You are on page 1of 19

MAKALAH MAMMOGRAFI

Dosen : Siti Umamah S. ST M. Kes

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

Adhya Adillah 32022001

Dea Mutia 32022008

Etika Geger Best Two 32022014

Iis Ismawati Dewi 32022016

Melati Bulan Sari 32022021

Puspita Pangestu Aji 32022030

STIKES PRIMA INDONESIA


Jl. Raya Babelan No.9,6 KM, RW.6, Kebalen, Babelan, Bekasi Regency, West Java 17610
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan, pada semester kedua dengan judul “
MAMMOGRAFI”.

Dengan tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengerti . kami mengucapkan terima
kasihkepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini. Untuk itu
sudah selayaknya kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Umamah SST, M. Kes
yang telah memberi tanggung jawab kepada kami .Akhirnya kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun karya tulis ini, sangat kami harapkan dan kami ucapkan Terimaksih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................................................................
BAB I.................................................................................................................................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................................................................................................
1.1Latar Belakang..........................................................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................................................
BAB II................................................................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................................................................
2.1Anatomi dan Fisiologi Payudara.....................................................................................................5
2.2.1 Definisi Kanker Payudara.....................................................................................................................................
2.2.1 Patofisiologi Kanker Payudara..............................................................................................................................
2.2.1 Tanda dan Gejala Kanker Payudara......................................................................................................................
2.2.1 Stadium Kanker Payudara.....................................................................................................................................
2.2.1 Pencegahan Kanker Payudara...............................................................................................................................
2.2.1 Pengertian Mammografi......................................................................................................................................
2.2.1 Metode Mammografi...........................................................................................................................................
2.2.1 Manfaat Mammografi.........................................................................................................................................
BAB III.............................................................................................................................................................................
KESIMPULAN................................................................................................................................................................

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Saat ini kanker payudara menempati urutan pertama dari 10 kanker terbanyak di
Indonesia. Masalah di Indonesia adalah belum semua perempuan tahu cara mendeteksi
dini kanker payudara. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai deteksi dini kanker payudara salah-satunya tentang mammografi. (Rosmawati,
2010). Sebenarnya kanker payudara bisa ditangani dengan optimal, bila terdeteksi sejak
dini. Sayangnya, banyak pasien yang baru datang ke dokter ketika sudah stadium lanjut.
(Hastutik, 2010). Alasan orang malas melakukan pemeriksaan sejak dini karena
ketidaktahuan juga menjadi salah satu faktor, benjolan payudara tidak terasa sakit, dan
penderitanya kebanyakan sudah menopause dan berpikir tidak ingin merepotkan
keluarga. (Nugraheni, 2010). WHO memprediksi, tahun 2030 akan terjadi ledakan
insiden penyakit kanker di negara berkembang, dan kanker payudara termasuk di
dalamnya. Indonesia salah satu negara berkembang yang juga mengalami kenaikan
insiden kanker. Riset Penyakit Tidak Menular (PTM) 2016 menyatakan perilaku
masyarakat dalam deteksi dini kanker payudara masih rendah. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai mammografi. (Rosmawati, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengetahuan ibu-ibu tentang mammografi dalam upaya deteksi awal
kanker payudara sebelum dilakukan penyuluhan?
2. Bagaimana pelaksanaan penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan kepada
masyarakat tentang mammografi?
3. Bagaimana pengetahuan ibu-ibu tentang mammografi dalam upaya deteksi awal
kanker payudara setelah dilakukan metode penyuluhan?
1.3Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengetahuan tentang mammografi dalam
upaya deteksi awal kanker payudara sebelum dilakukan penyuluhan.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengetahuan penyuluhan dalam
meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat tentang mammografi.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi pengetahuan penyuluhan tentang mammografi
dalam upaya deteksi awal kanker payudara setelah dilakukan metode penyuluhan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara


Payudara merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari lemak, kelenjar, dan
jaringan ikat. Payudara terletak di dinding anterior dada dan meluas dari sisi
lateral sternum menuju garis mid-aksilaris di lateral. Payudara dibagi atas korpus,
areola, dan puting (Faiz et al., 2003).
Bagian payudara yang membesar dinamakan korpus. Di dalam korpus
terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan lobus. Setiap payudara
mempunyai 15-30 lobus dipisahkan oleh septa fibrosa yang membentang dari
fasia profunda menuju kulit atas dan membentuk struktur payudara. Terdapat
duktus laktiferus yang keluar dari lobus dan pada bagian terminal duktus
laktiferus terdapat sinus laktiferus menyatu pada puting. Puting (papilla)
merupakan bagian menonjol di ujung payudara yang berfungsi sebagai saluran
keluarnya ASI. Bagian payudara di sekitar puting yang berwarna kecokelatan
dinamakan aerola (Faiz et al., 2003).
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama
ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesterone yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang
dan timbilnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.
Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan
yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu menstruasi mulai semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi
waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus
lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon
prolactin dan hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus,
mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Sjamsuhidajat,
2004).

5
Kanker Payudara
2.2.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker adalah suatu proses penyakit yang disebabkan oleh perubahan sel abnormal
karena mutasi genetik dari DNA. Sel abnormal membentuk klon dan berproliferasi di
sekitar sel tersebut (Brunner dan Suddarth, 2002).
Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan
jaringan penunjang payudara. Kanker payudara terjadi ketika sejumlah sel di dalam
payudara tumbuh dan berkembang tak terkendali. (Luwia 2003).
Menurut Rasjidi,2010; Suryaningsih, 2009; Fanani, 2009, kanker payudara sampai
saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti, namun beberapa factor
kemungkinannya adalah :
1) Usia Menarche dan siklus menstruasi
Menarche dini pada usia relative muda (≤ 12 tahun) berhubungan dengan
peningkatan resiko kanker payudara. Siklus menstruasi yang kurang dari 26 hari pada
usia 18-22 tahun diprediksi mengurangi resiko kanker payudara dan menopause yang
terlambat atau mati haid pada usia lebih dari 50 tahun dapat meningkatkan resiko
kanker payudara 3%.
2) Genetik
Wanita yang memiliki riwayat keluarga penyakit kanker payudara, memiliki resiko
kanker payudara 2 kali lipat dibandingkan wanita dengan keluarga yang tidak
memiliki riwayat penyakit kanker payudara.
3) Obesitas
Obesitas berhubungan dengan penurunan resiko kanker pada pramenopause dan
peningkatan resiko kanker payudara selama masa pascamenopause.
4) Pemakaian obat-obatan
Theraphy obat hormone pengganti (Hormone Replacement Theraphy (HRT)) seperti
hormone eksogen akan menyebabkan peningkatan resiko mendapat penyakit kanker
payudara
2.2.2 Patofisiologi Kanker Payudara
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker
payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada
6
system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan selsel atipik.
Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiamter 1 cm). pada ukuran itu,
kira-kira seperempat dari kanker payudara telah bermetase. Kebanyak dari kanker
ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling
sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin
berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada
kulit ulserasi (Price, 2006).
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kira-kira 1-2%
wanita dengan kanker payudara gejalagejalanya mirip dengan infeksi payudara akut.
Kulit menjadi merah, pansa, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan
jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru,pleura, dan
tulang (Price,2006).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat mendatangkan
stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang.
Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap
yaitu preoperative, intra operatif dan pos operatif. Operasi ini merupak stressor kepada
tubuh dan memicu respon neuron endocrine respon terdiri dari system saraf simpati yang
bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap system cukup gawat
atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak
beban dan syock akan terjadi. Anestesi tertentu dipakai dapat menimbulkan terjadinya
syock.
Respon metabolism juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolism untuk
memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang
dipakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi
kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi
yang optimal.
Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat maupun
yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi
benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo
mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal, (Mansjoer, 2000).

7
2.2.3 Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Gejala kanker payudara terdiri dari 3 fase menurut Gale, (2000) diantaranya yaitu :
1) Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa tanda dan gejala). Tanda dan gejala
yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada payudara. Kebanyakan kira-
kira 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Kanker patudara pada stadium dini
biasanya tidak menimbulkan keluhan.
2) Fase lanjut :
a) Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya
b) Luka pada payudara sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
c) Eksim pada putting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau diobati.
d) Putting sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari putting atau keluar air susu
pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui.
e) Putting susu tertarik kedalam
f) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange).
3) Metastase luas, berupa :
a) Pembersaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal
b) Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa eflusi pleura
c) Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke
tulang
d) Fungsi hati abnormal

2.2.4 Stadium Kanker Payudara


Stadium kanker payudara didasarkan pada letaknya, penyebarannya dan sejauh mana
pengaruh terhadap organ tubuh lain. Ini merupakan salah satu cara dokter untuk
menentukan pengobatannya apa yang cocok untuk para pasien. Para penderita kanker
payudara ada stadium dini dan stadium lanjut. Stadium dini adalah stadium dari mana
sebelum adanya kanker hingga stadium dua. Sedangkan stadium lanjut sudah berada
dalam stadium tiga dan empat.
Berikut ini penjelasan mengenai tingkatan stadium menurut Suryaningsih (2009) :
Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak
ada klasifikasi/infiltrasi berkulit dan jaringan dibawahnya. Besar tumor
1-2 cm. KGB (Kelenjar Getah Bening) regional belum teraba.
Stadium II : Sama dengan stadium I, besar tumor 2-5 cm, sudah ada KGB (+),
tetapi masih bebas dengan diameter kurang 2 cm.
8
Stadium III A : Tumor berukuran 5-10 cm, tetapi masih bebas dari jaringan
sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.
Stadium III B : Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran 5- 10 cm, fiksasi pada
kulit/dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3
permukaan kulit payudara) ulserasi nodul satelit, KGB aksila melekat
satu sama lain atau kejaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm dan
belum ada metasfasis jauh.
Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I,II,dan III) teatapi sudah
disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-lelavikula dan
metastasis jauh lainnya.

2.2.5 Pencegahan Kanker payudara


Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insiden
kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian akibat
kanker payudara (Suryaningsih, 2009).
1) Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan yang ditunjukan kepada orang
sehat yang belum memiliki faktor resiko. Upaya ini dimaksudkan dengan
menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak
mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya.
Pemceahan primordial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditujuan kepada
orang sehat melalui upaya pola hidup sehat (Agustina, 2013).
2) Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang
sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer
dilakukan melalui upaya menghindrarkan diri dari keterpaparan berbagai faktor
resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer
adalah menurunkan insiden kanker payudara yang tepat dilakukan dengan (Lucia,
2009) :
a) Kurangi makanan yang berlemak tinggi seperti mentega, margarine, dan santan.
Lebih baik dapatkan asupan lemak dari kacang-kacangan dan biji-bijian. Hindari
jeroan, otak, makanan berkuah santan kental, kulit ayam dan kuning telur. Pilihlah
daging tanpa lemak, makanan berkuah bening, susu rendah lemak, susu kedelai,
yogurt, putih telur dan ikan sebagai sumber protein yang baik.
9
b) Sedapat mungkn hindari bahan pangan atau pengawet yang dalam jangka
Panjang dapat menjadi pemicu kanker.
c) Pilih makanan atau minuman yang berwarna putih alami (tidak menggunakan
bahan perwarna). Gunakan pewarna dari bahan makanan misalnya warna coklatnya
dari bubuk coklat, merahnya strawberry, kuningnya kunyit dan hijaunya daun suji.
Jangan menambahkan saus, kecap, garam, dan bumbu-bumbu secara berlebihan.
Perbanyak makan buah dan sayur.
d) Teknik pengolahan makanan juga mempengaruhi mutu makanan. Pilih makanan
dengan metode makanan dikukus, direbus, ditumis dengan sedikit minyak.
e) Perbanyak minum air putih, mineral 8 gelas sehari, hindari minuman beralkohol,
bersoda dan minuman dengan kandungan gula dan kafein tinggi. Jus buah dan
sayuran baik dan menjaga dan memelihara kesehatan tubuh.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri
dari pada oleh dokter. Karena itu, wanita harus mewaspadai setiap perubahan yang
terjadi pada payudara. Untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut dilakukan
pemeriksaan sederhana yang disebut pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
(Suryaningsih, 2009).
3) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan
mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalu
diagnose dan deteksi dini serta pemberian pengobatan (Otto, 2005).
a) Diagnosa Kanker Payudara
Diagnosa kanker payudara bisa dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan yaitu :
I. Anamnesa
a. Anamnesa terhadap keluhan di payudara atau ketiak apakah ada
benjolan rasa sakit, edema lengan atau kelainan kulit.
b. Anamnesa terhadap keluhan di tempat lain berhubungan dengan
metastasis seperti nyeri tulang, vertebrata, sesak, batuk, dan lain-
lain.
c. Anamnesa terhadap faktor-faktor resiko (usia, riwayat keluarga,
riwayat kanker individu dan konsumsi lemak).

10
II. Pemeriksaan Fisik
Ketepatan mendiagnosa kanker payudara dengan pemeriksaan fisik
sekitar 70%. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap status lokalis
payudara kanan atau payudara kiri atau bilateral dan penderita harus
diperiksa dalam posisi duduk atau terlentang. Kemudian payudara
diperiksa sehubungan dengan perubahan kulit, perubahan putting susu,
status kelenjar getah beting dan pemeriksaan pada lokasi metastasis jauh.
III. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di
curgai ganas. Biopsy jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor
dengan jarum halus dan disedot dengan spuit 10 cc sampai jaringan
tumor lepas dan masuk kedalam jarum. Kemudia jaringan tumor
diperiksa dilaboratorium oleh ahli Patologi Anatomi untuk mengetahui
apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna).
IV. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan menggunakan Mammografi
dan USG (Ultrasonografi) payudara. Mammografi merupakan tindakan
pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X berintensitas
rendah. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat ada tidaknya
benjolan pada payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
perempuan dengan keluhan perihal payudara, baik setelah ditemukan
maupun sebelum ditemukan adanya benjolan dan sebagai check up
kanker payudara.
American Cancer Sosiety dalam programnya menganjurkan sebagai
berikut :
a. Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali
mammografi dasar (Baseline Mammogram)
b. Untuk perempuan 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1 atau 2
tahun sekali.
c. Untuk perempuan berumur diatas 50 tahun, mammografi dilakukan
setahun sekali.
USG sangat bermanfaat jika digunakan bersamaan dengan mommografi
untuk tujuan diagnosis untuk membantu membedakan kista berisi cairan

11
atau solid. Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto thoraks.
USG abdomen, Bone Scanning (Scan Tulang) dan CT Scan.
4) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang
lebih berat dan memberikan penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang hidup
penderita. Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita, meneruskan pengobatan serta memberika dukungan psikologis bagi
penderita. Upaya rehabilitasi terhadap penderita kanker payudara dilakukan dalam
bentuk rehabilitasi medik serta rehabilitasi jiwa dan social. Rehabilitasi medik
dilakukan untuk mempertahankan keadaan penderita pasca operasi atau pasca terapi
lainnya. Rehabilitasi jiwa dan social diberikan melalui dukungan moral dari orang-
orang terdekat dan konseling dari pertugas kesehatan maupun tokoh agama (Gale,
2000).

2.2.6 Pengertian Mammografi

Mammografi merupakan suatu tes yang aman untuk melihat adanya masalah pada
payudaraperempuan. Tes ini menggunakan mesin khusus dengan sinar X dosis rendah
untuk mengambil gambarkedua payudara. Hasilnya direkam dalam suatu film sinar X
atau langsung menuju komputer untukdilihat oleh seorang ahli radiologi.

Mammogram memungkinkan dokter untuk melihat dengan lebih jelas benjolan pada
payudaradan perubahan di jaringan payudara. Mammogram dapat menunjukkan
benjolan kecil ataupertumbuhan yang tak teraba baik oleh dokter atau perempuan itu
sendiri ketika melakukanpemeriksaan payudara. Mammografi adalah alat skrining
terbaik yang dimiliki dokter untuk menemukankanker payudara. Jika suatu benjolan
ditemukan, maka dokter akan melakukan tes-tes lainnya sepertiUSG atau biopsi, yaitu
suatu tes untuk mengambil sejumlah kecil jaringan dari benjolan dan daerahsekitar
benjolan. Jaringan tersebut dikirim ke laboratorium untuk dicari adanya kanker atau
perubahan-perubahan yang dapat menunjukkan bahwa terdapat adanya kanker.
Benjolan atau pertumbuhan dipayudara dapat bersifat jinak (bukan kanker) atau ganas
(kanker). Jika kanker payudara ditemukansecara dini berarti perempuan tersebut
memiliki kemungkinan bertahan (survival) dari penyakit ini lebihbaik. Selain itu lebih
banyak pilihan terapi yang tersedia bila kanker payudara ditemukan dini.

12
Mammografi adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-
X dosis rendah(umumnya berkisar 0,7 mSv). Mammografi digunakan untuk melihat
beberapa tipe tumor dan kista, dantelah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat
kanker payudara. Selain mammografi, pemeriksaanpayudara sendiri dan pemeriksaan
oleh dokter secara teratur merupakan cara yang efektif untukmenjaga kesehatan
payudara. Beberapa negara telah menyarankan mammografi rutin (1-5 tahun
sekali)bagi perempuan yang telah melewati paruh baya sebagai metode screening untuk
mendiagnosa kankerpayudara sedini mungkin.

Sebagaimana penggunaan sinar-X lainnya, mammogram menggunakan radiasi ion


untuk menghasilkan gambar. Radiolog kemudian menganalisa gambar untuk
menemukan adanyapertumbuhan yang abnormal. Walaupun teknologi mammografi
telah banyak mengalami kemajuan daninovasi, ada komunitas medis yang meragukan
penggunaan mammografi karena tingkat kesalahan yangmasih tinggi dan karena radiasi
yang digunakan dapat menimbulkan bahaya.

Diketahui bahwa sekitar 10% kasus kanker tidak terdeteksi dengan mammografi
(missed cancer). Hal itudisebabkan antara lain oleh jaringan normal yang lebih tebal
disekitar kanker, atau menutupi jaringankanker sehingga jaringan kanker tidak terlihat.

Ultrasound, Ductography, dan Magnetic Resonance merupakan beberapa teknik lain


yang jugadigunakan untuk memperkuat hasil mammografi. Ductogram digunakan
untuk mengevaluasi darah yang keluar dari puting. Magnetic resonance imaging (MRI)
digunakan untuk evaluasi lanjutan atau sebelumoperasi untuk melihat adanya daerah
abnormal lainnya.

Jenis-jenis mammografi :

1. Skrining mammografi dilakukan untuk


perempuan yang tidak mempunyai gejala-
gejala kankerpayudara. Ketika usia Pasien
mencapai 40, Pasien sebaiknya menjalani
mammografi setiap satu atau duatahun.

2. Mammogram diagnostik dilakukan ketika


seorang perempuan memiliki gejala-gejala
kanker payudaraatau terdapat benjolan di

13
payudara. Mammogram ini memakan waktu lebih lama karena gambarpayudara yang
diambil lebih banyak.

3. Mammogram digital mengambil gambaran elektronik payudara dan menyimpannya


langsung dikomputer. Penelitian terbaru tidak menunjukkan bahwa gambaran digital
lebih baik dalam menemukankanker daripada film sinar X.

2.2.7 Metode Mammografi

Pasien berdiri di depan mesin sinar X lalu meletakkan payudara pasien (satu per satu)
di antaradua bidang plastik. Bidang ini kemudian menekan payudara untuk
meratakannya. Pasien akanmerasakan tekanan pada payudara selama beberapa detik
dan semakin rata payudara Pasien, makinbaik gambarnya. Paling sering dua gambar
diambil dari masing-masing payudara, satu dari samping dansatu dari atas.
Mammogram skrining memakan waktu sekitar 15 menit dari awal sampai akhir

2.2.8 Manfaat Mammografi

Melalui pemeriksaan Mammografi, angka kematian karena kanker payudara dapat


diturunkansampai dengan 30%. Dalam metode Mammografi, Sinar X yang dipancarkan
sangat kecil, sehinggametode ini relatif aman, dan pelaksanaannya relatif mudah.

14
Kiri : Normal, Kanan: Ada Kanker
Seperti halnya tes medis lainnya, mammogram memiliki keterbatasan, meliputi:

 “Negatif palsu” dapat terjadi. Artinya, semuanya terlihat normal tetapi sebenarnya
terdapat kanker.Negatif palsu jarang terjadi. Perempuan yang lebih muda lebih
cenderung mendapatkan hasilmammogram negatif palsu daripada perempuan yang
lebih tua. Hal ini disebabkan jaringan payudaralebih padat sehingga kanker lebih
sulit terlihat.
 “Positif palsu” dapat terjadi. Hal ini terjadi ketika hasil mammogram menunjukkan
adanya kanker, walaupun sebenarnya tidak ada. Positif palsu lebih sering terjadi
pada perempuan yang lebih mudadaripada perempuan yang lebih tua.
 Mamografi pada wanita muda sulit ditafsirkan, karena payudara wanita muda
biasanya lebih padat.
 Terkadang dibutuhkan tes pemeriksaan lain untuk memastikan diagnosisnya.
 Tes ini tidak bisa mendeteksi semua kanker. Beberapa kanker yang terdeteksi pada
pemeriksaan fisik mungkin tidak terlihat pada mammogram karena terlalu kecil
atau berada di area yang sulit terlihat dengan tes ini.
 Tidak semua tumor yang ditemukan dapat disembuhkan. Jenis kanker tertentu
bersifat agresif dan menyebar dengan cepat ke area tubuh lainnya.

15
BAB III
KESIMPULAN

Dapat kita diketahui, mamografi adalah pemeriksaan yang terkadang menimbulkan


rasa nyeri atau tidak nyaman pada payudara Anda. Namun, jangan khawatir, hal ini
bersifat sementara dan tidak semua wanita akan merasakan hal tersebut. Selain itu, perlu
diketahui juga, ibu hamil dan ibu menyusui tidak diperkenankan melakukan tes ini karena
paparan sinar-X dapat membahayakan bayi dan janin.

Kata pepatah “lebih baik menjaga daripada mengobati” ini perlu kita realisasikan
dengan menghindari penyebab kanker payudara yang sudah dituliskan pada BAB II, dan
jangan lupa untuk tetap menjaga nutrisi dan kebutuhan harian tubuh yaa!

Mammografi adalah
pemeriksaan sederhana dengan
menggunakan mesin Xray.
Dengan menggunakan mesin
mammografi tersebut, payudara
ditempatkan di antara dua
plat dari mesin x-ray dan akan
dilakukan penekanan. Keadaan
ini mungkin menimbulkan

16
sedikit rasa tidak nyaman, namun
hal ini penting untuk
mendapatkan hasil gambar yang
baik. Penekanan tersebut hanya
berlangsung beberapa detik.
Seluruh prosedur
mammografi biasanya memakan
waktu sekitar 20-30 menit untuk
satu payudara.
Mammografi merupakan
pemeriksaan paling utama
untuk melakukan deteksi
kanker payudara pada stadium
awal. Meskipun hasil dari
mammografi tidak 100% akurat,
namun mammografi merupakan
metode terbaik untuk mendeteksi
kanker payudara.
17
Pemeriksaan mammografi
sebaiknya dilakukan dua tahun
sekali pada usia 35 – 50 tahun,
sedangkan usia diatas 50 tahun
dilakukan satu tahun
sekaliDengan menggunakan
mesin mammografi tersebut,
payudara ditempatkan di antara
dua
plat dari mesin x-ray dan akan
dilakukan penekanan. Keadaan
ini mungkin menimbulkan
sedikit rasa tidak nyaman, namun
hal ini penting untuk
mendapatkan hasil gambar yang
baik. Penekanan tersebut hanya
berlangsung beberapa detik.
Seluruh prosedur
18
mammografi biasanya memakan
waktu sekitar 20-30 menit untuk
satu payudara.
Mammografi merupakan
pemeriksaan paling utama
untuk melakukan deteksi
kanker payudara pada stadium
awal. Meskipun hasil dari
mammografi tidak 100% akurat,
namun mammografi merupakan
metode terbaik untuk mendeteksi
kanker payudara.
Pemeriksaan mammografi
sebaiknya dilakukan dua tahun
sekali pada usia 35 – 50 tahun,
sedangkan usia diatas 50 tahun
dilakukan satu tahun sekali

19

You might also like