You are on page 1of 60

1

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (NYERI)
DI RUANG ICVCU RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

Oleh :
FIVI OKTAVIA
2020-02-14901-008

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh:

Nama : FIVI OKTAVIA

Nim : 2020-02-14901-008

Judul : Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar


Manusia (Nyeri) di Ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Dasar Profesi pada
Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Henry Wiyono, Ns., M. Kep) (Sri widiati S.Kep, Ners.)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh:

Nama : FIVI OKTAVIA

Nim : 2020-02-14901-008

Judul : Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar


Manusia (Nyeri) di ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Dasar Profesi pada
Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Henry Wiyono, Ns., M. Kep) (Sri Widiati S.Kep, Ners.)

Mengetahui

Ketua Program Studi Ners

Meilitha Carolina, Ners., M. Kep.

iii
4

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan
keperawatan stase keperawatan dasar profesi ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Nyeri) di Ruang ICVCU
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. drg. Yayu Indriaty, Sp.KGA selaku Direktur RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya yang telah menyediakan tempat bagi pelaksanaan Praktik Profesi Ners Stase
Keperawatan Dasar Profesi STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penyusun
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Profesi Ners Keperawatan.
3. Ibu Meilitha Carolina,Ners,M.kep selaku Ketua Program Studi Ners yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penyusun.
4. Bapak Henry Wiyono Ns, M. Kep. selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan Asuhan
Keperawatan.
5. Ibu Sri Widiati S.kep.Ners., selaku pembimbing klinik yang telah banyak
memberi bimbingannya dalam menyelesaikan Laporan pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan.
6. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan asuhan
keperawatan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa asuhan keperawatan ini jauh dari
sempurna.Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga asuhan keperawatan ini dapat berguna bagi pengembangan
ilmu kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan dasar profesi dan semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat dan karunia-Nya kepada kita
semua.
Palangka Raya, November 2020

Penulis
5

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia


1.1.1 Definisi nyeri
Secara umum nyeri adalah suatu rasa tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri di definisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya di ketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut internasional assciationfor study of pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadi kerusakan
actual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya nyeri.
Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh
stimulus spesifik seperti mekanik, termal, kimia atau elektrik pada ujung – ujung
syaraf serta dapat diserahterimakan kepada orang lain. Nyeri adalah suatu sensori
yang tidak menyenagkan dari suatu pengalaman emosional disertai kerusakan jaringan
secara aktual maupun potensial atau kerusakan jaringan secara menyeluruh (Asmadi,
2016).
Nyeri merupakan keadaan jika individu mengalami sensasi ketidaknyamanan
dalam merespon suatu rangsangan yang tidak menyenangkan (Lynda Juall, 2017).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan nyeri adalah adalah suatu
perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh stimulus spesifik seperti
mekanik, termal, kimia atau elektrik pada ujung – ujung syaraf yang bisa
mempengaruhi seseorang dan eksistensinya.
6

1.1.2 Klasifikasi Nyeri


Nyeri diklasifikasikan berdasar beberapa hal, antara lain:
1. Berdasarkan waktu durasi nyeri:
1) Nyeri akut: nyeri yang berlangsung kurang dari 3 bulan, mendadak akibat
trauma atau inflamasi, tanda respons simpatis, penderita anxietas sedangkan
keluarga suportif.
2) Nyeri kronik: nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan, hilang timbul atau
terus menerus, tanda respons parasimpatis, penderita depresi sedangkan keluarga
lelah.
2. Berdasarkan etiologi
1) Nyeri nosiseptif: rangsang timbul oleh mediator nyeri, seperti pada pasca
trauma operasi dan luka bakar.
2) Nyeri neuropatik: rangsang oleh kerusakan saraf atau disfungsi saraf, seperti
pada diabetes mellitus, herpes zooster.
3. Berdasarkan intensitas nyeri
1) Skala visual analog score: 1- 10
2) Skala wajah Wong Baker: tanpa nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat.
4. Berdasarkan lokasi
1) Nyeri superfisial: nyeri pada kulit, subkutan, bersifat tajam, terlokasi.
2) Nyeri somatik dalam: nyeri berasal dari otot, tendo, tumpul, kurang terlokasi.
3) Nyeri visceral: nyeri berasal dari organ internal atau organ pembungkusnya,
seperti nyeri kolik gastrointestinal dan kolik ureter.
4) Nyeri alih/referensi: masukan dari organ dalam pada tingkat spinal
disalahartikan oleh penderita sebagai masukan dari daerah kulit pada segmen
spinal yang sama.
5) Nyeri proyeksi: misalnya pada herpes zooster, kerusakan saraf menyebabkan
nyeri yang dialihkan ke sepanjang bagian tubuh yan diintervasi oleh saraf
yang rusak tersebut sesuai dermatom tubuh.
6) Nyeri phantom: persepsi nyeri dihubungkan dengan bagian tubuh yang hilang
seperti pada amputasi ekstremitas.
7

1.1.3 Mekanisme Nyeri


Tiga hal penting dalam mekanisme nyeri yakni: mekanisme nosisepsi, perilaku
nyeri, dan plastisitas nyeri.
1. Mekanisme nosisepsi
1) Proses transduksi adalah rangsang noksius dapat berasal dari bahan kimia,
seperti yang terjadi pada proses inflamasi menimbulkan sensitisasi dan
mengaktifasi reseptor nyeri. Bisa juga diartikan sebagai pengubahan berbagai
stimuli oleh reseptor menjadi impuls listrik yang mampu menimbulkan
potensial aksi akhiran saraf.
2) Proses transmisi adalah penyaluran impuls saraf sensorik dilakukan oleh
serabut A delta bermyelin dan serabut C tak bermyelin sebagai neuron
pertama, kemudian dilanjutkan traktus spinothalamikus sebagai neuron kedua
dan selanjutnya di daerah thalamus disalurkan sebagai neuron ketiga sensorik
pada area somatik primer di korteks serebri.
3) Proses modulasi terjadi pada sistem saraf sentral ketika aktivasi nyeri dapat
dihambat oleh analgesik endogen seperti endorphine, sistem inhibisi sentral
serotonin dan noradrenalin, dan aktivitas serabut A beta.
4) Proses persepsi merupakan hasil akhir proses interaksi yang kompleks,
dimulai dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi sepanjang aktivasi
sensorik yang sampai pada area primer sensorik korteks serebri dan masukan
lain bagian otak yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan subyektif
yang dikenal sebagai persepsi nyeri atau disebut dengan kesadaran akan
adanya nyeri.
2. Perilaku Nyeri (Neuromatrik Melzack)
Neuromatrik adalah sistem yang kompleks, meliputi jaras-jaras yang melibatkan
medulla spinalis, thalamus, jaringan abu-abu periaaqueductal, korteks
somatosensorik, dan sistem limbik. Faktor yang mempengaruhi neuromatrik
termasuk faktor genetik, keadaan fisiologik, faktor psikososial, termasuk masukan
aferen primer yang dianggap dari kerusakan jaringan, sistem imunoendokrin,
sistem inhibisi nyeri, tekanan emosi, dan status penyakit. Neuromatrik dianggap
bertanggung jawab terhadap pembentukan persepsi kita terhadap nyeri dan
menentukan perilaku nyeri.
8

3. Mekanisme adaptif menjadi maladaptif


Mekanisme adaptif mendasari konsep nyeri sebagai alat proteksi tubuh, merujuk
kerusakan jaringan pada proses inflamasi dan trauma pada nyeri akut. Pada nyeri
fisiologik, nyeri memiliki tendensi untuk sembuh dan berlangsung terbatas selama
nosisepsi masih ada, serta dianggap sebagai gejala penyakit. Pada nyeri kronik,
fenomena allodinia, hiperalgesia, nyeri spontan bukan saja menjadi gejala tetapi
merupakan penyakit tersendiri. Keadaan nyeri patologik terjadi ketika nosisepsi
tetap timbul setelah penyembuhan usai dan tidak proporsional dengan kelainan
fisik yang ada. Mekanisme maladaptif terjadi karena plastisitas saraf di tingkat
perifer maupun sentral. Tingkat perifer, mekanisme ditimbulkan oleh sensitisasi
nosiseptor, aktivitas ektopik termasuk timbulnya tunas-tunas baru di bagian distal
lesi dan di ganglion radiks dorsalis saraf lesi, Interaksi antara serabut saraf dan
timbulnya reseptor adrenergic alfa-2. Pada tingkat sentral, mekanisme
ditimbulkan oleh sensitasi sentral.

1.1.4 Etiologi
Etiologi yang dapat menyebabkan gangguan nyeri menurut Potter dan Perry
tahun 2005, yaitu:
1. Faktor resiko
1) Nyeri akut
(1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
(2) Menunjukkan kerusakan
(3) Posisi untuk mengurangi nyeri
(4) Muka dengan ekspresi nyeri
(5) Gangguan tidur
(6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
(7) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
2) Nyeri kronis
(1) Perubahan berat badan
(2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
(3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
(4) Kelelahan
9

(5) Perubahan pola tidur


(6) Takut cedera
(7) Interaksi dengan orang lain menurun
2. Factor predisposisi
1) Trauma
2) Peradangan
3) Trauma psikologis
3. Factor presipitasi
1) Lingkungan
2) Suhu ekstrim
3) Kegiatan
10

Tabel 1.1 Perbedaan Antara Nyeri Akut dan Kronik


Perbandingan Nyeri Akut dan Kronik
Nyeri Akut Nyeri Kronik
Ringan sampai berat Ringan sampai berat
Respons system saraf simpatik: Respons sistem saraf
Peningkatan denyut nadi parasimpatik; Tanda-tanda
Peningkatan tekanan darah vital normal
Diaforesis Kulit kering, hangat
Dilatasi pupil Pupil normal atau dilatasi
Berhubungan dengan cedera jaringan Terus berlanjut setelah penyembuhan
Hilang dengan penyembuhan Klien tampak depresi dan menarik diri
Klien tampak gelisah dan cemas Klien sering kali tidak menyebutkan
Klien melaporkan rasa nyeri rasa nyeri kecuali ditanya
Klien menunjukan perilaku yang Perilaku nyeri sering kali tidak muncul
mengindikasikan rasa nyeri; menangis,
menggosok area nyeri, memegang area
nyeri.
1.1.5 Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut
merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
.
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke
hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif
pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit
Chayatin, N.Mubarak, 2007).
11

Pathway

Trauma Trauma Trauma Trauma Agen Cedera Trauma


Mekanik Termal Kimiawi Elektrik Biologis Psikologis

Kontak dengan jaringan


sekitar

Terpajan ujung
saraf

Tranduksi stimulus: stimulus diubah menjadi impuls

Transmisi: melalui serabut saraf A dan serabut saraf C

Impuls ke batang otak

Dari thalamus disebarkan ke daerah somasensorius


(Koteks Serebral)

Sensasi nyeri

Respon apektif Sinyal nyeri berulang


(>3bulan)

Nyeri Akut
Perubahan kimia
pada jalur saraf

Hipersensitifitas
terhadap sinyal nyeri

Nyeri Kronis
12

1.1.6 Manifestasi klinis


Tanda dan gejala nyeri
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
1.1.7 Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan laboratorium
darah dan pemeriksaan radiologi
1. Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah:
1) Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan,merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi lingkungan
dan pengalaman.
2) Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektifdari
seseorang yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat tidak mampu
merasakan nyeri yang dialami oleh pasien
3) Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang
dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-
obatan, hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan perhatian, kepercayaan
yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi
antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang kunjung tidak
hilang, sakit, dan lain-lain.
4) Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon
seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan
13

menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi
oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi nyeri,pengalaman
masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut,
cemas, usia, dan lain-lain.

1.1.8 Penatalaksanaan medis keperawatan


1. Non farmakologi
1) Relaksasi distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu
Contoh : membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain
2) Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :Kompres
dingin, counteriritan, seperti plester hangat.
2. Farmakologi adalah obat:
1) Obat
2) Injeksi
3. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan laboratorium
darah dan pemeriksaan radiologi

1.2 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan Nyeri


1.2.1 Pengkajian
Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri
akut adalah :
a. Mengkaji perasaan klien ( respon psikologis yang muncul )
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri

Untuk pasien dengan nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah
dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif (NIH,1986:
McGuire, 1992)
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan perawat di dalam mulai
mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien (Donovan & Girton, 1984).
Mengidentifikasi komponen-komponen atau pengumpulan data terd=sebut
14

diantaranya :
a) Karakteristik nyeri (Metode P,Q,R,S,T)
1) Faktor Pencetus (P: Provocate)
Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringanya nyeri. Provokatif yaitu apa
yang membuat terjadi timbulnya keluhan, hal apa saja yang memperingan dan
memperberat keadaan atau keluhan klien tersebut yang dikembangkan dari
keluhan utama.
2) Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan suatu subjektif yang di ungkapkan oleh klien,
mendeskripsikan nyeri dengan kalimat –kalimat, tajam tumpul, berdenyut,
berpindah-pindah, seperti tertindih, perih dan tertusuk.
3) Lokasi (R: Region)
Daerah perjalanan nyeri, lokasi keluhan tersebut dirasakan atau ditemukan,
apakah juga penyebaran ke area lain daerah atau area penyebaranya.
4) Keparahan (S: Severe)
Pengkajian untuk mengambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan,
nyeri sedang atau nyeri berat.
5) Durasi (T:Time)
Kapan keluhan mulai ditemukan atau dirasakan, berapa sering dirasakan atau
terjadi,apakah secara bertahap, apakah keluhan berulang-ulang. Bila berulang
dalam selang waktu berapa lama hal itu untuk menentukan waktu dan durasi.
Lama waktu serangan dan prekuensi nyeri.
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
c) Riwayat nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan
situasi tersebut dengan kata – kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu
perawat memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia berkoping terhadap
aspek, antara lain :
1) Penentuan ada tidaknya nyeri
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien menunjukkan
15

area nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan dengan bantuan gambar


tubuh. Klien biasanya menandai bagian tubuhnya yang mengalami nyeri. Ini
sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang memiliki lebih dari satu sumber
nyeri.
2) Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan
terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang paling
sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka “0” menandakan tidak
nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan nyeri ‘terhebat” yang
dirasakan klien. Intensitas nyeri diketahui dengan bertanya kepada klien melalui
skala nyeri wajah, yaitu Wong-Baker FACES Rating Scale yang ditunjukkan
untuk klien yang tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala
angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal
dan lansia yang mengalami gangguan komunikasi. Ada tiga cara menggkaji
yang bisa digunakan yaitu :

Skala nyeri Numerik

Skala nyeri deskriptif


16

Skala analog visual


Sumber: Ikawati & Anurogo (2018)

Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut adalah intensitas nyeri sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi. Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah
0-10 angka skala intensitas nyeri.
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara objeyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik)
4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan nyeri,
dan dapat mengikuti perintah dengan baik)
7-9 : Nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan nyeri,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan
distraksi)
10 : Nyeri sangat berat (Klien sudah tidak dapat berkomunikasi)
17

Penggunaan Wong Baker Faces Paint Rating Scales ( penilaian skala


nyeri wajah) yaitu digunakan untuk anak usia tiga tahun atau lebih.

Verbal paint Asesment Scale ( penilaian nyeri secara verbal) untuk anak
usia 8 tahun keatas.

3) Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk.
Perawat perlu mencatat kata-kata yang dipakai klien untuk menggambarkan
nyerinya sebab informasi yang akurat dapat berpengaruh besar pada diagnosis
dan etiologi nyeri serta pilihan tindakan yang diambil.
4) Pola
Pola nyeri meliputi : waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan
kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan
nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan kapan
nyeri terakhir muncul.
5) Faktor presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri sebagai
contoh : aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu,
18

faktor lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau panas), stresor fisik dan
emosional juga dapat memicu munculnya nyeri.
6) Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi mual,muntah, pusing dan diare. Gejala tersebut bisa
disebabkan oleh awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.
7) Pengaruh aktifitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktifitas harian
klien akan membantu perawat memahami persepsi klien tentang nyeri.
Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu
makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan pernikahan,
aktivitas dirumah, aktivitas waktu senggang serta status emosional.
8) Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi
nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya
atau pengaruh budaya.
9) Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada situasi,
derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak faktor lainnya.
Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut lelah, depresi atau
perasaan gagal pada diri klien.

d) Observasi perilaku dan fisiologis


Banyak respon nonverbal/ perilaku yang bisa dijadikan indikator nyeri
diantaranya :
1) Ekspresi wajah ;
- Menutup mata rapat-rapat
- Membuka mata lebar-lebar
- Mengigit bibir bawah
2) Vokalisasi
- Menangis
- berteriak
19

3) imobilisasi (bagian tubuh yang mengalami nyeri akan akan digerakkan tubuh
tanpa tujuan yang jelas) :
- menendang – nendang
- membolak-balikan tubuh diatas kasur
- sedangkan respon fisiologis bervariasi tergantung pada sumber dan durasi
nyeri.
(https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/kebutuhan-rasa-aman-
askep-nyeri)

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, kimiawi, dan fisik
(D.0077 ; hal 170).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan dan imobilitas ( D.0056, hal 128)
3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan
mobilitas,bahan kimia iritatif, suhu lingkungan yang ekstrim, faktor mekanis dan
kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan atau melindungi
integritas jaringan. (D.0129 hal. 282).
20

1.2.3 Intervensi keperawatan


Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri ( I.08238)
pencedera fisiologis, kimiawi, dan fisik selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat Observasi:
(D.0077 ; hal 170). nyeri menurun dengan kriteria hasil - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Definisi : Pengalaman sensorik atau sebagai berikut: frekuensi, kualitas intensitas nyeri.
emosioal yang berkaitan dengan - Kemampuan menuntaskan aktifitas - Identifikasi skala nyeri
kerusakan jaringan aktual atau meningkat (skor 5) - Identifikasi respon nyeri nonverbal
fungsional, dengan onset mendadak - Keluhan nyeri menurun (skor 5) - Identifikasi faktor yang memperberat dan
atau lambat dan berintensitas ringan - Meringis menurun (skor 5) memperingan nyeri.
hingga berat yang berlangsung kurang - Sikap protektif menurun ( skor 5 ) - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
dari 3 bulan. - Gelisah menurun (skor 5) tentang nyeri
- Kesulitan tidur menurun ( skor 5) - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
- TTV seperti nadi, pernafasan dan respon nyeri.
tekanan darah membaik ( skor 5) - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
( L.08066, hal.145) hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
21

analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
- Penyebab dan, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
22

mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat.
- Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk
menggurangi nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

2. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah diberikan Asuhan keperawatan Manajemen energi (I.05178, halm.176)
dengan ketidakseimbangan antara selama 3 x 24 jam diharapkan toleransi Observasi :
suplai dan kebutuhan oksigen, tirah aktivitas meningkat dengan kriteria hasil - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
baring, kelemahan dan imobilitas ( : mengakibatkan kelelahan
D.0056, hal 128) - Kemudahan melakukan aktivitas - Monitor kelelahan fisik dan emosional
sehari- hari meningkat ( skor 5 ) - Monitor pola dan jam tidur
- Kekuatan tubuh meningkat ( skor 5 ) - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
- Keluhan lelah menurun ( skor 5 ) selama melakukan aktivitas
- Dipsnea saat dan setelah aktifitas Terapeutik :
menurun ( skor 5 ) - Sediakan lingkungan yang nyaman dan
23

- Aritmia saat dan setelah aktifitas rendah stimulus ( misalnya cahaya, suara
menurun ( skor 5 ) dan kunjungan)
- Sianosis menurun ( skor 5 ) - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
- Perasaan lemah ( skor 5 ) atau aktif
- Frekuensi nadi, tekanan darah dan - Berikan aktifitas distraksi yang
frekuensi nafas membaik ( skor 5 ) menenangkan
- Saturasi oksigen ( skor 5 ) - Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika tidak
(L.05047, halm 149) dapat berpindah atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
24

meningkatkan asupan makanan

3. Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah diberikan Asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit ( I.11353, hal.316)
berhubungan dengan penurunan selama 3 x 24 jam diharapkan integritas Observasi :
mobilitas,bahan kimia iritatif, suhu kulit dan jaringan meningkat dngan - Identifikasi penyebab gangguan
lingkungan yang ekstrim, faktor kriteria hasil : integritas kulit (misalnya perubahan
mekanis dan kurang terpapar informasi - Elastisitas meningkat (skor 5) sirkulasi, perubahan status nutrisi,
tentang upaya mempertahankan atau - Hidrasi meningkat (skor 5) penurunan kelembaban, suhu lingkungan
melindungi integritas jaringan. (D.0129 - Perfusi jaringan meningkat (skor 5) ekstrim, penurunan mobilitas)
hal. 282). - Kerusakan jaringan dan lapisan kulit Terapeutik :
menurun (skor 5) - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Nyeri menurun (skor 5) - Lakukan pemijatan pada area penonjolan
- Perdarahan menurun (skor 5) tulang jika perlu
- Kemerahan menurun (skor 5) - Bersihkan perineal dengan air hangat,
(L.14125, halm.33) terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/ alami
dan hipoalergik pada kulit sensitif
25

- Hindari produk berbahan dasar alkohol


pada kulit kering
Edukasi :
- Anjurkan menggunakan pelembab ( mis.
Lotion, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
- Anjurkan menghindar terpapar suhu yang
ekstrim
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada di luar rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan air
secukupnya
26

1.2.4 Implementasi
Lakukan, informasikan, dan tuliskan, adalah frase tindakan implementasi.
Melakukan asuhan keperawatan dengan dan untuk klien. Menginformasikan hasil
dengan cara berkomunikasi dengan klien dan anggota tim layanan kesehatan lain,
secara individual atau dalam konferensi perencanaan. Menuliskan informasi dengan
cara mendokumentasikannya sehingga penyedia layanan kesehatan selanjutnya dapat
melakukan tindakan dengan tujuan dan pemahaman. Selalu ingat bahwa komunikasi
dan dokumentasi yang adekuat akan memfasilitasi kontinuitas asuhan (Rosdahl dan
Kowalski, 2017)
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis, perencanaan,
dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah dalam
mengevaluasi asuhan keperawatan adalah, menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan, dan
perencanaan untuk asuhan di masa depan.
Menurut Dinarti, dkk, (2013). Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assesment, planning). Komponen SOAP
yaitu S (subyektif) dimana perawat menemukan keluhan klien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan. O (obyektif) adalah data yang berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah selesai
tindakan keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data subyektyif dan
obyektif (biasanya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan), P (planning) adalah
perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau
ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.
27

DAFTAR PUSTAKA

Amin H, 2012. Aplikasi asuhan keperawatan Berdasarkan NANDA NOC NIC.


Yogyakarta: Media Hardy

Ahmad Redho dkk. 2019. Pengaruh Self Healing Terhadap Penurunan Skala Nyeri.
Jakarta: Jurnal

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3.
Jakarta: EGC

(https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/kebutuhan-rasa-aman-askep-nyeri)

Lukman, & Ningsih, N. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika

Log book mahasiswa stikes eka harap Program studi ners angkatan viii ta. 2020-
2021 Stase KDP, KMB, keperawatan maternitas Dan keperawatan anak

North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnosis: Definition


and Classification 2009-2011. NANDA International. Philadelphia.

M.A Henderson. 2000. Ilmu Bedah untuk Perawat. Yogyakarta : Yayasan Essentia
Medika

Mansjoer, A. Dkk . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculopius

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
28

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KELOLAAN

2.1 Pengkajian Keperawatan


Nama Mahasiswa : Fivi Oktavia
Ruang Praktek : Ruang ICVCU
Tanggal Praktek : 1 November 2020
Tanggal Dan Jam Pengkajian : 1 November 2020 Jam 08.00 WIB
2.1.1 Identitas Klien
Nama: : Tn. B
Umur: : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama: : Islam
Pekerjaan: : Swasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Alamat : Desa Wonorejo Muara teweh
Tgl MRS : 30 November 2020
Diagnosa Medis : ACS Stemi
2.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan :
- P : nyeri dada setelah melakukan aktivitas
- Q : seperti tertusuk-tusuk
- R : nyeri terasa menyebar di area dada kiri tembus kebelakang
- S : ringan (3)
- T : dirasakan 1-2 kali dalam 1 jam muncul secara tiba-tiba

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, sudah mengeluh nyeri dada
tembus kebelakang dan sesak nafas pada tanggal 30 november 2020 pasien
dibawa kerumah sakit puruk cahu karena kondisi pasien tambah sesak hingga
29

keluarga membawa ke Rumah sakit puruk cahu kemudian dokter menyarankan


untuk rujuk ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya untuk mendapat
penanganan lebih lanjut dengan peralatan yang lebih memadai. Pada tanggal 30
november 2020 pasien tiba di IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
pukul 21.54 wib dalam keadaan nyeri dada tembus kebelakang ( skala nyeri 7)
,sesak nafas, pasien sadar penuh, TD 110/70mmhg, N : 114x/m, RR 24 x/m, S ;
36,9, dan SPO2 96% pasien langsung diberikan terapi oksigen nassal kanul 4 lpm,
terapi infus NaCl 0,9% 14 tpm, injeksi ceftriaxone 2 x 1 gram, injeksi ranitidin 2
x 1 amp, injeksi ODR 4mg 3 x 1, injeksi arixtra 2,5 ml 1x 1, aspilet 1 x 80mg,
CPG x 75 mg, PCT 3 x 500 mg, curcuma 3 x 1 Setelah mendapat penanganan di
IGD pasien lalu harus menjalani rawat inap di ruang ICVCU (ruang Jantung)
untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lain sebelumnya, dan pasien
juga tidak pernah menjalani tindakan operasi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarganya yaitu ayah pasien pernah menderita
penyakit hipertensi.
5. Genogram Keluarga 3 Generasi

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal
30

: HubunganKeluarga

: Tinggal Satu Rumah

2.1.3 Pemeriksaan Fisik


2.1.3.1 Keadaan Umum
Keadaan umum pasien tampak lemah, wajah tampak meringis sambil
memegang dada kiri, tingkat kesadaran compos mentis, terpasang oksigen nassal
kanul 3 lpm, infus terpasang pada tangan kiri NaCl 0,9 % 14 tpm, pasien tampak
berbaring di tempat tidur dengan posisi semifowler
2.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah tampak meringis, bentuk
badan sedang , berbicara lancar, posisi berbaring semifowler, penampilan cukup rapi,
fungsi kognitif, orientasi waktu pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam,
orientasi orangpasien dapat mengenali keluarga maupun petugas kesehatan, orientasi
tempat pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight baik,
mekanisme pertahanan diri adaptif.
2.1.3.3 Tanda-tanda Vital
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengkajian pada Tn. B di dapat hasil
tekanan darah 110/65 mmHg, nadi 86 x/menit, suhu 36˚C pada axilla (ketiak), dan
respirasi 20 x/ menit.
2.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien simetris, kebiasaan merokok tidak ada , pasien mengalami
nyeri dada, tidak ada sesak , tipe pernafasan dada, irama pernapasan teratur, suara
nafas bronchovesikuler dan tidak ada suara tambahan.
Masalah keperawatan : tidak ada
2.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Pasien mengalami nyeri dada, tidak ada kram kaki, tidak pucat, tidak ada
clubbing finger, tidak sianosis, tidak ada sakit kepala, tidak ada palpitasi,Capillary
31

refill<2 detik, tidak ada edema, tidak ada asites, ictus cordis tidak terlihat, tidak ada
peningkatan vena jugularis, suara jantung normal S1 S2 tunggal.
Keluhan lainnya : P : nyeri dada kiri setelah beraktifitas, Q : seperti tertusuk-
tusuk, R : nyeri terasa tembus kebelakang, S : nyeri ringan pada skala 3, T : dirasakan
1-2 kali dalam 1 jam secara mendadak.
Masalah keperawatan : Nyeri Akut
2.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E: 4 (dengan spontan membuka mata), V: 6 (orientasi baik), M : 6
(bergerak sesuai perintah) dan total Nilai GCS: 15 (Comphos Mentis), kesadaran Tn.
B comphos mentis, pupil Tn. B isokor tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan dan
kiri positif.
32

Uji Syaraf Kranial :


Penilaian fungsi saraf kranial: syaraf kranial I (olfaktoris): pada pemeriksaan ini
menggunakan minyak kayu putih, pasien mampu mengetahui bau tersebut. Syaraf
kranial II (optikus): pasien mampu melihat orang-orang disekitarnya dengan baik.
Syaraf Kranial III (okulomotorius): pasien mampu membuka mata dan menutup mata.
Syaraf kranial IV (trochlear): pasien mampu menggerakaan bola mata dengan baik.
Syaraf kranial V (trigeminus): pasien dapat mengunyah dengan baik. Syaraf VI
(abdusen): pasien dapat menggerakan bola matanya kesamping, kanan, dan kiri.
Syaraf kranial VII (fasialis): pasien mampu menggerutkan dahi dan mengangkat alis
secara simetris. Syaraf kranial VIII (vestibulokokhlearis): pasien mampu
mendengarkan kata-kata yang kita bicarakan dengan jelas. Syaraf kranial IX
(glosofaringeus):pasien mampu membedakan rasa pahit, manis, asam dan asin.
Syaraf kranial X (vagus): refleks menelan baik. Syaraf kranial XI (assesorius): pasien
mampu menggerakan lehernya dengan baik, pasien mampu menoleh kekiri dan ke
kanan. Syaraf kranial XII (hipoglosus): pasien mampu menggerakkan lidahnya
dengan baik.
Uji Koordinasi:
Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif, ekstrimitas bawah tumit
ke jempol kaki positif. Uji kestabilan tubuh uji kestabilan tubuh Tn. J positif. Refleks
kanan dan kiri positip tidak ada yang mengalami kekakuan, uji sensasi Tn. B tidak di
kaji tidak ada keluhan dan tidak ada masalah dalam pergerakan atau mental Tn. B
2.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin(bladder)ditemukan hasil yaitu,
produksi urine dengan output 250 ml/ 7 jam, bau pesing, tidak ada masalah/lancar,
menggunakan kateter Tidak ada oliguri, poliuri, dysuri, tidak menetes, tidak ada
nyeri, tidak panas.
Tidak ada masalah keperawatan
2.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir lembab,
gigi lengkap dan tidak terdapat caries, reflek mengunyah baik, tidak ada peradangan
dan kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah, mukosa bibir
lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan pada rektum, tidak
33

terdapat hemoroid, BAB 1x/hari dengan warna kuning dan konsistensi feses masih
lembek .
Tidak ada masalah keperawatan
2.1.3.9 Tulang - Otot - Integumen (Bone)
Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen(bone)ditemukan hasil yaitu,
kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada parises, tidak ada nyeri, bengkak,
kekakuan, serta ukuran otot simetris, tulang belakang normal dan uji kekuatan otot
ekstremitas atas 5 5 dan ekstremitas bawah 5 5 , tidak ada deformitas, peradangan dan
patah tulang.
Tidak ada Masalah Keperawatan
2.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan.
Suhu kulit Tn.B hangat , warna kulit normal tidak ada kelainan, turgor kulit halus
tidak kasar maupun kemerahan tidak ada peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur
rambut lurus, dibubusi rambut merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan tidak
ada masalah keperawatan.
2.1.3.11 Sistem Penginderaan
2) Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan Tn. B baik, gerakan bola mata normal, sklera normal/putih,
konjungtiva anemis, kornea bening, tidak ada keluhan dan nyeri yang di rasakan
klien, pasien juga tidak menggunakan alat bantu atau kacamata.
Tidak ada masalah keperawatan
3) Hidung/Penciuman
Fungsi penciuman pasien baik, hidung simetris tidak ada peradangan maupun
kelainanan yang di alami pasien.
2.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar
tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
34

2.1.3.13 Sistem Reproduksi


Reproduksi tidak ada mengalami kemerahan, gatal-gatal, perdarahan, tidak
ada kelainan pada uretra, kebersihan cukup bersih.
Tidak ada masalah
2.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
2.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting dan pasien percaya terhadap
tindakan yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
2.1.4.2 Nutrisi dan Metabolisme
Tinggi badan 160 cm, berat badan sebelum sakit 60 kg, berat badan saat sakit
59 kg. Diet rendah garam, nasi lembek, TKTP (tinggi kalori, tinggi protein), tidak ada
kesukaran menelan atau normal. Saat pengkajian pasien tampak sakit sedang, pasien
mampu menghabiskan 1 porsi makanan.
IMT : BB/TB (m)2 = 59 /1,6 x 1,6 = 59/ 2,56 = 23,04 kg/m2
Laki – laki IMT normal = 18 – 25 kg/m2
Tabel 2.1 Pola Makan pasien
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x1 hari 3x1 hari
Porsi 1 gelas ( 100 ml ) 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Susu Nasi, lauk, sayur
Jenis Minuman Air putih,susu Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 300 cc/24 jam ± 1500 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

2.1.4.3 Pola istirahat dan tidur


Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-7 jam sedangkan
pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 4-5 jam dan siang hari 1 jam Masalah
keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
35

2.1.4.4 Kognitif
Setelah diberikan penjelasan pasien mengetahui tentang penyakit yang
diderita dan pasien juga mengetahui tentang tindakan yang akan dilakukan.
Masalah: Tidak ada masalah
2.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri: pasien ingin
cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang suami dan
ayah harga diri: pasien merasa selalu dihargai, Peran: pasien adalah sebagai suami
sekaligus Pencari nafkah.
Masalah Keperawatan: tidak ada
2.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas pasien sebelum sakit dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri,
saat sakit pasien dianjurkan untuk bedrest di tempat tidur dan untuk aktivitas dibantu
oleh keluarga dan perawat.
Keluhan lain : pasien mengatakan “saya merasa mudah lelah dan dada terasa nyeri
saat beraktivitas”
Masalah Keperawatan : intoleransi aktivitas
2.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada istrinya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
2.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Pasien memeluk agama islam, pasien mengatakan semua tindakan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan tidak ada yang bertentangan dengan pola
keyakinan.
Masalah Keperawatan: tidak ada
2.1.5 Sosial-Spritual
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
2. Bahasa sehari-hari
36

Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa jawa dan Indonesia.
3. Hubungan dengan keluarga
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
5. Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Tn. B adalah istri dan anak.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama keluarga.
2.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang lainnya)
1. Pemeriksaan Laboratorium 30 November 2020
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
Glukosa – Sewaktu 176 mg/dL <200
Creatinin 1.07 mg/dL 0,7-1,5
Ureum 23 g/dL 21-53
Troponin >50 mg/dl < 30
WBC 23, 20 [10^3/ul] 4,50 – 11,00
HGB 15,2 g/dL 10,5 – 18,0
PLT 271 [10^3/ul] 150 - 400
HCT 43,3 % 37 – 48

Tabel 2.2 Data Penunjang Tn. B


2. Pemeriksaan EKG ditemukan Sinus takikardi
37

2.1.7 Penatalaksanaan Medis

Nama Obat Indikasi


Inf. Nacl 0,9% 14 tpm Nacl 0,9% membantu mengganti cairan
tubuh pasien,
Inf. Ceftriaxone 2 x 1 gr Obat
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp Adalah obat yang digunakan untuk
mengurangi atau menghambat sekresi asam
lambung berlebih.
Injeksi ondansentron 4 mg 3x1 sebagai antiemetik untuk mengurangi mual
dan muntah
Injeksi arixtra 2,5 mg 1 x 1 mencegah terjadinya pembekuan darah atau
tromboemboli vena
Cpg 75mg( 1-0-0) Adalah obat untuk menghambat
pembentukan trombus
aspilet 1 x 80 mg ( 1 -0-0) mencegah proses agregasi trombosit pada
pasien infark miokard dan pasien angina
tidak stabil , serta mencegah serangan
serebral iskemik sesaat. Obat ini juga bisa
digunakan sebagai analgesik non steroid.
PCT 3 x 500mg meredakan rasa sakit dan demam
Curcuma 3 x 1 suplemen makanan dan memperbaiki nafsu
makan
38

2.2 Analisis Data


DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : P : nyeri dada setelah Suplai O2 ke miokard Nyeri Akut
melakukan aktivitas
Q : seperti tertusuk-tusuk Metabolisme anaerob
R : nyeri terasa menyebar di
area dada kiri tembus kebelakang Produksi asam laktat
S : ringan ( skala 3) meningkat
T : dirasakan 1-2 kali dalam 1
jam muncul secara tiba-tiba Merangsang nosiseptor
DO :
- Ekspresi wajah pasien tampak Merangsang
meringis pengeluaran mediator
- Pasien tampak memegang dada kimia (serotonin
kiri (area nyeri) histamine,
- Tanda-tanda vital prostaglandin,
TD : 110/65 mmHg bradikilin
N : 86 x/menit
S : 36, oC Merangsang ujung
RR : 20 x/menit saraf-saraf bebas

Impuls

Ditransfer ke modula
melalui radik dorsalis

Thalamus

Kortek serebri

Persepsi nyeri

Nyeri akut
39

Ds : pasein mengatakan “saya Penurunan perfusi Intoleransi aktivitas


merasa mudah lelah dan dada terasa perifer
nyeri saat beraktivitas”
ketidakseimbangan
Do : antara suplai dan
kebutuhan O2
- Pasien tampak lemah
- Pasien dianjurkan untuk penurunan kemampuan
tubuh
bedrest
- ADL dibantu keluarga imobilisasi
selama di rumah sakit
Intoleransi aktivitas
- Terpasang O2 nasal kanul 3
liter/menit
- Hasil TTV :
TD : 110/60 mmHg
N : 86x/m
RR : 20 x/m
S : 36 oC
- SPO2: 98%
40

2.3 Prioritas Masalah

1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan dibuktikan dengan, P : nyeri dada


setelah melakukan aktivitas, Q : seperti tertusuk- tusuk, R : nyeri terasa menyebar
di area dada kiri tembus kebelakang, S : ringan (3), T : dirasakan 1-2 kali dalam 1
jam muncul secara tiba-tiba. Ekspresi wajah pasien tampak meringis, pasien
tampak memegang dada (area nyeri), tanda-tanda vital, TD : 110/65 mmHg, N : 86
x/menit, S : 36,0oC, RR : 20 x/menit
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan imobilisasi ditandai
dengan, Pasien mengatakan “saya merasa mudah lelah dan dada terasa nyeri saat
beraktivitas”. Px tampak lemah, dianjurkan untuk bedrest, ADL dibantu oleh
keluarga, tanda-tanda vital, TD : 110/65 mmHg, N : 86 x/menit, S : 36,0oC, RR :
20 x/menit, O2 nasal kanul 3 l/m.
41

2.4 Rencana Keperawatan


RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien :Tn. B
Ruang Rawat : ICVCU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi lokasi, 1. Memantau nyeri agar dapat
dengan peradangan pada keperawatan selama 3 x karakteristik, durasi, mengetahui intervensi yang
paru dibuktikan dengan, P : 24 jam diharapkan tingkat frekuensi, kualitas dan sesuai
nyeri dada setelah nyeri menurun dengan intensitas nyeri serta skala 2. Teknik untuk mengalihkan
melakukan aktivitas, Q : kriteria hasil sebagai nyeri perasaan nyeri
seperti tertusuk- tusuk, R : berikut: 2. Berikan teknik non- 3. Supaya pasien dapat
nyeri terasa menyebar di - Kemampuan farmakologi untuk mengidentifikasi nyeri
area dada kiri tembus menuntaskan aktifitas mengurangi rasa nyeri dengan tepat
kebelakang, S : ringan (3), meningkat (skor 5) 3. Anjurkan memonitor nyeri 4. Penggunaan analgetik yang
T : dirasakan 1-2 kali - Keluhan nyeri menurun secara mandiri tepat adalah supaya tidak
dalam 1 jam muncul secara (skor 5) 4. Anjurkan menggunakan membuat ketergantungan
tiba-tiba. Ekspresi wajah - Meringis menurun (skor analgetik secara tepat pada obat.
pasien tampak meringis, 5) 5. Kolaborasi dalam 5. Pemberian analgetik adalah
pasien tampak memegang - Sikap protektif menurun ( pemberian obat analgetik tindakan farmakologi
42

dada (area nyeri), tanda- skor 5 ) untuk meredakan nyeri


tanda vital, TD : 110/65 - Gelisah menurun (skor 5)
mmHg, N : 86 x/menit, S : - Kesulitan tidur menurun (
36,0oC, RR : 20 x/menit skor 5)
- TTV seperti nadi,
pernafasan dan tekanan
darah membaik ( skor 5)
- ( L.08066, hal.145)
43

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien :Tn. B
Ruang Rawat : ICVCU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
2. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan Asuhan 1. Identifikasi gangguan 1. Menentukan respon pasien
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 fungsi tubuh yang terhadap aktivitas dan
kelemahan fisik dan jam diharapkan toleransi mengakibatkan kelelahan sapat mengindikasikan
imobilisasi ditandai aktivitas meningkat dengan dan monitor lokasi dan kekurangan oksigen pada
dengan, Pasien mengatakan kriteria hasil : ketidaknyamanan selama miokard, sehingga harus
: “saya merasa mudah lelah - Kemudahan melakukan melakukan aktivitas mengurangi tingkat
dan dada terasa nyeri saat aktivitas sehari- hari 2. Sediakan lingkungan yang aktivitas, bedrest,
beraktivitas”. Px tampak meningkat ( skor 5 ) nyaman dan rendah perubahan regimen
lemah, dianjurkan untuk - Kekuatan tubuh stimulus ( misalnya cahaya, pengobatan, atau
bedrest, ADL dibantu oleh meningkat ( skor 5 ) suara dan kunjungan) penggunaan oksigen.
keluarga, tanda-tanda vital, - Keluhan lelah menurun ( 3. Motivasi pasien untuk 2. Istirahat yang cukup dapat
TD : 110/65 mmHg, N : 86 skor 5 ) melakukan tirah baring. meningkatkan kondisi
x/menit, S : 36,0oC, RR : - Dipsnea saat dan setelah Batasi aktivitas yang tubuh dan energi pasien
20 x/menit, O2 nasal kanul aktifitas menurun ( skor 5 menyebabkan nyeri dada 3. Mengurangi beban kerja
3 l/m. ) atau respons jantung yang miokard dan konsumsi
44

- Aritmia saat dan setelah buruk. Berikan aktivitas oksigen, serta mengurangi
aktifitas menurun ( skor 5 pengalihan yang bersifat risiko komplikasi,
) nonstres. misalnya perparahan infark
- Sianosis menurun ( skor 5 4. Lakukan latihan rentang miokard. Pasien tanpa
) gerak pasif dan atau aktif komplikasi infark miokard
- Perasaan lemah ( skor 5 ) 5. Berikan aktifitas distraksi didorong untuk terlibat
- Frekuensi nadi, tekanan yang menenangkan dalam aktivitas yang
darah dan frekuensi nafas 6. Kolaborasi dengan ahli gizi ringan diluar tempat tidur,
membaik ( skor 5 ) tentang cara meningkatkan termasuk jalan-jalan kecil
- Saturasi oksigen ( skor 5 asupan makanan 12 jam setelah kejadian.
) 7. Kolaborasikan pemberian 4. Membantu untuk melatih
(L.05047, halm 149) multivitamin/ suplemen. kekuatan otot pasien dan
- mencegah kekakuan otot.
5. Aktifitas distraksi dapat
membantu mengurangi
nyeri dan mengurangi stres
yang dialami pasien
tentang kondisinya
6. Asupan makanan yang
45

adekuat dapat
mempercepat pemulihan
dan meningkatkan energi
klien.
46

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda Tangan Dan Nama


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Perawat
Selasa, 1 Desember 2020 1. Mengkaji : S : Klien mengatakan “dada saya
Pukul 08.30 wib - P : menanyakan faktor sudah tidak terasa nyeri dengan
yang meningkatkan nyeri skala nyeri 0”
dan meringankan nyeri. O:
- Q : bagaiman nyeri - Klien tampak tidak gelisah
dirasakan,apakah nyeri - Klien sudah tidak memegang
terasa ditusuk-tusuk, area nyeri ( dada kiri )
tertindih atau diremas- - TTV :
remas. TD : 110/70 mmHg Fivi Oktavia
- R : area nyeri N : 82 x/menit
- S : intensitas dan skala R : 20 x/menit
nyeri S : 36 oC
- T : waktu timbulnya nyeri A: Masalah teratasi
dan lamanya nyeri. P: Lanjutkan intervensi no 1
Memberikan teknik non- walaupun nyeri sudah tidak ada
farmakologi untuk lagi
mengurangi rasa nyeri
08.35 wib 2. Menganjurkan pasien untuk
memantau dan
47

memberitahukan jika nyeri


timbul dan kegiatan apa saja
yang membantu mengurangi
nyeri.
08.40 wib 3. Menganjurkan pasien untuk
menggunakan obat pereda
nyeri yang sudah diresepkan
oleh dokter
4. Mengajarkan tekhnik
09.00 wib manajemen nyeri seperti
- Menonton tv
- Mendengarkan lagu yang
menenangka
- Membaca buku
- Relaksasi nafas dalam
5. Mengkolaborasi dalam
pemberian obat analgetik
07.00 wib - Aspilet 1 x 80 mg ( jam
14.00 wib 07.00 wib )
- PCT 3 x 500mg ( jam
14.00, 22.00 dan 06.00
wib)
48

1. Mengkaji aktivitas apa saja


Selasa, 1 Desember 2020 S: Pasien mengatakan badannya
yang membuat pasien
11.00 wib masih lemah untuk melakukan
merasa lelah aktivitas
2. Menyediakan lingkungan O:
11.30 wib yang nyaman dan membatasi - Pasien masih dianjurkan
untuk bedrest
kunjungan dari keluarga - Pasien mampu berpindah
11.35 wib 3. Menganjurkan pasien untuk dari satu tempat ke tempat Fivi Oktavia
cukup istirahat, minimal yang lain tanpa bantuan
alat dan orang lain
tidur 8 jam/hari
- Terpasang O2 nasal kanul
11.40 wib 4. Melakukan latihan rentang 3 l/m
gerak pasif - TTV :
TD : 110/70 mmHg
5. Memberikan aktifitas
11.40 wib N : 82 x/menit
distraksi yang menenangkan R : 20 x/menit
seperti membaca buku dan S : 36 o C
A: Masalah teratasi sebagian
mendengarkan musik yang
P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
menenangkan dan 6
11.50 wib 6. Mengkolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
49

makanan yaitu diet rendah


lemak, rendah garam dan
tinggi protein dan serat
14.00 wib 7. Mengkolaborasikan dalam
pemberian multivitamin/
suplemen.
- Curcuma 3 x1 tab
50

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENYULUHAN KESEHATAN PADA KLIEN Tn.B DAN KELUARGA


TENTANG MANAJEMEN NYERI PADA JANTUNG DI RUANG ICVCU
RSUD dr. SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :
FIVI OKTAVIA
NIM : 2020.02.14901.008

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2020
51

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manajemen Nyeri


Sub pokok bahasan : Mengenal Nyeri Dada Pada Pasien Dengan Penyakit
Jantung dan penangananya
Sasaran : Pasien dan keluarga
Waktu : 20 Menit
Hari/tanggal : Selasa, 1 Desember 2020
Tempat : Di Ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Jam : 09.00 WIB
Penyuluh : Fivi Oktavia

1.1 Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan selama  20 menit, diharapkan pengetahuan keluarga
klien tentang pengelolaan manajemen nyeri pada pasien penyakit jantung dapat meningkat.
1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta mampu:
1. Mengetahui pengertian nyeri pada pasien jantung
2. Mengetahui tentang pengertian manajemen nyeri
3. Mengetahui penyebab nyeri
4. Mengetahui tanda dan gejala nyeri
5. Mengetahui intensitas nyeri
6. Mengetahui tentang cara pencegahan nyeri pada pasien jantung
7. Menjelaskan menejemen nyeri secara nonfarmakologi
1.3 Metode
Metode yang digunakan pada penyuluhan kesehatan ini adalah :
1.3.1 Ceramah
1.3.2 Tanya jawab
1.4 Media
Adapun media yang digunakan adalah Leaflet
1.5 Materi
1. Pengertian nyeri
2. Penyebab nyeri
3. Tanda dan Gejala nyeri
4. Intensitas nyeri
5. Manajemen nyeri non farmakologi
52

1.6 Kegiatan Penyuluhan


No Waktu Kegiatan penyuluhan Metode
1 3 menit Pembukaan :
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam.
2) Memperkenalkan diri Ceramah
3) Menjelaskan tujuan penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang akan diberikan

2 10 menit Pelaksanaan :
1) Menggali pengetahuan klien tentang nyeri pada
pasien jantung
2) Menjelaskan tentang pengertian nyeri dada pada
pasien jantung Ceramah
3) Menjelaskan pengertian tentang manajemen
nyeri
4) Menjelaskan tentang penyebab nyeri dada pada
pasien jantung
5) Menjelaskan tentang tanda dan gejala nyeri pada
pasien jantung
6) Menjelaskan tentang intensitas nyeri
7) Menjelaskan pencegahan terjadinya nyeri
jantung
8) Menjelaskan tekhnik manajemen nyeri
3 5 menit Evaluasi :
Memberi kesempatan klien atau keluarga untuk Diskusi & Tanya
bertanya jawab

4 2 menit Terminasi :
1. Mengucapkan terima kasih atas peran serta
pasien dan pengunjung di ruang ICVCU Ceramah
2. Mengucapkan salam penutup

1.7 Evaluasi
1.7.1 Evaluasi Struktural
1.7.1.1 Tempat dan alat sesuai rencana
1.7.1.2 Peran dan tugas sesuai rencana
1.7.1.3 Setting tempat sesuai dengan rencana
1.7.1.4 Evaluasi Proses
1.7.1.5 Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan
53

1.7.1.6 Selama kegiatan semua peserta aktif


1.7.2 Evaluasi Hasil
1.7.2.1 Peserta dapat mengetahui tentang pengertian nyeri pada pasien jantung
1.7.2.2 Peserta dapat mengetahui tentang manajemen nyeri
1.7.2.3 Peserta dapat mengetahui tentang penyebab nyeri dada pada pasien jantung
1.7.2.4 Peserta dapat mengetahui tanda dan gejala nyeri pada pasien jantung
1.7.2.5 Peserta mengetahui tentang intensitas nyeri
1.7.2.6 Peserta mengetahui tentang pencegahan terjadinya nyeri jantung
1.7.2.7 Peserta mengetahui tekhnik manajemen nyeri
54

MATERI PENYULUHAN
MANAJEMEN NYERI

2.1 Pengertian tentang nyeri pada pasien jantung


Secara umum nyeri adalah suatu rasa tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri di
definisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya di ketahui
bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Nyeri dada pada jantung koroner terasa sakit di sebelah dada kiri yang menyebar ke
tangan, leher dan tengkuk, nyerinya seperti ditindih dan untuk tahap awal biasanya nyeri dada
akan berkurang dengan istirahat(dr. Arief wibowo,2019).

2.2 Pengertian Manajemen nyeri


manajemen nyeri adalah suatu kumpulan prosedur medis yang bertujuan untuk
meredakan atau menghilangkan nyeri pada pasien.
2.3 Penyebab Nyeri dada Pada Pasien Jantung
1. Penyumbatan pembuluh darah menuju jantung

2. Penurunan pasokan oksigen ke otot jantung karena adanya sumbatan pembuluh darah
55

3. Otot jantung yang lemah


4. Aktivitas berlebihan yang membuat beban kerja jantung meningkat
2.4 Tanda dan Gejala Nyeri Dada Pada Pasien Jantung

2.5 Intensitas nyeri

Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara objeyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik)
4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan nyeri,
dan dapat mengikuti perintah dengan baik)
7-9 : Nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan nyeri,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan
distraksi)
56

10 : Nyeri sangat berat (Klien sudah tidak dapat berkomunikasi)

2.6 Pencegahan terjadinya Nyeri Jantung


1. Berhenti merokok

2. Menurunkan berat badan jika mengalami kelebihan berat badan/obesitas


• Wanita lingkar perut tidak lebih dari 80 cm
• Laki –laki lingkar perut tidak lebih dari 90 cm

3. Makan rendah lemak, rendah garam dan tinggi protein


4. Istirahat yang cukup, dan tidur minimal 8 jam setiap hari
5. Hindari stress
6. Lakukan aktifitas sesuai kemampuan dan anjuran dokter
2.7 Tekhnik manajemen Nyeri
a. Distraksi
Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal-hal lain sehingga
lupa terhadap nyeri yang dirasakan.
Contoh :
1) Membayangkan hal-hal yang menarik dan indah
57

2) Membaca buku,koran sesuai dengan keinginan


3) Menonton tv
4) Mendengarkan musik, radio, dan lain-lain
b. Relaksasi
Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau
nyeri, stres fisik dan emoosi pada nyeri. Sejumlah teknik relaksasi dapat dilakukan
untuk mengendalikan rasa nyeri itu dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam
sistem syaraf pusat otonom.
Tahapan relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstreitas
atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal tiga kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali
58

DAFTAR PUSTAKA

(https://sardjito.co.id/2019/11/01/memahami-nyeri-dada-pada-jantung-koroner/ )

https://mpitsjournal.wordpress.com/2019/11/02/gjn-mm/
59
60

You might also like