang bertakwa yang diridhoi Allah dan kalian pun Ridho

kepada Nya.
6

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 21. Wahai manusia! Sembahlah

Rabb kalian semata, tanpa menyembah yang lain, karena Dia lah yang telah menciptakan kalian

dan umat-umat terdahulu. Semoga penyembahan itu bisa menjadi penghalang antara kalian dan

azab-Nya, dengan cara menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-

Nya.

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih

bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 21-22. Setelah Allah menjelaskan tiga

golongan manusia, Dia kemudian menyeru mereka untuk mengikrarkan peribadatan kepada-Nya;

sebab Dialah yang menciptakan mereka dan seluruh manusia sebelum mereka sejak masa nabi

Adam. Penegasan hal yang agung imi agar mereka dapat meraih derajat orang-orang bertakwa

yang takut kepada Allah, supaya mendapat pahala yang besar dan keselamatan dari azab yang

pedih. Penciptaan Nabi Adam dan keturunannya ini setelah Allah menciptakan langit dan bumi;

Allah menjadikan bumi layak untuk dihuni dengan menciptakan di dalamnya rezeki dan berbagai

kenikmatan, dan menjadikan langit sebagai atap yang terjaga dan rezeki yang baik berupa air

hujan yang dapat menumbuhkan buah-buahan di bumi yang juga menjadi rezeki bagi binatang-

binatang yang ada di atasnya. Dengan air tersebut tumbuhlah berbagai tanaman yang berpasang-

pasangan, dan menjadi tempat merumput berbagai jenis binatang. Jika Allah merupakan Dzat

yang memberi rezeki kepada manusia maka wajib bagi mereka untuk mengesakan-Nya dalam

rasa syukur dan peribadatan. Oleh sebab itu Allah melarang hamba-hamba-Nya dari kesyirikan

dengan membuat sesembahan selain-Nya, seperti menyembah para nabi atau orang-orang sholih,

menyembah kuburan atau patung, atau menyembah hewan, semua perbuatan ini merupakan dosa

yang paling besar yaitu kesyirikan. Padahal manusia memiliki ilmu sebagaimana yang mereka

akui, maka selayaknya mereka mengetahui bahwa Allah Sang Pencipta dan Pemberi nikmat
7

berhak untuk diesakan dalam peribadatan. Dalam hadits shahih dari Ibnu Mas'ud bahwa ia

bertanya kepada Nabi: "Dosa apa yang paling besar?" Nabi menjawab: "Engkau membuat sekutu

bagi Allah, padahal Dia telah menciptakanmu." (shahih Bukhari: tafsir surat al-Baqarah, no.

4477. Dan shahih Muslim: kitab iman, bab syirik adalah dosa yang paling buruk, 1/90 no. 86)

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan

Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam

Madinah 21.

‫( ٰٓيَاُّيَها الَّناُس اْع ُبُد ْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم‬Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu)

Dalam ayat ini Allah mengkhususkan penyebutan nikmat penciptaan yang telah Dia berikan

kepada manusia, karena segala kenikmatan yang lain berasal dari kenikmatan ini. Dan juga

karena orang-orang kafir mengakui bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka. Sebagaimana

disebutkan dalam firman-Nya: ‫ َو َلِئْن َس َأْلَتُهْم َم ْن َخ َلَقُهْم َلَيُقوُلَّن ُهَّللا‬Dan sungguh jika kamu bertanya kepada

mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah” Oleh sebab

itu Allah menyebutkan kenikmatan yang mereka akui dan tidak mereka ingkari

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Ini adalah awal pertama kali seruan Allah kepada makhluk seluruhnya ; dimana Allah

memerintahkan mereka agar beribadah kepada-Nya saja tanpa menyekutukannya. Dialah Allah

yang berhak diibadahi , dan ibadah ini adalah maksud yang agung dari maksud diciptakannya

manusia , Allah memerintahkan mereka untuk ibadah karena sebab Allah adalah Rabb mereka,

di mana Allah menjadikan mereka ada yang sebelumnya mereka tiada . Allah juga

memerintahkan kepada mereka untuk ibadah agar mereka menjadi orang-orang yang bertakwa,

di mana tujuan mereka bertaqwa adalah untuk menjauhi azab Allah dengan mengerjakan

perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.


8

An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi 21. Ini adalah perintah

yang bersifat umum bagi seluruh manusia dengan sebuah perintah yang umum, yaitu ibadah

yang mencakup menaati perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-laranganNya, dan

mempercayai kabar-kabarNya. Allah ta’ala memerintahkan mereka kepada tujuan diciptakannya

mereka. "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi

kepada-Ku." (QS. Ad-Dzariyat : 56) Kemudian Allah mengemukakan dalil yang menunjukkan

kewajiban beribadah kepadaNya semata, yaitu karena Dia-lah Rabb kalian yang telah

menganugrahkan kepada kalian berbagai macam nikmat, lalu Dia menciptakan kamu setelah

(sebelumnya) kamu tidak ada dan Dia juga menciptakan orang-orang sebelum kamu.

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H. Makna

kata : ‫ ٱلَّناُس‬An-Nas adalah Manusia, lafadz yang menunjukkan bentuk jamak dimana tidak

memiliki bentuk tunggal yang selafadz. Untuk menunjukkan satu orang digunakan kata Insan.

‫ ٱۡع ُبُدوْا‬U’buduu : Taatilah dengan keimanan dan mengharapkan pahala dalam melakukan perintah

dan menjauhi larangan, disertai dengan kecintaan dan pengagungan yang penuh kepada Allah.

‫ َر َّبُك ُم‬Rabbakum : Sang Pencipta kalian dan Penguasa kalian, serta Sesembahan kalian yang benar.

‫ َخ َلَقُك ۡم‬Kholaqokum : Mengadakan kalian dari ketiadaan dengan takdir yang besar. ‫َتَّتُقوَن‬

Tattaquun : Agar kalian bertakwa dengan membuat penjagaan yang melindungi dari adzab Allah.

Hal tersebut dapat dicapai dengan keimanan dan amalan sholeh setelah meninggalkan syirik dan

kemaksiatan. Makna ayat : Bentuk korelasi dengan ayat yang sebelumnya bahwa Allah Ta’ala

menyebutkan keadaan orang mukmin yang beruntung, juga keadaan orang kafir yang merugi,

lantas menyebutkan keadaan orang munafik yang mana mereka berada di antara golongan orang

mukmin lagi jujur dan golongan orang kafir lagi merugi. Kemudian Allah memanggil seluruh

golongan itu dengan panggilan umum yaitu “wahai sekalian manusia” agar merata kepada
9

seluruh makhluk di setiap tempat dan waktu. Setelah itu Allah Ta’ala memerintahkan mereka

untuk beribadah kepadaNya untuk menjaga diri dari kerugian. Memberitahukan kepada manusia

tentang diriNya agar mereka mengetahui keagungan dan kesempurnaanNya, supaya lebih mudah

untuk menyambut seruanNya lantas beribadah kepadaNya sehingga bisa selamat dari adzabNya

serta meraih keridhoan dan surgaNya. Pelajaran dari ayat : 1. Kewajiban beribadah kepada Allah

Ta’ala, yang mana itulah alasan kehidupan bagi seluruh makhluk.

2. Kewajiban mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifatNya.

Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi.

Ayat ini merupakan seruan Allah kepada semua manusia agar beribadah kepada Allah yang

mengurus mereka dengan nikmat-nikmat-Nya dan agar mereka takut kepada-Nya serta tidak

menyelisihi agama-Nya. Dialah yang mengadakan mereka yang sebelumnya tidak ada, Dia pula

yang mengadakan orang-orang sebelum mereka. Ayat "agar kamu bertakwa" bisa maksudnya

bahwa jika kita beribadah kepada Allah saja, berarti kita telah menjaga diri dari kemurkaan dan

siksa-Nya, bisa juga maksudnya bahwa jika kita beribadah kepada Allah, kita dapat menjadi

orang-orang yang bertakwa. Kedua maksud tersebut adalah benar, oleh karena itu barangsiapa

yang beribadah kepada Allah Ta'ala secara sempurna maka ia tergolong sebagai orang-orang

yang bertakwa, dan jika tergolong orang-orang yang bertakwa, maka ia akan memperoleh

keselamatan dari azab Allah dan kemurkaan-Nya. Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz

Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Setelah menjelaskan tiga golongan manusia dalam

menyikapi kebenaran Al-Qur'an, yaitu orang-orang bertakwa, kafir, dan munafik, selanjutnya

Allah menyeru kepada manusia secara umum agar beragama secara benar melalui tiga hal: hanya

beribadah kepada Allah (ayat 21-22), percaya kepada risalah yang dibawa oleh nabi Muhammad,

yakni Al-Qur'an, (ayat 23-24), dan beriman kepada hari kebangkitan (ayat 25). Wahai manusia!
10

sembahlah dan beribadahlah secara tulus kepada tuhanmu sebab dia yang telah menciptakan dan

memelihara kamu dan orang-orang yang sebelum kamu dari yang sebelumnya tiada. Dia adalah

satu-satunya pencipta segala sesuatu. Perintah beribadah itu ditujukan agar kamu bertakwa dan

dapat memelihara diri serta terhindar dari murka dan siksa Allah. Dengan beribadah, berarti kita

telah mempersiapkan diri untuk mengagungkan Allah, sehingga jiwa menjadi suci dan tunduk

kepada kebenaran. Sesungguhnya dialah yang dengan kekuasaan-Nya menjadikan bumi sebagai

hamparan bagimu sehingga layak dan nyaman untuk dihuni, dan menjadikan di atas kamu langit

dan benda-benda yang ada padanya sebagai atap, atau sebagai bangunan yang cermat, indah, dan

kukuh. Dan dialah yang menurunkan sebagian dari air, yaitu air hujan, dari langit yang menjadi

sumber kehidupan. Lalu dia hasilkan dengan air itu sebagian dari buah-buahan sebagai rezeki

untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah yang telah

menciptakan sedemikian rupa dan telah memberimu rezeki, padahal kamu dengan fitrah kesucian

yang ada dalam diri mengetahui bahwa Allah tidak ada yang menyerupai-Nya, tidak ada sekutu

bagi-Nya, dan tidak ada yang memberi rezeki selain-Nya, maka janganlah kamu menyimpang

dari fitrah itu. Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI Alqomah dan mujahid berkata “setiap ayat

yang awalnya “‫ ”يا أيها الناس‬maka ayat tersebut diturunkan di Mekah, dan setiap ayat yang diawali

dengan kalimat “‫ ”يا أيها الذين آمنوا‬maka ayat tersebut diturunkan di Madinah. Alqurtubi

membantah pendapat ini dengan mengatakan bahwa dalam surat Al-Baqoroh dan surat An-Nisa

ada ayat yang diawali dengan kalimat “‫ ”يا أيها الناس‬padahal dua surat ini merupakan surat yang

diturunkan di Madinah. Adapun pendapat mereka tentang ‫ يا أيها الذين آمنوا‬maka hal itu shohih.

‘Urwah bi az-Zubair berkata, tidak ada satu aturan atau kewajiban pun yang ada dalam alquran

kecuali diturunkan di Madinah, dan adapun surat-surat yang menyebutkan tentang kisah-kisah

umat terdahulu dan tentang azab nya kecuali diturunkan di Mekah” Dalam ayat ini menyeru
11

dengan kalimat “‫“ ”يا أيها الناس‬wahai manusia”. Para ulama berbeda pendepat mengenai makna

kalimat ini menjadi dua pendapat. Pertama, yang Allah seru dalam ayat ini adalah orang-orang

kafir yang tidak menyembah-Nya. Hal ini ditunjukan oleh ayat-ayat berikutnya yaitu. Dan jika

kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami

(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-

penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (QS. Al-Baqoroh : 23) berdasarkan

ayatt di atas Jelaslah bahwa yang dimaksud oleh Allah dalam seruan-Nya adalah orang-orang

kafir. Kedua, yang dimaksud dalam seruan Allah pada ayat ini adalah umum untuk seluruh

manusia, maka jadilah makna seruannya sebagai perintah mendawamkan ibadah bagi orang-

orang mukmin dan perintah untuk memulai ibadah untuk orang-orang kafir. Dan pendapat ini

sangat bagus. Allah meyuruh manusia untuk beribadah kepadanya, dan yang dimaksud dengan

ibadah dalam ayat ini adalah Tauhid dan berpegang teguh pada syariat agama Allah. Pokok dari

ibadah adalah ketundukan dan kepatuhan kepada yang diibadahi. Ibnu tayimiyah mengatakan

bahwa ibadah adalah satu nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridoi-

Nya baik ucapan, perbuatan. Baik yang dzohir ataupun yang tersembunyi. Dalam ayat ini juga

Allah menegaskan ke-uluhiyahan-Nya sehingga hanya Dia-lah satu-satu yang berhak mendapat

penyembahan seluruh makhluk. Selain itu juga Allah mempertegas ke-rububiyahan-Nya, yaitu

bahwa Dia-lah yang telah menciptakan seluruh makhluk, tidak ada yang mampu menciptakan

sesuatu dari ketidak adaan menjadi ada kecuali Allah ‘azza wa jalla. Dengan demikian jelaslah

salah satu alasan kuat kenapa Allah memerintahkan seluruh manusia untuk beribadah kepada-

Nya, yaitu karena Dia-lah yang menciptakan mereka dan orang-orang sebelum mereka. Dan

tujuan dari penciptaan ini tiada lain adalah penyembahan total dari yang dicipta kepada Sang

Pencipta, sebagaimana firman-Nya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
12

supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat : 56) Adapun tujuan pelaksanaan

ibadah untuk manusia adalah supaya mereka menjadi orang-orang yang bertaqwa. Maksudnya,

dengan melaksanakan ketauhidan dan segala konsekwensinya serta berpegang teguh terhadap

syariat-syariat agama, maka akan membuat diri menjadi takut kepada Allah ta’la dan membuat

adanya penghalang yang menjaga anatara dirinya dengan neraka Allah. Ketaqwaan adalah

sesuatu yang dijadikan sebagai alat ukur kemuliaan manusia di hadapan Allah, semakin kuat

manusia melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka semakin besar

ketakwaannya dan semakin mulia kedudukannya dihadapan Allah ta’ala.

C. Syarat Ibadah Diterima Allah Swt.

Tujuan utama Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Tugas

dan kewajiban ini Allah Swt tegaskan dalam firman-Nya, “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan

manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-

Dzariyat: 56)

Ibadah secara bahasa berarti kepasrahan dan kepatuhan. Secara istilah adalah ketundukan dan

kepatuhan kepada Allah Swt, mencintai-Nya, menyembah-Nya serta menaati-Nya. Ada ulama

yang mendefinisikan, ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah Swt, baik

perkataan maupun perbuatan yang lahir maupun yang batin.

Setiap muslim berdoa dan berharap kepada Allah Swt agar ibadahnya diterima serta mendapat

ridha Allah Swt yang bernilai pahala dari-Nya. Kita tentu tidak ingin ibadah ditolak dan sia-sia.

Untuk melaksanakan ibadah, kita harus mengorbankan waktu dan tenaga, bahkan harta

sekalipun. Kita harus rela melakukannya demi ketaatan kepada Allah Swt, agar mendapat ridha

Allah Swt dan pahala-Nya.


13

Berapa banyak orang beribadah melakukan ibadah atau amal shalih akan tetapi mereka tidak

mendapat apapun (sia-sia), bahkan menuai murka Allah Swt. Shalat dikerjakan dengan rajin,

puasa dijalankan dengan disiplin, sedekah dilakukan secara rutin dan haji dilaksanakan berkali-

kali. Namun semuanya tidak dilakukan dengan ikhlas, tapi semata karena mengharapkan suatu

manfaat duniawi, baik harta, pangkat, jabatan, maupun pujian dan sanjungan manusia. Atau

dikerjakan tidak sesuai petunjuk (Sunnah) Rasul Saw.

Bila halnya demikian, maka ibadah kita tidak akan diterima sehingga menjadi sia-sia, karena

tidak sesuai dengan ketentuan syariat.

Ibadah yang dikerjakan berdasarkan petunjuk Alquran dan Assunnah sudah tentu diterima oleh

Allah Swt. Sebaliknya ibadah yang bertentangan atau tidak sesuai dengan Alquran dan Sunnah,

maka tentu tidak akan diterima.

Agar ibadah kita diterima Allah Swt. kita perlu mengetahui ketentuan beribadah yang benar yaitu

sesuai dengan petunjuk Alquran dan Assunnah, karena syariat ini milik dan bersumber dari Allah

dan Rasul-Nya. Persoalannya, bagaimana ketentuan atau aturan syariat agar ibadah kita

diterima? Syarat apa yang harus dipenuhi sehingga ibadah kita sukses?

Syarat Diterima Ibadah

Para ulama sepakat menyatakan bahwa secara umum suatu ibadah akan diterima oleh Alah Swt

apabila memenuhi dua syarat mutlak yaitu ikhlas dan mutaba’ah Ar-Rasul Saw (mengikuti

petunjuk Rasul Saw). Kedua syarat ini mesti ada dan tidak bisa dipisahkan. Bila hanya ikhlas

saja, namun tidak sesuai petunjuk Rasul Saw, maka ibadah kita tidak akan diterima.

Begitu pula sebaliknya bila ibadah yang kita kerjakan sesuai dengan petunjuk Rasul Saw, namun

tidak ikhlas, maka tidak akan diterima. Suatu ibadah baru akan diterima bila dikerjakan secara

ikhlas dan sesuai dengan Sunnah Rasul Saw.


14

Di antara dalil yang memperkuat pernyataan di atas adalah firman Allah Swt. “Maka barangsiapa

yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang

shalih dan janganlah ia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhan-

Nya.” (Al-Kahfi: 110).

Di dalam ayat tersebut Allah Swt memerintahkan agar amal itu berupa amal shalih, yang

maknanya adalah sesuai dengan apa yang ditetapkan di dalam agama, lalu Allah Swt

memerintahkan kepada pelaku amal tersebut untuk mengikhlaskan karena-Nya dengan tidak

mengharap selain-Nya.

Imam Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya berkata, “Inilah dua rukun amal yang diterima disisi

Allah Swt, yaitu dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan syariat Rasulullah Saw.” Ungkapan

ini juga diriwayatkan pula dari al-Qadhi `Iyadh dan yang lainnya.

Fudhail bin ‘Iyadh menafsirkan firman Allah, “..untuk menguji kamu siapa diantara kamu yang

paling baik amalnya..” (al-Mulk: 2), “Yaitu yang paling ikhlas dan benar. Suatu amalan jika

dikerjakan secara ikhlas namun tidak benar maka tidak akan diterima. Sebaliknya bila benar

namun tidak ikhlas maka tidak diterima pula. Amalan tersebut baru diterima bila dikerjakan

dengan ikhlas dan benar. Ikhlas hanya semata-mata karena Allah Swt. Sedangkan benar itu

apabila sesuai dengan sunnah Rasul.”


BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut bahasa ibadah adalah merendahkan diri, ketundukan dan kepatuhan akan aturan-

aturan agama. Sedangkan menurut istilah syar'i“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup

segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya', baik berupa perkataan maupun perbuatan,

yang tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir). Maka salat, zakat, puasa, haji, berbicara

jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan,

menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan

orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu

sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang

dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya

adalah termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut

kepada Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya

untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya,

merasa ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat (kasih

sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya.

Allah swt. Berfirman dalam surah al-baqarah ayat 21, “Hai manusia, sembahlah

Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,”.

Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 21 Ini adalah panggilan dari Allah bagi manusia secara

15
16

keseluruhan: “beribadahlah kepada Allah yang telah mengurusi kalian dengan nikmat-nikmat

Nya dan takutlah kepadanya serta Jangan melanggar aturan agama Nya. Sungguh Dia telah

mengadakan kalian dari ketiadaan dan juga mengadakan orang-orang sebelum kalian dengan

harapan kalian menjadi manusia yang bertakwa yang diridhoi Allah dan kalian pun Ridho

kepada Nya.

B. Saran

Ibadah merupakan salah satu kunci untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, sebisa

mungkin kitta beribadah semata-mata hanya karena Allah SWT. Dan mengikuti petunjuk dari

Baginda Nabi Muhammad SAW. Penulis mengajak kepada seluruh pembaca dan khususnya

untuk diri pribadi, untuk selalu meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT baik itu ibadah

wajib maupun yang sunnah, dengan penuh keikhlasan agar mendapatkan ridho dari Allah SWT.
DADFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Ibadat

https://islam.nu.or.id/post/read/122576/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-21

https://aceh.tribunnews.com/2013/01/11/syarat-diterima-ibadah#:~:text=Para%20ulama

%20sepakat%20menyatakan%20bahwa,(mengikuti%20petunjuk%20Rasul

%20Saw).&text=Suatu%20ibadah%20baru%20akan%20diterima,sesuai%20dengan

%20Sunnah%20Rasul%20Saw.

17

You might also like