You are on page 1of 25

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEHAMILAN
Topik : Perdarahan Antepartum
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Praktik Stase Kehamilan
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:

Susi 2260351035

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan h

idayah-Nya sehingga laporan pendahuluan dapat penulis susun dengan baik. Susu

nan laporan pendahuluan ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan ketuntasan pr

aktik klinik stase kehamilan program studi pendidikan profesi bidan. Diharapkan

dengan penyusunan laporan ini, pemahaman kami tentang asuhan kebidanan beser

ta kajiannya dapat semakin dalam.

Mohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini terdapat kesalahan, dan

penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi terwuj

udnya laporan pendahuluan yang lebih baik lagi.

Bandung, 12 Juli 2023

Penulis

PAGE \* MERGEFORMAT 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
a. Latar Belakang..................................................................................................1
b. Tujuan...............................................................................................................3
c. Manfaat.............................................................................................................3
BAB II KONSEP TEORI......................................................................................4
a. Pengertian gangguan makan (eating disorder).................................................4
b. Jenis-Jenis Gangguan Makan (Eating Disorder).............................................4
1. Anoreksia Nervosa........................................................................................4
2. Bulimia nervosa..........................................................................................16
3. Binge eating disorder..................................................................................20
4. Body dysmorphic disorder..........................................................................25
5. Selective eating disorder.............................................................................26
6. Porsi makan berlebih..................................................................................26
7. Syndrom makan malam..............................................................................26
8. Eating syndrome at night............................................................................27
9. Prader willi syndrome.................................................................................27
10. Fobia jenis makanan.................................................................................27
c. Faktor-Faktor Gangguan Makan (Eating Disorder).......................................27
d. Pathway..........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33

PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Perkembangan tentang dunia kesehatan merupakan tindakan yang


dilakukan seluruh tenaga medis di Indonesia dengan tujuan meningkatnya
kesadaran diri, keinginan, dan kemampuan hidup sehat untuk diri itu sendi
ri agar terwujud tingginya angka kesehatan masyarakat untuk investasi su
mber daya manusia produktif sosial dan ekonomi. Angka kematian ibu (A
KI) yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator derajat kesehatan pa
da suatu wilayah (Wahab, 2017).

Angka kematian ibu (AKI) yaitu salah satu indikator yang bisa dig
unakan untuk mengetahui kesehatan dari wanita. Millennium Developmen
t Goals (MDGs) telah menentukan target AKI pada tujuan kelima dari MD
Gs adalah kesehatan ibu meningkat yang harus memenuhi target yang haru
s dicapai yaitu mengurangi 34 risiko jumlah kematian ibu (Hendrick, 201
5).

Indikator yang paling memengaruhi kualitas dan aksesibilitas fasili


tas pelayanan kesehatan yaitu (AKI). Menurut survey demografi dan Kese
hatan Indonesia (SDKI) angka kematian ibu (AKI) terkait kehamilan,persa
linan dan nifas adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Dilihat dari berba
gai negara di ASEAN, Indonesia masih memiliki angka yang tinggi (Wahy
u, 2019). Setelah survey kesehatan daerah AKI provinsi Jawa Tengah tahu
n 2007 tercatat 24.176 kelahiran hidup di antara 20 orang. Tujuan kementr
ian kesehatan yaitu turunnya Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 125 per 1
00.000 ketrampilan hidup pada tahun 2015. Namun tujuan ini tidak tercapa
i (Fajar, 2016).

AKI di dunia menurut data dari World Health Organization (WH


O) menyatakan bahwa (AKI) didunia lebih dari 585 ribu meninggal saat h
PAGE \* MERGEFORMAT 2

amil maupun melahirkan dari data tersebut bisa simpulkan bahwa setiap de
tik, menit atau jam terdapat ibu meninggal, sedangkan pada bayi baru lahir
sangat tinggi di dunia kira – kira pertahun sebesar 4 juta sedangkan perbua
n 1,4 juta bayi baru lahir meninggal (Maesaroh, 2019).

Faktor utama kematian rata – rata dengan komplikasi obsterik, mis


alnya pada kasus pendarahan berat antepartum (plasenta plevia atau solusi
o plasenta), dan pendarahan berat postpartum (atonia uteri, sisa plasenta da
n robekan jalan lahir) (Wahyu, 2018) perdarahan antepartum adalah keada
an darurat, yang terjadi 3% dari semua persalinan. Perdarahan obstetric bia
sanya terjadi pada trimester ketiga kehamilan dan dapat terjadi saat bayi la
hir atau lahirnya plasenta. Jika tidak ditindaklanjuti dengan tepat pada wak
tunya, akan menyebabkan syok yang fatal (Hendrick, 2015).Perdarahan A
ntepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan usia 20 minggu
dengan insiden 2-5%. (Alamsyah, 2012)

Perdarahan obstetric yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga d


an yang terjadi setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah perdarah
an yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat b
isa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu penyebabnya adalah plasenta
previa. (Wiknjosastro, 2008)

Berdasarkan laporan World Health Organization, 2008 angka kema


tian ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat di
sebabkan oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15% infeks
i, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8% penyulit persalinan, dan
7% penyebab lainnya. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda diseb
ut abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.
Yang termasuk perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plas
enta, rupture uteri.

b. Tujuan
Laporan pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui dasar teori kehamilan.
PAGE \* MERGEFORMAT 2

c. Manfaat
Diharapkan dapat menambah pengetahuan ilmu kebidanan khusunya
dalam kehamilan.
PAGE \* MERGEFORMAT 2

BAB II

KONSEP TEORI
a. Definisi Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamil
an 28 minggu.Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 2011: 187).

b. Klasifikasi Perdarahan Antepartum

1) Plasentaprevia
a) Pengertian Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebag
aian dari ostium uteri internum sehingga plasenta berada di depan jal
an lahir (Maryunani dan Eka, 2013:136). Plasenta previa adalah plas
enta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian atau sel
uruh ostium uteri internum (Sastrawinata, et al, 2005:83).
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya s
egmen bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti p
erluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut berimigrasi.O
stium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalin
an kala 1 bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh
plasenta.Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari
plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa anten
atal maupun dalam masa intranatal, baik dengan ultrasonografi maup
un pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi
perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun intranat
al (Prawirohardjo, 2010:495).
b) Klasifikasi Plasenta Previa
PAGE \* MERGEFORMAT 2

Menurut Prawirohardjo (2010), klasifikasi plasenta previa adalah sebagai


berikut:
(1) Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi se
luruh ostium uteri internum.
(2) Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian osti
um uteri internum.
(3) Plasenta previa margnalis
Plasenta previa margnalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
(4) Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya be
rada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.Jarak y
ang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.

c) Insiden Plasenta Previa


Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi d
an pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan
ganda daripada kehamilan tunggal.Uterus bercacat ikut mempertinggi
angka kejadiannya. Pada Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan i
nsidennya berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9%. Di negara maju inside
nsinya lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkur
angnya perempuan hamil paritas tinggi. Dengan meluasnya pengguna
an ultrasonografi dalam obstetrik yang memungkinkan deteksi lebih di
ni, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi (Prawirohardjo, 2010:496)
PAGE \* MERGEFORMAT 2

d) Etiologi Plasenta Previa


Faktor-faktor etiologi plasenta previa menurut beberapa sumber, adalah se
bagai berikut:
(1) Umur dan paritas
(a) Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering daripada um
ur dibawah 25 tahun. Usia optimal yang aman bagi ibu untuk hamil
dan melahirkan adalah diantara 20-35 tahun. Pada usia <20 tahun orga
n reproduksi seorang wanita belum siap untuk menerima kehamilan de
mikian juga dengan jaringan endometriumnya. Ketidaksiapan jaringan
endometrium inilah yang dapat mengakibatkan jaringan plasenta akan
melebar diri untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin, sehingga menut
upi seluruh atau sebagian ostium uteri internum (Trianingsih, I, dkk, 2
015).
Sementara itu pada usia >35 tahun ibu hamil beresiko terjadinya p
lasenta previa karena adanya penuaan uterus, sehingga terjadi sekleros
is pembuluh darah arteri kecil dan arteriole mometrium yang menyeba
bkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga endometrium
menjadi kurang subur dan plasenta tumbuh dengan luas permukaan ya
ng lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat, yang ak
hirnya menyebabkan terjadinya plasenta previa (Hartono, F, dkk, 201
1).
(b) Lebih sering paritas tinggi dari pada paritas rendah.
Hipoplasia endometrium: bila menikah dan hamil pada umur muda.
Paritas lebih dari satu mempertinggi resiko terjadinya plasenta previa
karena dalam kehamilan plasenta mencari tempat yang paling subur
untuk berimplantasi. Pada kehamilan pertama fundus merupakan tem
pat yang subur dan tempat favorit untuk plasenta berimplantasi, tetap
i seiring bertambahnya frekuensi kehamilan kesuburan pada fundus a
kan semakin berkurang (Trianingsih, I, dkk, 2015).
PAGE \* MERGEFORMAT 2

Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman bila di tinjau dar


i kasus kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan a
ngka kematian ibu tinggi (Herawati, T, dkk, 2009)
(2) Endometrium cacat dan bekas persalinan berulang- ulang, bekas operas
i, bekas kuretase, dan manual plasenta.
Pada operasi seksio caesarea dilakukan sayatan pada dinding uterus sehing
ga dapat mengakibatkan perubahan atropi pada desidua dan berkurangnya
vaskularisasi. Kedua hal tersebut dapat mengakibatkan aliran darah ke jani
n tidak cukup dan mengakibatkan plasenta mencari tempat yang lebih luas
dan endometrium yang masih baik untuk berimplantasi yaitu di segmen ba
wah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri int
ernum, demikian pula dengan bekas operasi, kuretase dan manual plasenta
(Trianingsih, I, dkk, 2015).
(3) Korpus leteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap mene
rima hasil konsepsi
(4)Tumor, seperti tumor mioma uteri, polip dan endometrium. Plasenta pre
via dapat disebabkan oleh tumor dalam hal ini mioma uteri dan polip endo
metrium karena basanya mioma dan polip tersebut tumbuh pada fundus ut
eri sehingga dalam kehamilan plasenta akan mencari tempat yang masih te
rsedia untuk berimplantasi yaitu di segmen bawah rahim sehingga menutu
pi ostium uteri internum. Di samping itu tumor yang membesar dalam uter
us dapat menekan plasenta sehingga bergeser dan menutupi ostium uteri in
ternum (Trianingsih, I, dkk, 2015).

e) Patofisiologi Plasenta Previa


Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak keha
milan 20 minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai
melebar serta menipis, umumnya terjadi pada trimester ketiga karena
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan.Pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uter
us robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena ro
PAGE \* MERGEFORMAT 2

bekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat di hind


arkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus unt
uk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Nugroho, 2010: 1
26).

Gejala dan Dampak pada Ibu dan Janin


Gejala dan dampak yang dapat terjadi pada ibu dan janin dengan kasus pla
senta previa adalah sebagai berikut:
(1) Gejala
Gejala-gejala plasenta previa ialah perdarahan tanpa nyeri, sering terjadi
pada malam hari saat pembentukan segmen bawah rahim, bagian terendah
masih tinggi diatas pintu atas panggul (kelainan letak). Perdarahan dapat s
edikit atau banyak sehingga timbul gejala. Biasa perdarahan sebelum bula
n ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus, perdarahan
pada plasenta previa di sebabkan karena pergerakan antara plasenta denga
n dinding rahim.Biasanya kepala anak sangat tinggi karena plasenta terleta
k pada kutub bawah rahim, kepala tidak dapat mendekati pintu atas pangg
ul, karena hal tersebut di atas, juga ukuran panjang rahim berkurang maka
plasenta previa lebih sering terdapat kelainan letak(Rukiyah, 2010:205-20
6).
(2) Dampak
(a) Bahaya pada ibu dengan plasenta previa jika terjadi, yaitu perdarahan y
ang hebat, Infeksi sepsis dan emboli udara
(b) Sementara bahaya untuk janinnya antara lain yaitu Hipoksia, Perdaraha
n dan syok (Maryunani, 2013:138)
g) Penegakan diagnosis
Penegakan diagnosis plasenta previa adalah sebagai berikut:
(1) Gejala klinis
Pertama ialah kita mengetahui gejala klinisnya terlebih dahulu, gejala diantaranya
yaitu:
PAGE \* MERGEFORMAT 2

(a) Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa
nyeri dari biasanya, berulang, darah biasanya berwarna merah segar.
(b) Bagian terdepan janin tinggi (floating) sering di jumpai kelainan letak j
anin.
(c) Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fa
tal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sem
pat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleedi
ng) biasanya lebih banyak. Janin biasanya masih baik. (Maryunani, 2013:1
38).
(2) Pemeriksaan fisik
(a) Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum
masuk pintu atas panggul (Nugroho, 2010:126)
(b) Pemerksaan inspekulo : pemeriksaan ini bertujuan untu
k mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri inter
num atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan
berasal dari ostium uteri internum, adanya plasenta previa haru
s di curigai (Fauziyah, Y, 2012:74)
l

(3) Pemeriksaan penunjang


(a) USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak
plasenta.
(b) Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematokrit
(Nugroho, 2010:127)
h) PenatalaksanaanPlasentaPrevia
Menurut Sukarni. I,. Sudarti (2014), penatalaksanaan plasen
ta previa yaitu:
(1) Konservatif
Dilakukan perawatan konservatif bila kehamilan kurang 37
minggu, perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dala
m batas normal), tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sak
PAGE \* MERGEFORMAT 2

it (dapat menempuh perjalanan dalam 1 menit). Perawatan kons


ervatif berupa:
(a) Istirahat
(b) Pemberian hematinik dan spasmolitik
mengatasi anemia
(c) Memberikan antibotik bila ada indikasi
(d) Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakuk
an perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pa
sien dipulangkan bila tetap tidak

untuk

ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke


rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama. (2) Pena
nganan aktif
Penanganan aktif bila perdarahan banyak tanpa memandang
usia kehamilan, umur kehamilan 37 minggu atau lebih, anak m
ati. Penanganan aktif berupa persalinan pervaginam dan persali
nan per abdominal.
Penderita di persiapkan untuk pemeriksaan dalam diatas me
ja operasi. (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bi
la pemeriksaan dalam didapatkan:
(a) Plasentapreviamargnalis,
(b) Plasenta previa letak rendah
(c) Plasenta previa lateralis atau marginalis dimana
janin mati dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk p
intu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit
maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin p
ada partus pervaginam, bila gagal drips (sesuai dengan protap t
PAGE \* MERGEFORMAT 2

erminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak lakukan se


ksio caesarea.

Indikasi untuk melakukan seksio caesarea adalah:


(a) Plasenta previa totalis
(b) Perdarahan banyak tanpa henti
(c) Presentase abnormal
(d) Panggul sempit
(e) Keadaan serviks tidak menguntungkan (belum
matang)
(f) Gawat janin
i) Cara Menyelesaikan Persalinan pada Kehamilan dengan
Plasenta Previa
Menurut Prawirohardjo (2010), cara menyelesaikan persali
nan pada kehamilan dengan plasenta previa adalah sebagai beri
kut:
(a) Seksio caesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio caesarea
(adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin
meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tet
ap di laksanakan).
Tujuan seksio caesarea yaitu melahirkan janin dengan seger
a sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan
perdarahan dan menghindarkan kemungkinan terjadinya robeka
n pada servik uteri, jika janin di lahirkan pervaginam.

Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskular


isasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi ti
pis dan mudah robek, selain itu, bekas tempat implantasi plasen
PAGE \* MERGEFORMAT 2

ta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan


vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan ko
ndisi ibu.Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pema
ntauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk dan
cairan keluar.
(b) Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan
pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut: 1)) Amniotomi dan aksel
erasi
Umunya dilakukan pada plasenta previa lateralis / marginal
is dengan pembukaan lebih dari 3 cm serta presentasi kepala. D
engan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen baw
ah rahim dan di tekan oleh kepala

janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau


masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin. 2)) Versi ba
xton hicks
Tujuan melakukan versi braxton hicks ialah mengadakan te
mponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi braxt
on hicks tidak dilakukan pada pada janin yang masih hidup.
2) Solusio plasenta
Solusio Plasenta
1) Definisi
Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh pla
senta dari
tempatnya berimplantasi sebelum anak lahir. Solusio plasen
ta bisa terjadi pada
kehamilan di bawah 20 minggu yang secara klinik menyeru
pai abortus imminens.
PAGE \* MERGEFORMAT 2

Demikian juga solusio plasenta dapat juga terjadi pada plas


enta previa parsialis/
Dalam hal ini gejala perdarahan akibat solosio plasenta men
jadi tidak jelas
bedanya dengan perdarahan plasenta previa, namun stela pl
asenta lahir jelas
terdapat hematom retroplasenta di pinggirya. Oleh karena it
u adalah keliru bila solusio plasenta didefinisikan sebagai pelep
asan plasenta dari tempat
implantasinya yang normal dalam trimester ketiga (Chalik,
1998).
Penyebab utama solusio plasenta tidak diketahui pasti, tatap
i terdapat
beberapat keadaanterkait. Keadaan yang paling sering dikai
tkan adalaha beberapa
tipe hipertensi. Hal in mencakup preklampsia, hipertensi ge
stasional atau hipertensi kronis. Hipertensi mungkin belum disa
dari hingga volume intravaskular yanag berkurang akibat perda
rahan diganti dengan adekuat. Insidensi solusio
11

plasenta meningkat sekitartiga kali lipat pada wanita hipert


ensi kronis dan empat kali lipat pada preeklamsia berat. (Oxorn
& Forte, 2010)
Gejala yang penting adalah rasa nyeri pada perut dengan ata
u tampa disertai keluarya darah berwarna kehitaman dari vagin
a. Oleh karena peristiwa
pelepasan plasenta dan pembekuan darah pada mulanya mel
iputi luas daerah yang kecil dari plasenta, sehingga gejalanya b
elum jelas. Semakin luas plasenta terlepas semakin banyak per
darahan dan semakin besar hematom yang terbentuk sehingga s
PAGE \* MERGEFORMAT 2

emakin jelas semua tanda dan gejala yang ditimbulkannya. Ole


h sebab itu dapat dimengerti jika dijumpai perbedaan intensitas
gejala nyeri dan perdarahan di antarakasus.
Gambaran klinis pada solusio plasenta ringan, tidak ada gej
ala kecuali hematom yang berukuran beberapa sentimeter pada
permukaan maternal plasenta.
Nyeri perut ringan dan darah yang keluar mash sedikit, sehi
ngga belum keluar dari vagina. Keadaan umum ibu maupun jan
in masih baik.
Gambaran klinis pada solusio plasenta sedang, rasa nyeri da
n tegang perut
jelas sehingga palpasi bagian-bagian anak sukar. Rasa nyeri
akut kemudian menetap dan sifatnya hilang timbul. Perdarahan
pervagina jelas berwarna
kehitaman, penderita pucatdan mulai ada syok. Keadaan jan
in biasanya sudah gawat.
Gambaran klinis pada solusio plasenta berat, nyeri perut ya
ng hebat dan tegang serta keras disertai perdarahan yang berwa
rna hitam. O l e karena itu palpasi bagian-bagian anak tidak mu
ngkin dilakukan. Fundus uteri tampak lebih
12

tinggi karena penumpukan darah di dalam rahim pada kate


gori perdarahan ke
dalam (Gary dkk., 2001) 2) Faktor resiko
Peningkatan usia dan paritas, preeklamsia, hipertensi kronis
ketuban pecah dini, merokok, trombofilia, penggunaan kokain,
adanya riwayat solusio, dan trauma misalnya kecelakaan lalu li
ntas. (Oxorn & Forte, 2010)
3) Penatalaksanaan
PAGE \* MERGEFORMAT 2

Pada solusio plasenta ringan, penderita dirawat inap dengan


sikap istirahat
baring di tempat tidur selama masih ada perdarahan sampai
tiga hari setelat perdarahan berhenti. Jika perlu b o l e diberikan
sedativa t a u obat pennanguntuk menghilangkan kecemasan de
ngan mempertimbangkan efek samping terhadap
janin. Apabila terdapat anemia, pasien diberikan transfusi d
arah.
Padasolusio plasenta sedang, berikan tranfusi darah secuku
pnya di rumah
sakit. Jika terdapat tanda gawat janin atau gawat ibu segera
lakukan terminasi kehamilan dengan melakukan amniotomi dip
ercepat dengan pemberian tetasan
larutan oksitosin dalam larutan garam fisiologis atau Ringer
Laktat. Jika perlu
segera lakukan bedah sesar kecuali janin telah mati cukup d
engan cara tersebut di atas.
Pada solusio plasenta berat, biasanya janin telah mati o l e k
arena itu perhatian terutama diberikan pada keselamatan ibu. Se
gera berikan oksigen dan transfusi darah oleh karena penderita
paling tidak telah kehilangan darah sebesar
1000 ml. Penelesaian persalinan harus segera dipercepat de
ngan melakukan amniotomi diiringi pemberian infus larutan ok
sitosin (Chalik, 1998).Solusio plasenta adalah suatu keadaan di
mana plasenta
yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum j
anin lahir. Biasanya di hitung sejak kehamilan 28 minggu (Moc
htar, 2011:194)
3) Vasaprevia
Vasa previa adalah keadaan dimana pembuluh darah janin
PAGE \* MERGEFORMAT 2

berada didalam selaput ketuban dan melewati ostium uteri i


nternum untuk kemudian sampai ke dalam insersinya di tali pus
at.Perdarahan terjadi bila selaput ketuban yang melewati pemb
ukaan serviks robek atau pecah dan vaskular janinpun ikut terp
utus (Prawirohardjo, 2009:502).
4) c) Perdarahan antepartum yang tidak diketahui sumbern
ya
5) Pada kasus ini tidak pernah didapatkan penyebab atau h
al-hal yang
6) mengakibatkan perdarahan. Mungkin perdarahan teriadi
karena sedikit
7) terpisahnya plasenta dari dining rahim. Perdarahan bias
anya sedikit dan tidak mempengaruhi ibu, janin, maupun keha
milan. Kadang-kadang terlihat pengeluaran lendir darah (blood
y show) dalam jumlah banyak yang merupakan tanda akan berl
angsungnya persalinan (Oxorn dkk., 2010).
8) B. Berat Bayi Lahir Rendah 1. Definisi
9) Bayi berat lahir rendah adalah bay yang ketika dilahirka
n memiliki berat badan kurang dari 2500gr. Bayi-bayi dengan b
rat lahir yang rendah mempunyai resiko kematian yang lebih ti
nggi dibandingkan dengan bay yang dilahirkan dengan berat ba
dan normal (Sediaoetama, 2004).
10) Bayi berat lahir rendah disebabkan oleh pertumbuhan ja
nin dalam kandungan yang belum mencapai berat optimal, baik
pada usia kehamilan yang kurang masa getasinya maupun pada
kehamilan yang cukup masa getasinya. Banyak faktor yang me
mpengarui durasi kehamilan dan pertumbuhan janin, antara lain
(Wardlaw, dik., 2004)
11) a) Umur ibu saat hamil, kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun b) Statusgizi dan pola makan ibu saat hamil
12) c) Komplikasi yang menyertai ibu
PAGE \* MERGEFORMAT 2

13) d) Kondisi sosial, ekonomi dan psikis ibu


14) 14
15)
16) e) Gaya hidup ibu sewaktu hamil, misalnya: merokok,
mengkonsumsi alkohol atau penyalahgunaan obat.

DAFTAR PUSTAKA

BIBLIOGRAPHY Chavez. (2013). Eating Disorders: National Institute of Mental Health’s. A


merica: American Psychology.

Diananda. (2019). Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. J Istighna, 116.


Disorderfor EatingAcademy. (2006). Prevalence of Eating Disorders. Austria: Ac
ademy for Eating Disorder.
Hebebrand. (2013). Anorexia Nervosa Eur Child Adolesc Psychiatry. World: Sup
pl.
Laila. (2013). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Makan Pada Remaja
di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta . Kesehatan Masyarakay,
1-210.
Lestari. (2017). Hubungan Tingkat Stres dan Eating Disorder Dengan Status Gizi
pada Remaja Perempuan di SMA Negeri 1. J Ilmu Kesehatan Immanuel, 1
29.
Merita, Hamzah, & Djayusmantoko. (2020). Persepsi Citra Tubuh, Kecenderunga
n Gangguan Makan dan Status Gizi Pada Remaja Putri di Kota Jambu. Nut
r Coll, 6-28.
Noorkasian. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran E
GC.
PAGE \* MERGEFORMAT 2

Syarafina. (2014). Hubungan EatingDisorder dengan Status Gizi pada Remaja Put
ri di Modeling Agency Semarang. Fak Kedokt, 5-26.
WHO. (2021). Adolescent Health in The South-East Asia Region. Internasional:
WHO.
WilfleyDenise. (2007). Classification of Eating Disorders. Disord: Toward DSM-
V.

No. Rekam Medis : 707078

Tanggal Kunjungan : 11 Juli 2023

Pukul : 10.00 WIB


PAGE \* MERGEFORMAT 2

Tanggal Pengkajian : 11 Juli 2023

Pukul : 10.00 WIB

IDENTITAS ISTRI/ SUAMI

Nama : Ny “ P“ / Tn “ M “

Umur : 19 tahun / 20 tahun

Nikah : 1 X / ± 20 tahun

Suku : Sunda / Sunda

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Buruh Harian

Alamat : Kp Nengkelan Rt 004 Rw 001

A. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan ini hamil kedua dan tidak pernah Abortus.
2. Ibu mengatakan HPHT tanggal13 Maret 2019
3. Ibu mengatakan TTP tanggal 20 Pebruari 2020
4. Ibu mengeluh keluar darah dari kemaluan
Anamnesa
a. Keluhan UtamaIbu mengatakan Keluar darah dari Kemaluan ibu saat bera
ktivitas tanpa merasakan rasa nyeri
b. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 5-7 Hari
Banyaknya : 2 x gantiduk
Teratur/tidak : Teratur
SifatDarah : Encer berwarna merah
PAGE \* MERGEFORMAT 2

Dimenore : Tidak pernah


c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada
d. Riwayat Perkawinan
1) SetatusPerkawinan : Sah 1 Kali
2) Kawin Ibu mengatakan kawin 1 kali pada usia 23 Tahun, dengan u
sia suami 25 tahun, Lamanya pernikahan 5 tahun
e. Responden Keluarga Terhadap Kehamilan
1) Ibu dan keluarga sangat bahagia dengan kehamilannya
2) Keluarga selalu memberikan dukungan pada ibu
3) Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami
f. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan pernah tidak memakai alat kontrasepsi
g. Riwayat Ekonomi
Biaya pengobatan dan perawatan di tanggung oleh suami.
h. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Kebutuhan Nutrisi
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi
sedang, seperti Nasi, Lauk, sayur, dan, minum 5-8 gelas / hari air p
utih, kadang minum teh.
Selama Hamil : Ibu mengatakan makan 1-2 kali Sehari, dengan por
si sedikit seperti Nasi, Lauk, sayur dan minuman 5-8 gelas/hari air
putih kadang Teh.
2) Kebutuhan Eliminasi
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan BAB I kali sehari, dengan konsis
ten lunak, bau, dan warna Khasfeses, BAK 5-8 Kali / Hari.
Selama Hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali Sehari, Konsisten luna
k bau, dan warna khasfeses, BAK 3-5 Kali Sehari Warna Kuning.
3) Aktivitas
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan sebelum hamil bekerja di pasar d
an mengurus keluarga.
Selama Hamil : Ibu mengatakan selama hamil tidak bekerja, hanya
saja mengurus keluarga.
4) Istirahat dan Tidur
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan tidur siang + 1 jam dan Tidur Ma
lam +7 jam.
Selama Hamil : Ibu mengatakan tidur siang + 1 jam dan tidur mala
m +6-8 jam.
5) Seksualitas
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1
minggu 2 kali dan tidak ada keluhan
Selama Hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1 bu
lan 1 kali.
PAGE \* MERGEFORMAT 2

B. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)


1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tinggi Badan : 155 cm
4. BB Sebelum Hamil : 50 kg
5. BB sekarang : 55 kg
6. LILA : 24 cm
7. Tanda-Tanda Vital
a. TekananDarah : 100/70 mmHg
b. Nadi : 78 kali/menit
c. Suhu : 36,2 oC
d. Pernapasan : 24 kali/menit
8. Kepala
a. Kulit Kepala Bersih
b. Rambut tidak mudah Rontok, tidak berketombe.
9. Wajah
a. Ekspresi wajah tenang
b. Tidak ada oedema, tidak pucat,tidak ada closma gravidarum.
10. Mata : Konjungtiva tidak pucat,sklera putih
11. Mulut/Gigi
b. Gigi tampak bersih
c. Tidak ada caries
d. Tidak ada pembekakan gusi
12. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan vena jugu laris
13. Payudara
a. Simetris kiri dan kanan, putting susu terbentuk
b. Tidak ada benjolan dan nyeri tekan payudara.
c. Belum adaclostrum saat putting di pencet.
14. Abdomen
a. Tidak ada luka bekas operasi
b. Tonus otot perut tampak tegang.
c. Palpasi
- Leopold I : TFU 28 cm, teraba bokong pada fundus
- Leopold II :Letak janin memanjang bagian sisi kanan perut ibu
teraba bagian terkecil janin (Ekstremitas). Bagian sisi Kanan p
erut ibu teraba keras memanjang dan memapanpunggung.
- Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, kerasdan mel
enting (kepala). Teraba mengganjal bagian bawah simfi sisi bu
bulat dan lembek (plasenta).
- Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk panggul (co
nvergen)
PAGE \* MERGEFORMAT 2

d. Auskultas : DJJ terdengar jelas sebelah kanan perut ibu, kuat dan ter
atur 140 x/menit.
15. Genitalia
a. Pengerluaran darah: (+/-) 35 cc
b. Warna Darah : Merah Segar
c. Keputihan : Tidak Ada
d. Varices : Tidak Ada
16. Tungkai Bawah
a. Tidak ada oedema dan varises
b. Refleks patella (+) kiri dan kanan

C. Assesment
Diagnosa Kebidanan : Ny. M G2P2A0 Usia Kehamilan 30 minggu 4 hari,
punggung Kanan, presentase Kepala, convergen, intrauteri, tunggal hidup,
keadaan janin baik, ibu dengan plasentapersialis.

Data Subjektif
1. Ibu mengatakan ini hamil kedua dan tidak pernah Abortus.
2. Ibu mengatakan HPHT tanggal13 Maret 2019
3. Ibu mengatakan TTP tanggal 20 Pebruari 2020
4. Ibu mengeluh keluar darah dari kemaluan
PLANNING
1. Beritahu tentang hasil Pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
2. Berikan ibu support/dukungan mental
3. Beritahu Ibu KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) tentang bahaya dan
komplikasi Plasenta Previa yang dialami ibu bias menyebabkan anemia ba
hkan syok pada ibu, gawat janin, kelahiran premature, dan kelainan letak p
ada janin. Namun, ibu dan keluarga tidak perlu khawatir karena tenaga kes
ehatan yang menangani akan segera melakukan tindakan yang tepat untuk
menyelamatkan ibu dan bayinya.
4. Lakukan rujukan ke Rumah

You might also like