You are on page 1of 40
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....., DAFTAR IST BAB HINORMA SEBAGAI PENGARAH DAN PENGENDALI TINGKAH LAKU ., CAPAIAN PEMBELAJARAN . 3.1 NILAT SOSIAL.. 3.2 NORMA SOSIAL RMA SOSIAL. 3.4 PELANGGARAN NILAI DAN NORMA. SOSIAL BESERTA SOLUSINYA 3.5 FUNGSI NORMA DAN NILAI SOSIAL DAL/ M KEHIDUPAN MASYARAKAT.......... 3.6 NILAI SOSIAL SEBAGAI LANDAS 3.7 HAKIKAT NORMA, KEBL ISTIADAT DAN PERATURAN DAL. AM MASYARAKAT 3.8 HAKIKAT DAN ARTI PENTING HUKU M BAGI WARGA NEGARA. 3.9 RANGKUMAN 3.10 LATIHAN SOAL EFERENSI. ‘Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah Laku | 27 uGARAH DAN PENGENDAL NORMA SEBAGAI P Lae CAPAIAN PEMBELAJARAN Capaian Pembelajaran pada Materi yang tersajikan dalam buku Sistem Hukum di Indonesia adalah agar mahasiswa mampu memahami dasar sistem hukum di Indonesia secara lebih dalam serta memahami_ sejarah terbentuknya sistem hukum Indonesia 4 h : CAPAIAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah mempelajazi pokok bahasan den sub etela a jen sub pokok bahasan pada Bab 3 make Capaian pembelajaran secara khusus pada bab ini adalah . a ” 1. Mahasiswa mampu memahami nilai sosial zi Me Hei Ge tentang norma social eee ee peran nilai dan norma social 5 race solusinya askan pelanggaran nilai dan norma social . Mahasiswa dapat elaskan fungsi Rae a fungsi norma dan nilai sosial dalam 6. Mahasiswa dapat menjelaskan hakik: 3 nee an dalam masyarakat . Mehasiswa Capat menjelaskan hak vasa Nero? akikat dan arti penting huku al i norma, kebiasaan, adat-istiad@! n bagt 1g | SISTEM HUKUM DI INDONESIA Nilai dan Norma Sosiat berbeda-beda mengenai baik burukn pedoman perilaku dalam masyarak kekeluargaan, ketaatan, Kedisiplin Begitu pentingnya nilai bagi m, bentuk norma-norma sosial Setiap manusia memiliki kriteria yang ya sesuatu. Suatu nil jai berfungsi sebagai ML Seperti kerja sama, persaudaraan, rasa in, kebersihan, ketertiban, dan fain-lain asyarakat, maka nilai diaktualisasikan dalam yang dilengkapi dengan. sanksi-sanksi bagi pelanggamya, Setelah nilai dan norma disepakati serta diterima, maka nilai dan norma tersebut diso: sikan kepada warga masyarakat secara turun- temurun, Tujuannya agar war gam ‘akat_menyesuaikan perilakunya dengan nilai dan norma itu, schingga tercipta keter- aturan sosial. adalah ukuran- ukuran, patokan-patokan, anggapan- anggapan, keyakinan-keyakinan, yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta dianut oleh banyak orang dalam lingkungan masyarakat mengenai apa yang benar, pantas, luhur, dan baik untuk dilakukan. Nilai-nilai sosial merupakan aktualisasi dari kehendak masyarakat_mengenai_ segala sesuatu yang dianggap benar dan baik. Pada intinya, adanya nilai sosial dalam masyarakat bersumber pade tiga hal yaitu dari Tuhan, masyarakat, dan individu. etiap mas’ yarakat_mempunyai_nilai_yang_berbeda-beda. Hal ini disebabkan seti: sya c yai tolok ukur nilai yang berbeda-beda na fungsional, artinya mempunyai kat itu sendiri. a tr yang berguna bagi fisik manusia. nan dan minuman. Nilai vital arlinya segala se: hat yang berguna mengadakan kegiatan atat aktivitas. Contohnya sabit yang aoe dan pisau yang menjadi alat kerja scorang Jura eee hanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manus i 29 Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah Laku yi kerohanian dapat dibagi lagi me Berdasarkan sumbemya, nilai kerohanian dapat gi lagi menjadi empay jenis yaitu: 1) Nilai kebenaran, bersumber dari akal manusia (cipta); 2) Nilai keindahan atau estetika, bersumber dari unsur rasa Manusiq {estetika); : 3) Nilai moral atau kebaikan, bersumber dari kehendak manusia (karsa) 4) Nilai religius, bersumber pada ke-Tuhanan. D. Ciri-ciri Nilai Sosial 1) Tidak semua hal yang baik di mata masyarakat dapat dianggay sebagai nilai sosial. 2) Merupakan hasil interaksi antaranggota masyarakat. 3) Ditularkan di antara anggota-anggota masyarakat melalui pe 4) Terbentuk melalui proses belajar yang panjang melalui sosial 5) Nilai sebagai alat pemuas kebutuhan sosial. 6) Nilai berbeda-beda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain 7) Mempunyai efek yang berbeda terhadap individu. 8) Memengaruhi perkembangan pribadi dalam masyarakat baik positif maupun negatif. 9) Hasil seleksi dari berbagai macam aspek kehidupan di dalam masyarakat. aulan, i 3.2 NORMA SOSIAL A. Definisi ; Manusia tidak pernah lepas dari peraturan. Di mana pun dan kapan pun di sekeliling kita terdapat aturan yang membatasi perilaku manusia. Norma Sosial adalah patokan perilaku manusia dalam Kehidupan bermasyarakat. Fungsinya adalah untuk memberi batasan berupa perintah atau Jarangan dalam berperilaku, memaksa individu untuk menyesuaikan diri dengan nilai yang berlaku di masyarakat dan menjaga__ solidarite rane masyarakat, Oleh karena fungsi-fungsi tersebut ae memiliki peran yang penting dalam mewujudk, ' antara maka sosialisasi_ norma an ketertiban sosial. 30 | SISTEM HUKUM DI INDONESIA Berdasarkan daya pengikatnya, norma dibedakan menjadi empat 1) Cara (usage) merupakan norma yang daya pengikatnya sangat lemah >) Kebiasaan (folkways) ialah aturan yang daya pengikatnya lebih kuat dari usage. 3) Tata kelakuan (mores) ialah aturan yeng telah diterima masyarakat dan biasanya berhubungan dengan sistem kepercayaan atau keyakinan. 4) Adat istiadat (custom) merupakan aturan yang memiliki sanksi keras terhadap pelanggarnya, berupa penolakan atau pengadilan. B. Macam-macam Norma Sosial 1) Norma Agama 2) Norma Kesusilaan (Mores) 3) Norma Adat 4) Norma Kebiasaan 5) Norma Kesopanan 6) Norma Hukum 3.3 PERAN NILAT DAN NGRMA SOSIAL Norma serta nilai sosial dibentuk dan disepakati bersama. Tidak dapat dimungkiri bahwa nilai dan norma dijadikan sebagai pelindung dari tindakan destruktif orang lain terhadap diri, Nilai dan norma sosial memiliki peranan yang berarti bagi individu anggota suatu masyarakat maupun masyarakat secara keseluruhan. Peran-peran tersebut antara ‘ain 1) Sebagai Petunjuk Arah (Orientasi) Bersikap dan Bertindak 2) Sebagai Pemandu dan Pengontrol bagi Sikap dan Tindakan Manusia 3) Sebagai Pendorong Sikap dan Tindakan Manusia 4) Sebagai Benteng Perlindungan bagi Keberadaan Masyarakat 5) Sebagai Aiat Pemersatu Anggota Masyarakat Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah Laku | 32 \GGARAN NILAT DAN NORMA SOSIAL BESERTA IGARY y P SOLUSINYA A. Pelanggavan Nilai dan Norma Menurut Robert M,Z. Lawang ( ibedakan menjadi empat macam, yaitu: norma yang dilihat dan dianggap sebagai an, pemerkosaan, penodongan, dan lain- 1985), perilaku pelanggaran norma 1) Pelanggaran nilai dan kejahatan, misalnya: pemukul Jain. norma yang berupa penyimpangan seksual, yaitu 2) Pelanggaran nilai dan Litas, dan pelacuran. perzinahan, homoseksual 3) Bentuk-bentuk konsumsi yang sangat berl candu, morfin, dan lain-lain. 4) Gaya hidup yang lain dari yang lain, misalnya penjudi profesional, geng-geng, dan lain-lain. Jebihan, misalnya alkohol, B. Solusi Pelanggaran Norma Dalam Sosiologi, solusi tepat dalam menangani pelanggaran norma menggunakan pengendalian sosial. Pengendalian sosia! adalah cara dan proses pengawasan yang direncanakan atau tidak direncanakan, guna mengajak, mendidik, serta memaksa warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan norma sosial. Berikut ini merupakan beberapa usaha agar masyarakat menaati aturan-aturan yang ada, seperti: 1) Mempertebal keyakinan para anggota masyarakat akan kebaikan adat istiadat yang ada 2) Memberi ganjaran kepada warga masyarakat yang biasa taat. 3) Mengembangkan rasa malu dalam 7 ee jiwa masyara ang menyeleweng dari adat istiadat. nasyarakat yang menyeleweng 4) Mengembangkan rasa takut dalam jiw menyeleweng dari adat istiadat kekuasaan, 4 warga masyarakat yang hendak dengan berbagai ancaman dan 32. | SISTEM HUKUM DI INDONESIA 1 NORMA DAN NILAT SOSIAL DALAM KEHIDUPAN ARAKAT 4.5 FUNC MASY Nonma-nogmusosa dalam kehidupan masyarakat merupakan bentuk peraturan tal lertulis yang berfungsi sebagai pengatur sikap dan perilaku dalam pergaulan hidup seharihari dalam masyarakat. Norma sosial relatif banyak menckankan pada sanksi_ moral sosial sebagai unsur asan terhadap sikap dan perilaku manusia dalam pergaulan tersebut. 982), bahwa unsur pokok dari suatu norma adalah tekanan sosial terhadap anggota-anggota masyarakat untuk menjalankan norma-norma tersebut. Dasar pemikirannya adalah bahwa apabila aturan- aturan tertentu tidak diikuti oleh desakan sanksi sosial yang kuat, maka keberadaannya belum dapat dikategorikan sebagai norma-norma sosial. Desakan sosial ini merupakan indikasi bahwa suatu norma benar-benar telah menjadi bagian pokok dari norma sosial. Norma disebut sebagai norma sosial bukan semata karena telah mendapatkan sifat kemasyarakatan, akan tetapi sekaligus telah dijadikan patokan perilaku dalam pergaulan hidup Nerma-norma sosial sebagai unsur kebudayaan non-material dapat berfungsi sebagai landasan kekuatan pribadi dalam upaya melindungi diri dari ancaman ksjahatan moral atau pengaruhpengaruh buruk dari luar, Dalam rangka upaya jtu norma-norma atau kaidah sosial pada dasarnya merupakan petunjuk- petunjuk ideal tentang bagaimana shee eRe cee dalam pergaulan hidup —_bermasyarakat. ‘djono woro) (1985) menjelaskan, bahwa_ kaid: sial_adalah_serangkaian ketentuan atau peraturan umum baik tidak tertulis maupvn tertulis, tentang tingkah laku atau perbuaatan manusia yang menurut penilaian kelompok masyarakatnya, dianggap bail: atau buruk, patut atau tidak patut. Perumusan perilaku menurut ilaian pergaulan dalam bentuk norma atau kaedah soaial ini berfungsi bagai unsur kendali dan pembatas kebebasan perilaku agar terhindar dari impangan. _Diterima atau tidaknya sese yaulan hidup, tergantung pad: penga men} agian sosial dalam suatu dua alternatif, yaitu: 1. kemampuan ai Vang berlaku dalam kelompok a sosial; 2, mengendalikan tradisi perilaku dan emosi dirinya zah-tengah pergaulan kelompok; 3. kesanggupan untuk menyerap jorma kelompok sebagai bagian jati divinya; 4. kesediaan kelompok mtuk menerima dan mentolerir perbedaan prinsip kaedah bawaan ; 5. kesediaan kelompok sosial untuk mempengaruhi dan membina untuk tunduk pada kaidah kelompok, Alternatif terakhir tentang penerimaan seseorang sebagai bagian kelompok tersebut terletak Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah taku | 33 7 esepakata tuk menerima kaidah-kaidah sosial sebagai pedoman Pada kesepakaten untu erilaku ini berupa rumusan tentang perilaku bersama, Pedoman —perilakw erintah menunjukkan jal penintah/kewajiban dan larangantarangan, Suatu perints ibaleee eae! yang telah ditetapkan, yakni perilaku yang dianggap dapat membawa manfaat 1 embahayakan kehidupan bersama. cS ADE pues aE a nealing larangan, eee eee dan menghindarkan diri dari pevilaku-perilaku yang sy eee, ctaealiga ketenangan masyarakat; mencegah anggota anggota —masyaral S untuk berbuat di Iuar Ketentuan norma-norma sosial yang berlaku. Norma tidak hanya berarti sebagai bentuk aturan yang mendukung oe Ponee yang Positif saja, akan tetapi norma dapat juga merupakan aturan yang mendorong Seseorang atau kelompok untuk menghindar dari perbuatan-perbuatan yang negatif atau perbuatan yang merugikan pihak lain. Norma-norma sosial biasanya dinyatakan dalam bentuk kebiasaan, tata kelakuan dan adat istiadat atau hukum adat. Latar belakang terbentuknya norma sosial bermula dari perbuatan alami yang berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama, sehingga kemudian timbul pengakuan dan kesadaran bersama. Norma sosial menitikberatkan pada kekuatan serangkaian peraturan tentang perilaku individu berdasarkan penilaian masyarakat yang mencerminkan ukuran baik/burak, pantas/tidak pantas, dan boleh/tidak dilakukan. Norma sosial cenderung nampak sebagai bag berfungsi_mengatur dan membatasi_perilaku manusia dalam kenyataan kehidupan masyarakat. Norma mengandung pembatasan atas sifat al kekebasan manusia yang ditunjukk: dan larangan. Pemahaman terhad. individu untuk bertindak berd: sebagaimana adanya. Kepatuhan terhadap norma didasarkan pada keamanan manusia dari ancaman ki perlahan tumbuh pengakuan bersar pentingnya peraturan perilaku. ra! yang didalamnya terkand ara hati ini secara jujur dapat hari, dan membeku menjadi suat jan dari institusi yang jamiah an melalui rambu-rambu ber upa perintah “p norma itu merupakan sumber kesadaran asarkan etika dan moralitas _institusional perumbangan kebutuhan ejahatan, Atas alasan ini, maka se: ma antar anggota masyarakat terhadap Peraturan perilaku ini didasarkan pada nilai lung Pengakuan nurani atau suara hati. Jika diterapkan dalam Perilaku kehidupan sehati- u kebiasaan, maka pada cak proses sosial f é Tae RE posean, pada puncak proses sosial akan membentuk Jati diri atau kepribadian, Harapan ideal dalam kehidupan masyarakat adalah tumbuhnya norma Sosial Sebagai_ peraturan perilaku berdasarkan suara hati yang melekat sebagai Kebutuhan pokok, baik bagi pribadi maupun Masyarakat pada umumnya, Oleh karena itu secara sosiologis Morma sosial dapat diterima Sebagai peraturan obyektif ve dapat | SISTEM HUKUM DI INDONESiq memperkuat — fungsi Pengawasan mempertahankan sturktur sosial, Fungsi norma so menurut Abdul Sy; kendali atau batasanbatasan tindakan ang peraturan yang diterima atau di tolak dal diwyjudkan dalam bentuk Perintah d dilakukan. Setiap ANggota Masyarakat menerim: patokan tingkah aku, baik yang benar maupun yang salah. Seseorang dikendalikan oleh norma-norma itu tidak hanya sckadar membuat perasaan takut untuk melanggar aturan perilaku, telapi juga karena dapat membuat perasaan bersalah Jika melanggar norma-norma tersebut. Unsur kendali dari norma-norma itu Merupakan cerminan dari desakan sosial yang didasarkan pada kepentingan bersama, Norma sebagai pedoman perilaku mempuny: aktivitas sosial yang di dalamnya mengandung hu Bagi pelanggarnya harus patuh, tanpa paksaan, d: rela menerima Sosial, — terutama dalam upaya ‘ani (1994) adalah sebagai alat Zola masyarakat untuk memilih 4m suatu pergaulan, Pilihan tersebut an larangan, boleh atau tidak boleh aturan-aturan itu sebagai ai fungsi sebagai pengatur kum dan sanksi-sanksinya. an diharapkan secara suka atau karena terpaksa mematuhi kehendak dati kelompoknya, akan tetapi ia patuh karena keberadaan norma- norma sosial itu telah diterima sebagai acuan tindak kebenaran dan kebaikan yang dapat memberi manfaat, baik bagi dirinya sendiri maupnn bagi O1ang-orang lain di sekitamya. Norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat pada umumnya cenderung diterima _ sebagai peraturan yang diyakini dapat membeti manfaat bagi kehidupannya. * Pelanggaran terhadap norma-norma sosial yang berlaku bukan karena orang takut kepada sesamanya, akan tetapi_karena keyakinan bahwa rbuatan melanggar norma itu adalah aib dan merugikan bagi dirinya, eujatuhkan harga diri dan dipercaya dapat mendatangkan beban sosial- ologis yang berkepanjanzan. Bagi kehidupan masyarakat kompleks erogenitas, berbeda dengan konsep masyarakat_setempat yang relatif ana, di mana lebih menekankan pada kepentingan keselamatan dan an keamanan diri secara formal. Pelanggaraan terhadap norma dapat ibat mengurangi kemerdekaan bertindak dalam segala hal yang angkut perjuangan pencapaian kesejahteraan hidup secara ekonomis. ; Abdul Syani (1994) memperinci atas 4 (empat) fase kekuatan norma m kehidupan masyarakat, yaitu: : Cara berbuat (usage) Cara berbuat adalah perilaka tertentu: yang igunakan seseorang atau sekelompck orang dalam pergaulan hidup Norma Sebagei Pengarah dan pengendali Tingkah Laku 35 berdasarkan norma sosial yang bersangkut paut ee ctika kesopanan dan kepantasan umum. DYIEES CIEL karen: erperitaky dianggap sebagai suatu kepantasan bertindak, Beet Proses pergaulan sescorang dalam masyarakat cenderung ebih ine arktif dan harmonis. Cara berbuat lebih banyak terjadi pada hubungan-hubungan antar individu dengan individu dalam kehidupan iesyorakat, Apabila perilaku sescorang tidak sesuai, menyimpang atau melanggat batas-batag kelaziman norma-norma sosial, maka proses pergaulan seseorang dalary masyarakat cenderung lebih pasif dan konflik. Norma yang disebut "cara berbuat" hanya memiliki daya kontrol sebatas kontroversi sikap dan perilaku sebagai reaksi. Sanksi sosial masyarakat biasanya berupa pergunjingan, cemoohan, celaan atau berupa pengurangan intensitas hubungannya dalam pergaulan. Sanksi semacam ini dapat dikategorikan lebih lemah, ringan dan bersifat sementara. Pada umumnya pelanggaran norma (dalam tingkatan cara berbuat) tersebut dianggap sebagai perbuatan yang tidak sopan, misalnya makan berdecak, makan berdirj atau makan sembari berbicara dan sebagainya. Apabila dalam kesempatan lain seseorang mampu mengendalikan dan menyesuaikan tindakannya dengan norma-norma sosial yang ada, maka porsi sanksi- sanksi yang pernah diterima sebelumnya lambat laun akan semakin berkurang dan kembali diterima dalam pergaulan sosial sebagaimana biasa. Kebiasaan (folkways) Kebiasaan adalah suati perbuatan yang dilakukan pada satu waktu berulang-ulang pada waktu yang tain dalam bentuk dan cara yang sama. Dalam kurun waktu tertentu berbuat senantiasa diikuti dan diakui Kingkungan sosial sckitamya, schingga menjadi kebiasran umum Kebjasaan merupakan indikasi lelaziman suiatu perilaku, di mana masyarakat setuju dan mengakui Perbuatan terterty yang dilakukan ie Menunit Mac Iver (1967), bahwa kebiasaan dapat diartikan sebagai suatu perikelakuan yang diakui dan diterima oleh masyarakat Oleh karena 5 i . punyai daya pengikat yang lebih - Misalnya kebiasaan bertutur sap > erhadap orang lain yang lebih twa. pamit kepada orang tua jika hendak p Peteseeniyang lebih perilaku seseorang dalam oleh orang atau kelompok Tata-kelakuan (mores) olch masyarakat seba; kelakuan lebih men Tata-kelakuan £ai Norma peng: unjukkan fungsi adalah suatu kebiasaan yang diaktt! tur dalam setiap berperilaku. Tate 1 sebagai pengawas kelakuan ole! | SisTeM HUKUM py INDONESIA, kelompok terhadap anggota-anggotanya. Tata-kelakuan mempunyai Kekuatan pemaksa untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Tata- kelakuan int berfingsi sebagai sarana dalam proses pendidikan sosial agar warga Masyarakat tertentu dapat menyesuaikan dirt dan mematuhi normasnorma yang berlaku, Menurut Soerjono Soekanto (1973), bahwa tata kelakuan int dapat bertingsi sebagai pengendalian sosial, yaitu pengawasan oleh statu kelompok terhadap individu dalam kehidupan sehari-hari, Jika terjadipelanggaran, maka dapat mengakibatkan jatuhnya sanksi berupa pemaksaan terhadap pelanggarnya. Tujuannya agar sipelanggar norma dapat segera kembali menyesuaikan diri dan tunduk dengan tata-kelakuan umum yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Bentuk hukuman biasanya pelanggar dikucilkan oleh masyarakat dari pergaulan, bahkan mungkin terjadi pengusiran dari wilayah mukim kelompok sosialnya. a) Adat-istiadat (custom) Adat-istiadat adalah tata-kelakuan yang berupa aturan-aturan yang mempunyai sanksi lebih keras. Anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat, akan mendapatkan sanksi hukum, baik formal maupun informal. Sanksi hukum formal biasanya melibatkan alat negara berdasarkan Undarg-undang yang berlaku dalam memaksa pelanggarnya untuk menerima sanksi hukum. Misalnya pemerkosaan, menjuai kehormatan orang lain dengan dalih usaha mencari kerja dan sebagainya, Sedangkan sanksi hukum informal biasanya diterapkan secara emosional, kekeluargaan dan kurang rasional. Sanksi yang dijatuhkan berdasarkan adat istiadat dengan mengutamakan kepentingan masyarakat. Misalnya dalam kasus yang sama, seoreng yang diketabui {atau tertangkap basah) melakukan’ perkosaan, maka ia akan mendapatkan sanksi sosial berupa pengucilan untuk selamanya atau diusir dari tempat tinggalnya untuk tidak kembali atau dapat juga dilakukan pemutusan hubungan keluarga dan pertalian sosial lainnya. Bagi masyarakat tertentu, dalam upaya memulihkan nama baik yang tercemar diperlukan suatu ritual dalam rangkaian upacara adat y: relatif banyak menyita waktu dan tenaga Norma-norma sosial, seperti cara berbuat (usage), kebiasaan (folkways), tata-kelakuan (mores), dan adat-istiadat (custom), kesemuanya merupakan aturan perilaku kehidupan sosial yang bersifat kemasyarakatan. Menurut Berry sifat kemasyarakatan ini adalah bukan saja karena norma- norma tersebut berkaitan dengan kehidupan sosial, tetapi juga karena norma- norma iersebut adalah pada dasainya merupakan hasil dari kehidupan bermasyavakat. Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah Laku | 37 Dari segi moral suatu norma lebih menekankan pada kebakuan tandard tingkah laku sescorang dalam interaksi sosial. Alvin L. Bertrand (jog) menyebutnya sebagai norma-norma moral, yaitu. merupakan standarq. standard tingkah laku yang berfungsi sebagai kerangka patokan (frame of reference) interaksi sosial. Juga sudah dikemukakan bahwa folkways Mores, adat istiadat serta hukum yang berlaku, kesemuanya itu merupakan bagian dari norma-norma tersebut. Norma sebagai salah satu bagian dari susunan kepribadian seseorang, ia dapat ditinjau dari sudut lain, ipaleupun bukan dari sudut yang terpisah sama sekali. Norma sebagai reaksi seseorang terhadap tuntutan kelompok, maka berarti ia beraksi demi kepentingan kclompoknya itu. Individu lebih menyadari norma-norma moral sebagai bagian dar} konsepsi dirinya dibandingkan dengan kesadarannya terhadap perasaan- perasaan yang bersifat abstrak. Norma-norma moral itu menggambarkan tuntutan-tuntutan khusus suatu kelompok yang mendesak individu agar ia bertindak menurut cara-cara umum yang berlaku. Kebanyakan orang menganggap bahwa norma-norma tersebut lebih diutamakan daripada perasaan-perasaan abstrak yang mungkin merupakan kebalikan dari tingkah laku yang diharapkan. Bertrand mencontohkan seorang ayah atau ibu, boleh jadi selalu mengatakan “hemat pangkal kaya" kepada anak-anaknya. Tapi kenyataannya, mereka selalu terlibat dalam hutang yang banyak. Ita dilakukan karena mereka selalu berusaha "menyaingi tetangga di sebelah", yaitu hidup menurut standard yang diharapkan atau dinormakan bagi kelas sosial mereka. Norma-norma moral yang ideal pada umumnya diakui dan ciketahui sebagai futurologis, naman kadangkala tidak berlaku dalam sosialis: kelas dan status sosial. Seorang ayah yang telah mal: dunia kriminal, akan tetapi secara moral ia tetap men: tandard ajaran asi pada setiap fang melintang dalam gajarkan kepada anak- araknya agar berbuat kebajikan, taat beribadah dan patuh terhadap hukum yang berlaku Keyakinan-keyakinan yang tertanam dalam diri setiap individu semacam itu menunjukkan suatu ukuran nilai tertentu terhadap perbuatan- perbuatan yang baik maupun_ terhadap perbuatan-perbuatan yang buruk Menurut Y.B.A.F. Mayor Polak (1979), norma-norma (norms) merupakan cara perbuatan dan kelakuan ‘ : c yang dibenarkan untuk mewujudkan nilainilai itu. Sebagai suatu bagian dari kebudayaan non-material, norma-norma tersebut menyatakan pengertian. ; “pengertian yang teridealisir dari perilaku. P, i a cnga . s peu crat Kaitannya dengan Persepsi sescorang tentang kebenaran dan cl aikan, meskipun Perilaku itu dalam aspek Pisik bisa dipandang scbags! bagian organisasi yang bersifat material, Terlepas dari kedua aspek tersebul 38 | SISTEM HUKUM DI INDONESIA (material dan non-material), secara umum norma-norma sosial biasanya dinyatakan dalam bentuk-bentuk kebiasaan bertindak dan hukum-hukum dari suattt Mas) t tertenty yang tumbuh melalui kumpulan pikiran dan an man Oleh karena itu, dalam perkembangannya cenderung semakin banyak perbedaan standard perilaku antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya, Norma-norma sosial pada umumnya bersifat menentang, menolak atau menangkal berbagai kekuatan yang bersifat burak, baik dart dalam maupun dari golongan-golongan luar yang merasa tak puas terhadap norma-norma sosial yang berlaku pada masyarakat yang bersangkutan. Akan tetapi konkritisasi_ norma sosial tidak selamanya dapat efektif menjamin stabilitas sosial Oleh karena kekuatan antagonisme dari segala arah cenderung bergerak Jebil dinamis dan terselubung dalam diri individu, maka keyakinan terhadap fungsi positif norma sosial semakin lemah, bimbang dan labil. Kemudian kondisi hubungan sosial cenderung kaku, timbul konflik sikap dan perilaku antar. warga masyarakat, kesalahan-pahaman dan disintegrasi semakin merajalela. Pada sementara waktu, dis-integrasi sosial memuncak, sehingga kompromi dan proses penyesuaian — terancam. Menurut Soedjono Dirdjosisworo (1985), bahwa pada waktu individu-individu pertama-tama menjadi anggota sebuah kelompok, mereka seringkali membawa ukuran- ukuran normatif yang didapat dari kelompok-kelompok lain yang sedikit banyak konflik dengan norma-norma kelompok yang akan mereka masuki Selama dalam periode tertentu anggota baru masih agak terisolir dari anggota-anggota lama. Sementara pihak anggota kelompok primer terdahulu dalam periode tertentu melakukan pengawasan dan mensosialisasikan norma- norma sosial yang berlaku sampai tumbuh suatu keyakinan bahwa anggote- gota kelompok yang baru itu menunjukkan kesetiaan dan kepatuhannya dap norma kelompok. Perlakuan int didasarkan pada keyakinan bahwa ani masyarakat kompleks seseorang mempunyai peluang untuk masuk m berbagai kelompok. Dan oleh karena itu seseorang yang baru masuk i anggota kelompok baru, tentu belum sepenuhnya kehilangan litas norma kelompok sebelumnya, atau bahkan mungkin seseorang punyai identitas marginal. Kendatipun seseorang mampu menye yeikan lam kehidupan kelompok yang baru, akan tetapi kadangkala prinsip- ip norma moral yang telah tertanam kuat sebelumnya masih keutal inasi dalam perilaku kehidupan kelompoknya yang baru. lain pihak ada pula individu-individu yang sengaja keluar dari pok semula untuk memperoleh harapan baru dengan cara bergabung. esuaikan diri dan berintegrasi ke dalam kelompok luar. Faktor ye ¢ Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah Laku 39 ari kelompok semula dan seperg cla at mendorong seseorang keluar d relatif kuat mendorong 2 Mal perientan bergabung dengan kelompok Iain adalah Karena terjadl pertentangan perseps, dan kepentingan terhadap masuknya Nort norma Bary atau karena adanya hasrat untuk memperluas jaringan hubungan kerja dengan net ie norma yang dianggap lebih terbuka dan rasional, Kuantitas Petcare antar anggota kelompok cenderung meningkat manakala mobilitas anggota suaty kelompok semakin meluas. Dirdjosisworo menegaskan bahwa tingkatan mobilita ; dalam keanggotaan kelompok cenderung disertai semakin menurunnya tingkat integrasi normatif. Suatu tingkatan mobilitas yang tinggi cenderung untuk mengganggu jaringan komunikasi yang ada di dalam suatu kelompok Puncak dis-integrasi yang mengakibatkan penderitaan itu biasanya mempengaruhi kesadaran anggota kelompek bahwa mereka memiliki persamaan perasaan dan nasib. Kesadaran inilah yang kemudian mendorong angota-anggota kelompok untuk melakukan penyelesaian konflik melalui proses adaftasi, kompromi ataupun dengan akomodasi. Kesadaran terhadap pentingnya norma-norma sosial sebagai alat kontrol sosial dari masing-masing anggota kelompok semakin meningkat Pada awal penerapan norma-norma sosial yang baru disadari itu biasanya relatif ideal, di mana anggota masyarakat relatif tegas tergantung pada kekuatan norma sosial sebagai satu-satunya hukum yang dapat memaksa orang untuk berbuat kebenaran dan kebaikan sesuai dengan kepentingan umum. Norma sebagai alat kontrol sosial mengandung unsur hukum yang secara formal memiliki daya paksa agar masyarakat mematuhinya. Naraun dernikian perkembangan norma sosial sebagai hukum masyarakat bukan merupakaa sistem norma yang berlaku selamanya, metainkan tergantung pada kepentingan para penganutnya. Suatu ketika bisa ditinjau kembali dar dilakukan penciptaan norma-norma baru yang dianggap lebih sesuai dengan nilai-nilai baru. Secara umum, fungsi norma sosial pada dasarnya sama dengan fungsi hukum, yaitu untuk menertibkan dan menstabilisasikan kehidupan sosial masyarakat dan menghindari terjadinya konflik dan dis- integrasi. Efektif atau tidaknya fungsi norma sosial, sangat tergantung pa kekuatan pengakuan dan besarmya harapan masyarakat terhadap jaminan norma sosial itu sendiri sebagai landasan perilaku dalam usaha mengatasi herbagai gejala dan konflik sosial. Norma-norma sosial diharapkan ‘dapat berfungsi untuk memberikan petunjuk tentang cara untuk mengatasi Eee et ecneaieay sosial “yang” / dianggap membahayakan — bag! 40 i SISTEM HUKUM DI INDONESIA enteraman Masyarakat, Semakin kuat ikatan warga masyarakat terhadap kere norma sosial yang berlaki, maka ada kecenderungan pola perilaku a RubUAgan sosial dalam sistem pergaulan kehidupan bermasyarakat dan kin. stabil, Sebaliknya apabila ikatan warga masyarakat terhadap normanorme sosial itu: telah semakin lemah, mungkin karena ne pergaulan itu berkembang. terbuka dan komplek, atau karena sebagian besar perbedaan kepentingan tidak dapat diselesaikan, dan menurunnya stabilitas kehidupan masyarakat, maka akan terjadi proses reformasi tatanan sosial budaya secara umum tidak dapat dihindari, baik secara terencana maupun secara alami. ; Pada fase ini segala pola perilaku dalam sistem pergaulan hidup cenderung berubah, yang sekaligus menunjukkan adanya perubahan- perubahan kebudayaan, khususnya pada aspek norma-norma sosial. Duncan Mitchell (1984) mengasumsikan peristiwa ini sebagai suatu akibat kesalahan. Kesalahan ini kian melemahkan struktur normanorma yang menentukan cara hidup manusia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Radcliffe- Brown, bahwa euphoria atau kesejahteraan sosial telah dijadikan keadaan dysphoria dan sebuah tindakan haras diambil guna memulihkannya. Jadi pemulihan bergantung kepada tindakan scsial yang menunjukkan kebencian orang terhadap kesalahan itu, dan betapa seriusnya peraturan-peraturan dijaga. Dalam konsep integrasi normatif menurut Dirdjosisworo, dapat dimengerti bahwa integrasi suxtu kclompok merupakan hasil dari mekanisme sosial melalui norma-normanya memberikan pengaruh kepada anggotanya, sikap mereka dan tingkah laicu mereka. Di dalam suatu kelompok yang kecil dan telatif homogen, maka aorma-norma mendapatkan kontrol atas individu- individu melalui komunikasi dan tekanan timbal balik di antara seturuh anggotanya; yaitu melalui cara-cara yang menyangkut kelompok sebagai suatu keseluruhan. Tetapi di dalam kelonipok-kelompok yang lebih kompleks Khususnya di dalam masyarakat, sejumlah kelompok bagian di dalam struktur yang lebih besar memberikan pengaruh tambahan sebagai dukungan kepada horma-norma sosial. Dalam proses pembentukan kelompok baru, kelompok lama cenderung lebih besar memberikan pengaruh terhadap_individu- individu. Kelompok utama mempunyai status dan strategi yang baik dalam Upaya mencapai suatu integritas sosial secara keseluruhan. Sepanjang terjadi persesuaian di antara anggota-anggota_kelompok secara keseluruhan itu terdapat pula penerapan sanksi dan jaminan hak hak pribadi secara umum dari norma-norma yang berlaku. Itulah sebabnys 8 maka inteprasi Sosial dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama. Dalam Perspektif integrasi fungsios.:| persesuaian norma dapat membentuk ikatan Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah Laku | 41 - | ah individu atau si srompok i mal scjulei nt tub, a} dalam sual Ke kan berbagal fungsinya secara timba} y melakur’ asi yang menyangkut an interel kesatuan Sost jan berhadapan muka Kelompok secat palik atau s@ besat a keseluruhat at langsung © erscbut. a-norma sosial itu hubungan me . o fe jalam seuap meh rua hor a al Petal ng kekuatan desakan dan hisa berval é "i mas: arakat, bahkan tidak be epentingan masing-masing kelompok alka ee eee etahil dalam proses perubahan itu sering no ani ays a musta gan Sebab Ul ‘a adalah karena terjadi kristalisas ya cipta Sebab utamany: : —_ doya cinta yang : tern. Sebagai contoh, di satu pihak penyimpangan. ee elompok-kelompok ap bahwa kebiasaan untuk tidur dan perasaan kesukaan atau kebiasaan yang suatu kelompok atatt individu mengangg' : ae : . fore ar anh baik, alasannya supaya kelelahan kerja yang dilakukan | Pa kin pihak Ia pada siang harinya menjadi sima, akan ne mie m Ms menganggap hal itu kurang baik dengan berbaga! 4 asan pula. Begitu pula dengan kebiasaan sikat gigi, yang sebenarnya harus dilakukan sehabis makan, akan tetapl banyak pula orang melakukannya sebelum makan. Secara jdeal masyarakat selalu memuja perbuatan jujur dan adil (jurdil), tetapi dalam proses peranannya banyak orang membenarkan, mengakui dan melakukan. korupsi. Jika xebiasaan pribadi kemudian dapat berkembang menjadi kebiasaan bersama (umum) yang diakui dan diyal:iat bersama akan kebenaran, keuntungan serta kebaikan bersama. maka 2 saan ini akan tumbuh menjadi aturan yang dianggap dapat memberikan ea bee} rehidupen masyarakat. Akan tetap! sebaliknya apabila Pi an u yang sama ada seorang atau lebih melakukan pelanggaran ierhadap aturan yang telah diakui bersama it ke ak BaF kevoncangan-keg u, maka lambat atau cepat akan Berek ec tadi kei goncangan sosial ataupun disintegrasi sosial njadi kebiasaan umum bahwa dal: i i is Semteraine .warga akan membel a dalam situasi tak mener't, bas! a embela Kelompoknya, sama seperti kalau sese ee dan mempertahankan ners etre iice juse, baikan bisa eos terhina, maka keluarganya past pencemaran nama baiknya. Pada He epening atau meminta ganti rugt aes pertikaian (konflik) masing-mas ebiasaan tertentu dalam peneyelesaian yang mempunyai asing pihak tidak ae ee P Mal hubungan dengan salah s memilih penengah dari orang Bin salah sai . g ee vang bebas kaitan ee pu akan tetapi cenderuns adalah aga ngan kedua belah pihak memihak, karena agar tidak terjadi key Ba Dinan. i pada dasa terjadi keputusan ys _ ae subycktif, Sementara it dasamnya pribadi-pribadi 4 ape vans, tencensiv’ itu landasan penyelevais adi adalah sosok yang sang saian masalah, tentu dipilih or@"=" atau a2 j SISTEM HUKUM DI INDONESIA orang yang mempunyai wawasan yang luas yang sedikitnya mencakup pemahaman tentang persamaan dan perbedaan norma-norma yang dianut oleh kedua belah pihak yang bertikai Kebiasaan masyarakat tergantung kepada pihak luar untuk menyelesaikan konflik intern dapat mengakibatkan kepercayaan terhadap tokohtokoh intern anya, jika pihak luar itu tidak berhasil menyelesaikan tersebut, maka konflik yang terjadi akan berlangsung berkepanjangan. Menurut Ferdinand _Tonnies (Soerjono Soekanto, 1982), bahwa kebiasaan itu mempunyai tiga arti, yaitu: 1) Dalam arti yang menunjuk pada suatu kenyataan yang bersifat obyektif. Misalnya, kebiasaan untuk bangun pagi-pagi, kebiasaan untuk tidur siang hari, kebiasaan untuk minum kopi sebelum mandi dan lain-lain. Arinya adalah, bahwa seseorang bisa melakukan perbuatan-perbuatan tadi masuk dalam tata cara hidupnya. 2) Dalam arti bahwa kebiasaan tersebut dijadikan norma bagi seseorang, norma mana diciptakannya untuk dirinya sendiri. Dalam hal ini, maka orang yang bersangkutan yang menciptakan suatu pevikelakuan bagi dirinya sendiri. 3) Sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu. Kebiasaan bersikap atau melakukan suatu tindakan tertentu, baik bagi pribadi_ maupun bagi kelompok, pada umumnya_ dimaksudkan sebagai suatu pedoman dalam usaha pencapaian tujuan kebaikan dan kesejahteraan hidupnya. Kebaikan dan kesejahteraan sebagai hasil dari sikap tindak seseorang dalam masyarakat itu bisa timbul dari hasil penivuannya terhadap orang lain atau sekelompok orang lain. Dan apabila kebaikan dan kesejahteraan yang dimiliki seseorang itu ‘bisa berlaku juga bagi orang atau pihak lain lagi, maka orang yang sebagai pencetus ide dan sikap tindak iadi dianggap sebagai "orang teladan”. Sikap dak itu kemudian diidentifikasi dan diadopsi oleh masyarakat sebagai horma sosial umum yang mernilihi daya pengikat yang relatif kuat, asannya, karena sikap tindak orang itu dianggap dapat memberikan itunan, petunjuk atau penerangan dalam upaya mencapai kesejahteraan lividu atau sekelompok masyarakat setempat. Secara sosiologis, norma- a sosial yang telah diakui dan dianut dalam waktu yang relatif lama oleh lasyarakat setempat disebut sebagai adat istiadat. Adat istiadat adalah suatu pola perikelakuan (cara _bertindak/ lakuan) yang tidak lagi hanya mencermirkan Kap tindak perorangan, fetapi ta telah merupakan pola perikclakuan bagi orang-orang bersem masyarakat, Pola-pola perikclakuan yang disebut adat-istiadat itu laku sebagai patokan bertindak bugi pribadi atau setiap orang dalam 2 Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah aku | 43 dijakukan oleh seseorang etentuan normatif dari polar niymumnya. Jadi ada per an adalah cara-cara sc diakul oleh anggota-ar tersebut berada dalam a diikutl oleh anggota-ar yang _petunjl! atau . nt perlaku pada ad at-istiadat pertindak yan Kem ccor & au jika se rakat lainny®s atau J Ea kclompok, maka kemudian pola perilak' y' mypok yant Jainnya- An one $ wt : adat istiadat adalah care cara adak yang | 7 ma oleh semua anggota masyarakat dan 1 ula. Selanjutnya norma-norr ikelakuan ata a sara bersama-sama berpr H institusi). terutama tentang aturan-aturan men anisas! sosial atau da pertindak yang telah menjadi su hubungan seseoran: kehidupan masyarakat Namun demikian, ™ itu agak lebih terletak dalam suasana kesadaran: s pada pengertian institusi oleh karena lebih terarah ke} da". Oleh karena itu ma an (1982) bahwa paham ni ara etis lebih netral dar: pada "yang seharu: ka Bouman kemt mnya. t P.J. Boum: dari pada kepada "yang ada". i menganggap bahwa norma lebih jelas dart pada kebebasan = mar batasan kebebasan yang ditunjukkan oleh norma m n. Perintah menunjukkan Pembatasan-pem adalah perintah-p yang telah ditentukan; erintah dan Jarangan-larang@ Jarangan menutip jalan yang terbuka atau tidak mengadakan sesuatu tent undnkan kepada norma itu menyrut Bouman, pertimbangan ketepatgunaan dan atas pengakual Frdalamnya berlaku fungsi kata hati. Dalam pro roses-proses jnternalisasi, secara rasio! | kata hati i er en epi ee ional kata hati itu berfr epribadian orang-orang dalam ko i masyarakat yang tinggal di daerah : masyarakat yang masth mempunyai ikatan hubun relatif konservatif atas pengaruh kehidupan modem yd memiliki pengakuan lebih tinggi terhad a ilaenilai kesusilaan dan hubungan eee Setsrin. Re mibsyarakat Bee asa Ee sible es pamrih. Realitas P' kelaziman/adat (folkways) ceri a pupa coiesae (habit) lokal : keyakinan, perasaan Rectal ae iB reiatif murni didorong oleh bertiadecaiaanon) urang mengutamakan kemany gan demikian berarti k . e eb F eoniaind dipatuhi berdasarkan Auer n a colkwrays adalah e umumnya, Nilai-nilai moral itu abefeRe moral dan nifai-nila OY lah nyata, dianggap baik, sopan dan sé sifatnya, akan tetapi 18 8° pan dan santun, sehi ; , Schingga nilai-nilat moral ¢ tertentu dan memberikai arg hal itu. Meng Jebih didasarkan at peraturan moral sederhana, Se? au kesatuan-kes: 1 ke dalam ¢ a | SISTEM HUKUM DI INDONESIA 1 itu kemudian dijadikan svat pedoman bagi masyé ‘akat secara umum bertindak. Keberlakuan norma-norma sos jal semacam int tian sosiologis disebut dengan aturan kesusilaan (mores) an berlakw dalam masyarakat ama norma sosial dalam budaya dalam setiap menurut, penger Sepertt hal itulah normanorma sosial yang ada d dalam pengertan komunitas. Ada beberapa cirt ut Kehidepan masyat akat, yaitu 1) Norma-norma diakui dan berlaku menurut arus: perkembangan kebiasaan tertentu, tanpa didasarkan pada kemampuan berpikir. Norma-norma diakui dan dipatuht didasarkan atas perasaan, m keyakinan, bahkan apa yang dilakukan tersebut adalah sesuatu yang amat penting bagi kehidupan anggota masyarakat secara umum. 3) Norma-norma merupakan aturan-aturan yang berlaku adalah tidak tertulis dan informal sifatnya. 4) Segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang lebih didasarkan pada pola kelakuan yang pada umumnya diakui dan dilakukan oleh pihak lain atau anggota-anggota masyarakat yang lainnya. Dengan melihat Kenyaiaan diatas, nampak seolah-olah ada pembauran amtara pengertian kelaziman dan pengertian aturan kesusilaan. Pemisahan antara keduanya hampir tak mungkin, keduanya mempunyat hubungan yang erat. Untuk menghindari kekaburan dan kesaiahtafsiran terhadap bentuk perkembangan norma-norma sosial itu. Mayor Polak (1979), berpendapat hahwa ... "Mores" adalah norma-norma untuk kelakuan yang merupakan kongkretisast. dari “nilai-nilai_ kebudayaan" (value) Sedangkan Folkways mempakan kelakuan-kelakuan sosial manusia yang lazim atau pantas menurut penilaian masyarakot secara umum. Untuk penjelasan lebih lanjut, Polak kemudian memberikan contoh tentang peibedaan aniara Folkways dan mores, yaitu: bahwa Folkways itu memuat cara-cara kelakuan yang membawa penghormatan dalam pergaulan orang, sedangkan mores membawa penghormatan kepada ibu-bapak dan orang-orang yang umurnya lebih tua Aturan kesusilaan menghendaki 2 joral dan sar kita menutup badan dengan pakian. sedangkan kelaziman menghendaki agar kita tidur dengan memakai piyama atau kain, dan datang dirvang kuliah dengan memakai shirt dan a panjang, dan tidak sebaliknya. Penyimpangan dari kelaziman ugeap ajaib, biadab atau "gila" dan ditertawai atau diejek, sedangkan nyimpangan dari aturan kesusilaan dianggap salah atau jahat, Kelaziman dan aturan kesusilaan dalam setiap kehidupan masy rakat adalah berbeda- da sesuai dengan latar belakang kepentingan, lingkungan sosial dan fisik, : dan kebasaankebiasaan } «ng dianut masyarakat setempat. Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah Laku | 45 Keadaan ini berlaku bagi masyarakat Indonesia pada umumnya ‘it terdiri dari berbagai daerah, suku dan nilainilai budaya, yang berart; nila nilai_kepantasan dari aturan kesusilaan bagi setiap orang dan kelompok masyarakat adalah berbeda beda, Kepantasan menurut penilaian sescorang atau sckelompok orang tertentu mungkin berbeda dengan kepantasan yang dinilai oleh orang atau sckelompok orang lainnya. Misalnya, kelaziman dan aturan kesusilaan yang dianut olch masyarakat Jawa berbeda dengan aziman dan aturan kesusilaan yang dianut oleh masyarakat-masyarakat ¢j Sumatera. , Hal ini dapat dilihat dari kelaziman dan aturan kesusilaan dalam proses pelaksanaan perkawinan misalnya. Di Lampung masyarakat_menganggap wajar jika si "Lekok" melarikan gadis si "Sampot" sebagai sesama orang Jampung (kawin lari = sebambangan), karena ada alasan tertentu yang membuat hal itu menjadi pantas, baik dan diakui. Dalam hal tatacara dan hubungan pergaulan, orang Sumatera pada umumnya lebih bersifat apa adanya, terbuka dan bernada tinggi dalam berbicara. Sebaliknya dalam pandangan masyarakat Jawa pada umumnya tidak demikian, malah justru apa yang dilakukan dan diakui oleh masyarakat Lampung mengenai adat perkawinan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang bertentangan dengan norma kesopanan dan dapat berakibat menjatuhkan martabat Keluarga be mereka. Grang Jawa dalam pergaulannya cenderung lebih _mengutamakaa penampilan perilaku lemah lembut dengan keragaman_berbasa-basi, nada dalam berbicara lebih rendah dan halus, terutama terhadap orang yang lebih tua atau terhadap orang yang dianggap memiliki kelebihan tertentu, baik status sosial, ekonomi, keningratan atavpen karena memiliki jasa dan kharisma. Dalam lingkup yang lebih luas lagi, misalnya perbedaan kelaziman dan aturan kesusilaan yang berlaku diberbagai negara di dunia. Secara unum kelaziman merupakan kcbiasaan belaka, artinya apabila dilakukan s (ss! hubungan berjalan biasa/normal, akan tetapi jika tidak dilakukanpun, tds ada hukuman atau sanksi yang dibebankan terhadap pelakunya. Perasai bersalah yang timbul dalam diri seseorang karena perbuatannya itu, tidak begitu besar berpengaruh menekan pikirannya untuk merubah sikap # mematuhi sepenubnya kebiasaan yang berlaku tersebut. Sedangkan att! kesusilaan Jebth menekankan pada beban moral, perasaan dan kepentinge” bersama; apabila sescorang tidak melakukan dan tidak mematuhinya. meskipun tidak nainpak sanksi sosial yang langsung dalam bentuk perilaku ataupun ucapan, namun secara terselubung dan f kat ke al 46. | SISTEM HUKUM DIINDONESiA menghembuskan gunjingan sosial berupa label buruk terhadap pelakunya yang dianggap melanggar kelaziman moral tersebut Dalam berhadapai tumbuh perasaan tak enak, kemudian membawa ke: kebia dengan resiko dan beban moral semacam ini chingga seseorang kembali mengoreksi diri dan nya untuk menyesuaikan diri dengan nv umuUM. Kelaziman dan aturan kesusilaan suatu masyarakat selalu berbeda-beda, juga dapat berubahubah sesuai dengan perkemban ki: gan tuntutan kepentingan masyarakat pada umumnya. Baik kelaziman ataupun aturan kesusilaan, secara garis besar keduanya berfungsi sebagai petunjuk bagi individu dalam berperilaku agar hubungannya dengan masyarakat secara umum dapat teratur dan harmonis dalam tatanan sosial kehidupannya. Kelaziman dan aturan kesusilaan itu adalah cerminan dari pengakuan orang atau masyarakat terhadap norma-norma sosial. Dan norma-norma sosial itu adalah bagian dari nilai kebudayaan. Menurut Ralph Linton ( ), kebudayaan adalah designs for living, atau "garis-garis atau petunjuk- petunjuk dalam hidup; tepatnya kebudayaan merupakan garis-garis pokok tentang perikelakuan. Dalam hal ini Soerjono Soekanto (1982), menyebutkan bahwa unsur-unsur normatif yang merupakan bagian dari kebudayaan adalah sebagai berikut: 1) Unsur-unsur yang menyangkut penilaian (evaluational element) seperti misalnya apa yang ik dan buruk, apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, apa yang sesuai dengan dianut oleh keinginan dan apa yang tidak sesuai dengar keinginan tersebut. 2) Unsur-unsur yang berhubungan dengan apa yang seharusnya (prescriptive elements) seperti misalnya bagaimana oren harus berlaku. 3) Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan (cognitive element) seperti misalnya harus mengadakan upacara adat pada saat kelahiran, pertunangan, perkawinan dan lain-lain. Dengan demikian berarti norma-norma sosial merupakan bagian dari kebudayaan yang mencakup tatacara yang baik dan pantas dalam setiap tindakan atau usaha individu untuk mencapai tujuan-tujuannya dalam kehidupan maysarakat. 3.6 NILAI SOSIAL SEB AL LANDASAN ETIKA DAN MORAL. Sebagaimana telah dipaparkan di muka bahwa norma-norma sosial Sangat penting artinya dalam upaya menciptakan stabilitas jalinan hubungen sosial dan jaminan ketenteraman kchidupan bermasyarakat, Norma-norma Sosial merupakan peraturan dasar yang berfungsi mengawasi dan Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah taku | 47 individu dan kelompok berbuat dalam berbagai cara manya. rma sosial mengendalikan hubungan sosi Keberlakuan norma-no! bers: ki ran nila ct tae a tentang yran-ukuran Nat Pa ersama oe ukv Nila’ sosial dalam hidupan bermasyarake kehidupan berma S| © vaman atau kelayakan dalam bersikap d, -epantasan, kelaziman yalany an merupakan STA pandangan pribadi maupun heen Nilai-nilgi ape a cS sebagai pembatas subyektivitas kehendal Pribadi agar s a ie kehendak masyarakat pada iat aes I jecttand selaras denga a sya ae ie tran (1980) mendefinisikan nilai sosial sebagai “.-- a ie Sl ems yang relatif lama hilangnya terhadap suatu obyck, gagasan atau ora Unsur inti sebagai kekuatan yang dapat menjelaskan hake ae au batas baik dan buruk tentang perilaku manusia ada Bu ee ee tertib sosial yang sama dan kesadaran moral bersama 3 ot ekuatan inilah yang sementara itu dapat disebut sebagal nilai_ sosial. Mengenai perubahan dan perkembangan masyarakat, menurut Soerjono Soekanto (1982) merupakan bentuk dinamikan masyarakat sebagai akibat dari adanya hubungan sosial antar warga masyarakat. Akan tetapi sebelum hubungan- hubungan tersebut mempunyai bentuk yang konkrit, maka terlebih dahulu dialami suatu proses ke arah bentvk konkrit yang sesuai dengan nilai-nilai sosial. Robin Williams dalam Soerjono (1982) menyebutkan 4 (einpat) buah kuatitas dari nilai-nilai, yaitu sebagai berikut: 1) Nilai-nilai itu mempunyai sebuah elemen konsepsi vang levi mendalam dibandingkan dengan hanya sekedar sensasi, emosi aiau \2buiuhan Dalam pengertian ini, nilai dapat dianggap sebagai abstraksi yang ditarik dari pen} alaman-pengalanian sescorang. Nilai-nilai itu menyangkut atau penuh dengan semacam pengertian yang memiliki suatu aspek emosi. Emosi boleh jadi tak ciutarakan de" sebenamya, tetapi se'amanya ia merupakan suatu potensi Bupa bukanlah merupakan tujuan konkrit dari pada tindakan, tela?! Berfgsi sebagai krtere fae a n a Sebab nilai-nilai tersebt! akan berusaha mencapaisegala ca {ujuan-tujuan tadi mempunyai nilai-nilai, : y Nilai-nilai tersebut merupak. raat bagi orang ber; vilai- sie nth th yarat untuk itu didasarkan pada kesepay, la ka dan moral (kebaikan) ¢, vs Seseorang any? ‘ang menurut pandan an unsur penting dan sama sekali tak dap" Sangkwian, Dalam kenyataan terlilat an mngan dengan pilihan, dan pilihan Mengambil suaty tindakan, | SISTEM HUKUM pj} INDONESIA, Schingga melalui konsensus yang efektif dikalangan mereka, nilai-nilai tersebut dipandang scbagai hal yang menyangkut kesejahteraan bersama. Nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi bersama oleh individu dan kelompok jdentik dengan nilai-nilai etika atau moral. Nilai-nilai etika atau moral itu adalah ketenivan-ketentuan atau cita-cita dari apa yang dinilai baik atau benar asyarakat las m kehidupan masyarakat pada umumnya, nilai sosial sering kali dicampuradukkan dengan keyakinan atau kepercayaan, karena keduanya memang mempunyai hubungan yang cukup erat. Perbedaannya secara umum adalah bahwa keyakinan berisi kepercayaan-kepercayaan yang dalam penjelasannya tak membutuhkan bukti empiris tentang kebenarannya Sedangkan nilai-nilai adalah perasaanperasaan tentang apa yang diinginkan ataupun yang tidak diinginkan, atau tentang apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan; nilai-nilai ini bisa tumbuh dari keyakinan tertentu. Soerjono Soekanto (1989) mengatakan bahwa nilai adalah suatu konsepsi abstrak dalam diri manusia, mengenai apa yang baik dan apa yang dianggapnya buruk. Yang baik akan dianutnya, sedangkan yang buruk akan dihindarinya Pengalaman manusia sangat menentukan tumbuhnya nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena manusia selalu hidup bersama antar sesamanya, maka mau tidak mau harus terjadi interaksi, yang kemudian melahirkan_nilai-nilai. Nilai-nilai ini mengatur kehidupan manusia sehari-hari dalam kehidupan masyarakat. Soekanto menjelaskan bahwa nilai-nitai ini sangat penting bagi pergaulan hidup, oleh karena: a) Nilai merupakan abstraksi dari pengalaman-pengalaman _ pribadi seseorang, b) _ nilai-nilai tersebut senantiasa diisi dan bersifat dinamis, c) nilai-nilai merupakan kriteria untuk memilih tujuan hidup yang terwujud dalam perikelakuan. Di dalam kehidupan masyarakat terdapat nélai inti yang keberadaannya tidak waiib diikuti oleh semua anggota masyarakat, tetapi anggota masyarakat secara keseluruhan menjunjung tinggi, sehingga nilai tersebut menjadi landasan dasar bagi perilaku sosial. Bertrand memperinci nilai-nilai inti (score values) atas 15 macam, yaitu: (1) hasil usaha dan keberhasilan, (2) orientasi moral, (3) mores kemanusiaan, (4) efisiensi dan kepraktisan, (5) aktivitas dan kerja, (6) kemajuan, (7) kekayaan materi, (8)persamaan derajat, (9) kebehasan, (10) penyesuaian diri terhudap dunia luar, (11) penggunaan tasio/ilmu pengetahuan, (12) pe‘riotisme kebangsaan, (13) demokrasi, (14) Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah Laku | 49 = ah rasial dan superic kepribadian yang individual, dan (15) telah Perioritag epribadian y@ kelompok xetwekhohn (Mayor Polak, 1979), bahwa nila bukantah er a ia apa yang tidak he Pe retain apa yang diinginkan, i 7 ia ee en A anya gine jainkan apa oN eGedar beg ee apareek stapi dirasakan sebagal panta: dan ber es 1 diharapkan, se et nila merupkan ukuran-ukuran yang ene kemauan jadi nilai~ i ya menyatakan bahy an sitwasil yang Kebetulan. - Parsons, juga menyatakan bahwa ee al ian jens memberikan arah kepada perbuatan, jadi jumlah agi nbawa seorang dalam situasi tertentu atas dasar Jain-lain untuk memilih antara berbagai cara orang lain. J orientasinilai_ itul dari semua aspek yang mer norma-norma atau kriteria de di a-norma Jadi keberlakuan dari norma~ Ar : pertimbangan-pertimbangan dan pengakuan masyarakat tentang nilai-nilai, baik nilai tentang kebenaran maupun nilai-nilai ; tentang ig aikan- kebaikannya bagi kehidupan suatu masyarakat Keadaan ini menunjukkan bahwa betapa kedua konsep norma dan nilai tersebut tidak bisa dipisahkan antara satu sama lainnya, meskipun keduanya itu bisa diurai dan dipilah. Nilai-nilai sosial dapat menciptakan norma-norma sosial tertentu yang berkaitan dengan aturan bersikap dan berperilaku dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Hubungan nilai dengan norma membentuk semacam siklus yang berkesinambungan, dan secara bergantian saling mempengaruht antar keduanya. Pisa terjadi norma-norma yang telah tercipta dan telah diakui oleh rakat, pada suatu saat akan melahirkan kembali nilai-nilai yang git sosial adalah berdasarkan suatu mas: barv dan selanjutnya akan tercipta pula norma-norma yang baru, b: seterusnya. Nilai dan norma merupakan unsur-unsur dari suatu kebudayaan yang saling berkaitan antara satu sama lainnya. Dalam hal ini Parsons menyatakan bahwa ada sistem- aes yang erat hubungannya dengan pola-pola kultur (sistem= ie ae eee pembanelarbang yang ekspresil) cicada" tererah" Pada proses-pros: internalisasi, yang e jak "terarah", yaitu memperbesar kemungkinan, bahwe ia dalam situasi-situasi "status-per: lus-peranan" akan pat epada nilai ig beristar dalageelaictur terseis patuh kepada nilai-nilat yarns stem orientas! tem Teras a bertumbuhan berbagai perbedaal’ at seiring dengan perkembangan tuntuta pertentangan paham, dan akan terjadi_ kebimbangan bud: norma-norma sosial, Sit ae kepatuhan mas: at terhadap struktural-sosial, emudian berproses mel an disintegrs! kepeningan antar anggota masyarak publik secara kumulatif, maka ahir 50 | SISTEM HUKUM Dy INDONESi, Dalam peristiwa demikian nilai-nilai sosial sangat penting untuk direvitalisasi_ dan diberdayakan sebagai pedoman periiaku dalam upaya menegakkan Kembali standard norma-norma yang baru Upaya pengendalian terhadap dis-integrasi struktural-sosial kehidupan masyarakat pada umumnya berda n fakta Konkrit mengenai penyesalan atas akibat_ buruk yang dialami. Pertimbangan utamanya adalah lebih banyak diarahkan kepada reformasi atau penyempumaan terhadap nilai-nilai kebaikan, moralitas dan kesusilaan yang selama itu dianggap memburuk. Keberhasilan upaya ini bersifat relatif, di mana nilai_ kebaikan yang hendak dicapai itu tidak mempunyai ukuran yang pasti, sebab masing-masing individu sebagai anggota masyarakat mempunyai persepsi, perasaan dan keyakinan yang berbeda-beda terhadap masa depannya, terutama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengalami mobilitas dan perubahan. Dalam kondisi ini ada kecenderungan terciptanya persatuan dan kelompok-kelompok sosial baru, unsur pengikatnya adalah kesamaan-kesamaan khusus tentang nasib, pandangan, etnis dan kesamaan harapan. Secara etnologis perkembangan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungan kelompok baru dianggap lebih baik, lebih berarti dan berguna dari pada nilai-nilai yang ado pada kelompok sosial yang lain Nilai-nilai_ yang tumbuh berkembang dikalangan kelompok intern cenderung mengkristal menjadi suatu norma sosial baru yang dipatuhi sebagai pedoman hidup baru, terutama dalem rangka usaha menentukan dan mewujudkan berbagai tujuan hidup yang hendak dicapai bersama. Dalam kehidupan masyarakat yang komplek, di mana banyak kesatuan-kesatuan kelompok sosial yang saling bersaing, biasanya ikatan terhadap nilai dan norma kelompok sendiri (ingroup) cenderung semakin kuat. Pada umumpya nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dianut itu sangat penting artinya sebagai unsur pemersatu suatu kelompok sosial. Petunjuk tentang cara-cara bertingkah-laku dan berusaha dipertahankan secara konsisten dengan tanggungjawab bersama. Harapan yang hendak dicapai adalah agar kelompoknya sendiri dapat diperhitungkan keberadaannya dan bahkan kalau mungkin sebesar-besarnya bisa menjadi kelompok teladan bagi kelompok- kelompok lain. Menurut Soedjito Sosrodihardjo (1986) dalara bukunya yang berjudul "Transformasi Sosial Menuju masyarakat industri", bahwa nilai-nilai itu merupakan ukuran-ukuran di dalam menilai tindakan dalam hubungannya dengan orang lain. Dengan nilai-nilai sosial ini orang satu dapat memperhitungkan apa yang akan dilakukan oleh orang lain. Soedjito bermaksud bahwa cksistensi dari nilai-nilai_ sosial itu benar-benar Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah taku | 52 nengatur perila 5 a tertent! untuk meng: a i aku § a Jain atau dengan sekelompok orany \ ingrat, 1984), berpendapat tata pada dasarnya mengenaj we va r D mengandung standard norm: pe dalam huibungannya on tkoentt aa : akat. Kluckho! \] : jalam masyara! 4 nl; serve sistem nilai-budaya di dune asalaly pokok, yartur i Ansa. ) Nill mengenai hakekat dari hidup ee aisia 2) Nilai mengenai hakekat dari karyar s eee B. Nil ai hakekat dari kedudukan manusia Cala ang waktu ee engead bt kekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnys Nilai mengenai hal i , — - Nilai re geaal hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya 5.2 Dari kelima nilai masalah pokok seperti yang telah disebutkan di atas, menunjukkan adanya variasi tentang nilai-nilai dalam kehidupan ini. Supaya kchidupan tersebut dapat menjadi relatif sempurna dan tertib, we manusia dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin dalam merangkum dan menselaraskan antara kelima nilai masalah pokok itu. Mengenai nilai hakekat hidup manusia misalnya, ada kebudayaan yang memandang bahwa pada hakekatnya hidup manusia itu buruk dan menyedihkan, dan oleh karena itu harus dihindarkan. Terhadap nilai_ mengenai hubungan manusia bertujuan untuk hidup lebih baik dan terhormat, maka manusia harus bekerja keras supaya tujuan hidup yang lebih baik dan terhormat itu dapat diwujudkan. Demikian pula terhadap nilai mengenai hubungan manusie dengan alam, ada manusia yang pasrah terhadap alam, ada yang berkeinginan untuk menundukkan alam dan ada pula yang menilai bahwa manusia itu selayakaya meneari keselarasan dengan alam. Mengenai nilai hidup manusia terhadap sesamanya (lingkungan sosial), adalah sebagai berikut 1. Ada nilai-nilai budaya yang amat mementingkan hubungan vertike! antara sesamanya. 2, Manusi , Hanus yang mengant pola kelakuan semaca itu biasanya berpedoman #1 lokohtokoh pemimpin, o: - : |, orang-ori cnior ate ang-orang alasan. Pp g-Or senior atau orang 3, nilai kebudayaan Jai ain ada yang horizontal anatara Sesamanya, di aha mementingkan — hubungs® baik dengan tetangga dan se: fan usaha untuk memelihara hubuns f samanya Bate ler es al yang diangesn sat penting dla pen merupakan suatu hal Rduoan f a. sosial budaya pada dan varakat itu biasanya banyak terdapat hubung?" suatu kelompok sangat fe ‘at sederhana, dimana kehormatan atau pthak lain; paling far ane Pada kemanfaatan fungsi sosialny: ° eberhasilan dalam memberikan kepes*" scorang, 52. | SISTEM HUKUM py INDONES\ kesenangan dan kesejahteraan bagi diri sendiri dan orang lain. Secara umum kedudukan dan peranan individu demikian besar artinya bagi terciptanya stabilitas kehidupan masyarakat, karena satu-satunya tempat dalam upaya pengembangan potensi diri dan penentu jaminan hak-hak pribadi adalah kehidupan masyarakat. Singkatmya, kesempurnaan individu sangat tergantung dari besarnya pengakuan hak asasi antar sesamanya. Kendatipun pada masyarakat modern sifat individual lebih dominan, nilai-nilai sosial lebih diarahkan kepada pemenuhan kepentingan pribadi, akan tetapi kemandiriannya sebagai sosok yang berupaya menghindar dari prinsip perhitungan balas budi, tak mungkin terlepas ra absolut dari suatu hubungan kerjasama. Dalam usaha mencapai keberhasilan dan keuntungan yang sebesar-besarnya individu tetap harus memperhatikan rambu-rambu norma sosial dan hukum agar nilai-nilai persepsi pribadi tetap sclaras dengan nilai-nilai kepentingan bersama. Perbedaan nyata antara nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat sederhana dengan masyarakat modern adalah pertimbangan rasional tentang nilai-nilai _kepentingan bersama bagi kehidupan masyarakat modern lebih dominan. Sementara bagi kehidupan masyarakat sederhana dalam menilai kepentinagan bersama lebih menonjolkan. pertimbangan kepuasan nurani dan moralitas. 3.7 HAKIKAT NORMA, KEBIASAAN, ADAT-ISTIADAT D. PERATURAN DALAM MASYARAKAT 3.7.1 Manusia, Masyarakat, dan Ketertiban Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu senantiasa melakukan interaksi dengan individu atau kelompok lainny Dalam interaksi sosial tersebul, setiap individu bertindak sesuai dengan kedudukan, status sos dan peran yang mereka masing-masing. Tindakan manusia dalam interaksi sosial itu senantiasa didasari oleh nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Manusia dilahirkan dan hidup tidak terpisahkan satu sama_ lain, melainkan berkelompok. Hidup berkelompok ini merupakan kodrat manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam hidup berkelompok itu terjadilah teraksi antar manusia. Interaksi yang kalian lakukan pasti ada kepentingannya, sehingga bertemulah dua atau lebih kepentingan, Pertemuan pentingan tersebut disebut “kontak”, Menurut Surojo Wignjodipuro, ada Norma Sebagai Pengarah dan pengendali Tingkah Laku | 53

You might also like