You are on page 1of 11

MAKALAH

JINAYAT

Dosen Pengampu : Dr. Titi Sartini, M.A

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Ahmad Al-Faridzi
2. Ervina Uli
3. Marfu’ah Khudsiyah

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita

curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan

dan kebenaran didunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah materi

pembelajaran Fiqh dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambahan

ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal

mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu

tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. maka dari itu

kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua

yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah materi pembelajaran

Fiqh yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wa’alaikumsalam Wr. Wb

MuaraBungo, 19 Oktober 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
B. Tujuan Masalah......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jinayat ..................................................................................2
B. Macam-Macam Pembunuhan.................................................................2
C. Syarat-Syarat Qishash............................................................................3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................5
B. Saran.......................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jiwa manusia dan darahnya adalah perkara yang sangat dijaga
dalam syari’at Islam. Demikian juga kegunaan dan fungsi anggota tubuh
pun tak lepas dari penjagaan syari’at. Semua ini untuk kemaslahatan
manusia dan kelangsungan hidup mereka. Sebagaimana firman Allah Azza
Wajalla:

‫َو َلُك ْم ِفى اْلِقَص اِص َح ٰي وٌة ّٰٓيُاوِلى اَاْلْلَباِب َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َن‬
Yang artinya: Dan dalam Qisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu,
wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah
2:179)
Hal ini Nampak jelas yang dilarang Allah Azza Wajalla dan Rasul-Nya
terhadap pembunuhan. Demikian juga kaum musilimin yang berijma’ atas
hal ini. Oleh karena itu syari’at Islam memberikan hukuman dan balasan
terhadap para pelaku pembunuhan dan penganiyaan terhadap tubuh
manusia yang dikenal dengan Fikih Jinayat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana defenisi jinyat?
2. Bagaimana macam-macam pembunuhan?
3. Bagaimana syarat-syarat Qisas?
C. Batasan Masalah
1. Untuk mengetahui defenisi jinayat.
2. Untuk mengetahui macam-macam pembunuhan.
3. Unutk mengetahui syarat-syarat Qisas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jinayat
Kata jinayat menurut bahasa arab adalah bentuk jama’ dari kata jinayah.
Yang berasal dari kata jana - dzanba - yajnihi – jinayatan. Yang berarti
melakukan dosa. Sekalipun isim masdhar (kata dasar), karena ia mencakup
banyak jenis perbuatan dosa. Karena ia kadang mengenai jiwa dan anggota
badan, secara sengaja ataupun tidak.1 Kata ini juga berarti menganiaya
badan atau kehormatan.
Sedangkan menurut istilah jinayat adalah menganiaya badan sehingga
pelakunya wajib dijatuhi hukum Qishash atau membayar diyat atau
kafarah.
Jinayat adalah sebuah kajian ilmu Hukum Islam yang bicara tentang
kriminalitas. Dalam istilah lebih populer, hukum jinayat disebut juga
dengan hukum pidana Islam.
B. Macam-Macam Pembunuhan
Jinayat terhadap badan terbagi dalam dua jenis, yaitu: Jinayat An-Nafsi
(Jinayat terhadap jiwa) adalah jinayat yang mengakibatkan hilangnya
nyawa (pembunuhan), dan Jinayat Dunan Nafsi (Jinayat terhadap badan
selain jiwa) adalah penganiayan yang tidak sampai menghilangkan
nyawa.2
1. Jinayat terhadap jiwa (Jinayat An-Nafsi)
Pembunuhan jenis ini terbagi tiga:
a. Pembunuhan dengan sengaja (Al-Amd), yaitu seorang mukalaf secara
sengaja dan terencana membunuh orang yang terlindungi darahnya
dengan cara dan alat yang biasanya dapat membunh.

1
Muhammad bin IsmailAsh-Shon’ani, Subulus salam Al-Muslihah Ila Bulughil Maram, Tahqiq
Muhammad Shubhi Hasan Halaf. Cetakan ke delapan tahun 1428 H. Dar Ibnu Al-Jauzi, KSA
7:231
2
Khalid Syamhudi, Fikih Jinayat, 2016, hal, 10-11
b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (Syibhul-‘Amdi). Ini tidak
masuk sengajadan tidak juga karena keliru (al-khatha’) tapi tengah-
tengah diantara keduanya. Seandainya kita lihat kepada kesengajaan
untuk membunuhnya maka ia masuk dalam pembunuhan dengan
sengaja. Namun bila kita lihat jenis perbuatannya tersebut tidak
membunuh maka maka dimasukkan kedalam pembunuhan karena
keliru (Al-Khatha’). Oleh karena itu para ulama memasukkan ke dalam
satu tingkatan diantara keduanya dan menamakannya Syibhul-‘Amdi. 3
Adapun yang dimaksud dengan Syibhhul Al-Mumthi’ adalah seorang
mukallaf bermaksud membunuh orang yang terlindungi darahnya
dengan cara alat yang biasanya tidak membunuh.
c. Membunuh karena keliru (Al-Khatha’) sedangkan yang dimaksud
dengan karena keliru ialah seorang mukallaf melakukan perbuatan
yang mubah baginya, seperti memanah binatang buruan atau
semisalnya, ternyata anak panahnya nyasar mengenai orang sehingga
meninggal dunia.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan dua jenis pembunuhan yaitu sengaja atau
tidak sengaja , seperti dalam firman Allah SWT QS. An-Nisa’ 4:92-93:

‫َقَت َل ُم ْؤ ِم ًن ا َخ َطًٔـ ا‬ ‫َم ا َك اَن ِلُم ْؤ ِم ٍن َاْن َّيْقُتَل ُم ْؤ ِم ًنا ِااَّل َخ َطًٔـاۚ َو َم ْن‬
‫َاْن َّيَّص َّد ُقْو اۗ َف ِاْن‬ ‫َفَتْح ِرْيُر َر َقَبٍة ُّم ْؤ ِم َنٍة َّو ِدَيٌة ُّمَس َّلَم ٌة ِآٰلى َاْهِلٖٓه ِآاَّل‬
‫َك اَن ِم ْن َقْو ٍم َع ُد ٍّو َّلُك ْم َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَتْح ِرْيُر َر َقَبٍة ُّم ْؤ ِم َنٍةۗ َو ِاْن َك اَن‬
‫ٰٓل‬
‫ِم ْن َقْو ٍۢم َبْيَنُك ْم َو َبْيَنُهْم ِّم ْيَثاٌق َفِدَيٌة ُّمَس َّلَم ٌة ِا ى َاْهِلٖه َو َتْح ِرْيُر َر َقَب ٍة‬
‫ُّم ْؤ ِم َنٍةۚ َفَم ْن َّلْم َيِج ْد َفِص َياُم َشْهَر ْيِن ُم َتَتاِبَع ْيِۖن َتْو َبًة ِّم َن ِهّٰللاۗ َو َك اَن‬
‫ُهّٰللا َع ِلْيًم ا َح ِكْيًم ا‬
‫َو َم ْن َّيْقُتْل ُم ْؤ ِم ًنا ُّم َتَع ِّم ًدا َفَج َز ۤا ُؤ ٗه َج َهَّنُم َخ اِلًدا ِفْيَها َو َغ ِض َب ُهّٰللا‬
‫َع َلْيِه َو َلَع َنٗه َو َاَع َّد َلٗه َع َذ اًبا َع ِظ ْيًم ا‬
3
As-Syarhul Mumthi’, Fiqh Jinayat, hal, 14/5-6
Yang artinya: Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh
seorang yang beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak
sengaja). Barangsiapa membunuh seorang yang beriman karena tersalah
(hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman
serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga si terbunuh) membebaskan
pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal
dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba
sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang
ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si
pembunuh) membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa
tidak mendapatkan (hamba sahaya), maka hendaklah dia (si pembunuh)
berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah
Maha Mengetahui, Mahabijaksana. Dan barangsiapa membunuh seorang
yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahanam,
dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta
menyediakan azab yang besar baginya.

2. Jinayat kepada badan selain jiwa (Jinayat dunan Nafsi)


Jinayat seperti ini juga terbagi tiga:
a. Luka-luka ((‫ حاحر‬,‫جاجشال‬
b. Lenyapnya anggota tubuh (‫)أتالف المنافع‬
c. Hilangnya anggota tubuh (‫)أتالف الغضاء‬
C. Syarat-Syarat Qishash
Qishash adalah penjatuhan hukuman sanksi yang sama dengan yang telah
pelaku lakukan kepada korban. Misal: pelaku menghilangkan nyawa
korbannya, maka ia wajib dibunuh4, kecuali keluarga korban memaafkan
pelaku, maka pelaku hanya akan dikenakan denda yang dinamakan dengan
diyat atau denda sebagai pengganti dari hukuman.
1. Orang yang terbunuh terpelihara darahnya: artinya orang jahat. Seorang
mukmin yang membunuh orang kafir, orang murtad, pezina, tidak
dikenakan Qishash, tetapi dijatuhi hukuman lain menrut pertimbangan
hakim.

4
Nurul Irfan, Fiqh jinayat,2013, hal, 29
2. Pembunuhan sudah Baligh atau berakal.
3. Pembunuh bukan bapak dari yang terbunuh: tidak wajib Qishash bagi
bapak yang membunuh anaknya, akan tetapi wajib Qishash apabila anak
membunuh bapaknya.
4. Orang yang dibunuh sama derajatmya dengan orang yang membunuh atau
tidak lebih rendah, seperti Islam dengan Islam, merdeka dengan merdeka
hamba dengan hamba. Hukuman Qishash berlaku bagi orang yang tanpa
alasan yang dibenarkan syara’. Membunuh orang ketika perang,
membunuh orang ketika mempertahakan diri, membunuh orang ketika
melaksanakan hukuman Qishash.
5. Qishash dilakukan dalam hal yang sama, jiwa dengan jiwa, anggota badan
dengan anggota badan, seperti mata dengan mata.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jinayat adalah sebuah kajian umm yang populer yang berbicara
tentang kriminallitas. Hukum jinayat disebut juga dengan hukum pidana
Islam.
Jenis-jenis pembuuhan terbagi tiga, yaitu pembunuhan dengan
sengaja, pembunuhan yang mirip dengan sengaja, pembunuhan karena
keliru.
Syarat-syarat Qishash antara lain: orang yang terbunuh terpelihara
darahnya, pembunuh sudah baligh dan berakal, pembunuh bukan bapak
dari terbunuh, orang yang dibunuh sama derajatnya dengan orang yang
membunuh atau tidak lebih rendah, Qishash dilakukan hal yang sama, jiwa
dengan jiwa, anggota badan dengan anggota badan, seperti mata dengan
mata dan sebagainya.
B. Saran
Dari pembahasan tersebut, kiranya penyusun dapat memberikan saran
bahwa hendaknya kita mendalami hal-hal berkaitan pembahasan di atas,
agar berkembang wawasan kita sehingga kita dapat mengamalkanya
dengan baik dan benar dalam kehidupan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mulakhasul-fiqh 2/465
Asy-Syarhul-Mumthi’ 14/5-6
Khalid Syamhudi, Fiqh Jinayat, 2013
Nurul Irfan, Musyofah, Fiqh Jinayat, 2016
Muhammad bin Ismail As-Shon’ani, subulus salam al-mushilah ila bulughil
maram, Tahqiq Muhammad shubhi hasanHalaf, Cetakan ke delapan, tahun
1428 H, Dar Ibnu al-jauzi, KSA 7
Tafsir Ibnu Katsir jilid I, Pustaka Imam Syafi’i

You might also like