You are on page 1of 12

MODUL PERKULIAHAN

MANAJEMEN RISIKO

MANAJEMEN RISIKO KREDIT

Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
SEKOLAH Magister 04 Dr.Nuryaman,SE.,MSi.,Ak
PASCA Akuntansi Dr.Supardi,SE.,MM
SARJANA Dr.Islahuzzaman,SE.,MSi.,Ak

Abstract Kompetensi

Menjelaskan Proses Manajemen Mahasiswa mampu manajemen


Risiko kredit risiko kredit
Pendahuluan

Krisis keuangan global – dan krisis kredit yang mengikuti – menempatkan manajemen risiko
kredit ke dalam sorotan regulasi. Akibatnya, regulator mulai menuntut lebih banyak
transparansi. Mereka ingin tahu bahwa bank memiliki pengetahuan mendalam tentang
nasabah dan risiko kredit terkait. Dan peraturan baru Basel III akan menciptakan beban
regulasi yang lebih besar bagi bank.

Risiko kredit mengacu pada kemungkinan kerugian karena kegagalan peminjam untuk
melakukan pembayaran pada semua jenis utang. Manajemen risiko kredit, sementara itu,
adalah praktik untuk memitigasi kerugian tersebut dengan memahami kecukupan modal bank
dan cadangan kerugian pinjaman pada waktu tertentu – suatu proses yang telah lama menjadi
tantangan bagi lembaga keuangan.

Kunci untuk mengurangi kerugian pinjaman – dan memastikan bahwa cadangan


modal mencerminkan profil risiko secara tepat – adalah dengan menerapkan solusi
risiko kredit kuantitatif yang terintegrasi. Solusi ini harus membuat bank berdiri dan
berjalan cepat dengan langkah-langkah portofolio sederhana. Solusi ini juga harus
mengakomodasi jalur untuk langkah-langkah manajemen risiko kredit yang lebih
canggih ketika kebutuhan berevolusi. Solusi ini harus mencakup:

Pengertian Resiko Kredit


Menurut Hardanto (2006), mengemukakan bahwa risiko kredit adalah risiko kerugian
yang berhubungan dengan peluang gagal memenuhi kewajiban pada saat jatuh
tempo. Dengan kata lain, risiko kredit adalah risiko karena peminjam tidak membayar
utangnya.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada lembaga keuangan yang memberikan
kredit sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
Risiko kredit timbul dari beberapa kemungkinan sebagai berikut :
a. Debitur tidak dapat melunasi utangnya.
b. Obligasi yang dibeli Bank, tidak membayar kupon dan atau pokok utang.
c. Terjadinya non-performance (gagal bayar) dari semua kewajiaban antara bank
dengan pihak lain.

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
Besarnya risiko kredit terdiri dari dua faktor yaitu besarnya eksposur kredit dan
kualitas eksposur kredit. Besarnya eksposur kredit sama dengan besarnya pinjaman
itu sendiri. Semakin besar pinjaman semakin besar juga tingkat eksposur kredit.
Kualitas eksposur dicerminkan oleh kemungkinan gagal bayar dari debitur secara
kredit dan kualitas dari jaminan yang diberikan oleh debitur atau pembeli kredit.
Semakin rendah kualitas jaminan, semakin rendah kualitas kredit maka semakin tinggi
risiko kredit yang dihadapi (Djohanputra 2004).
Menurut Sastradipoera (2001), risiko kredit merupakan salah satu risiko yang umum
dihadapi oleh bank dalam pemberian kredit. Risiko kredit mengambil bagian terbesar
dalam kegiatan perbankan karena pemberian pinjaman dan investasi merupakan
bagian terbesar dalam aktiva bank.
a. Risiko kredit timbul karena ketidakpastian pelunasan pinjaman oleh debitur.
Kegagalan memenuhi perjanjian pelunasan sebagian atau seluruhnya.
b. Risiko kredit merupakan risiko yang disebabkan oleh investasi yang tidak
memberikan pendapatan atau bisa dikatakan risiko yang mengakibatkan
pengurangan aktiva modal.

Jenis Resiko Kredit


Berdasarkan counterparty, risiko kredit dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. risiko kredit pemerintahan (sovereign credit risk)
Risiko kredit pemerintahan berhubungan dengan Pemerintah suatu negara yang tidak
mampu membayar pokok dan bunga pinjamannya pada saat jatuh tempo, terutama
pinjaman bilateral antarnegara. Adalah risiko yang timbul dari ketidakpastian karena
memburuknya kondisi perekonomian negara dalam membayar utang, gejolak sosial
politik, serta kebijakan suatu negara, antara lain rasionalisasi atau pengambilalihan
aset, kontrol nilai tukar, dan atau devaluasi nilai tukar. Beberapa jenis risiko yang
termasuk country risk : • Sovereign risk • Transfer risk • Macroeconomic risk.
Sovereign Risk Karena pemerintah suatu negara tidak dapat atau tidak bersedia
memenuhi kewajibannya 2. Transfer Risk Karena pihak asing di LN tidak dapat
menyediakan/memperoleh valuta asing untuk memenuhi kewajibannya karena
terdapat pembatasan tertentu. 3. Macroeconomic Risk Karena pihak asing di LN tidak
dapat memenuhi kewajiban akibat perubahan kebijakan ekonomi di negaranya,
seperti peningkatan suku bunga yang bertujuan untuk stabilitas nilai mata uang.

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
2. risiko kredit korporat (corporate credit risk)
Risiko kredit korporat adalah risiko gagal bayar dari perusahaan yang menerbitkan
surat utang, gagal bayar dari perusahaan yang telah memperoleh kredit, serta gagal
bayar dari perusahaan memperoleh penyertaan modal. Risiko korporat lebih berisiko
dan lebih sering terjadi dalam Bank.
3. risiko kredit konsumen (retail customer credit risk)
Risiko kredit konsumen adalah risiko kredit yang terkait dengan ketidakmampuan
debitur perorangan dalam menyelesaikan pembayaran kreditnya.
Berdasarkan perbedaan menurut counterparty-nya seperti dijelaskan di atas, dapat
dijelaskan lebih dalam bahwa risiko kredit konsumen membatasi pada pemberian
kredit konsumen individu yang digunakan untuk tujuan konsumtif dan dalam hal ini
sumber pengembalian kredit tidak berasal dari objek yang dibiayai. Sedangkan
berdasarkan komponen utama dari risiko kredit, terbagi menjadi tiga komponen, yakni:
1. probability of default, adalah kemungkinan debitur gagal untuk melakukan
pembayaran sesuai yang diperjanjikan. Risiko yang timbul akibat kegagalan
penyerahan kas dan atau instrumen keuangan pada tanggal penyelesaian yang telah
disepakati dari transaksi penjualan dan atau pembelian instrumen keuangan.
2. recovery rate, adalah bagian yang dapat diterima Bank apabila debitur default
3. credit exposure, adalah hal-hal yang berkaitan dengan jumlah pinjaman pada
saat terjadi default

Menurut Djohanputra (2004), Ada beberapa cara pengelolaan risiko kredit,


diantaranya:
a. Penyaringan
Cara ini menekankan pada pencegahan agar gagal bayar terhindar. Perlu tim yang
baik untuk melakukan analisis dan pemeringkatan nasabah sehingga nasabah yang
melakukan moral hazard bisa dikeluarkan dari daftar calon nasabah.
b. Program Pembatasan
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk membatasi besarnya kredit yang diterima
oleh satu nasabah atau satu grup nasabah. Dunia perbankan mengenal BMPK (Batas
Maksimum Pemberian Kredit) atau 3L (Legal Leding Limit) yang bertujuan untuk
membatasi pemberian kredit yang berlebihan kepada nasabah.
c. Diversifikasi

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
Kredit Perusahaan menetapkan kebijakan mengenai diversifikasi pinjaman yang
dikaitkan dengan pembatasan diatas. Kebijakan diversifikasi dapat berupa:
- Sebaran kredit berdasarkan perusahaan.
- Sebaran kredit berdasarkan industri.
- Sebaran kredit berdasarkan ukuran perusahan.
- Sebaran kredit berdasarkan sektor.

d. Penilaian Kredit
Penilaian Kredit Sebelum memberikan kredit, pihak bank harus yakin bahwa debitur
dapat dipercaya sehingga bank harus melakukan penilaian atau analisis kredit.
Penilaian untuk mendapatkan debitur yang layak dilakukan dengan prinsip 5C. Prinsip
5C menurut Firdaus dan Mamduh (2016) yaitu:
a. Character (watak/kepribadian/karakter)
b. Capacity (kemampuan/kapasitas)
c. Capital (modal) d. Condition of economy (kondisi perekonomian)
e. Collateral (jaminan atau agunan) Penggolongan Kualitas Kredit Sesuai Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 tentang Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum, tingkat kualitas kredit dibagi menjadi kategori lancar,
dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.

Proses Manajemen Risiko Kredit :


Identifikasi dan pengukuran Risiko
Analisis Kredit Berikut beberapa analisis kredit yang biasa dipakai dalam praktik,
penilaian kualitatif dan penilaian kuantitatif :
Penilain kualitatif di dunia Perbankan menggunakan kerangka 3 R dan 5 C.
Pedoman 3 R dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Return, Return berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari penggunaan kredit
yang diminta, apakah kredit tersebut bisa menghasilkan return (pendapatan)
yang memadai untuk melunasi utang dan Bungannya.
2. Repayment Capacity. Reoayment capacity berkaitan dengan kemampuan
perusahaan mengembalikan pinjaman dan bunganya pada saat pembayaaran
tersebut jatuh tempo.

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
3. Risk bearing ability. Risk bearing ability berkaitan dengan kemampuan
perusahaan menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan
dengan penggunaan kredit tersebut. Jaminan merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan oleh kreditur dalam kaitannya dengan risk bearing ability.

Sedangkan pedoman 5 C berkaitan dengan karakteristik adalah :


1. Pendekatan 5C :
a. Character (karakter) : menilai moral, watak, atau kejujuran, dan rasa tanggung
jawab sebagai manusia dalam melakukan kegiatan usaha. Karakter dapat dilihat
dari latar belakang pekerjaan dankeadaankeluarga.
b. Capacity (kapasitas) : menilai kapasitas membayar kewajiban dari debitur.
Kapasitas diukur dari kinerja bisnis di masa lampau dan pengamatan di lapangan,
pabrik,dan toko
c. Capital (modal) : menilai modal yang dimiliki, dalam artian kemampuan untuk
menyertakan dana atau modalsendiri.
d. Condition (kondisi) : menilai kondisi ekonomi, prospek bisnis dikaitkan kondisi
ekonomi.
e. Collateral (jaminan) : menilai ketersediaan agunan, jaminan menutup risiko
kredit.
Analisis Generik Banker Association for Risk Management (2012) memberikan
beberapa faktor pertimbangan dalam persetujuan kredit, yaitu :
a. Tujuan kredit dan sumber pembayaran.
b. Profil risiko debitur terdiri kinerja historis industri tempat debitur menjalankan
usaha.
c. Kemampuan bisnis debitur dan kondisi sektor ekonomi>
d. Analisis pemasaran dan aspek teknis dasar menentukan asumsi proyeksi
keuangan.
e. Analisis keuangan
f. Aspek legal dan agunan untuk mementukan persyaratan kredit
3. Analisis Kinerja Keuangan Historis: a. Analisis rasio keuangan b. Analisis vertikal
c. Analisis horizontal

Pengukuran risiko nasabah. Pengukuran risiko kredit 1) Bank harus memiliki prosedur
tertulis yang memungkinkan untuk sentralisasi exposure on balance sheet dan off

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
balance sheet yang mengandung risiko kredit dari setiap nasabah, penilaian
perbedaan kategori tingkat risiko kredit dengan memakai kombinasi aspek kualitatif
dan kuantitatif data, dan distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara lengkap
untuk pemantauan oleh satuan kerja terkait. 2) Sistem pengukuran risiko kredit
mempertimbangkan karakteristik setiap jenis transaksi risiko kredit, kondisi keuangan
nasabah, jangka waktu kredit, aspek jaminan, potensi terjadinya kegagalan (default),
dan kemampuan bank untuk menyerap potensi kegagalan. 3) Bank yang
menggunakan pendekatan internal risk rating, harus dilakukan validasi data secara
berkala.

Penilaian Kuantitatif
Rating perusahaan
• Perusahaan, atau Negara yang akan menerbitkan surat hutang, baik jangka
panjang (obligasi), atau jangka pendek (commrecial paper). Biasanya akan
dirating oleh perusahaan pe-rating.

• Perusahaan pe-rating di Indonesia adalah PT. Pefindo, di AS adalah Standard


and Poor’s (S&P).

Pendekatan terstandardisasi (standardized approach) dan pendekatan berdasarkan


internal rating (internal rating based approach) . Pendekatan terstandardisasi,
peringkat kredit dtetapkan oleh lembaga pemerintah eksternal yang diakui oleh Bank
Indonesia/Otoritas Jasa Keuangan.
Klasifikasi Rating.
Tingkat Kondisi
Risiko Pengembalian ekonomi,bisnis
Perubahan dan keuangan
AAA Sangat Excellent Tidak
rendah berpengaruh
signifikan
AA Sangat Sangat baik Berpengaruh
rendah tetapi tidk
signifikan

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
BBB Cukup memadai Meningkatkan
berisisko risiko
BB Cukup memadai rawan
berisisko
C Kemungkinan
besar bangkrut
D Bangkrut

• AAA. Instrumen hutang dengan risiko rendah.

Tingkat pengembalian teramat baik. Perubahan kondisi keuangan, bisnis,ekonomi


tidak akan berpengaruh signifikan thd risiko investasi.
• AA. Risiko rendah.Tingkat pengembalian sangat baik.Perubahan kondisi
keuangan, bisnis,ekonomi akan berpengaruh thd risiko investasi, tetapi tidak
signifikan.

A. Risiko rendah, tetapi perubahan kondisi keuangan, bisnis, ekonomi akan


meningkatkan risiko

Model Skoring
Model diskriminan pada dasarnya hanya ingin melihat apakah perusahaan dimasukan
pada katagori tertentu
• Model diskriminan Altman (1968) Perusahaan Publik:

Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0X5


X1= Modal kerja/Total asset
X2= Laba ditahan/Total asset
X3= EBIT/Total asset
X4= Nilai pasar saham/nilai buku saham
X5= Penjualan/total asset

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
Cut off untuk model diskriminan adalah :
Model Pasar Model Nilai Buku
Batas tidak 2,99 2,9
bangkrut
Batas Bangkrut 1,81 1,2
Wilayah abu abu 1,81-2,99 1,2-2,99

Model Z-Altman:
Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4
+ 0,998X5
X1= Modal kerja/Total asset
X2= Laba ditahan/Total asset
X3= EBIT/Total asset
X4= Nilai pasar saham/nilai buku saham
X5= Penjualan/total asset

Model Probabilita linier :


Model probabilita linier dapat memprediksi perusahaan yang gagal bayar dan tidak
gagal bayar.
Z = a + b X1 + c X2
Z = Gagal bayar (0), tidak gagal bayar (1)
X1 = Rasio modal kerja/total aset
X2= Rasio laba sebelum bunga dan pajak/total
aset

Risk adjusted Return on Capital


Ide dari RAROC adalah membandingkan tingkat keuntungan dengan modal yang
berisiko (modal yang akan terkena dampak jika debitur mengalami gagal bayar).
Pendapatn dari pinjaman per tahun
• RAROC = ______________________________

Modal yang berisiko (Capital at risk)

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
Modal yang berisiko adalah modal yng akan terkena dampak jika debitur mengalami
gagal bayar.

Pengelolaan Risiko Kredit


Pengelolaan atau Mitigasi Risiko Kredit Adalah sejumlah teknik dan kebijakan dalam
mengelola risiko kredit untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya atau dampak dari
kerugian kredit. Teknik yang digunakan adalah :
1. Model pemeringkatan untuk kredit perorangan
2. Manajemen portofolio kredit. Manajemen portopolio kredit yaitu menyebar
penyaluran kredit untuk mengurangi risiko kredit, sehingga akan bermanfaat : a)
kredit tidak terlalu terkonsentrasi pada satu jenis industry saja atau pada suatu
daerah tertentu saja, b) protopolio kredit terdeversifikasi, c) risiko systematic default
(kredit macet)
3. Agunan. Agunan adalah hak kekuasaan atas benda berwujud dan atau benda tidak
berwujud yang diserahkan yang diserahkan debitur dan atau pihak ketiga sebagai
pemilik agunan kepada Lembaga keuangan sebagai second way out guna
menjamin pelunasan kredit apabila kredit tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang
disepakati dalam akad atau addendumnya.
4. Pengawasan arus kas. Dilakukan pengawasan arus kas perusahaan dengan
menelaah laporan keuangan secara periodik
5. Restrukturisasi kredit. Restrukturisasi dilakukan dengan salah satunya umur
pinjaman yang diperpanjang
6. Asuransi. Salah satu alat mitigasi adalah asuransi, baik dari sisi asuransi kreditnya,
dari sisi jiwa yang menerima kredit, atau dari sisi objek agunan dari penerima kredit.
Asuransi Kredit adalah jenis asuransi yang dilekatkan kepada jenis pembiayaan kredit
tertentu dan tunggakan kredit pada waktu tertentu. Nilai Asuransi Kredit beragam
sesuai dengan kesepakatan pihak-pihak antara pihak Kreditur dan Asuransi,
disesuaikan pula dengan profil calon Debitur.

7.Lindung nilai
Dalam bank biasanya menerapkan ini berfungsi sebagai jaminan apabila nantinya
nasabah tidak mampu mengembalikan pinjaman yang diterima, maka bank dapat
mengambil alih jaminan tersebut sebagai sarana untuk menutup kredit yang belum
terbayarkan.

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
8. Pembuatan kebijakan atau policy dan pinalti.
Sebelum menyediakan layanan kredit, bank harus membuat policy dan penalti
yang nantinya akan ditanda tangani oleh nasabah
Sistem Informasi Manajemen Risiko Kredit Harus mampu menyediakan data secara
akurat, lengkap, informatif, tepat waktu, dan dapat diandalkan mengenai jumlah
seluruh eksposur kredit peminjam individual dan pihak lawan transaksi, portofolio
kredit, serta laporan pengecualian limit risiko kredit agar dapat digunakan direksi.

Pengendalian Risiko Kredit di Bank


Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/25/PBI/2009 Sesuai dengan pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/25/PBI/2009, tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/8/PBI/2003, penerapan manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup:
1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi

Kewenangan dan tanggung jawab direksi dan dewan komisaris : 1. Direksi


bertanggungjawab agar seluruh aktivitas penyediaan dana dilakukan sesuai dengan
strategi dan kebijakan risiko kredit yang disetujui oleh dewan komisaris. 2. Direksi
harus memastikan bahwa penerapan manajemen risiko dilakukan secara efektif pada
pelaksanaan aktivitas penyediaan dana, dengan cara memantau perkembangan dan
permasalahan dalam aktivitas bisnis lembaga keuangan terkait risisko kredit,
termasuk penyelesaian kredit bermasalah 3. Dewan komisaris memantau penyediaan
dana, termasuk meninjau penyediaan dana dengan jumlah besar atau diberikan
kepada pihak terkait.
Kecukupan Sumber Daya Manusia untuk Risiko Kredit Harus memiliki sumber daya
manusia (relationship officer, account officer, analisi kredit) yang memadai. •
Organisasi Manajemen Risiko Kredit Beberapa unit terkait adalah : 1. Unit bisnis yang
melaksanakan aktivitas pemberian kredit 2. Unit pemulihan kredit yang melakukan
penanganan kredit bermasalah 3. Unit manajemen risiko, khusunya yang menilai dan
memantau risiko kredit.
2. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit manajemen risiko

Strategi Manajemen Risiko Strategi manajemen risiko kredit harus sejalan dengan
tujuan perusahaan untuk menjaga kualitas kredit, laba, dan pertumbuhan usaha. •
Tingkat Risiko yang akan Diambil dan Toleransi Risiko Perusahaan harus

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
menetapkan limit risiko kresit sesuai tingkat risiko yang diambil, toleransi risiko, dan
strategi korporasi. • Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko Lembaga keuangan
harus mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur secara
tepat sehingga : (1) mendukung penyediaan dana yang sehat, (2) memantau dan
mengendalikan risiko kredit, (3) melakukan evaluasi secara benar dalam
memanfaatkan peluang usaha baru, (4) mengidentifikasi dan menangani kredit
bermasalah.
3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian
risiko serta sistem informasi manajemen risiko
4. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh Rivai dan Veithzal (2007:814-
823) menjelaskan lebih lanjut tentang proses penerapan manajemen risiko
kredit, yaitu:- identifikasi/penilaian, -pengukuran, pengelolaan dan monitoring

Referensi :
Hardanto SS. 2006. Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Jakarta(ID): Elex Media
Komputindo.
Djohanputra B. 2006. Manajemen risiko terintegrasi. Jakarta(ID): Penerbit PPM
Sastradipoera K. 2001. Manajemen Perbankan. Bandung(ID): Kappa Sigma

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id

You might also like