You are on page 1of 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 Genap (2023.1)

Nama Mahasiswa : dr. Martina Sri Rezeki Siahaan

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 048488811

Tanggal Lahir : 18 Maret 1993

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211/ Hukumm Agraria

Kode/Nama Program Studi : 311/ Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 13/ UPBJJ UT Batam

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa / 27 Juni 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : dr. Martina Sri Rezeki Siahaan


NIM : 048488811
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211 / Hukumm Agraria
Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum S1
UPBJJ-UT : 13/ UPBJJ UT Batam

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.

Batam, 27 Juni 2023


Yang Membuat Pernyataan

dr. Martina Sri Rezeki Siahaan


Jawaban soal :
1.
A. Merupakan lembaga pemerintah non kementerian di Indonesia yang mempunyai tugas untuk melaksanakan
hal dalam bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BPN dahulu dikenal
dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015
Dalam melaksanakan tugasnya, BPN mengerjakan beberapa fungsi seperti penyusunan dan penetapan kebijakan
di bidang pertanahan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan, dan
masih banyak lainnya.
BPN memiliki fungsi dalam pertanahan baik dalam kebijakan hingga pengawasan tanah. Sesuai dengan peraturan
perundang-undangan fungsi BPN antara lain sebagai berikut:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang, infrastruktur
keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum keagrariaan/pertanahan, penataan agraria/pertanahan,
pengadaan tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta penanganan masalah
agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan tanah
2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agraria dan Tata
Ruang
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang
5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Agraria dan Tata Ruang
di daerah
6. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian

Agraria dan Tata Ruang tugas BPN mencakup beberapa hal seperti berikut:
1. Penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan
2. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan
3. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah, dan
pemberdayaan masyarakat
4. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan pengendalian kebijakan
pertanahan
5. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah
6. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan penanganan sengketa dan perkara
pertanahan
7. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN
8. Pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan BPN
9. Pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan informasi di bidang
pertanahan
10. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan
11. Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan Untuk menyelenggarakan tugas
dan fungsi BPN di daerah, dibentuk Kantor Wilayah BPN di provinsi dan Kantor Pertanahan di kabupaten
atau kota.

B. Akibat hukum terhadap pemalsuan akta otentik yang dilakukan oleh seorang notaris atau Pejabat Pembuat
Akta Tanah, didasarkan yaitu pada aturan yang telah diatur dalam Undang- Undang Jabatan Notaris (UUJN),
dimana notaris apabila terlibat dalam suatu tindak pidana dan setiap akta dibuat olehnya tidak bersumber,
maka diberikan hukuman melalui 3 (tiga) ketentuan berikut, antara lain:
1. Berdasarkan ketentuan yang pertama menurut Peraturan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris dapat diterapkan sanksi, yaitu berupa pemecatan jabatan atau notaris
diberhentikan dari jabatannya oleh Pemerintah maupun Menteri dikarenakan telah lalai dan melanggar
Kode Etik Profesi Notaris dalam menjalankan tugasnya sebagai Pejabat Umum Pembuat Akta. Penerapan
sanksi secara adminstratif atau kode etik notaris yang dijatuhkan dapat berupa teguran secara lisan, baik
tertulis sampai dengan pemberhentian tidak hormat dari Majelis Pengawas.
2. Setelah melewati ketentuan pertama selanjutnya dapat ditingkatkan berdasarkan ketentuan yang kedua,
yaitu menurut Sanksi Keperdataan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang wajib
membayar ganti kerugian kepada para pihak yang dirugikan.
3. Tahap akhir dapat ditindaklanjuti berdasarkan ketentuan yang ketiga, Yaitu menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana Pasal 264 Ayat (1) mengenai pemalsuan surat diperberat, sedangkan Pasal 266
Ayat (1), pelaku penghadap atau Klien yang menyuruh Notaris melakukan untuk memasukkan
keterangan palsu kedalam akta otentik dan bunyi dari masing-masing Ayat (2) antara Pasal 264 dan Pasal
266 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana. Isinya sama, yaitu tentang pembuatan akta dengan
kesengajaan memakai akta seolah-olah isinya benar.

2.
A. Mengenai apakah BUMN dapat memiliki tanah dengan hak milik atau tidak, Anda dapat melihat pada
ketentuan Pasal 21 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (“UUPA”). Dalam Pasal 21 ayat (1) UUPA dikatakan bahwa hanya warga-negara Indonesia dapat
mempunyai hak milik. pada Pasal 21 ayat (2) UUPA tersirat bahwa badan hukum dapat memiliki hak milik
atas tanah apabila ada penetapan oleh pemerintah. Ayat tersebut menyiratkan peluang badan hukum
memiliki hak milik atas tanah namun dengan persyaratan jika ada penetapan dari Pemerintah.
B. Hak-hak atas tanah berdasarkan Pasal 16 UUPA adalah sebagai berikut hak milik hak guna usaha hak guna
bangunan hak pakai hak sewa hak membuka tanah hak memungut hasil hutan hak hak lain yang tidak
termasuk dalam hak hak tersebut yang akan ditetapkan dengan undang undang.
Hak penguasaan atas tanah terjadi bila subjek melakukan tindakan yang menghasilkan hak atas tanah oleh
subjek atau hak penguasaan atas tanah tersebut, Subjek kepemilikan atas hak penguasaan atas
tanah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 UUPA hingga Pasal 16 adalah adalah bangsa Indonesia secara
keseluruhan, yang dirincikan kembali dapat berupa negara, masyarakat adat, perorangan, dan badan
usaha.Tanah sebagai objek dapat dikuasai oleh subjek. Dalam hubungannya tiap-tiap subjek-subjek
tersebut diatas dapat memiliki hak atas tanah berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak
pakai, Hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil hutan, hak hak lain.

3.
A. Indonesia menganut sistem publikasi negatif dalam kegiatan pendaftaran tanah, dimana negara tidak
menjamin kebenaran data yang disajikan dalam sertipikat. Hal ini sekilas menggambarkan kondisi tidak
dijaminnya kepastian hukum dalam kegiatan pendaftaran tanah, sehingga banyak pihak yang menginginkan
agar pemerintah mengganti kebijakan pendaftaran tanah kearah Stelsel Positif. Hasil analisis menunjukkan
bahwa pada dasarnya sistem publikasi negatif yang dianut Indonesia bukanlah sistem publikasi yang tidak
menjamin kepastian hukum. Hal ini karena sistem publikasi negatif tersebut tidak berlaku untuk selamanya,
tetapi hanya berlaku selama 5 tahun. Sistem publikasi negatif di Indonesia tetap menganut unsur positif,
dimana pemerintah akan menjamin kebenaran data yang disajikan setelah 5 tahun tanah didaftarakan.
Pembatasan tersebut justru bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap pemilik tanah
sejati, sehingga dimungkinkan adanya gugatan oleh pihak yang merasa berhak dalam waktu 5 tahun sejak
diterbitkanya sertipikat secara sah. Secara filosofis, system ini sangat sesuai dengan nilai hukum yang hidup
dalam masyarakat, dimana tanah harus diperoleh dengan itikad baik, diduduki secara nyata dan
memeliharanya. Lebih lanjut ketentuan tersebut disempurnakan oleh hukum pertanahan nasional yaitu
dengan mendaftarakan hak, untuk memperoleh kepastian dan perlindungan hukum. Sebaiknya pihak yang
merasa berhak atas tanah, benar-benar menguasai tanahnya secara nyata, menjaga dan melakukan
pendaftaran hak, sehingga perlindungan dan kepastian hukum diperoleh meskipun dengan stelsel negatif.

B. Diketahui bahwa bukti kuitansi dalam transaksi jual beli tanah tetaplah sah, karena telah terpenuhinya
unsur jual beli (perjanjian) sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata Jo Pasal 1457 KUH
Perdata. Meskipun jual beli dibawah tangan sah secara hukum berdasarkan asas kebebasan berkontrak
serta adanya kesepakatan antara para pihak, namun untuk mengurus proses pendaftaran balik nama belum
bisa dikatakan sah karena ada beberapa persyaratan administrasi belum dipenuhi yaitu syarat formil dan
untuk memperoleh pemindahan hak atas tanah dan balik nama harus memiliki akta yang dibuat oleh PPAT
karena pemindahan hak atas tanah melalui jual beli tanah harus dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh
PPAT. Akibat hukum kuitansi dalam jual beli Hak Atas Tanah yang dilakukan secara di bawah tangan,
apabila timbul sengketa antara pihak penjual dan pihak pembeli, akta di bawah tangan masih dapat
disangkal dan baru mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. apabila diakui oleh kedua belah
pihak, atau dikuatkan lagi dengan alat bukti lainnya. Oleh karenanya, dikatakan bahwa akta di bawah
tangan merupakan permulaan bukti tertulis dan apabila ingin melakukan balik nama maka para pihak baik
penjual maupun pembeli harus membuat akta jual beli yang dibuat oleh PPAT sebagai landasan untuk
melakukan balik nama di kantor BPN.
4.
A. UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Pengadaan
Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan. masyarakat dengan tetap
menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak. Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat.
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan dengan pemberian Ganti Kerugian yang layak dan
adil.

B. Hasil kesepakatan dalam musyawarah menjadi dasar pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak.
Hasil kesepakatan tersebut dimuat dalam berita acara kesepakatan. (Pasal 37 ayat (2) UU 2/2012) Jika tidak
terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian, pihak yang berhak dapat
mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri setempat dalam waktu paling lama 14 hari setelah
musyawarah penetapan ganti kerugian (Pasal 38 ayat (1) UU 2/2012). Pengadilan negeri memutus bentuk
dan/atau besarnya ganti kerugian dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak diterimanya pengajuan
keberatan.( Pasal 38 ayat (2) UU 2/2012). Jika ada pihak yang keberatan dengan putusan pengadilan negeri,
maka pihak yang keberatan tersebut, dalam waktu paling lama 14 hari kerja, dapat mengajukan kasasi
kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia (Pasal 38 ayat (3) UU 2/2012). Selanjutnya, Mahkamah Agung
wajib memberikan putusan dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak permohonan kasasi diterima.( Pasal
38 ayat (4) UU 2/2012).
Putusan pengadilan negeri/Mahkamah Agung yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap menjadi dasar
pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang mengajukan keberatan. (Pasal 38 ayat (5) UU 2/2012). Jika
pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian, tetapi tidak mengajukan keberatan
dalam waktu yang telah ditetapkan, maka karena hukum pihak yang berhak dianggap menerima bentuk dan
besarnya ganti kerugian hasil musyawarah. (Pasal 39 UU 2/2012)
Melihat dari ketentuan-ketentuan di atas, jika para pemilik tanah tidak setuju dengan besarnya ganti
kerugian berdasarkan hasil perundingan, maka pemilik tanah tersebut dapat mengajukan keberatan pada
pengadilan negeri setempat. Pemilik tanah tersebut tidak dapat digusur dengan paksa karena berdasarkan
Pasal 5 UU 2/2012, pemilik tanah wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk
kepentingan umum setelah pemberian ganti kerugian atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Uang ganti rugi pengadaan tanah utk kepentingan umum yg sdh disepakati atau berdasarkan putusan
pengadilan dititipkan di pengadilan sebagai uang konsinyasi apabila pihak pemilik tanah tdk bersedia
menerima pembayaran.dengan demikian pihak debitur terbebas dalam pembayaran ganti rugi krn sdh
dititipkan di pengadilan. Uang ganti rugi pengadaan tanah utk kepentingan umum yg sdh disepakati atau
berdasarkan putusan pengadilan dititipkan di pengadilan sebagai uang konsinyasi apabila pihak pemilik tanah
tdk bersedia menerima pembayaran.dengan demikian pihak debitur terbebas dalam pembayaran ganti rugi
krn sdh dititipkan di pengadilan.
Pengadaan tanah dalam keadaan mendesak adalah pengadaan tanah akibat bencana alam , perang, konflik
sosial yang mrluas dan wabah. Keadaan mendesak sebagai mana diatur dlm Uu No.12 Tahun 2012 psl 49.

You might also like