You are on page 1of 11
184 n Pembelajaran 4: i: Teknik Pengambilan Keputusan Etis (Stepanus) ‘A. Pengertian Pengambilan Keputusan Etis Menurut Kusnadi, pengambilan keputusan adalah penetapan atau pemilihan suatu alternatif dari beberapa alternatif yang tersedia, dengan memperhatikan kondisi internal maupun eksternal yang ada.” Sementara itu, pengambilan keputusan menurut Siagian bahwa pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi. Pendekatan yang sistematis itu menyangkut pengetahuan tentang hakikat masalah yang dihadapi itu, pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah yang dihadapi, analisis masalah dengan menggunakan fakta dan data, mencari alternatif pemecahan, menganalisis setiap alternatif schingga ditemukan alternatif yang paling rasional, dan penilaian dari hasil yang dicapai sebagai akibat dari keputusan yang diambil.”” Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu kkasus atau masalah, dan mengumpulkan data dan fakta-fakta yang ada sehingga ‘mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang paling rasional Secara sederhana, keputusan etis adalah dimana kita harus mengambil suatu keputusan yang sulit untuk dipertimbangkan, Pengertian dari kata etis adalah bertindak secara konsisten terhadap sesuatu yang biasanya dipikirkan oleh individu dan kelompok masyaraat ketika dianggap sebagai nilai yang baik yang mencakup keadilan, martabat, kesetaraan, kejujuran, keragaman, dan hak-hak individu, Keputusan etis itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu di antara alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Keputusan etis itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat penting. Keputusan etis adalah suatu keputusan mengenai apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang buruk. Oleh karena itu keputusan etis adalah keputusan yang sering sulit dan rumit, Sementara itu keputusan etis mau tidak mau harus dilakukan, dan Kusnadi, dkk., Pengantar Manajemen: Konsepsual & Perilaku (Malang; Unibraw, 2005), 396, ” Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 39. 185 tidak bisa dihindari. Karena keputusan tis merupakan bagian yang harus dihadapi manusia dalam hidupnya. Untuk mempermudah pemahaman tentang keputusan etis, sebaiknya kita melihat satu contoh masalah yang dihadapi seseorang dan bagaimana mengambil keputusan etis atas masalah tersebut. Sewaktu seorang ayah sedang berbincang dengan anaknya, mereka melihat ada seorang tamu datang. Ayahnya tidak mau bertemu dengan tamu tersebut. Ayahnya berjalan ke belakang dan berkata kepada anaknya, “beritahu tamu itu bahwa ayah sudah pergi”. Anaknya tahu bahwa ia harus menghormati ayahnya, tetapi ia juga tahu bahwa tidak boleh berdusta.”” Sebagai seorang mahasiswa/i kita harus dapat mengambil keputusan-keputusan etis tersebut, karena dalam kehidupan kita tidak terlepas dari pilihan-pilihan yang memerlukan pengambilan keputusan etis Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan etis adalah suatu proses pemikiran yang sistematis terhadap suatu kasus atau masalah, pengumpulan data dan fakta-fakta mengenai apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang buruk sehingga mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang paling rasional B. Ciri-Ciri Keputusan Etis Jika kita mengalami suatu masalah, kita sering merasakan dalam hati dan menggunakan perasaan dalam menyelesaikan suatu masalah. Kata hati sering berperan dalam mengambil keputusan yang akan kita lakukan. Rasa kuatir akan salahnya mengambil suatu keputusan kerap kali kita rasakan, untuk itu kita perlu memperhatikan ciri-ciri dari keputusan itu sendiri, yaitu:”” 1, Pertimbangan tentang benar dan salah. Dalam Alkitab dikatakan “Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat...” (1. Raj. 3:9). Dalam doa tersebut Salomo berharap kepada Allah untuk memberi hikmat dan kebijaksanaan, agar dapat memimpin bangsanya dengan baik dan sesuai dengan kehendak Allah. Oleh karena itu arti pertimbangan yang dimaksud adalah dapat membedakan apa yang baik dan yang jahat, apa yang benar dan yang salah. Baik * Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan tis dan Faktor-Faktor Yang Ada di Dalamnya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 14. ™ Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor Yang Ada, 16-25. 186 dan buruk berkaitan dengan tindakan dan perbuatan manusia, sementara itu etika memperhatikan norma-norma, tujuan dan cita-cita manusia. Dengan demikian dalam etika Kristen tindakan, tujuan, cita-cita dan pertimbangan yang kita pikirkan harus sesuai dengan kehendak Allah. Maka keputusan etis dapat dinilai dari tujuan dan kepentingannya, yaitu harus menyangkut pada kebaikan untuk semua orang. 2, Menyangkut pilihan yang sukar. Pengambilan keputusan etis sering menyangkut pada pilihan yang sulit dan seringkali pilihan itu dilematis. Meskipun sering mengalami kesulitan, kita perlu berusaha untuk mencapai keputusan yang baik, benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Etika dapat menolong kita dalam mengambil keputusan yang baik dan benar, berdasarkan pada pikiran yang cerah, jernih, cermat dan cerdas, Serua dapat kita peroleh jika kita mau menyerahkan diri kepada Allah yang sanggup untuk menolong kita untuk memilih pilihan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan demikian keputusan yang kita ambil akan lebih mudah dilakukan, 3. Tidak mungkin dielakkan. Mengambil keputusan untuk menunda keputusan dapat membawa akibat dan konsekuensi dan tidak jarang kita merasa bersalah jika kita mengambil keputusan yang salah. Sering kali kita cenderung untuk menghindari perkara yang sulit antara baik dan tidak baik. Kadang-kadang kemauan seseorang untuk mengambil keputusan dilemahkan oleh ketakutan bahwa keputusan itu salah. Namun kita tahu bahwa Allah mau mengampuni kita, jika kita mengambil keputusan yang salah, oleh karena itu kita tidak boleh mengelakkan, menunda dan tidak mau mengambil suatu keputusan etis 4. Memperhatikan faktor eksternal Dalam mengambil keputusan etis, kita harus memahami bahwa keputusan itu di pengaruhi oleh beberapa faktor, yakni norma-norma, situasi, kepercayaan, tabiat dan lingkungan sosial. Pengambilan keputusan etis juga dipengaruhi oleh hubungan-hubungan seseorang dengan Tuhan, orang lain, dan diri sendiri, padahal seringkali seseorang tidak menyadari pengaruh tersebut. 187 C. Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan Etis Brownlee menjelaskan bahwa dalam pengambilan keputusan etis setidaknya ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi diantaranya iman, tabiat dan lingkungan sosial.”* 1. Iman Iman mempengaruhi perbuatan seseorang. Mengapa iman? Setidaknya ada empat unsur dalam iman yaitu: Pertama, Iman sebagai kepercayaan dan kesetiaan kepada yang dianggap terpenting. Iman bukan persetujuan intelektual bahwa ajaran-ajaran tertentu benar, juga bukan pengetahuan yang tidak dapat dibuktikan. Melainkan iman adalah kepercayaan yang praktis pada sesuatu yang lebih dihargai daripada semua yang lain, Iman adalah kesetiaan kepada hal yang kita anggap paling pokok dalam kehidupan kita. Kedua, Iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah. Iman Kristen berarti persekutuan dan persatuan dengan Allah, penyerahan diri ke dalam tangan-Nya. dalam Alkitab khususnya Perjanjian Lama sering menggunakan istilah “mengenal Allah” yang artinya berhubungan ‘mesra dengan Allah sebagai istilah yang searti dengan “beriman kepada Allah) (mis. 1 Taw. 28:9; Yer. 10:25; 31:34). Ketiga, Iman sebagai pengikutsertaan dalam pekerjaan Allah. Meskipun sulit untuk membuktikan secara logis bahwa Allah bekerja dalam peristiwa tertentu tapi iman bisa melihat bahwa Dia bekerja dalam dunia dan hidup kita, dan kita wajib berusaha memahami pekerjaan-Nya itu. Keempat, Iman sebagai pendirian tentang apa yang benar. Kepercayaan ‘mengenai sifat dan pekerjaan Allah sangat mempengaruhi kelakuan kita, sifat Allah yang mengasihi akan membuat kita mengasihi juga, bukan karena takut tapi karena bersyukur. Iman mengandung unsur menyandarkan kehidupan kepada Allah, unsur ‘mengasihi dan memuji Allah, unsur kerjasama dengan Allah, unsur mengerti Allah serta ciptaan-Nya. Iman berarti mengandalkan Allah, menanggapi pekerjaan Allah, yakin tentang kebenaran yang dinyatakan Allah. Sebagai contoh dapat dilihat dalam Injil Lukas 18:18-27 dimana disana terdapat kisah orang kaya yang bertanya kepada Tuhan Yesus tentang bagaimana ia memperoleh hidup yang kekal. Yesus menjawab orang kaya tersebut dengan menyuruhnya untuk ‘menjual semua hartanya, kemudian membagikannya kepada orang miskin. Orang kaya tersebut sedih dan tidak mau melaksanakan saran Yesus. Ia lebih ‘mengindahkan, mengandalkan hartanya dan mencintai hartanya lebih daripada ® Brownlee, Pengambilan Keputusan Eis dan Faktor-Faktor Yang Ada, 70-239. 188, ‘Yesus. Jadi, kelakuan etis kristiani adalah perbuatan yang berdasarkan iman kepada Allah yang sudah menyatakan diri di dalam Tuhan Yesus Kristus. 2. Tabiat Tabiat adalah sumber perbuatan lahiriah, Tabiat yang baik akan melahirkan perbuatan yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Tabiat dapat juga diidentikkan dengan susunan batin seseorang yang memberi arah dan ketertiban keinginan, Tabiat adalah keseluruhan sifat yakni: jujur, berani, murah hati, tetapi tabiat tidak bisa disamakan dengan watak. Tabiat dapat berubah dan berkembang sepanjang hidup manusia. Tabiat berbeda dengan kepribadian karena kepribadian lebih luas dan berkesinambungan. Tabiat hampir sama dengan budi pekerti Tabiat dalam kekristenan tidak dapat dipisahkan dari Allah, sebab tabiat yang berdasarkan kepada Allah akan menghasilkan buah-buah roh (Gal. 5:22-23) Ada beberapa faktor yang membentuk tabiat yaitu, bagian yang bersifat pembawaan dari lahir sebagai pemberian Tuhan misalnya jenis kelamin, kekuatan dan kelemahan tubuh, Faktor lainnya adalah bagian yang dibentuk oleh usaha diri sendiri misalnya lingkungan sosial, pengalaman dan interaksi dengan orang lain, 3. _Lingkungan sosial Pengambilan keputusan etis dipengaruhi oleh lingkungan yakni keluarga, teman-teman, pandangan umum (public opinion) dalam masyarakat, komunitas gereja dan budaya. Pengaruh lingkungan sosial ini terjadi karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk monodualis (sifat individu sekaligus sifat sosialis) Makhtuk yang mempunyai hidup jasmani dan rohani. Dalam masyarakat terdapat pranata sosial, budaya, dan adat. Adat sendiri berfungsi sebagai pengingat dan pengendali dalam perilaku masyarakat, pranata sosial berfungsi sebagai pengontrol masyarakat terhadap hubungan sesamanya dalam lingkungan sosialnya. Agar dapat menyerap hal-hal yang baik diperlukan keterbukaan yaitu keterbukan terhadap orang lain, Ada dua jenis keterbukaan yaitu: a) keterbukaan tanpa sebuah karakter yang kuat, Keterbukaan ini menyesuaikan dan menerima semua pendapat orang lain daripada pendapatnya sendiri, Jelas ini bukan keterbukaan yang positif; b) keterbukaan yang mempunyai karakter yang kuat. Keterbukaan ini dapat menerima dan belajar dari hal-hal yang baik, ia dapat mengubah diri bila pendapat orang lainlah yang benar. Disisi lain ia dapat menolak pendapat orang lain bila ia yakin pendapat itu salah, Ini sebuah keterbukaan yang dewasa dan positif, 4 189 ‘Norma-norma Norma-norma adalah patokan yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia dan menolong manusia untuk mengambil keputusan yang etis dan benar. Di sini ada dua jenis norma penting yaitu prinsip-prinsip yang memberikan bimbingan secara umum dan peraturan-peraturan yang lebih spesifik. Sumber yang paling berotoritas untuk norma-norma bagi orang Kristen adalah Alkitab, ‘Ada lima hal berkaitan dengan peranan norma dalam kehidupan moral a Norma dan kasih-karunia Allah, Norma-norma Kristen bukan sebuah peraturan kaku melainkan sebuah pedoman untuk mencapai hidup yang lebih bahagia. Norma dan kedaulatan Tuhan. Ada beberapa teolog yang menolak peraturan manusia karena dianggap bertentangan dengan kedaulatan Tuhan. Tetapi, sebenamya Roh Kudus dapat membimbing seseorang untuk menerapkan peraturan dengan benar sesuai kehendak-Nya tanpa bertentangan dengan kedaulatan-Nya, Norma dan situasi. Etika situasi menolak peraturan-peraturan yang berlaku secara mutlak dalam setiap situasi, Misalnya, ada sebuah pistol yang rencananya akan digunakan untuk membunuh lalu bolehkah kita mencurinya? Kasih dan norma-norma yang lebih terperinci. Poin ini hamper sama dengan poin di atas. Ada kalanya peraturan bertentangan dengan kasih agape. Sebenamya norma memerlukan kasih dan kasih memerlukan norma. Norma batin, Bagaimana hubungan antara hukum tertulis dengan hukum hati nurani? Kepekaan hati nurani harus selalu ditundukkan pada Firman Tuhan dan bimbingan Roh Kudus. Situasi Pemahanan seseorang tentang situasi menjadi penting karena dalam kesamaan pandangan akan norma-norma dan nilai-nilai hidup, manusia dapat berselisih tentang tindakan yang harus dilakukan. Hal ini dikarenakan adanya pemahanan yang berbeda tentang situasi. Jadi pemahaman tentang situasi menjadi penting karena: a Agar dapat menerapkan norma-norma dan nilai-nilai etis kepada situasi tersebut, Suatu perbuatan yang benar dalam suatu situasi tertentu dapat menjadi salah dalam situasi yang lain atau sebaliknya. Agar dapat melakukan perbuatan yang tepat dan berguna dalam situasi tersebut. Pemahaman tentang situasi dapat menolong sescorang untuk 190 membust rencana dan melakukan tindakan yang terbaik dalam situasi tersebut. ©. Agar dapat mengetahui masalah-masalah yang memerlukan_perhatian. Dengan memahami situasi, seseorang dapat membedakan mana yang penting dan yang kurang penting akan suatu masalah, Sebuah situasi kadang dapat dipahami dengan mudah dengan akal yang schat, tapi ada kalanya situasi sulit dipahami, hal itu bisa disebabkan oleh karena: a Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan. Setiap situasi terdiri dari delapan unsur (tempat, waktu, benda, orang, struktur sosial, gagasan/pikiran, kejadian, Tuhan) yang saling mempengaruhi schingga tidak mudah untuk menentukan faktor yang terpenting, b, Pemahaman tentang situasi dipengaruhi oleh nilai, kepentingan, pengalaman, prasangka, dan faktor-faktor subyektif lain, Setiap manusia mempunyai pandangan yang subyektif karena dipengaruhi oleh sikap mental yang bersangkutan. Agar dapat memperbaiki pemahaman akan situasi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan: a. Penyelidikan yang maksimal akan situasi agar mendapatkan pemahaman yang mendalam, Menggunakan bahan-bahan ilmiah dan pendapat para ali Memperluas pemahaman tentang situasi eka terhadap pekerjaan dan kehendak Allah, Peka terhadap kebutuhan orang lain. eaes D. Cara Pengambilan Keputusan Etis secara Kristiani Sebagai orang Kristen ada beberapa hal yang dapat membantu kita dalam mengambil sebuah keputusan etis, antara lain:”* 1. Doa, ibadah dan Roh Kudus. Doa jangan dimengerti sebagai sebuah permintaan bimbingan untuk mengambil keputusan etis, tetapi sebagai cara untuk mengakrabkan diri dengan Tuhan, sehingga Tuhan yang akan menuntun dan memampukan kita dalam mengambil suatu keputusan yang etis menurut kehendak-Nya, sesulit apapun situasinya. Roh Kudus membimbing orang yang sungguh-sungguh mencari kehendak Tuhan. Roh Kudus adalah motor penggerak dalam mengambil keputusan, Roh Kudus dapat mengubah kehendak kita dan meningkatkan kemampuan kita dalam ™ Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor Yang Ada, 241-246 191 mengambil suatu keputusan, Oleh karena itu sangatlah penting bagi orang Kristen memiliki Roh Kudus sebagai penuntun hidupnya. Gereja dan persekutuan. Orang Kristen dalam mengambil keputusan etis temyata tidak sendirian. Gereja dan persekutuan orang-orang percaya mendukung berdasarkan Kasih yang diwujudkan dalam bentuk nasihat, penerimaan, dukungan dan doa, sehingga ia tidak salah dalam mengambil keputusannya, 3. Alkitab. Alkitab sebagai firman Allah sangat berpengaruh dan penting bagi orang Kristen dalam membimbing dan menghadapi masalah-masalah moral, membentuk tabiat dan iman kita, serta perangai kita. Alkitab sebagai penuntun bagaimana kita harus hidup menurut kehendak Allah. Contoh: orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:25-37), kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa kasih dapat melampaui batas-batas etnis dan teologis, schingga kita dapat menghadapi suatu kasus dalam situasi apapun, Semakin kita rajin membaca dan menelaah Alkitab, maka kita akan tahu bagaimana kita mengambil keputusan etis yang baik dan mempertajam wawasan kita. 4, Bahan bacaan, Bahan bacaan yang dimaksud ialah bahan bacaan yang bermutu yaitu sumber pengetahuan di luar Alkitab. Alkitab mempunyai kewibaaan yang utama tapi tidak tunggal. Jadi Alkitab tetap menjadi tolok ukur bagi kebenaran yang berada di luar diri-Nya. E, Langkah-Langkah Dalam Pengambilan Keputusan Etis Eka Darmaputera menjelaskan ada beberapa langkah-langkah yang perlu diambil dalam pengambilan keputusan etis secara Kristiani, di antaranya:”* 1. Kenali masalah yang dihadapi sedapat mungkin dengan cara: a. Apakah kasusnya? b. Apakah masalahnya? ¢. Apa yang diakatakan oleh para ahli dari berbagai bidang tentang tentang, kasus dan masalah tersebut? d. Letakkan kasus dan masalah tersebut di dalam konteks sosial budaya yang ada. e. Melihat kemungkinan-kemungkinan baru mengenai kasus dan masalah itu dari sudut kecenderungan-kecenderungan mutakhir yang diketahui, * Eka Darmaputera, Eka Sederhana Untuk Semua: Perkenalan Pertama (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2004), 110-112, 192 £ Rumuskan secara singkat dan jelas: 1) Permasalahannya; 2) Kemungkinan-kemungkinan pemecahan kasus dan masalah; 3) Kemungkinan-kemungkinan akibat positif maupun negatif dari setiap pilihan pemecahan kasus dan masalah tersebut, 2. Pertimbangkanlah setiap masalah, pilihan, dan akibat yang telah diambil dalam terang iman kristiani a. Asumsi Dasar Positif. 1) Daftarkan asumsi dasar positif; 2) Berikan penilaian terhadap masalah, pilihan dan akibat dari apa yang telah dirangkumkan, berdasarkan asumsi dasar positif tersebut, 3) Berdasarkan asumsi dasar positif itu, apakah yang “harus” di lakukan? b. Asumsi Dasar Negatif, 1) Apakah yang “*harus” di dilakukan? “dapat” dilakukan? Bila jawabannya “ya”, maka proses pengambilan keputusan etis berakhir disini. Yang harus dilakukan adalah melaksanakan keputusan itu, Dalam hal ini ada dua kemungkinan yaitu berhasil atau gagal. Bila berhasil, itu berarti telah berhasil mengambil keputusan. Bila gagal, ada dua kemungkinan yang menyebabkannya. Pertama, kurang lengkap memahami permasalahannya. Kedua, kurang menyadari keterbatasan iri. Jika demikian, maka rumuskan keterbatasan yang ada dalam diri secara pribadi sampai keterbasan itu dapat diatasi. Setelah keterbatasan itu dapat diatasi, rumuskan tindakan dan kemudian ujilah itu di dalam praktik, 2) Apakah yang “harus” dilakukan. “tidak dapat” dilakukan, Bila jawabannya “ya”, maka: a) Rumuskanlah keterbatan diri b) Apakah ada kemungkinan untuk mengatasi keterbatasan diri? ©) Apakah yang maksimal dapat dilakukan di dalam keterbatasan iri? 4) Ujilah kemungkinan-kemungkinan maksimal itu, ©) Rumuskan tindakan dan praktikkan, 193 Kesimpulan Pengambilan keputusan etis adalah suatu proses pemikiran yang sistematis terhadap suatu kasus atau masalah, pengumpulan data dan fakta-fakta mengenai apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang buruk sehingga mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang paling rasional. Sebagai seorang Kristen kita harus dapat mengambil keputusan-keputusan etis tersebut, karena dalam kehidupan kita tidak terlepas dari pilihan-pilihan yang memerlukan pengambilan keputusan etis, Ciri-ciri dari keputusan etis adalah Pertimbangan tentang benar dan salah, menyangkut pilihan yang sukar, tidak mungkin dielakkan, dan memperhatikan faktor ekstenal Pengambilan keputusan etis tersebut juga dipengaruhi oleh faktor iman, tabiat, lingkungan sosial, norma-nroma yang belaku dan situasi saat dimana kita harus mengambil keputusan etis. Sementara itu, dalam pengambilan keputusan etis kita mendapatkan bantuan melalui doa, ibadah dan Roh Kudus, gereja dan persekutuan orang-orang percaya, Alkitab, serta bahan bacaan yang bermutu selain Alkitab. Dengan demikian kita dapat melakukan pengambilan keputusan etis dengan beberapa langkah yaitu dengan mengenali masalah yang dihadapi sedapat mungkin dengan cara dan mempertimbangkan setiap masalah, pilihan, dan akibat yang telah diambil dalam terang iman kristiani Latihan Soal Guna mengetahui sejauh pemahaman yang didapat dalam sebuah pembelajaran maka perlu dilakukan latihan-latihan soal seputar topik yang telah dipelajari. Maka berikut ini beberapa latihan yang harus dikerjakan: 1, Jelaskan secara singkat dengan menggunakan bahasa sendiri tentang pengertian keputusan etis. 2. Dalam pengambilan keputusan etis ada beberapa ciri dari keputusan etis yang harus diketahui. Apa saja ciri-ciri keputusan etis tersebut? 3. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis! 4, Bagaimana langkah-langkah dalam pengambilan keputusan etis? Evaluasi Pembelajaran Mahasiswali membuat rangkuman (membuat poin-poin penting) dari materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan kalimatnya sendiri. Hasil rangkuman tersebut akan dinilai berdasarkan sistematika penulisan, penggunaan kalimat yang sesuai bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta ke dalaman 194 uraian. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, mahasiswa/i diharapkan dapat: 1, Membuat penjelasan kembali tentang langkah-langkah dalam pengambilan keputusan etis. 2, Mencari satu kasus yang sering terjadi dalam dunia pendidikan lalu menyelesaikannya dengan langkah-langkah pengambilan keputusan etis seperti yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberi kesimpulan dari Keputusan tersebut. Referensi Brownlee, Malcolm. Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor Yang Ada di Dalamnya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006. Darmaputera, Eka. Ftika Sederhana Untuk Semua: Perkenalan Pertama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. Kusnadi, dkk. Pengantar Manajemen: Konsepsual & Perilaku. Malang: Unibraw, 2005. Siagian, Sondang P. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

You might also like