You are on page 1of 16

Volume (Issue), Year, Page-Page

Jurnal Pendidikan MIPA


e-ISSN: 2550-1313 | p-ISSN: 2087-9849
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/jpmipa/

DEVELOPMENT AND IMPLEMENTATION OF MANGROVE FOREST-


BASED STUDENTS’ WORKSHEET WITH DISCOVERY LEARNING
(Penelitian di Kelas X SMA Negeri 1 Marisa)

Ismail Djafar1, Frida Maryati Yusuf2, Dewi Wahyuni Kyai Baderan3


Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia

*Correspondingauthor: fridamaryati@ung.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan lembar kerja
peserta didik berbasis potensi lokal hutan mangrove dengan model discovery learning. Subjek
penelitian adalah siswa kelas X IPA 3 di SMA Negeri 1 Marisa. Jenis penelitian kuantitatif
dengan pre-experimental design khususnya one group pretest-posttest design. Hasil penelitian
menemukan bahwa uji kepraktisan untuk hasil pengamatan aktivitas peserta didik memperoleh
skor rata-rata pada pertemuan I adalah 87,5% (sangat baik) dan pertemuan II sebesar 93,8%

First author et al. DOI: http://dx.doi.org/10.23960/jpmipa/v?i?.pp??-??


Email: xxx@yyy.ac.id Received: date month year
Accepted: date month year
2 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page

(sangat baik). Analisis keterlaksanaan pembelajaran sebesar 100% (sangat baik). Analisis
respon peserta didik sebesar 96,8% (sangat layak). Analisis keefektifan yang dilihat pada hasil
belajar peserta didik memperoleh N-Gain score 61,5 dengan kategori sedang. Kesimpulannya
bahwa lembar kerja peserta didik Berbasis Potensi Lokal Hutan Mangrove dengan Model
Discovery learning dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada materi keanekaragaman hayati.

Kata kunci: Kepraktisan, Keefektifan, Pengembangan, Kuantitatif


Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 3

▪ INTRODUCTION

Pembelajaran biologi secara umum dipahami sebagai ilmu yang lahir dan
berkembang lewat langkah-langkah observasi perumusan masalah, penyusunan
hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarik kesimpulan, serta
penemuan teori dan konsep (Jajarni, 2019). Lebih lanjut Natalia & Sukraini (2021)
menyatakan bahwa pendidikan harus berjalan beriringan dengan setiap fase kehidupan
yang terus berubah yakni salah satunya adalah sistem pendidikan yang mengalami
perubahan ke arah yang lebih baik, untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.
Salah satu keanekaragaman hayati yang dapat dijadikan sebagai objek
pembelajaran biologi yaitu kawasan hutan mangrove yang banyak terdapat di seluruh
daerah di Indonesia. Ekosistem mangrove merupakan salah satu contoh ekosistem yang
berperan ekologi yang signifikan. Ekosistem mangrove terletak antara daratan dan laut
dimana perubahan yang terus terjadi memungkinkan berbagai spesies biota memiliki
kemampuan untuk terus beradaptasi dengan lingkungan yang unik (Baderan et al.,
2019).
Provinsi Gorontalo sebagai salah satu provinsi yang berada di pesisir pantai, juga
memiliki potensi kawasan hutan manggrove. Daerah Gorontalo yang terkenal memiliki
kawasan hutan mangrove yaitu Kabupaten Pohuwato. Hutan mangrove di daerah ini
memiliki kelebihan dari segi biodiversity dan mempunyai keunikan khas dimana
ekosistem didalamnya sebagian besar tidak seperti ekosistem pola zonasi yang
umumnya ada (Rahim & Baderan, 2017).
Potensi hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato ini dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pembelajaran biologi pada materi keanekaragaman hayati di Sekolah Menengah
yang ada di Provinsi Gorontalo, khususnya kabupaten Pohuwato. Sebagaimana
dijelaskan oleh
Peserta didik dapat diarahkan untuk mengamati hutan mangrove dan menguatkan
konsep tentang tingkat keanekaragaman hayati yang mencakup tingkat gen, jenis dan
ekosistem. Peserta didik dapat mengetahui bagaimana pemanfaatan dan pelestarian
mangrove sebagai salah satu keanekaragaman hayati Indonesia dengan lebih dekat.
4 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page

Kegiatan pembelajaran akan lebih bisa dipahami oleh peserta didik jika menggunakan
suatu model pembelajaran yang dapat membantu dalam proses belajar (Wiranata, 2021).
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran
Discovery learning dan bahan ajar yang tepat yaitu lembar kerja siswa (LKS) atau
sekarang disebut lembar kerja peserta didik (Marsila et al., 2019).
Model pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahamannya sendiri
(Rizki et al., 2021). Lembar kerja peserta didik berisi kumpulan kegiatan pokok yang
harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya
membentuk kemampuan dasar sesuai terhadap indikator pencapaian (Ceriasari et al.,
2019).
Pengembangan LKPD Berbasis potensi local hutan mangrove telah dikembangkan
pada penelitian sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Rahma (2015) yang
mengembangkan LKPD Biologi Berbasis Potensi Lokal Hutan Mangrove dengan model
Discovery learning pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati untuk Kelas X. Hasil
validasi LKPD yang dilakukan oleh validator ahli materi pada penelitian tersebut
menunjukkan persentase sebesar 81,4% sehingga dikategorikan sangat baik, sedangkan
hasil validasi LKPD yang dilakukan oleh validator ahli pendidikan menunjukkan
persentase sebesar 87,5% sehingga dikategorikan sangat baik. Hasil penilaian LKPD
yang dilakukan oleh guru biologi menunjukkan persentase sebesar 98,75% sehingga
dikategorikan sangat baik, sedangkan respon peserta didik terhadap LKPD
menunjukkan persentase sebesar 91% sehingga dikategorikan sangat baik. Desain
LKPD biologi berbasis potensi lokal hutan mangrove dengan model discovery learning
yang dihasilkan memiliki kualitas sangat baik sehingga layak digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Penelitian Rezeki (2022) pada siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Gowa, yang
mendapatkan hasil bahwa Hasil belajar biologi materi animalia pada kelas ekperimen
yang diajar menggunakan E-LKPD Berbasis Discovery Learning lebih tinggi rata-
ratanya yaitu 83,60 daripada kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan LKPD
yang tidak Berbasis Discovery Learning yaitu 77,85. Hasil uji hipotesis dengan
menggunakan statistik uji Independent t-test menunjukkan nilai signifikan 0,001 yang
kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima dan
menunjukkan ada pengaruh E-LKPD Berbasis Discovery Learning terhadap hasil
belajar biologi peserta didik materi animalia kelas X IPA di SMA Negeri 2 Gowa.
Observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Marisa mendapatkan bahwa
hasil belajar peserta didik kelas X IPA pada mata pelajaran biologi pada materi pokok
keanekaragaman hayati rata-rata nilainya masih rendah dan beberapa orang siswa belum
mencapai KKM, namun saat proses pembelajaran berlangsung guru masih cenderung
lebih dominan di dalam proses pembelajaran dibandingkan peserta didik. Beberapa
masalah yang timbul diantaranya adalah peserta didik masih belum aktif di dalam
pembelajaran, peserta didik yang memperhatikan materi yang dibelajarkan masih sangat
tendah berkisar 40%. Hal tersebut disebabkan peserta didik kurang tertarik dengan
materi pokok keanekaragaman hayati yang diberikan. Guru biologi di SMA Negeri 1
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 5

Marisa menyatakan bahwa telah menggunakan lembar kerja peserta didik namun masih
yang bersifat umum dan belum pernah menerapkan Lembar Kerja Peserta Didik biologi
berbasis potensi lokal hutan mangrove dengan model discovery learning pada materi
pokok keanekaragaman hayati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepraktisan
dan keefektifan lembar kerja peserta didik berbasis potensi lokal hutan mangrove
dengan model discovery learning.

▪ METHOD

Jenis penelitian bersifat kuantitatif dengan desain penelitian pre-experimental


khususnya one group pretest-posttest design karena tidak dilakukan random
assignment terhadap subjek penelitian. Objek penelitian adalah penerapan Lembar
Kerja Peserta Didik biologi berbasis potensi lokal hutan mangrove dengan model
discovery learning pada materi pokok keanekaragaman hayati untuk kelas X. Subjek
sebanyak 25 orang siswa kelas X IPA 3 SMA Negeri 1 Marisa.
Analisis pada penelitian ini menggunakan analisis kepraktisan meliputi aktivitas
peserta didik, respon peserta didik dan keterlaksanaan pembelajaran serta analisis
efektifan. Penilaian aktivitas peserta didik berupa lembar observasi dimana pemberian
skor menggunakan skala likert yaitu 1 sampai 4 dengan kriteria skor 1: kurang, skor 2:
cukup, skor 3: baik, skor 4: sangat baik. Hasil perhitungan persentase aktivitas peserta
didik dikategorikan Sangat Baik: 81-100%, Baik: 61-80%, Cukup Baik:41-60%,
Kurang Baik: 21-40% dan Tidak Baik: 0-20% (Permatasari, 2018).
Penilaian keterlaksanaan pembelajaran dilakukan menggunakan lembar
observasi dengan pemberian skor skala guttman “Ya” diberi skor 1 dan “Tidak” diberi
skor 0. Hasil perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dikategorikan
Sangat Baik: P>90%, Baik: 80%<P<90%, Cukup: 70%<P<80%, Kurang:
60%<P<70% dan Sangat Kurang: P<60% (Yazid, 2016). Penilaian respon peserta
didik menggunakan lembar angket untuk menghitung persentase dari setiap jawaban
respon peserta didik. Hasil perhitungan persentase dari angket respon peserta didik
diinterpretasikan dalam kategori Sangat Layak: 86-100%, Layak: 71-85%, Cukup
Layak: 56-70% dan Kurang Layak: <40% (Yazid, 2016).
Analisis keefektifan lembar kerja peserta didik dilakukan dengan lembar test
pretest dan posttest yang diberikan pada awal dan akhir pembelajaran. Analisis
keefektifan menggunakan rumus N-Gain. Hasil perhitungan persentase keterlaksanaan
6 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page

pembelajaran dikategorikan berdasarkan kategori skor yaitu tinggi: 0,70 < N-Gain,
sedang: 0,30 < N-Gain < 0,70 dan rendah: N-Gain < 80%. Berdasarkan kategori tafsiran
dikategorikan tidak efektif: <40%, kurang efektif: 40-55%, cukup efektif: 56-75% dan
efektif: >76% (A. M. Yusuf, 2017).

▪ RESULT AND DISCUSSION


Analisis Kepraktisan
1. Analisis Aktivitas Peserta Didik
Keaktifan peserta didik diukur melalui lembar observasi saat pembelajaran
dilakukan. Hasil observasi menunjukkan pada dua kali pertemuan persentase keaktifan
pengamatan pertemuan rata-rata diperoleh rata-rata sebesar 87,5% dengan kriteria
sangat baik. Berdasarkan pengamatan pada pertemuan kedua diperoleh rata-rata
meningkat menjadi sebesar 93,8% dengan kriteria sangat baik. Hal ini dikarenakan
pada lembar kerja peserta didik yang digunakan telah sesuai antara materi dan
kurikulum, konsep dalam lembar kerja peserta didik sesuai dengan yang dikemukakan
para ahli dan memiliki keterhubungan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Selain
itu, isi lembar kerja peserta didik sesuai dengan psikologis peserta didik dan dapat
menambah pengetahuan peserta didik, membantu peserta didik dalam memahami
materi, serta terdapat kesesuaian alat dan bahan yang dengan kegiatan dalam lembar
kerja peserta didik.
Desain lembar kerja peserta didik menarik minat peserta didik sehingga dapat
termotivasi dalam mengerjakan lembar kerja peserta didik tersebut. Selain itu dalam
lembar kerja peserta didik tersebut penulisan serta pemilihan jenis huruf yang menarik
agar tidak terlalu monoton. Hal tersebut menyebabkan peserta didik terlibat secara aktif
dalam melakukan pengerjaan tugas dan berdiskusi dengan rekan kelompoknya.
Hal ini sejalan dengan teori Hosnan dalam Yunis (2019) yang menyatakan
bahwa pembelajaran aktif merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang subjek
didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Lembar kerja peserta didik dapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik karena pendekatan ini merupakan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang pada dasarnya berusaha untuk
memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons peserta didik dalam
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan.
Penggunaan lembar kerja peserta didik dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk
memudahkan guru saat proses belajar di kelas dan memudahkan peserta didik dalam
memahami konsep-konsep materi yang dipahaminya dengan baik. Penggunaan lembar
kerja peserta didik menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran
tersebut.
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 7

Widyaningrum & Prihastari (2020) menjelaskan bahwa hampir sebagian besar


RPP yang dibuat oleh guru yang dilengkapi dengan lembar kerja peserta didik hanya
berisi kegiatan siswa yang sederhana, kadang-kadang digunakan dalam kelompok tidak
secara individu. LKS hanya terdiri dari indikator, langkah kegiatan, dan penilaian.
Sangat diharapkan adanya lembar kerja siswa berwarna, dilengkapi dengan materi
sebagai pengembangan dan dibuat menarik dengan gambar dan dapat dikaitkan dengan
kearifan lokal.
2. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran
Hasil uji keterlaksanaan pembelajaran oleh guru mata pelajaran memperoleh
skor 100% pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. dengan kriteria sangat baik.
Penilaian keterlaksanaan peserta didik ini dianggap sangat penting karena berkaitan
langsung dengan tercapainya proses pembelajaran yang baik dalam kelas.
Keterlaksanaan yang sangat baik ini menunjukkan pembelajaran yang dilakukan guru
dengan menggunakan lembar kerja peserta didik berbasis potensi lokal hutan
mangrove dengan model discovery learning dapat digunakan dengan sangat baik
dalam kelancaran proses pembelajaran materi pokok keanekaragaman hayati. Hal
tersebut nampak pada hasil observasi dimana seluruh parameter pelaksanaan
pembelajaran dilakukan seluruhnya dengan baik oleh guru.
Seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran terlaksana dengan sangat baik. Hal
ini pada dasarnya menunjukkan bahwa komponen-komponen yang terdapat dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seperti komponen materi, model
pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar dan langkah-langkah pembelajaran
dapat menjadi acuan bagi guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan baik.
Selain itu, keterlaksanaan pembelajaran juga dipengaruhi oleh keterampilan guru
dalam mengelola keseluruhan proses pembelajaran.
Hal tersebut sesuai dengan teori Sudjana (2012) bahwa kemampuan yang
dituntut dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah keaktifan guru dalam
menciptakan menumbuhkan kegiatan belajar sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Menurut Widodo (2017) agar tujuan diciptakannya lembar kerja peserta didik
berhasil tepat sesuai tujuan pembelajaran, maka guru harus menguasai jalanya
pembelajaran dengan baik. Guru harus kreatif dalam mengelola kelas dan peka
terhadap situasi dan kondisi pembelajaran. Karena dalam pembelajaran ada fase
saatnya peserta didik bersemangat dalam mengerjakan, jenuh mengerjakan, dan lelah
mengerjakan.
Belajar dengan menggunakan Discovery Learning dapat mengubah suasana
belajar yang didominasi oleh guru (teacher center learning) dengan menggunakan
8 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page

metode diskusi yang seharusnya pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student
centered learning) sehingga dapat meningkat keterampilan berpikir siswa (Kurniawati
et al., 2017).

3. Analisis Respon Peserta Didik


Lembar kerja peserta didik berbasis potensi lokal hutan mangrove dengan
model discovery learning dinilai sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran
pada materi keanekaragaman hayati. Hal tersebut didapatkan dari analisis respon 25
orang peserta didik yang menunjukkan jumlah skor keseluruhan yaitu 968 dan bila
dipresentasekan mendapatkan 96,8%.
Lembar kerja peserta didik yang digunakan dalam penelitian mendapatkan
respon dari peserta didik yaitu lembar kerja peserta didik mudah untuk digunakan
(100%), tampilan lembar kerja peserta didik yang interaktif dan menarik (100%),
dapat digunakan belajar mandiri (100%), gambar dan materi ada kesesuaian (92%),
materi yang disediakan dalam lembar kerja peserta didik jelas dan mudah dipahami
(84%), tulisan dapat dibaca dengan jelas (84%), meningkatkan motivasi belajar
peserta didik (84%), menggunakan bahasa yang mudah dipahami (80%), tugas dan
latihan soal pada setiap kegiatan pembelajaran lembar kerja peserta didik dapat
membantu untuk pemahaman materi (80%) serta gambar yang menarik serta narasi
yang mudah dimengerti (68%).
Lembar kerja peserta didik merupakan bagian dari perangkat pembelajaran
yang dikembangkan sesuai dengan pedoman yang ada, akan mempengaruhi kualitas
pembelajaran di kelas (Hapsari & Suryadarma, 2017). Siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran discovery learning dengan lembar kerja peserta didik dapat
meningkatkan metakognisi dan hasil belajar menjadi lebih baik (Junina et al., 2020).

Analisis Keefektifan
Analisis keefektifan dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang
dilakukan menggunakan lembar kerja peserta didik berbasis potensi lokal hutan
mangrove dengan model discovery learning dapat dinyatakan efektif. Efektifitas pada
penelitian ini dinilai dengan membandingkan hasil belajar peserta didik sebelum
pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Selanjutnya dilakukan
analisis N-Gain score. Hasil yang didapatkan sebagai berikut:

1. Hasil Belajar Peserta didik Sebelum dibelajarkan menggunakan Lembar


Kerja Peserta Didik Berbasis Potensi Lokal Hutan Mangrove dengan Model
Discovery Learning.
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 9

Gambar 1. Grafik Hasil Pretest Peserta Didik

Hasil pretest peserta didik pada materi pokok keanekaragaman hayati sebelum
diterapkan lembar kerja peserta didik berbasis potensi lokal hutan mangrove dengan
model discovery learning, dari 25 orang peserta didik ynag mengikuti pembelajaran,
hanya 2 orang (8,0%) yang memenuhi ketuntasan yang ditetapkan dan 23 orang
lainnya (92,0%) tidak tuntas. Nilai terendah pretest sebesar 47 dan nilai tertinggi 79.
KKM yang ditetapkan oleh SMA Negeri 1 Marisa pada materi pokok keanekaragaman
hayati adalah sebesar 78.

2. Hasil Belajar Peserta didik Sesudah dibelajarkan menggunakan Lembar


Kerja Peserta Didik Berbasis Potensi Lokal Hutan Mangrove dengan Model
Discovery Learning.
1 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page
0

Gambar 2. Grafik Hasil Posttest Peserta Didik

Posttest peserta didik pada mata pelajaran biologi pada materi pokok
keanekaragaman hayati setelah diterapkan lembar kerja peserta didik berbasis potensi
lokal hutan mangrove dengan model discovery learning, terjadi peningkatan peserta
didik yang tuntas KKM yaitu sebanyak 24 orang (96,0%) sedangkan 1 orang lainnya
(4%) masih belum tuntas. Meskipun demikian seluruh peserta didik mengalami
peningkatan nilai setelah diterapkan lembar kerja peserta didik dimana nilai terendah
posttest sebesar 77 dan nilai tertinggi 95.
Analisis N-Gain
Pada 25 orang peserta didik sebelum diterapkan lembar kerja peserta didik
berbasis potensi lokal hutan mangrove dengan model discovery learning rata-rata
nilai pretest sebesar 59,60 dan nilai rata-rata nilai posttest sebesar 84,44. Selanjutnya
didapatkan N-Gain score 0,615. Nilai N-Gain score ini diperoleh dari hasil pretest
dan postest. Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
kriteria N-gain, yakni pembelajaran dengan gain rendah, jika g < 0,3; pembelajaran
dengan gain sedang, jika 0,3 ≤ g ≤ 0,7; pembelajaran dengan gain tinggi, jika g > 0,7
(F. M. Yusuf et al., 2019). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lembar kerja
peserta didik berbasis potensi lokal hutan mangrove dengan model discovery
learning memiliki keefektifan dengan tingkat sedang.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil akademik siswa
dalam pembelajaran Materi Pokok Keanekaragaman Hayati untuk Kelas X
menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (Berbasis Potensi Lokal Hutan Mangrove
dengan Model Discovery Learning. Menurut peneliti melalui model pembelajaran
Discovery Learning (DL) siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
kesimpulan berdasarkan pengalaman langsung yang dialami oleh siswa dilapangan.
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 1
1

Hal ini akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah


meningkat, melatih siswa menjadi lebih mandiri, siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran siswa berpikir dan menggunakan kemampuannya sendiri untuk
menemukan hasil akhir yang diharapkan. Penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik
menjadi tambahan bahan ajar yang tepat sehingga dapat siswa belajar secara mandiri
dan belajar memahami konsep yang telah dipelajarinya melalui tugas-tugas yang
terdapat dalam lembar kerja peserta didik. Melalui penggunakan lembar kerja peserta
didik, peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses belajar mengajar, membantu
peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui
kegiatan belajar secara sistematis, dan mengaktifkan peserta didik dalam
mengembangkan konsep pembelajaran.
Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jerome Bruner
penemuan (Discovery) adalah suatu proses, suatu jalan cara dalam mendekati
permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu. Pada dasarnya
discovery learning tidak jauh berbeda dengan pembelajaran inquiry, namun pada
discovery learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang
direkayasa oleh guru, sehingga siswa tidak harus mengerahkan seluruh pikiran dan
keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui
proses penelitian (Kemendikbud RI, 2013).
Discovery learning merupakan model pembelajaran dimana siswa terlibat secara
aktif dalam pembelajaran proses dalam model pembelajaran ini siswa ditanamkan
konsep-konsep seperti belajar, mengamati, menjelaskan, mengukur, mengklarifikasi
dan membuat kesimpulan. Siswa yang menggunakan model discovery dalam
pembelajaran memiliki tingkat domain positif yang lebih tinggi dalam pembelajaran
(Marian & Suparman, 2019).
Menurut Trianto (2016), Lembar Kerja Peserta Didik merupakan panduan
peserta didik yang digunakan untuk melakukan pengembangan aspek kognitif
maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk
panduan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah sesuai indikator pencapaian
hasil belajar yang harus dicapai. Wulandari (2013) menyatakan bahwa peran lembar
kerja peserta didik sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat
meningkatkan aktivitas peserta didik dalam belajar dan penggunaannya dalam
pembelajaran dapat membantu guru untuk mengarahkan peserta didiknya menemukan
konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri. Disamping itu lembar kerja peserta didik
juga dapat mengembangkan ketrampilan proses, meningkatkan aktivitas peserta didik
1 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page
2

dan dapat mengoptimalkan hasil belajar.


Penggunaan lembar kerja peserta didik yang dilengkapi dengan kegiatan untuk
memahami ekosistem pesisir dan memiliki pengetahuan, sikap, dan perasaan moral.
Di lembar kerja, siswa mempresentasikan kekayaan sumber daya alam dan nilai-nilai
kearifan lokal daerah pesisir dapat diteladani oleh mahasiswa sebagai generasi
penerus. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu mengenali dan melihat lebih
dekat pada alam sumber daya di daerahnya dan mampu mewujudkan dampak yang
akan terjadi jika sumber daya alam pesisir rusak (Nusantari et al., 2020).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rezeki (2022) pada siswa Kelas X
di SMA Negeri 2 Gowa, yang mendapatkan hasil bahwa Hasil belajar biologi materi
animalia pada kelas ekperimen yang diajar menggunakan E-lembar kerja peserta didik
Berbasis Discovery Learning lebih tinggi rata-ratanya yaitu 83,60 daripada kelas
kontrol yang diajar dengan menggunakan lembar kerja peserta didik yang tidak
Berbasis Discovery Learning yaitu 77,85. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan
statistik uji Independent t-test menunjukkan nilai signifikan 0,001 yang kurang dari
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima dan menunjukkan ada
pengaruh E-lembar kerja peserta didik Berbasis Discovery Learning terhadap hasil
belajar biologi peserta didik materi animalia kelas X IPA di SMA Negeri 2 Gowa.

▪ CONCLUSION

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kepraktisan dan Keefektifan


penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Potensi Lokal Hutan Mangrove
dengan Model Discovery learning, mendapatkan kesimpulan bahwa penggunaan
lembar kerja peserta didik Berbasis Potensi Lokal Hutan Mangrove dengan Model
Discovery learning dapat digunakan dalam pembelajaran materi keanekaragaman
hayati sesuai hasil penilaian aktivitas peserta didik, respon peserta didik, dan
keterlaksanaan pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
materi keanekaragaman hayati sesuai hasil analisis nilai pretest dan posttest.
Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi pertimbangan dalam penetapan
kebijakan dalam penggunaan lembar kerja peserta didik dalam pembelajaran materi
keanekaragaman hayati, yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini
memiliki keterbatasan dimana hanya dilakukan pada siswa kelas X IPA 3. Kedepan
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 1
3

diharapkan penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada subjek yang lebih luas lagi.

▪ REFERENCES

Baderan, D. W. K., Hamidun, M. S., Utina, R., Rahim, S., & Dali, R. (2019). The
Abundance and Diversity of Mollusks in Mangrove Ecosystem at Coastal Area of
North Sulawesi, Indonesia. Biodiversitas, 20(4), 987–993.
Ceriasari, B., Sunyono, & Rudibyani, R. B. (2019). Implementation of Discovery
Learning Based Worksheet To Improve Students’ Concept Mastery of Science.
JPMIPA2, 20(1), 7–11.
Hapsari, L. A., & Suryadarma, I. G. P. (2017). Development of Student Learning Model
Based on Local Wisdom with Discovery Learning Model. 5th ICRIEMS
Proceedings, 39–48.
Jajarni, T. (2019). Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis
Keterampilan Proses Sains (KPS) pada Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap
Hasil Belajar dan Respon Siswa Kelas VII di MTsS Darul Hikmah [Application of
Student Worksheets (LKPD) Based on Science Process Skills (KPS) on
Environmental Pollution Materials on Learning Outcomes and Responses of Class
VII Students at MTsS Darul Hikmah]. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh.
Junina, I., Halim, A., & Mahidin. (2020). The effect of discovery learning-based
worksheet on students’ metacognition skill and learning outcomes. Journal of
Physics: Conference Series, 1460(1).
Kemendikbud RI. (2013). Implementasi Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kurniawati, E. C., Jalmo, T., & Lengkana, D. (2017). Teachers ’ Perceptions in the
Development of Student Worksheets ( LKPD ) Based On Discovery Learning To
1 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page
4

Improve System Thinking Ability. 2016, 1979–1985.


Marian, F., & Suparman. (2019). Design of Student Worksheet Based on Discovery
Learning to Improve the Ability of Mathematics Reasoning Students of Class VII
Junior High School. Journal of Physics: Conference Series, 1306(1).
Marsila, W., Connie, C., & Swistoro, E. (2019). Upaya Peningkatan Motivasi Belajar
Dan Hasil Belajar Fisika Melalui Penggunaan Model Discovery Learning
Berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik [Efforts to Increase Learning Motivation
and Physics Learning Outcomes through the Use of the Discovery Learning Model
Assisted with Student Worksheets]. Jurnal Kumparan Fisika, 2(1), 1–8.
Nusantari, E., Utina, R., Katili, A. S., & Tamu, Y. (2020). Science learning to
understand the value of conservation character in students in the coastal region.
Jurnal Bioedukatika, 8(1), 48.
Permatasari, E. A. (2018). Pengembangan E-Modul Berbasis Adobe Flash pada Pokok
Bahasan Sistem Reproduksi untuk Pembelajaran Biologi di SMA [Development of
Adobe Flash-Based E-Modules on the Subject of Reproductive Systems for
Biology Learning in High Schools]. Universitas Jember.
Rahim, S., & Baderan, D. W. K. (2017). Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya (M. S.
Hamidun (ed.)). Penerbit Deepublish.
Rahma. (2015). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Biologi Berbasis
Potensi Lokal Hutan Mangrove dengan Strategi Discovery Learning pada Materi
Pokok Keanekaragaman Hayati untuk Kelas X di SMA Negeri 1 Popayato
[Development of Biology Student Worksheets (LKPD) Based on Local Potential of
Mangrove Forests with Discovery Learning Strategies on Biodiversity Main
Materials for Class X at SMA Negeri 1 Popayato]. Universitas Negeri Gorontalo.
Rezeki, S. (2022). Pengaruh E-LKPD Berbasis Discovery Learning terhadap Hasil
Belajar Peserta Didik pada Konsep Animalia Kelas X di SMA Negeri 2 Gowa [The
Effect of Discovery Learning-Based E-LKPD on Student Learning Outcomes on
the Concept of Animalia Class X at SMA Negeri 2 Gowa]. Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Rizki, A., Khaldun, I., & Pada, A. U. T. (2021). Development of Discovery Learning
Student Worksheets to Improve Students’ Critical Thinking Skills in Chemical
Balance Materials. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 7(4), 707–711.
Sudjana, N. (2012). Definisi dan Tinjauan Tentang Pemahaman. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, 24(4), 11–18.
Trianto. (2016). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep Strategi dan Implementasinya
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 1
5

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara.

Widodo, S. (2017). Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berbasis


Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Penyelesaian Masalah
Lingkungan Sekitar Peserta Didik di Sekolah Dasar [Development of Student
Activity Sheets (LKPD) based on Scientific Approach to Improve Environmental
Problem Solving Skills for Students in Elementary Schools]. Jurnal Pendidikan
Ilmu Sosial, 26(2), 189.
Widyaningrum, R., & Prihastari, E. B. (2020). Student worksheet based on Surakarta’s
local wisdom in primary school: A preliminary research. International Journal of
Science and Applied Science: Conference Series, 4(1), 56.
Wiranata, I. M. R. A. (2021). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis
Pemecahan Masalah Konstektual Materi Masalah Sosial Kelas IV SD No. 1
Sempidi Tahun Ajaran 2020/2021 [Development of Student Worksheets Based on
Contextual Problem Solving Materials for Class IV Elementary School Social
Problems. 1 Sempidi Academic Year 2020/2021]. Universitas Pendidikan Ganesha
Denpasar.
Wulandari. (2013). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Cerita Bergambar
pada Materi Sistem Pencernaan di SMP [Development of Picture Story-Based
Student Worksheets on Digestive System Materials in Junior High School].
Universitas Negeri Semarang.
Yazid, K. (2016). Validitas Buku Saku Materi Ekologi untuk Siswa Kelas X Berbasis
Kurikulum 2013. CV. Budi Utama.
Yunis, H. (2019). Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik pada Pembelajaran IPA
Menggunakan LKPD Secara Daring di SMPN 248 Jakarta [Improving Student
Learning Activities in Science Learning Using LKPD Online at SMPN 248
Jakarta]. ACTION: Jurnal Inovasi Penelitian Tindakan Kelas Dan Sekolah, 1(2),
178–183.
Yusuf, A. M. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.
1 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page
6

Kencana.
Yusuf, F. M., Baderan, D. W. K., & Amu, A. S. (2019). Pengembangan Rencana
Pembelajaran Untuk Menanamkan Karakter Peduli Lingkungan [Development of
Learning Plans to Instill Environmental Care Character]. Prosiding Conference on
Research and Community Services, 1(1), 241–248.

You might also like