You are on page 1of 31

LAPORAN PENDAHULUAN

IMPAIRMENT OF HEARING, VISION AND SMELL


A. Konsep Teori
1. Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah individu yang berada dalam tahapan usia
dewasa akhir, dengan usia diatas 60 tahun (Widyanto, 2014). Lanjut
usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan,
hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang
terkait dengan usia (Aru, 2009). Usia tua menurut Hurlock (2006)
adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode dimana sesorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu
yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh
manfaat. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa lansia
adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang dengan usia 65
tahun ke atas sehingga terjadi perubahan-peubahan seperti penurunan,
kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan
perubahan lingkungan.
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua dan masa tua meruupakan masa hidup manusia yang terakhir. Saat
lanjut usia seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, sosial
secara bertahap (Azizah, 2011).
2. Batasaan umur lanjut usia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun Depkes, membagi
lansia sebagai berikut :
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa
vibrilitas
2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3) Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium
3. Teori tentang Proses menua
a. Teori Biologik
1) Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi
2) Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
3) Autoimun
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
4) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah dipakai.
5) Teori radikal bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi
bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal
ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
b. Teori Sosial
1) Teori aktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial
2) Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan
ganda yakni:
 Kehilangan peran
 Hambatan kontrol sosial
 Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup
seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada
saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus
aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada
pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
d. Teori Psikologi
1) Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari
dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku
manusia. Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang
berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi,
mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya
sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut
tercapai.
2) Teori individual jung
Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak ,
masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai
lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran
sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini
kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah
subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri
(introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat
pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting
bagi kesehatan mental
4. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan fisik
1) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,
berkurangnya cairan intra dan extra seluler
2) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat
dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca
indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran
timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya
keratin
3) Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan
hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris,
lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
4) Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi
kaku , kemampuan jantung memompa darah menurun 1 %
setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, tekanan darah mening.
5) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan
elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.
Kedalaman pernafasan menurun.
6) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan
gizi buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi
selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %,
kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa
manis dan asin
7) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi
atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %,
GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap
glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya
menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc
sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang
akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami
oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang
vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan
menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
8) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi
hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan
basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
9) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan
jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi
kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal.
Kuku menjadi keras dan rapuh.
10) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan
makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang
yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut
dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban
bergerak. otot kram dan tremor.
b. Perubahan Mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat
sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan,
tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan.
Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama faktor
penolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian baru, masih
terekam baik kejadian masa lalu.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan
pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, merasa
terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan
karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu
untuk mandiri serta cenderung bersifat entrovert.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan
5) Lingkungan
c. Perubahan Perubahan Psikososial
Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan
sangat beragam, tergantung pada kepribadian individu yang
bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupan
nya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan
dirinya dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan
bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa pensiun dengan
menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat untuk
memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan
kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak
pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman
yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk dirumah atau
bermain domino di klub pria lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu
membuat mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang
berguna.
1) Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah
dalam kuantitas maupun kualitas pada masa lanjut usia.
Lazimnya minat dalam aktifitas fisik cendrung menurun dengan
bertambahnya usia. Kendati perubahan minat pada usia lanjut
jelas berhubungan dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak
dapat diragukan bahwa hal hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosial.
2) Isolasi dan Kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut
usia terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang
mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Makin
menurunnya kualitas organ indera yang mengakibatkan ketulian,
penglihatan yang makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya
membuat orang lanjut usia merasa terputus dari hubungan
dengan orang-orang lain.
Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih
parah lagi adalah perubahan sosial, terutama mengendornya
ikatan kekeluargaan. Bila orang usia lanjut tinggal bersama
sanak saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran
terhadapnya, tetapi jarang menghormatinya. Lebih sering terjadi
orang lanjut usia menjadi terisolasi dalam arti kata yang
sebenarnya, karena ia hidup sendiri.
Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan
perasaan dengan akal melemah dan orang cendrung kurang
dapat mengekang dari dalam prilakunya. Frustasi kecil yang
pada tahap usia yang lebih muda tidak menimbulkan masalah,
pada tahap ini membangkitkan luapan emosi dan mereka
mungkin bereaksi dengan ledakan amarah atau sangat
tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa yang menurut kita
tampaknya sepele.
3) Peranan Iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut
memungkinkan orang yang sudah tua tidak begitu membenci
dan merasa kuatir dalam memandang akhir kehidupan dibanding
orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir tidak dapat
disangkal lagi bahwa iman yang teguh adalah senjata yang
paling ampuh untuk melawan rasa takut terhadap kematian. Usia
lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran religius
dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan iman bahwa kematian
bukanlah akhir tetapi merupakan permulaan yang baru
memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan
tenang dan tentram.
d. Perubahan Spritual.
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan
(Maslow,1970)
2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray
dan Zentner,1970).
3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer
(1978), Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat
ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan
contoh cara mencintai keadilan.

5. Perubahan perubahan Fisik Lansia


a. Sistem Penglihatan
Alat indera penglihat pada manusia adalah mata. Indera
penglihat (mata) disebut juga fotoreseptor karena mata sangat
peka terhadap rangsangan cahaya.
1) Bagian-bagian mata
Mata memiliki dua organ yang masing-masing memiliki
bagian- bagian tersendiri, yaitu organ luar dan organ dalam
yaitu:
a) Organ mata luar
(1) Alis mata, adalah bagian yang terdapat di atas kelopak
mata yang tersusun atas rambut – rambut. Alis mata
berfungsi untuk melindungi mata dari air dan kotoran
yang hendak masuk ke mata. Contohnya mata dapat
terlindung dari keringat dari atas alis mata
(2) Kelopak mata, adalah bagian yang menutupi sebagian
mata, dan berfungsi untuk melindungi serta
membersihkan mata. Kelopak mata dapat menutup
dan membuka. Kelopak mata memiliki gerak refleks
untuk berkedip jika terjadi sesuatu, misalnya ketika
intensitas cahaya yang diterima bola mata meningkat
secara tiba- tiba.
(3) Bulu mata, adalah bagian yang terdapat pada ujung
kelopak mata yang juga terdiri dari rambut – rambut
halus. Bulu Mata berfungsi untuk melindungi mata
dari kotoran dan juga untuk menyaring intensitas
cahaya yang masuk ke mata. Pada bulu mata terdapat
suatu kelenjar yang disebut kelenjar meibow yang
berfungsi menghasilkan lemak untuk mencegah kedua
kelopak mata lengket saat berkedip.
b) Organ mata dalam
(1) Sklera, adalah bagian dinding mata paling luar,
bagian ini berwarna putih buram dan bersifat keras
karena tersusun oleh jaringan ikat dengan serat yang
kuat. Skelara berfungsi untuk membungkus dan
melindungi bola mata dari kerusakan.
(2) Kornea, pada bagian depan skera terdapat bagian
bening yang terlihat cembung, bagian ini disebut
kornea. Kornea
berfungsi untuk melindungi lensa mata dan
meneruskan cahaya yang masuk ke mata. Kornea
selalu dibasahi oleh air mata, tidak memiliki
pembuluh darah dan bersifat tembus cahaya.
(3) Koroid, adalah bagian dinding mata lapisan tengah
yang berfungsi sebagai penyuplai oksigen dan nutrisi
untuk bagian lain, terutama bagi retina. Pada Koroid
terdapat banyak pembuluh darah oleh karena mudah
untuk transfer oksigen. Koroid umumnya berwarna
Coklat kehitaman atau hitam. Warna gelap pada
Koroid berfungsi agar cahaya tidak direfleksikan
(dipantulkan). Bagian depan koroid yang terputus
akan membentuk iris (selaput pelangi), pada bagian
tengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil.
(4) Retina, adalah bagian dinding paling dalam dari mata
yang berfungsi untuk menangkap bayangan benda
karena memiliki sel yang peka terhadap cahaya.
(5) Iris, merupakan bagian yang memberi warna pada
mata, mungkin sahabat pernah melihat orang yang
warna bola matanya coklat, hitam, biru atau hijau?
Nah irislah yang berperan untuk memberikan warna
pada bola mata manusia. Pada bagian Iris terdapat
pingmen warna, oleh karena itu iris sering disebut
selaput pelangi, iris terletak
pada bagian depan bola mata. Iris dapat mengkerut
dan mengembang, iris berfungsi untuk mengatur
pergerakan pupil sesuai dengan intensitas cahaya yang
masuk.
(6) Pupil adalah bagian lubang yang terdapat pada bagian
tengah iris yang berfungsi untuk mengatur banyak
sedikitnya cahaya yang masuk ke mata. Pupil akan
melebar apabila sedikit cahaya yang masuk ke mata
(dalam keadaan semakin gelap) , dan akan mengecil
apabila banyak cahaya yang masuk ke mata (dalam
keadaan semakin terang). Proses membesar dan
mengecilnya Pupil berguna agar cahaya yang masuk
tidak berlebihan dan tidak terlalu sedikit agar kita
tetap dapat melihat dengan baik.
(7) Lensa merupakan bagian yang bersifat lunak dan
transparan yang terdapat di belakang iris. Lensa
berfungsi untuk mengumpulkan dan memfokuskan
cahaya agar bayangan benda jatuh di tempat yang
tepat. Lensa memiliki kemampuan yang disebut daya
akomodasi, yaitu kemampuan untuk
menebal/menipisnya atau mencembung/memipihnya
lensa sesuai dengan jarak benda yang dilihat. Lensa
diikat oleh otot pemegang lensa, otot inilah yang
berfungsi dalam kemampuan daya akomodasi lensa.
Apabila lensa Akan semakin cembung
saat melihat benda yang dekat dan semakin memipih
saat melihat benda yang jauh.
(8) Kelenjar lakrima merupakan bagian mata yang
berfungsi untuk menghasilkan air mata yang akan
membasahi kornea, melindungi mata dari kuman,
menjaga mata dan kelopak mata bagian dalam agar
tetap lembut dan sehat.
(9) Saraf optik merupakan bagian yang berfungsi untuk
memberikan informasi visual yang diterima dan
diteruskan ke otak.
(10) Titik buta merupakan bagian yang berfungsi untuk
meneruskan dan membelokkan berkas saraf menuju
ke otak. Pada titik buta tidak terdapat sel – sel yang
peka terhadap rangsangan cahaya. Oleh karena itu
apabila bayangan benda jatuh pada bagian ini, maka
kita tidak dapat melihat.
2) Cara kerja mata
Sumber cahaya diterima oleh kornea. Dari kornea, cahaya
diteruskan ke pupil. Pupil menentukan jumlah cahaya yang masuk
ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil melebar jika kondisi
ruangan gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruang terang.
Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya. Iris berfungsi
sebagaimana diafragma. Diafragma ini difungsikan untuk sebagai
pengatur masuknya cahaya. Iris akan terlihat sebagai bagian
berwarna pada mata. Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan
meneruskannya ke retina. Fungsi lensa mata adalah untuk
mengatur fokus cahaya sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik
kuning retina. Untuk melihat benda yang jauh, lensa mata akan
menipis. Sedangkan untuk melihat benda yang dekat, lensa mata
akan menebal. Retina adalah bagian mata yang paling peka
terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik
kuning. Setelah dari retina, cahaya diteruskan ke saraf optik. Saraf
otak adalah saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina,
untuk menuju ke otak. Otak kemudian memproses bayangan
sehingga kita dapat melihat benda tersebut.
1) Perubahan penglihatan pada lansia
Perubahan penglihatan merupakan bagian dari
penyesuaian berkesinambungan yang datang dalam kehidupan
usia lanjut. Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang
dianggap normal dalam proses penuaan. Pada iris mengalami
proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami
depigmentasi tampak ada bercak berwarna muda sampai
putih. Pada pupil terjadi perubahan diameter dari 3 mm
menjadi 1 mm saat lansia. Sedangkan pada retina terjadi
degenerasi. Gambaran fundus mata mula-mula merah jingga
cemerlang, menjadi suram dan ada jalur-jalur berpigmen.
Jumlah sel fotoreseptor berkurang sehingga adaptasi gelap dan
terang memanjang dan terjadi penyempitan lapang pandang
(Darmojo, 2011). Perubahan penglihatan pada lanjut usia
antara lain penglihatan menurun, akomodasi lensa menurun,
iris mengalami arkus senilities, koroid memperlihatkan atrofi
di sekitar discus, lensa dibutuhkan lebih banyak cahaya untuk
melihat warna, konjungtiva menipis dan terlihat kekuningan,
air mata menurun infeksi dan iritasi meningkat, pupil
ukuranya berbeda (Stanly, 2006). Gangguan penglihatan pada
lansia:
a) Katarak (kekeruhan lensa mata pada usia tua)
b) Glaukoma (penyakit mata dengan tanda: tekanan intra-
okuler meninggi, penyempitan lapang pandang yang
terjadi pada usia 40 tahun).
c) Buta warna (umumnya tidak dapat membedakan warna
hijau dan briru).
d) Rabun dekat (gangguan pada mata yang menyebabkan
penderita tidak bisa melihat objek dekat dengan jelas
atau terlihat buram, namun biasanya benda yang jauh
justru terlihat jelas).
b. Sistem Penciuman
Alat indra penciuman pada manusia adalah hidung. Alat
penciuman terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf otak
nervus olfaktorius. Konka nasalis terdiri dari lipatan selaput lendir.
Pada bagian puncaknya terdapat saraf-saraf pembau. Saat kita
bernafas lewat hidung kita akan mencium bau suatu udara.
1). Bagian-bagian hidung
a) Sel-sel penyokong yang berupasel-selepitel
b) Sel-sel pembau (selolfaktori) yang berupa sel saraf sebagai
reseptor. Sel-sel olfactori sangat peka terhadap rangsangan
gaskimia (kemoreseptor).
2). Cara kerja hidung
Bau yang masuk ke dalam rongga hidung akan merangsang
saraf (nervus olfaktorius) dari bulbus olfaktorius. Indra bau
bergerakk melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan stasiun
penghubung hingga mencapai daerah penerima akhir dalam
pusat olfaktorius pada lobus temporalis di otak besar tempat
perasaan itu ditafsirkan. Rasa pencium di rangsan oleh gas yang
di isap dan kepekan akan rasa tersebut mudah hilang bila
hihadapkan pada suatu bau yang sama untuk waktu yang cukup
lama.
3). Perubahan penciuman pada lansia
Penurunan fungsi penciuman merupakan indikatorawal pada
penyakit neurodegeneratif. Rasa penciuman akan lemah apabila
selaput lendir hidung sangat kering, basah atau membengkak
seperti keadaan influenza. Rasa penciuman akan hilang sama
sekali akibat komplikasi dari suatu cedera pada kepala.
Ambang penciuman meningkat dengan bertambahnya usia.
Umur di atas 80 tahun, 75% kemampuan penciuman untuk
mengidentifikasi bau terganggu (Syaifuddin, 2006). Bebrapa
gangguan penciuman meliputi:
a) Anasomia, tidak bisa mendeteksi bau
b) Hiposomia, penurunan kemampuan dalam mendeteksi bau
c) Disosmia, distorsi identifikasi bau
d) Parosmia, perubahan persepsi pembauan meskipun
terdapat sumber bau, biasanya bau tidak enak
e) Phantosmia, persepsi bau tanpa adanya sumber bau
f) Agnosia, tidak bisa menyebutkan atau membedakan bau,
walaupun penderita dapat mendeteksibau.
Pada`penelitian`Citralestari.A.E,`Widayanti.J.R,
Widjaja.N.T, Tura.Y, didapatkan variabilitas jawaban
pada sepuluh aroma yang familiar pada lansia di Jakarta
dengan variabilitas terbanyak pada aroma jeruk (jawaban
benar 25, lain-lain 38, tidak menjawab 22). Minyak tanah
mempunyai variasi terendah (jawaban benar 59, lain-lain
14, tidak menjawab 12). Aroma aroma yang digunakan
untuk uji identifikasi fungsi olfaktori mempunyai
variabilitas jawaban yang besar, sehingga untuk uji
identifikasi aroma sebaiknya dilakukan dengan pilihan
jawaban.

c. Sistem Pengecapan
Indra pengecapan pada manusia adalah lidah. Lidah
mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan
kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot.
1). Bagian-bagian lidah
a) Papila filiformis (fili = benang). Papila ini berbentuk
seperti benang halus, jumlahnya banyak dan tersebar
diseluruh permukaan lidah. Terdapat dalam dinding
papillae sirkum valanta dan fungi forum, yang
berfungsi untuk menerima rasa sentuh, dari pada rasa
pengecap yang sebenarnya.
b) Papila sirkumvalata (sirkum = bulat). Papila ini
berbentuk bulat, tersusun berjejer membentuk huruf V
di belakang lidah. Jumlahnya delapan sampai dengan
dua belas buah. Sirkumvalata adalah jenis papillae
yang terbesar,dan masing-masing di kelilingi semacam
lekukan seperti parit.
c) Papila fungiformis (fungi = jamur), papila ini
berbentuk seperti jamur. Terlelak diujung dan di sisi
lidah.
2). Cara kerja sistem pengecapan
Saat makan atau minum,ujung-ujung saraf pengecap
akan menerima rangsangan. Rangsangan tersebut akan di
teruskan ke otak. Otak memproses rangsangan tersebut,
sehingga kita biasa mengecap makanan atau minuman.
3). Perubahan pada sistem pengecapan
Sistem pengecap pada mausia yaitu lidah. Biasanya
orang tua mengeluh tidak adanya rasa makanan. Makna
penting dari indera pengecap adalah bahwa fungsi
pengecap memungkinkan manusia memilih makanan
sesuai dengan keinginannnya dan mungkin juga sesuai
dengan kebutuhan jaringan akan substansi nutrisi tertentu
(Sunariani, 2007). Pada umumnya indera rasa pengecap
dianggap kurang penting di bandingkan indera lainnya,
karena penurunan fungsi atau gangguan pengecap jarang
berakibat fatal sehingga tidak mendapatkan perhatian
medis khusus. Gangguan indera rasa pengecap dapat
mengurangi kenikmatan hidup dan dapat menyebabkan
penderita menjadi tidak nyaman karena mempengaruhi
kemampuannya untuk menikmati makanan, minuman dan
bau yang menyenangkan. Kelainan ini juga berpengaruh
terhadap kemampuan penderita untuk mengenali bahan
kimia yang berbahaya, sehingga dapat menimbulkan
akibat yang serius (Sunariani,2007). Penurunan fungsi
pengecapan pada lidah menyebabkan kepekaan terhadap
rasa menurun dengan akibat berkurangnya nafsu makan
dan bertambahnya kecenderungan lansia untuk menambah
bumbu-bumbu seperti garam gula dan lain-lain.
Penelitian dilakukan oleh Sunariani.J, Yuliati,
Aflah.B, 2007 dengan judul Perbedaan Persepsi Pengecap
Rasa Asin antara Usia Subur dan Usia Lanjut dengan
hasilnya yaitu terdapat perbedaan persepsi pengecap rasa
asin antara usia subur dengan usia lanjut pada pemberian
NaCl konsentrasi 0,05 M sampai 0,125 M.
d. Sistem Pendengaran
Sistem pendengaran pada manusia yaitu telinga. mempunyai
reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Telinga dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah
dan telinga dalam (Astari.N.L.I, 2014).Telinga luar berfungsi
menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran
dari telinga luar ke telinga dalam.
1) Bagian-bagian telinga

Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah,
dan telinga dalam.
a) Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan
membran timpani (gendang telinga). Daun telinga manusia
mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang
mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul
getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai
dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing,
yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang telinga.
Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi
dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing
tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan
saluran luar dan gendang telinga tidak kering. Telinga luar
berfungsi menangkap getaran bunyi.
b) Telinga tengah Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara
untuk menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya
terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga
tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan
dengan telinga luar melalui membran timpani. Hubungan
telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui jendela
oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan
membran yang transparan. Selain itu terdapat pula tiga tulang
pendengaran yang tersusun seperti rantai yang
menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga
tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada
gendang telinga dan tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini
terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak
sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang
sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval.
Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat sendi
yang memungkinkan gerakan bebas. Fungsi rangkaian tulang
dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang
telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga
tengah ke jendela oval. Telinga tengah meneruskan getaran
dari telinga luar ke telinga dalam.
c) Telinga dalam.
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin
tulang dan labirin membran. Reseptor yang ada pada telinga
dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya
berupa impuls ke otak untuk diolah.
e. Cara kerja telinga
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar
menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan
oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur
koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di
dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan
menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa
di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang
dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran
timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran
pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan
menggetarkan`selaput-selaput basiler, yang akan
menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambutrambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah
rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran
basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan
kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat
pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.

f. Perubahan pendengaran pada lansia


Gangguan pendengaran merupakan masalah serius yang paling
sering dihadapi oleh seseorang karena dapat menimbulkan
gangguan dalam berkomunikasi saat bersosialisas. Gangguan
pendengaran sangat sering terjadi dan memiliki cakupan dan
tingkatan yang sangat luas dari gangguan pendengaran dengan
derajat yang tidak terdeteksi sampai derajat sangat berat
sehingga mengganggu sosialisasi. Di Amerika Serikat sekitar
10% dari populasi dewasa mengalami gangguan pendengaran.
Hampir 30-35% dari populasi usia diatas 65 tahun menderita
gangguan pendengaran dan sekitar 1,5-3,0% membutuhkan alat
bantu dengar (Astari, 2014). Penyebab gangguan pendengaran
tidak diketahui tetapi berbagi factor yang telah diteliti adalah
nutrisi, faktor genetika, suara gaduh, hipertensi, stress
emosional. Penurunan pendengaran terutama berupa
sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi
yang berkaitan dengan presbikusis. Penurunan pendengaran
sensorineural terjadi saat telinga bagian dalam dan komponen
saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf pendengaran, batang
otak atau jalur kortikal pendengaran). Penyebab dari perubahan
konduksi tidak diketahui, tetapi masih berkaitan dengan
perubahan pada tulang di dal;am telinga tengah, dalam bagian
koklear atau di dalam tulang mastoid. Ada beberapa gangguan
pendengaran yang terjadi pada lansia yaitu :
(1) Penumpukan serumen yaitu gangguan pendengaran yang
timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan
menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.
(2) Presbiakusis yaitu Dalam presbikusis, suara konsonan
derngan nada tinggi merupakan yang pertama kali
terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi secara bertahap.
karena perubahan berlangsung lambat, lanjut usia mungkin
tidak segera mencari bantuan yang dalam hal ini sangat
penting sebab semakin cepat kehilangan pendengaran dapat
diidentifikasi dan alat bantu diberikan, semakin besar
kemungkinan untuk berhasil. Karena kehilangan
pendengaran pada umunya berkangsung secara bertahap
(Stanly, 2006).
(1) Tinitus yaitu suatu bising yang bersifat mendengung, bisa
bernada tinggi atau rendah, bisa terus menerus atau
intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam
atau tempat yang sunyi.
(2) Persepsi pendengaran abnormal, sering terjadi pada sekitar
50% lansia yang menderita presbiakusis, yaitu berupa suatu
peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras.
Tingkat suara bicara yang pada orang normal terdengar
biasa tetapi pada penderita tersebut menjadi sangat
mengganggu.
(3) Gangguan terhadap lokasi suara yaitu gangguan dalam
membedakan arah suara, terutama dalam lingkungan yang
agak bising.
Penelitian ini di lakukan oleh Astari (2014) dengan
judul Uji Diagnostik HHIE-S Versi Indonesia untuk
Skrining Gangguan Pendengaran Usia Lanjut. Pada
penelitian ini dilakukan pada 90 subjek. Subjek dengan
gangguan pendengaran ringan (26-40 dB) sebanyak 21
orang (23,33%) dengan distribusi skor HHIE-S versi
Indonesia 0-10 sebanyak 8 orang, skor HHIE-S versi
Indonesia 12-24 sebanyak 12 orang dan skor 26-40
sebanyak 1 orang. Gangguan pendengaran sedang (41-55
dB) sebanyak 45 orang (50%) didapatkan skor HHIE-S
versi Indonesia 12-24 sebanyak 36 orang dan skor HHIE-S
26-40 dB sebanyak 9 orang. Sedangkan subjek dengan
gangguan pendengaran sedang berat sampai berat (56-90
dB) sebanyak 8 orang (8,89%) dengan skor HHIE-S versi
Indonesia 12-24 sebanyak 4 orang dan skor HHIE-S versi
Indonesia 26-40 dB sebanyak 4 orang. Subjek dengan
gangguan pendengaran sangat berat (>91 dB) tidak ada.
g. Sistem Peraba
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai
reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan.
1) Lapisan kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan
hipodermis. Masing-masing lapisan memiliki lapisan yang
berbeda. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing bagian
kulit:
a) Epidermis, kulit ari atau epidermis adalah lapisan paling
luar yang terdiri dari lapisan epitel gepeng. Unsur utamanya
adalah sel-sel tanduk (keratinosit dan sel melanosit.
Epidermis tersusun oleh sel-sel epidermis terutama serat-
serat kolagen dan sedikit serat elastis.
b) Dermis merupakan lapisan ke dua dari kulit. Batas dermis
(kult jangkat) yang pasti sukar ditentukan karena menyat
dengan lapisan subkutis (hipodermis). Ketebalannya
antara
0,5-3 mm. Kulit jangkat terdiri dari serat-serat kolagen,
serabut-serabut elastis, dan serabut-serabut retikulin.
c) Hipodermis atau lapisan bawah kulit terdiri dari jaringan
pengikat longgar. Hipodermis terdiri dari kumpulan sel-sel
lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut-serabut
jaringan ikat dermis.
2) Fungsi kulit
Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian
dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan
dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai
rangsangan, sebagai alat ekskresi, serta pengatur suhu
tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba,
kulit dilengkapi dengan reseptorreseptor khusus. Reseptor
untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah
epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di
dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang
sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat
epidermis.
3) Cara kerja kulit
Kita meraba suatu benda, rangsangan diterima
oleh ujung-ujung syaraf peraba kemudian rangsang tersebut
diteruskan ke otak. Otak akan memproses sehingga kita
dapat merasakan benda tersebut. Rasa tersebut dapat berupa
rasa kasar, halus, panas atau dingin dari benda.
4) Perubahan sistem peraba pada lansia
fungsi perabaan mencakup beberapa persepsi
sensorik (sentuhan, suhu, proprioception, dan nyeri).
Menurunnya fungsi peraba pada menyebabkan lansia tidak
sensitiv terhadap sentuhan. Pada sistem ini terjadi
kemunduran dalam merasakan sakit dan kemunduran dalam
merasakan tekanan, panas dan dingin.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan sebuah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan sebuah pengumpulan daya yang
sistematis dari berbagai macam sumber untuk mengevaluasi dan untuk
mnegidentifikasi status kesehatan pasien (Wahyuni, 2016).
a. Identitas
Identitas Lansia berupa nama, alamat, jenis kelamin, umur, status,
agama, suku, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, sumber
pendapatan, tempat tinggal sekarang, lama tinggal. Identitas klien
yang biasa dikaji pada gangguan presepsi sensori penglihatan
adalah usia karena gangguan penglihatan sering terjadi pada lansia
dengan umur diatas 50 tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1). Status kesehatan saat ini : keluhan terlazim yang biasa dirasakan
lansia dengan gangguan penglihatan yaitu pandangan atau
penglihatan kabur, kesulitan dalam memfokuskan pandangan,
pusing atau sakit kepala, mata lelah dan mengantuk (Dwi Antara
Nugraha, 2018).
2). Masalah kesehatan kronis : lansia diminta dan diajarkan untuk
mengisi format pengkajian masalah kesehatan kronis yang
bertujuan untuk mengetahui riwayat kesehatan kronis pasien.
Instrument yang dipergunakan yaitu pengkajian masalah kesehatan
kronis.
3). Riwayat kesehatan masa lalu : pada pasien dengan gangguan
penglihatan berat perlu diketahui pasien mengalami cedera mata
atau infeksi mata, serta menanyakan tentang penyakit apa yang
terakhir diderita (Dwi Antara Nugraha, 2018).
4). Riwayat Kesehatan Keluarga : bertanya kepada pasien apakah ada
riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek (Dwi Antara Nugraha, 2018).
c. Status Fisiologi
1). Pola Kesehatan Sehari-hari
a) Nutrisi
Mengkaji jenis makanan serta minuman yang dikonsumsi
lansia, kebiasaan makan, makanan yang disukai dan tidak
disukai, pantangan makan dan keluhan saat makan. Pada pasien
dengan gangguan penglihatan akut seperti contoh glaucoma
akut pasien akan merasakan mual dan muntah saat makan (Dwi
Antara Nugraha, 2018)
b) Eliminasi
Mengkaji frekuensi, konsistensi, kebiasaan serta keluhan
pasien saat buang air kecil maupun buang air besar.
c) Istirahat/tidur
Mengkaji pola istirahat tidur lansia, kegiatan yang biasa
dilakukan lansia sebelum tidur, rentang waktu lansia tidur saat
siang maupun malam hari. Pada lansia dengan gangguan
penglihatan yang berat biasanya mengalami kesukaran untuk
istirahat tidur karena terdapat rasa nyeri pada kepala.
d) Aktivitas Sehari-hari
Pada lansia dengan gangguan penglihatan berat akan
mengalami kesukaran untuk beraktivitas sehari-hari karena
pasien akan mengalami pandangan kabur, pandangan ganda,
kesulitan dalam membaca dan harus mengkaji apakah terjadi
pada satu mata atau dua mata (Dwi Antara Nugraha, 2018).
e) Personal Hygiene
Pada lansia dengan gangguan penglihatan seperti halnya
kebutaan, katarak, dan glaukoma akan mengalami kesulitan
dalam melakukan perawatan diri, karena pada pasien akan
mengalami pandangan seperti tertutup kabut.
2). Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda vital dan Status Gizi
Keadaan umum : tingkat kesadaran baik dengan GCS 15 yaitu
kondisi sadar sepenuhnya.
b) Sistem respirasi
Inspeksi : bila melibatkan sistem pernapasan, umumnya klien
dengan gangguan penglihatan ditemukan kesimetrisan rongga
dada, klien tidak sesak napas, serta tidak terdapat penggunaan
otot bantu pernafasan.
Palpasi : fremitus antara kanan dan kiri seimbang
Perkusi : suara resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara napas hilang atau melemah, pada sisi yang
sakit biasanya didapatkan suara napas tambahan seperti ronki
dan mengi
c) Sistem kardiovaskuler
Nadi mungkin meningkat, pada auskultasi suara S1 dan S2
tunggal serta tidak terdapat murmur.
d) Sistem Neurosensori
Gejala : keluhan nyeri kepala pada gangguan penglihatan berat,
terjadinya penglihatan kabur, respon terhadap cahaya,
pergerakan mata, kejelasan dalam melihat, ada atau tidaknya
kekeruhan pada lensa mata, ketajaman penglihatan yang
menurun serta perlu dilakukan pengkajian pada lapang
pandang.
e) Sistem pencernaan
Gejala : ketidakmampuan dalam mengkonsumsi maknan
ataupun cairan yang tidak adekuat karena mual, muntah,
anorexia.
f) Sistem metabolism-intergumen
Kulit tampak kotor pada pasien dengan gangguan penglihatan
berat karena tidak mampun melakukan perawatan diri.
didapatkan mukosa bibir serta turgor kulit yang mengalami
penurunan karena nafsu makan yang menurun.
g) Sistem genitourinaria
Produksi urine dalam batas normal serta tidak terdapat
keluhan pada sistem perkemihan.
d. Status Kognitif
Terjadi penurunan dalam pemecahan masalah, berkaitan dnegan
memori meliputi memori sensori,memori jangka panjang, jangka
pendek,dan memori jangka panjang kemampuan psikomotor juga
sedikit mengalami penurunan (Azizah, 2011).
e. Status Psikososial dan Spiritual
1). Psikologis
Persepsi lansia terhadap proses menua yang sedang dihadapi
apakah lansia menolak atau menerima, kebanyakan lansia
menolak terhadap proses menua yang dihadapinya. Harapan
lansia terhadap proses menua adalah mereka kebanyakan ingin
menghabiskan masa tua dengan orang terdekat. Lansia denga
gangguan persepsi sensori penglihatan biasanya mengalami
kesulitan dalam menjalani kegiatan sehingga terkadang
membuat lansia depresi. Perawat harus mengkaji status depresi
lansia dengan meminta lansia mengisi format pengkajian
tingkat depresi lansia. Instrument yang digunakan Inventaris
Depresi Geriatrik dan Inventaris Depresi Beck (Kushariyadi,
2012)
2). Sosial
Hubungan lansia dengan orang terdekat yang ada disekitarnya
yaitu petugas kesehatan dan teman satu wisma sebagai peran
sentral pada
tingkat kesehatan serta kesejahteraan. Pengkajian pada system
sosial dapat menghasilkan tentang jaringan pendukung.
Instrument yang digunakan yaitu pada format Apgar Lansia
(Kushariyadi, 2012).
3). Spiritual
Kegiatan keagamaan yang lansia ikuti, keyakinan terhadap
kematian, semakin tua usianya pada umumnya lansia akan
semakin takut pada kematian, dan biasanya lansia lebih sering
mengikuti kegiatan keagamaan dan taat dalam beribadah.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu kemampuan yang mengkaitkan data
dan menghubungkan data dengan konsep teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat sebuah kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan klien (Wahyuni, 2016). Analisa
data terdiri dari Data Subjektif dan Data Objektif. Data Subjektif diisi
berdasarkan dari perkataan klien dan analisa data diperoleh dari
pengkajian.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas,
singkat serta pasti mengenai masalah pasien yang nyata serta
penyebabnya dapat dipecahkan ataupun dapat diubah melalui suatu
tindakan keperawatan, dimana perawat memiliki lisensi serta
kompetensi untuk mengatasinya (Dermawan, 2012).
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah
sebagai berikut:
a. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
berkurangnya penglihatan
b. Isolasi sosial berhubungan dengan menarik diri
c. Gangguan Istirahat tidur berhubungan dengan perasaan tidak
senang
d. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
berkurangnya pendengaran
e. Gangguan persepsi sensori penghiduan berhubungan dengan
menurunnya syaraf penciuman dan perasa
f. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
spasme arterial.
Fokus diagnosa yang diambil dari studi kasus ini adalah
Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
berkurangnya penglihatan.
Gangguan persepsi sensori penglihatan merupakan suatu
perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal
yang disertai dengan respon yang berkurang,berlebihan atau
terdistorsi. Penyebab dari gangguan persepsi sensori yaitu gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan penghiduan, gangguan
perabaan, hipoksia serebral, penyalahgunaan zat, usia lanjut,
pemajanan toksin lingkungan. Terdapat beberapa kondisi klinis yang
terkait dari gangguan persepsi sensori pengihatan antara lain :
glaukoma, katarak, gangguan refraksi (myopia, hiperopia,
astigmatisma, presbiopia), trauma okuler, trauma pada saraf kranialis
II, III, IV dan VI akibat stroke, aneurisma intracranial, trauma/tumor
otak), infeksi okuler, presbikusis, malfungsi alat bantu dengar,
delirium, demensia, gangguan amnestik, penyakit terminal, gangguan
psikotik (PPNI, 2016).
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosis (SDKI) Tujuan&K/H (SLKI) Intervensi(SIKI)
D.0085 L.06053 Intervensi utama : Minimalisasi
Rangsangan
Gangguan persepsi sensori
Setelah dilakukan Observasi :
: penglihatan
intervensi keperawatan 1. Periksa status mental,
Definisi : suatu perubahan selama 3x24 jam maka
status sensori, dan tingkat
persepsi terhadap stimulus status neurologis membaik
kenyamanan (mis.nyeri,
baik internal maupun dengan kriteria hasil :
kelelahan)
eksternal yang disertai
1. Reaksi pupil meningkat Terapeutik :
dengan respon yang
2. Sakit kepala menurun
berkurang,berlebihan atau 2. Diskusikan tingkat
terdistorsi. 3. Pandangan kabur toleransi terhadap beban
Penyebab : menurun sensori (mis. terlalu terang)

1. Gangguan penglihatan 4. Ukuran pupil membaik 3. Batasi stimulus lingkungan


2. Gangguan pendengaran (mis. aktivitas)
5. Gerakan mata membaik
3. Gangguan penghiduan
4. Jadwalkan aktivitas harian
4. Gangguan perabaan
dan waktu istirahat
5. Hipoksia serebral Edukasi :
6. Penyalahgunaan zat
5. Ajarkan cara
7. Usia lanjut
meminimalisasi stimulus
8. Pemajanan toksin
(mis.mengatur
lingkungan
pencahayaan ruangan)
Kondisi Klinis Terkait :
Kolaborasi :
1. Glaukoma
6. Kolaborasi dalam
2. Katarak
meminimalkan
3. Gangguan refraksi prosedur/tindakan
(myopia,hiperopia,
7. Kolaborasi pemberian obat
astigmatisma,presbiopia)
yang mempengaruhi
4. Trauma okuler
persepsi stimulus
5. Trauma pada saraf
kranialis II,III,IV dan VI
akibat stroke,aneurisma
intracranial,trauma/tumor
otak)

6. Infeksi okuler

7. Presbikusis

8. Malfungsi alat bantu


dengar

Sumber : (SDKI SIKI SLKI, 2016-2018)

5. Implementasi
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun padaahap perencanaan.
Menurut (Wahyuni, 2016) implementasi tindakan keperawatan
dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat
secara professional antara lain:
a. Independent yaitu suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat
tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
b. Interdependent yaitu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya dengan tenaga sosial, ahli
gizi, fisioterapi serta dokter.
c. Dependen yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis.
Tindakan yang dapat dilakukan perawat dalam mengatasi
masalah gangguan penglihatan tersebut adalah perawat dapat
membantu klien yang mengalami perubahan sensori dengan
meningkatkan fungsi sensori yang sehat, dengan cara menyesuaikan
stimulus lingkungan dan dengan membantu klien dalam mengatasi
deficit sensori akut (Barbara Kozier, 2011).
6. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan
dengan meliatkan pasien, keluarga, serta tenaga kesehatan. Tujuan dari
evaluasi adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan criteria hasil pada perencanaan
(Wahyuni, 2016). Perumusan evaluasi formatif meliputi empat
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP yaitu :
S (Subjektif) : perkembangan suatu keadaan klien yang didasarkan
pada apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan oleh pasien.
O (Objektif) : perkembangan klien yang dapat diamati dan diukur oleh
perawat atau tim kesehatan lain.
A ( Analisis) : penilaian dari kedua jenis data(baik subjektif maupun
objektif) apakah berkembang kearah perbaikan atau kearah
kemunduran.
P (Perencanaan) : rencana penangan pasien yang telah didasarkan pada
hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya
apabila keadaan atau masalah belum teratasi.

You might also like