You are on page 1of 18

Prosiding SENASBASA http://research-report.umm.ac.id/index.

php/SENASBASA
(Seminar Nasional Bahasa dan Sastra) Edisi 1 Tahun 2018
Halaman 1-18 E-ISSN 2599-0519

KAJIAN LINGKUNGAN SOSIAL


PADA KUMPULAN PUISI EMPAT KUMPULAN SAJAK
KARYA W.S RENDRA
RELEVANSI DENGAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

A. Haris
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang
abdulharishasan92@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk-bentuk lingkungan sosial dalam kumpulan puisi
Empat Kumpulan Sajak karya W.S. Rendra dan relevansinya dengan nilai pendidikan
karakter. Menganalisis lingkungan sosial merupakan hal yang penting untuk dilakukan
karena di dalam lingkungan sosial dapat melihat berbagai bentuk perilaku dan sikap setiap
individu serta lingkungan sosial memiliki andil dalam membentuk karakter setiap individu.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif yang bertujuan
mendeskripsikan data. Metode sosiologi sastra bertujuan menelaah koherensi sastra dengan
lingkungan sosial. Data yang digunakan berupa larik pada bait puisi. Adapun puisi yang
digunakan sebagai data, yaitu puisi Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya,
Nyanyian Pengantin, Lagu Ibu, Ciliwung yang Manis, Nyanyian Bunda yang Manis,
Perbuatan Serong, Gugur, Aminah, dengan Kasih Sayang dan Bayi di Dasar Kali.
Penyajian data dalam tulisan ini dapat diberi kode dalam bentuk kode P-CM/Bt-6-7/Brs-1-5
(Puisi-Ciliwung yang Manis/Bait-6-7/Brs-1-5). Penggunaan kode dalam tulisan ini untuk
mempermudah dalam menyajikan data. Data ini bersumber dari buku kumpulan puisi Empat
Kumpulan Sajak karya W.S. Rendra. Dipilihnya kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak
karya W.S. Rendra sebagai sumber data dikarenakan banyak menguraikan mengenai bentuk
lingkungan sosial dan memiliki relevansi dengan nilai pendidikan karakter. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik wacana yaitu bersifat dokumen, dimulai dalam
menentukan sumber data, mengidentifikasi, menyeleksi dan mengelompokkan data. Teknik
analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dengan cara menginterpretasikan data,
menganalisis data dan menarik kesimpulan akhir. Hasil pembahasan dalam penelitian ini
mengenai bentuk-bentuk lingkungan sosial dalam kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak
karya W.S. Rendra berupa lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, lingkungan
pertemanan dan relevasinya dengan nilai pendidikan karakter.

Kata Kunci: Puisi, lingkungan sosial, pendidikan karakter

PENDAHULUAN
Puisi tidak selamanya bersifat imajinatif (citra) karena ada beberapa puisi yang tidak
memakai daya imaji atau disebut sebagai puisi pernyataan. Walaupun dalam bahasa puisi
memang penuh dengan pencitraan. Puisi sebagai salah satu karya sastra merupakan hasil dari
refleksi lingkungan sosial.

Hal serupa dikemukakan Shelley (dalam Pradopo, 2000:6) bahwa puisi rekaman
detik-detik yang paling indah dalam hidup kita. Yaitu mengenai
peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang

1|Halaman
kuat, seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan
kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya itu merupakan
detik-detik yang paling indah untuk direkam.

Maka dapat dikatakan bahwa puisi bentuk rekaman dan interpretasi pengalaman manusia
yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan, diekspresikan dengan pemikiran
yang membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi panca indra dalam susunan
kalimat-kalimat atau kata-kata yang berirama.
Puisi dalam setiap lariknya dapat merepresentasikan bentuk lingkungan sosial.
Lingkungan sosial ini di antaranya melingkupi lingkungan masyarakat, keluarga, pertemanan
sekolah dan lainnya. Menurut Setiadi dan Korlip (dalam Tamara, 2016:45) lingkungan sosial
dapat diartikan sebagai “tempat atau suasana di mana sekelompok orang merasa sebagai
anggotanya, seperti lingkungan kerja, lingkungan RT, lingkungan pendidikan, lingkungan
pesantren dan sebagainnya”. Lingkungan sosial merupakan sistem pergaulan yang
mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk karakter manusia dalam melakukan
tindakan dan perubahan-perubahan. Sikap dan perilaku seorang individu umumnya terbentuk
oleh perjumpaannya dengan lingkungannya, mulai dari lingkungan yang paling dekat sampai
dengan lingkungan yang lebih jauh, baik disengaja maupun tidak (Dumka, Gonzales, Bonds
& Millsap, dalam Gea, 2011:140). Walaupun demikian, tidak serta-merta bahwa semua
tindakan dan perilaku seorang individu dipengaruhi oleh lingkungan sosial di sekitarnya. Hal
ini dikarenakan seorang individu dalam pergaulannya di lingkungan sosial memiliki karakter
bawaan dari lahir yang menentukan bentuk sikap dan perilakunya. Berbicara mengenai
karakter tentu tidak terlepas mengenai ciri khas dari diri seseorang dalam bentuk sikap, cara
berpikir dan berperilaku.

“Esensinya karakter adalah mengenai sikap dan cara berpikir, berperilaku, dan
berinteraksi sebagai ciri khas individu dalam hidup, bertindak dan bekerja sama, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat maupun bangsa. Dalam pengertian lain
disebutkan bahwa “character is the sum of all the qualities that make you who you are.
It’s your values, your thoughts, your words, your actions”” (Sibrani, 2013:1).

Hal ini dapat diartikan bahwa karakter berkenaan dengan keseluruhan nilai-nilai, perilaku
dan pemikiran yang dibentuk oleh individu berdasarkan lingkungan sosialnya. Karakter dapat
dikatakan sebagai identitas atau jati diri individu yang dibentuk melalui proses kehidupan yang
berkenaan dengan nilai-nilai etis yang dimiliki, berupa sikap, perilaku dan pola pikir yang
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsa.

Terdapat delapan unsur karakter inti yang penting untuk ditanamkan pada setiap
individu, yaitu “(1) kejujuran (honesty), (2) belas kasihan (compassion), (3) pilihan
yang baik (good judgment), (4) keteguhan hati (courage), (5) kedamaian hati
(kindness), (6) pengendalian diri (self-control), (7) kerja sama (cooperation), serta
(8) kerajinan dan kerja keras (deligence or hard work)” (Charlie dalam Sabrani,
2013:3).

Karakter-karakter tersebut penting ditanamkan kepada masyarakat dewasa ini untuk


membentuk individu yang berbudi dalam bertindak dan berperilaku. Hal ini berkaitan dengan
sikap masyarakat yang mulai terlihat rusak dalam bertindak dan berperilaku dalam lingkungan
sosial, baik dalam lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga dan lingkungan bergaul
dengan teman sebaya. Selain delapan unsur karakter inti tersebut ada beberapa karakter yang

2|Halaman
menunjukkan hubungan sinergis antara keluarga (home), sekolah (school), masyarakat
(community) dan dunia usaha (business).

Thomas Lickona dalam Sibrani (2013:4) mengemukakan bahwa dalam hubungan


sinergis tersebut terdapat sembilan unsur karakter yaitu “(1) responsibility
(tanggung jawab), (2) respect (rasa hormat), (3) fairness (keadilan), (4) courage
(keteguhan hati), (5) honesty (kejujuran), (6) citizenship (kewarganegaraan),
(7) self-descipline (disiplin diri), (8) caring (peduli), dan (9)
perseverance (ketekunan)”.

Pembentukkan karakter tidak terlepas dengan adanya proses pendidikan. Hakikatnya


“pendidikan adalah proses timbal-balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya
dengan alam, dengan teman dan dengan alam semesta” (Brubacher dalam Kasan, 2009:9).
Esensi dari pendidikan dan karakter tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
merupakan proses timbal-balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan
alam, teman dan alam semesta, proses timbal-balik ini membentuk karakter manusia dalam
bentuk sikap, perilaku dan pola pikir sehingga memiliki ciri khas tersendiri dengan individu
lainnya. Karakter-karakter tersebut dibentuk dari nilai-nilai luhur berdasarkan lingkungan
sosial. Lingkungan sosial ini tidak hanya meliputi sekolah, alam dan alam semesta,
lingkungan sosial ini dapat meliputi lingkungan masyarakat, keluarga dan pertemanan.
Ralph Linton (dalam Soekanto, 2013:22) mengartikan masyarakat dengan pengertian
“setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka
dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan
batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”. Mansyur (Tanpa Tahun:22) menyebutkan
“keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari suami istri dan anak-anak yang
belum dewasa ... community primer yang paling penting dalam masyarakat. Community primer
artinya ialah suatu kelompok di mana hubungan antara para anggotanya sangat erat dan kekal”.
Lingkungan pertemanan adalah lingkungan yang berkaitan dengan perilaku kerja sama dan
saling menolong antara satu sama lain. Lingkungan pertemanan melibatkan unsur pengetahuan,
penghargaan, rasa kasih sayang dan tolong-menolong. Nilai-nilai dalam pertemanan acap kali
dihasilkan saat seorang teman memperlihatkan sikapnya secara konsisten dalam
tolong-menolong, bersimpati, rasa jujur dan saling pengertian.
Masyarakat merupakan bentuk lingkungan sosial yang paling luas dibandingkan dengan
lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan. Nilai-nilai yang membentuk karakter setiap
individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat. “sistem pendidikan masyarakat
merupakan lembaga paling penting yang mengembangkan kepekaan sosial kepada anak-anak,
mengajarkan dan memperkuat penanaman nilai-nilai sosial dan budaya kepada mereka”
(Kozleski, Engelbrecht, Hess, Swart & Eloff, dalam Gea, 2011:147). Pembetukan karakter di
dalam diri setiap individu tidak terjadi begitu saja, namun ada proses pendidikannya. Proses
pendidikan ini dapat terjadi di lingkungan masyarakat, keluarga, lingkungan pertemanan dan
lainnya. Lingkungan sosial seperti ini merupakan bentuk lingkungan pendidikan (Tamara,
2016:45).
Seiring perkembangan zaman, kondisi lingkungan sosial dewasa ini dapat dikatakan
mulai rusak. Hal ini dapat dilihat dari berbagai bentuk perilaku setiap individu dalam
bermasyarakat, berkeluarga, dan cara bergaul dengan teman lainnya. Seiring dengan
perkembangan zaman itupun kehidupan dalam lingkungan sosial masyarakat ikut terbentuk
dengan kondisi lingkungan sosial modern dewasa ini. Akibatnya perilaku yang terekam dalam
lingkungan sosial yang dulu dikenal dengan nilai-nilai yang adiluhung dan bersifat mendidik
mulai luntur dan hilang ditinggalkan masyarakat.

3|Halaman
Puisi sebagai salah satu karya sastra yang dihasilkan dari refleksi lingkungan sosial,
menyoroti pula bentuk kehidupan-kehidupan dalam lingkungan sosial yang seperti ini.
Memberikan renungan-renungan bagi pembaca bahwa terdapat kehidupan yang salah dalam
lingkungan sosialnya dan memberikan nilai-nilai yang bersifat mendidik. Hal ini karena sastra
hakikatnya merupakan karya yang belles-letters (“tulisan yang indah dan sopan”) (Wellek dan
Warren, 2016:13) atau dapat diartikan sastra adalah sekumpulan alat untuk mengajar,
memberikan petunjuk yang baik (Teeuw dalam Ratna, 2011:189). Selain itu, Baribin (dalam
Akbar, dkk. 2013:58) menyebutkan bahwa “dari karya sastra dapat ditemukan buah pikiran
atau renungan dari penulis dan sanggup menyadari nilai-nilai yang lebih halus berarti telah
dapat mengapresiasi atau menangkap nilai yang terkandung dalam karya sastra”.
W.S Rendra merupakan salah satu sastrawan dan budayawan Indonesia yang sebagian
banyak karyanya sangat mengkritisi kehidupan lingkungan sosial. Menggunakan bahasa
puitis yang lugas, W.S. Rendra menggambarkan setiap kehidupan-kehidupan lingkungan
sosial dan memberikan nilai yang bersifat mendidik dalam setiap karyanya. Salah satu buku
puisinya yang menyoroti kehidupan lingkungan sosial adalah kumpulan puisi Empat
Kumpulan Sajak. Salah satu puisi dalam buku kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak yang
menguraikan kehidupan lingkungan sosial dan bernilai edukatif dalam membentuk karakter
yang baik adalah puisi Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya. Hal itulah yang
melatarbelakangi dalam memilih kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak sebagai bahan
kajian dalam penulisan ini.
Berdasarkan hal tersebut mendorong penulis untuk menelaah lebih lanjut mengenai
bentuk lingkungan sosial pada kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak karya W.S. Rendra
dan relevansinya dengan nilai pendidikan karakter, serta untuk mengungkapkan, memperjelas
dan memahami gagasan pengarang supaya penikmat (pembaca) dapat memahami maksud
secara menyeluruh terkait dengan bentuk lingkungan sosial yang tercerminkan dalam
kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak karya W.S. Rendra dan relevansinya dengan nilai
pendidikan karakter.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang prosedur
penulisannya menghasilkan data deskriptif yang berkaitan dengan kata-kata tertulis dan tidak
tertulis dari objek yang diamati. Objek penulisan ini berupa puisi. Puisi yang dipilih
kemudian diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan kebutuhan penulisan yaitu berkaitan
dengan bentuk lingkungan sosial dan relevansinya dengan nilai pendidikan karakter,
kemudian dianalisis dan ditafsirkan sehingga menghasilkan data deskriptif. Maka dapat
dikatakan penulisan ini bersifat deskriptif yaitu untuk memahami dan menjelaskan bentuk
lingkungan sosial dan relevansinya dengan nilai pendidikan karakter.
Metode yang digunakan yaitu metode sosiologi sastra. Penggunaan metode sosiologi
sastra dalam penulisan ini untuk mengetahui relasi sastra dengan kondisi lingkungan sosial
dalam kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak karya W.S. Rendra, serta untuk menelaah
hal-hal yang berkenaan dengan bentuk lingkungan sosial dan relevansinya dengan nilai
pendidikan karakter. Berdasarkan hal tersebut penulis menetapkan metode sosiologi sastra
untuk mencapai objek yang dianalisis dalam penulisan ini.
Data yang digunakan dalam penulisan ini berupa larik dalam setiap bait puisi. Puisi
yang digunakan sebagai data sebanyak sepuluh puisi, yaitu puisi Surat kepada Bunda:
tentang Calon Menantunya, Nyanyian Pengantin, Lagu Ibu, Ciliwung yang Manis, Nyanyian
Bunda yang Manis, Perbuatan Serong, Gugur, Aminah, dengan Kasih Sayang dan Bayi di
Dasar Kali. Penyajian data dalam tulisan ini dapat diberi kode dalam bentuk kode
P-CM/Bt-6-7/Brs-1-5 (Puisi-Ciliwung yang Manis/Bait-6-7/Brs-1-5). Penggunaan kode

4|Halaman
dalam tulisan ini untuk mempermudah dalam menyajikan data. Data ini bersumber dari buku
kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak karya W.S. Rendra.
Sumber data berasal dari buku kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak karya W.S.
Rendra. Dipilihnya kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak karya W. S. Rendra sebagai
sumber data dikarenakan dalam buku kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak banyak
menguraikan mengenai bentuk lingkungan sosial dan mempunyai relevansi dengan nilai
pendidikan karakter. Selain sumber data tersebut, ada beberapa sumber data lainnya yang
digunakan dalam menunjang penulisan ini seperti makalah, jurnal, skripsi, tesis dan disertasi
yang sangat relevan dengan penulisan.
Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini menggunakan teknik wacana yaitu
teknik yang bersifat dokumen. Dokumen merupakan bentuk yang mengacu pada tulisan dan
nontulisan, yaitu seperti koran, buku, novel, artikel, pidato/ khotbah, naskah, skrip televisi,
surat perjanjian dan foto-foto. Selain itu, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
menentukan sumber data, mengidentifikasi dan mengelompokkan data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan ini berupa teknik analisis
deskriptif. Teknik analisis data deskriptif adalah teknik analisis data yang dilakukan secara
intensif dan terus-menerus sehingga menemukan hasil yang dianalisis. Teknik analisis data
deskriptif dapat diistilahkan sebagai teknik analisis deskriptif dengan cara
menginterpretasikan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan akhir.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, terdapat beberapa hal yang akan dibahas
dalam penulisan ini, yaitu mengenai bentuk-bentuk lingkungan sosial dalam kumpulan puisi
Empat Kumpulan Sajak karya W.S. Rendra, berupa bentuk lingkungan masyarakat,
lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan serta relevansi bentuk lingkungan tersebut
dengan nilai pendidikan karakter.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Lingkungan sosial merupakan sistem pergaulan yang mempunyai andil yang sangat
besar dalam membentuk karakter manusia dalam melakukan tindakan dan
perubahan-perubahan. Puisi sebagai karya sastra yang dihasilkan dari refleksi lingkungan
sosial dan seperti karya sastra lainnya dapat membentuk lingkungan sosial berupa sistem
yang berkenaan dengan lingkungan masyarakat, keluarga dan lingkungan pertemanan.
Bentuk-bentuk lingkungan sosial tersebut dicerminkan dalam puisi kumpulan puisi Empat
Kumpulan Sajak karya W.S. Rendra. Bentuk lingkungan sosial yang dicerminkan dalam
kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak dapat dilihat melalui puisi Surat kepada Bunda:
tentang Calon Menantunya, Nyanyian Pengantin, Lagu Ibu, Ciliwung yang Manis, Nyanyian
Bunda yang Manis, Perbuatan Serong, Gugur, Aminah, dengan Kasih Sayang dan Bayi di
Dasar Kali. Pelbagai bentuk lingkungan sosial yang tercerminkan dalam kumpulan puisi
Empat Kumpulan Sajak yang dihadirkan menarik untuk dianalisis secara komprehensif,
terlebih untuk melihat relevansinya dengan nilai pendidikan karakter. Penulisan ini
memfokuskan pada pembahasan yang berkaitan dengan bentuk lingkungan sosial pada
kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak karya W.S. Rendra yang meliputi lingkungan
masyarakat, keluarga dan pertemanan serta relevansi dari bentuk lingkungan sosial tersebut
dengan nilai pendidikan karakter. Secara menyeluruh berikut ini dibahas mengenai bentuk
lingkungan sosial yang diungkapkan melalui baris pada setiap bait puisi dan relevansinya
dengan nilai pendidikan karakter.

Bentuk Lingkungan dalam Masyarakat


Karya sastra tidak dapat dilepaskan dengan kondisi lingkungan sosial yang ada di
dalam kehidupan masyarakat. Kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak merupakan salah

5|Halaman
karya sastra yang dapat memberikan informasi bahwa teks sastra mampu mengungkapkan
pengalaman-pengalaman kehidupan manusia dalam menghadapi kenyataan kehidupan yang
sebenarnya. Persoalan mengenai bentuk lingkungan dalam masyarakat yang tergambarkan
pada kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak dapat diperhatikan melalui setiap baris dalam
bait puisi berikut ini.

Ciliwung bagai lidah menjulur


Ciliwung yang manis tunjukkan lenggoknya.

Teman segala orang miskin


timbunan rindu yang temaram
bukan bunga tapi bunga
Begitu kali bernyanyi meliuk-liuk
dan Jakarta disinggung dengan pantatnya. (P-CM/Bt-6-7/Brs-1-5)

Ciliwung merupakan sungai yang sangat berperan penting bagi kehidupan masyarakat
miskin di Jakarta. Keberadaan sungai Ciliwung membuat orang miskin mengganggapnya
sebagai teman. Hal ini dikarenakan aktivitas sebagian orang miskin di Jakarta acap kali
dilakukan di sungai Ciliwung. Berbeda dengan Jakarta yang merasa risih dengan adanya
sungai Ciliwung. Kerisihan ini dikarenakan akibat dari sungai Ciliwung yang kotor sehingga
menimbulkan pandangan beberapa orang bahwa orang-orang Jakarta adalah orang-orang
yang tidak mencintai kebersihan. Hal ini tergambarkan pada larik terakhir pada bait ke tujuh
pada puisi Ciliwung yang Manis yang bunyi lariknya “dan Jakarta disinggung dengan
pantatnya”. Bentuk lingkungan dalam masyarakat pada puisi Ciliwung yang Manis
mencerminkan kehidupan lingkungan orang kaya dan orang miskin di daerah Jakarta yang
dimajaskan dengan kata ‘ciliwung’ dan ‘Jakarta’. Hal ini didasarkan bahwa Ciliwung adalah
sungai yang kotor yang identik dengan masyarakat miskin dan Jakarta adalah tempat
tinggalnya orang-orang kaya dengan kemewahannya yang merasa disinggung dengan
keberadaan sungai Ciliwung.

Maka sementara langit sibuk berdandan


untuk pesta malamnya
dan di udara terdengar sedan kegirangan
yang memancar dari rumah tua,
Akan terdengar para tetangga
Berbisik di antara sesamannya
Dan mata mereka bagai kucing
Mengintip dari tempat gelap:
“Kampung kita yang tentram
Mulai lagi bermusang.
Ah, ya, betapa malunya!
Telah datang ular yang berbisa!
Jangan dekati ia!” (P-AMH/Bt-3/Brs-5-13)

Menjalani kehidupan dalam bermasyarakat setiap individu tidak dapat menghindarkan


diri dalam berinteraksi dengan tetanggga. Setiap permasalahan yang dihadapi pun selalu
dicampuri dan dijadikan bahan perbincangan para tetangga mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan masalah pribadi. Bentuk tindakan tersebut tercerminkan pada puisi Aminah dalam
bait ketiga. Pada bait tersebut menceritakan pada saat Aminah pulang ke rumahnya, terdengar
tetangga akan selalu berbisik satu sama lainnya membicarakan Aminah. Mata mereka serupa

6|Halaman
dengan mata kucing untuk menandakan ketidaksukaannya pada Aminah. Akhirnya mereka
berkata bahwa perkampungannya yang tentram mulai dicermari oleh Aminah karena tindakan
asusilanya. Sehingga para tetangga mulai resah dan menyuruh orang-orang yang terdekatnya
untuk menjauhi Aminah. Bentuk lingkungan dalam masyarakat pada puisi Aminah
mencerminkan kehidupan lingkungan sosial antara tetangga. Sebagaimana tercerminkan pada
larik bait kelima dan keenam yaitu akan terdengar para tetangga, berbisik di antara
sesamannya. Walaupun dalam bentuk lingkungan dalam masyarakat yang tercerminkan
dalam puisi Aminah menggambarkan perilaku yang tidak sehat antara tetangga dengan
Aminah.

Adalah bayi, adalah nyawa yang tersia di dasar sungai


adalah dendam
lewat bening air menikam mentari
adalah nyawa lepas di luar dayanya dan tahunya.
Mengapa tak dibunuh bagai darah dikandungnnya
mengapa tak ditolak bila pintu diketuknya?
Dimasukkannya ia bagai tamu yang diharapkan
disimpan bagai buah tubuh yang diperam
dan bila telah berhak menatap panah mentari
amboi, ditidurkannya ia di dasar sungai! (P-BDK/Bt-2/Brs-1-10)

Terkadang menjalani hubungan tidak seindah seperti yang diharapkan, karena ada hal
yang tidak diinginkan terjadi akibat tidak terkendalinya hawa nafsu, sehingga mengakibatkan
mengandung anak yang tidak diinginkan. Keadaan seperti ini membuat para pelaku
mengambil jalan pintas yang dianggapnya adalah perbuatan yang dapat menyelesaikan
masalah yaitu dengan cara menggugurkannya. Bayi yang digugurkan kemudian dibuang di
dasar sungai. Banyak hal yang disesalkan dalam perbuatan seperti ini karena tidak pantas
untuk dilakukan, terlebih bayi yang telah dikandung digugurkan dan dibuang di dasar sungai.
Bentuk lingkungan dalam masyarakat pada puisi Bayi di Dasar Kali mencerminkan
kehidupan lingkungan sosial masyarakat dalam memandang perilaku menyimpang pelaku
yang menggugurkan janin. Bentuk lingkungan dalam masyarakat yang tercerminkan pada
puisi Bayi di Dasar Kali menggambarkan perilaku yang tidak sehat dalam menjalani
hubungan dan memperlakukan janin yang telah dikandung.

Jangan!
Jangan dibunuh para lintah darat
ciumlah mesra anak jadah tak berayah
dan sumbatkan jarimu pada mulut peletupan
karena darah para bajak dan perompak
akan mudah mendidih oleh pelor.
Mereka bukan tapir atau badak
hatinya pun berurusan cinta kasih
seperti jendela terbuka bagi angin sejuk! (P-DKS/Bt-2/Brs-1-9)

Ketika melakukan kesalahan yang dianggap tabu untuk dilakukan, masyarakat


cenderung terjebak dalam cara pandang yaitu mengenai pikiran negatif pada pelaku yang
melakukan kesalahan. Pikiran negatif yang telah dibangun oleh masyarakat ini menciptakan
sikap dalam menghindarkan dan membenci para pelaku. Menimbulkan perilaku yang
melupakan faktor yang mempengaruhi para pelaku dalam melakukan tindakan di luar norma
masyarakat. Sehingga melupakan hal bahwa orang-orang yang melakukan kesalahan

7|Halaman
mempunyai hati seperti manusia lainnya yang perlu mendapatkan kasih sayang. Namun
dalam puisi dengan Kasih Sayang mengajak masyarakat untuk tidak saling membenci antara
satu sama lain, baik dengan lintah darat, anak yang terlahir tanpa ayah dan para bajak dan
perompak. Dikarenakan setiap manusia harus diperlakukan dengan kasih sayang. Bentuk
lingkungan dalam masyarakat pada puisi dengan Kasih Sayang, mencerminkan kehidupan
lingkungan masyarakat antara lintah darat, anak tanpa ayah dan para bajak dan perompak.
Bentuk lingkungan dalam masyarakat yang terkadung dalam puisi dengan Kasih Sayang,
ingin selalu ditanamkan pengarang kepada masyarakat supaya di dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat tidak adanya permusuhan dan semuanya dilakukan dengan kasih sayang.
Maka dapat dikatakan bahwa bentuk lingkungan dalam masayarakat pada puisi dengan Kasih
Sayang, mengenai perspektif pengarang bahwa di dalam kehidupan masyarakat mengenai
orang-orang yang melakukan kesalahan harus diselsaikan sesuai dengan kemanusiaan yaitu
yang berurusan dengan cinta kasih.

Bentuk Lingkungan dalam Keluarga


Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali memberikan pengaruh
yang mendalam bagi seorang anak. Lingkungan keluarga meliputi anggota keluarga seperti
ayah, ibu, anak dan saudara. Dari anggota keluarga, seorang anak mendapatkan kemampuan
dasar dalam bentuk intelektual maupun sosial. Demikian pula yang tercerminkan dalam puisi
Empat Kumpulan Sajak bagaimana bekerjanya sistem sosial dalam lingkungan keluarga dapat
membentuk karakter anak. Berikut ini beberapa kutipan dalam baris setiap bait puisi yang
mengarahkan pada bentuk lingkungan dalam keluarga.

Sebentar nanti bila kakinya


yang beralas sandal itu
menginjak pelataran rumahnya
Tentu hari belum gelap terlalu.
Ibunya yang tua akan menatapnya
dan dua batang kali kecil
Akan menjalar dari matanya:
Ia akan berkata antara sedannya:
“Ibu, aku pulang.”
Dan keduanya akan berpelukan. (P-AMH/Bt-2/Brs-5-10 )

Kepulangan seorang anak merupakan hal yang ditunggu oleh orang tua. Kepulangan
tersebut terkadang disambut dengan tangisan haru dan pelukan dari seorang ibu terhadap
anaknya. Terlebih kepulangan tersebut berkaitan dengan anak yang kesayangannya yang
berpergian jauh yang baru datang kembali. Hal tersebut tercerminkan pada puisi Aminah.
Aminah yang baru pulang dari Jakarta disambut oleh ibunya yang telah tua. Kedatangan
Aminah disambut oleh ibunya dengan tangisan. Hal ini dapat terlihat dari larik puisi “dan dua
batang kali kecil, akan menjalar dari matanya:”. Sehingga keduanya berpelukan. Bentuk
lingkungan dalam keluarga pada puisi Aminah mencerminkan kehidupan yang bersahaja
antara ibu dan anak. Sikap kebersahajaan tersebut merupakan cerminan dari bentuk
lingkungan kekeluargaan yang baik dalam hubungan ibu dan anak.

Begitu kata kalam. Begitu kau mengerti:


bagai dulu bundamu melepas kau
kawin dengan ayahku. Dan bagai
bunda ayahku melepaskannya
untuk mengawinimu.

8|Halaman
Tentu sangatlah berat.
Tetapi itu harus, Mamma!
Dan akhirnya tak akan begitu berat
apabila telah dimengerti
apabila telah disadari.
Hari sabtu yang akan datang
aku akan membawanya kepadamu.
Ciumlah kedua pipinya
berilah tanda salib didahinya
dan panggillah ia dengan kata: Anakku! (P-SBCM/Bt-5/Brs-1-15)

Merelakan anak yang tersayang adalah hal yang terberat untuk seorang ibu, baik
merelakannya berpergian jauh atau merelakannya untuk menikah. Hal itulah yang tercermin
dalam puisi tersebut. Seorang anak hendak ingin menikah dengan kekasih pilihannya dan
menginginkan ibunya mengerti untuk merelakan dan mengizinkannya menikah dengan
wanita yang dicintainya. Sebagaimana yang terjadi pada ibunya dahulu, yang direlakan oleh
ibu dan bapaknya untuk menikah dengan ayahnya. Seperti ibu dan bapak dari ayahnya dulu
yang merelakan untuk menikah dengan dirinya. Keikhlasan seperti itulah yang diinginkan
oleh anaknya terhadap ibunya. Anaknya juga berharap pada ibunya, apabila keikhlasan
hatinya telah ia miliki. Ia menginginkan ibunya untuk melapangkan hati untuk mencium
kedua pipi menantunya nanti dan memanggilnya dengan sebutan anakku. Bentuk lingkungan
dalam keluarga pada puisi Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya, mencerminkan
kehidupan bentuk lingkungan keluarga yang arif. Kearifan tersebut terlihat dari cara anak
yang meminta restu kepada ibunya saat meminta izin untuk merelakan dirinya menikah
dengan wanita pilihannya. Anaknya berharap bahwa ibunya memiliki keikhlasan hati dalam
menerima wanita yang dipilih oleh anaknya dan menyebutnya nanti dengan sebutan anakku.

Bulan biru dan sutra hitam


berbunga tiduran dan tanpa bauan.
Lelaki serong buka pintu tinggalkan tilam.
di dadanya: angin jahat tanpa perumahan. (P-PB/ Bt-4/Brs-1-4)

Perbuatan menyimpang dalam hubungan adalah perbuatan yang tidak baik. Terlebih
perbuatan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang telah menjalani kehidupan berumah
tangga. Puisi Perbuatan Serong mencerminkan sikap lelaki yang melakukan perbuatan
serong dengan wanita lain sehingga melupakan kehidupan rumah tangganya. Bentuk
lingkungan dalam keluarga yang tercerminkan pada puisi Perbuatan Serong, mencerminkan
bentuk lingkungan keluarga antara suami dan istri yang kurang harmonis. Hal ini karena di
dalam puisi Perbuatan Serong tersebut mencerminkan prilaku seorang suami yang
melakukan perselingkuhan dengan wanita lain.
- Tidak semua orang punya rumah.
Tidak semua hari punya nasi.
Di atas bumi asing kami berkemah.
Kami kepal tangan. Kami unjuk gigi. (P-YP/Bt-3/Brs-1-4)

Menjalani kehidupan rumah tangga tidak semuanya tercukupi dengan baik. Ada
kalanya dalam menjalani kehidupan berumah tangga mengalami kesusahan. Seperti tidak
adanya tempat untuk bernaung, tidak ada nasi yang dimakan. Walaupun kehidupan begitu
susah dan menyulitkan, tidak berarti harus pasrah pada keadaan. Harus terus bangkit dan
meyakini diri bahwa perubahan akan didapatkan jika ada kemauan untuk merubahnya.

9|Halaman
Bentuk lingkungan dalam keluarga pada puisi Nyanyian Pengantin mencerminkan kehidupan
lingkungan keluarga antara suami dan istri yang cukup tabah dalam menjalani kekurangan
dalam rumah tangganya. Walaupun di dalam kehidupan keluarganya tidak adanya rumah dan
nasi yang dimakan setiap hari keluarga yang tercerminkan pada puisi Nyanyian Pengantin
selalu tabah dan menyakinkan diri bahwa keesokkan hari pasti ada jalan yang lebih baik.
Bentuk lingkungan keluarga seperti ini harus ditanamkan kepada masayarakat dewasa ini
dalam menghadapi persoalan-persoalan yang terjadi pada kehidupan keluarga supaya tidak
selalu putus asa dalam menjalani hidup dalam berumah tangga.

Bentuk Lingkungan dalam Pertemanan


Lingkungan sosial tidak terlepas dari pergaulan antara teman, karena sebagian kecil
karakter seseorang terbentuk dari lingkungan bermain. Lingkungan pertemanan pengaruhnya
lebih cepat dalam membentuk perilaku setiap individu. Hal ini dapat dikatakan bahwa peran
teman dalam berperilaku sangat menonjol dalam pembentukan pribadi. Hal ini sejalan dengan
meningkatnya minat individu dalam pertemanan serta keikutsertaannya dalam kelompok.
Berikut ini beberapa kutipan dalam baris setiap bait puisi yang mencerminkan pada bentuk
lingkungan dalam pertemanan.

Bila mandi di kali


ia adalah ikan yang indah
tubuhnya menyinarkan cahaya tembaga.
Dan di daratan ia bagai merak
berjalan angkuh dan mengangkat mukanya.
Para pemuda menggadaikan hati untuknya.
Tapi ia kejam dan tak kenal cinta. (P-AMH/Bt-6/Brs-1-7)

Ketika Aminah mandi di kali, dirinya diibaratkan seperti ikan yang indah karena
tubuhnya menyinarkan cahaya tembaga. Ketika di daratan ia bagai merak namun jalannya
begitu angkuh. Banyak para pemuda yang tertarik dan menggadaikan hatinya untuk Aminah.
Namun Aminah tidak mengindahkannya. Sikap yang ditunjukkan Aminah dalam lingkungan
pertemanan adalah bentuk sikap yang kurang patut untuk dicontohkan dalam lingkungan
pertemanan. Karena perilaku yang ditunjukkan Aminah merupakan perilaku yang kurang
baik yang berkenaan dengan sopan-santun dalam bertingkah laku. Bergaul dalam pertemanan
tentu terdapat batasan-batasan yang harus perlu diperhatikan. Yaitu mengenai kesopanan dan
kerendahan hati seperti yang tercerminkan pada larik puisi Aminah tersebut. Memiliki
perilaku kesopanan dan kerendahan hati dalam lingkugan pertemanan yaitu untuk
menghindarkan diri dari menyakiti perasaan orang lain. Bentuk lingkungan pertemanan
dalam puisi Aminah tersebut ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, supaya pembaca
mengerti dan memahami bahwa dalam lingkungan pertemanan ada beberapa sikap yang
harus dilakukan.

Sesudah pertempuran gemilan itu


lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya.
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya. (P-GGR/Bt-4/Brs-1-6)

10 | H a l a m a n
Setiap peperangan tentu ada yang terluka dan dalam keterlukaan tersebut mendapatkan
rasa iba pada orang-orang yang melihatnya. Seperti yang digambarkan pada larik puisi
tersebut bahwa seusai pertempuran ada lima pemuda yang mengangkat dirinya yang terluka.
Namun orang tersebut menolaknya, dirinya tetap merangkak sampai ke kota kesayangannya.
Bentuk lingkungan sosial dalam pertemanan yang tergambarkan pada larik puisi tersebut
mengenai rasa solidaritas, peduli, tolong-menolong dan menerima perbedaan pendapat.
Bentuk lingkungan pertemanan dalam puisi Gugur tersebut ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca. Supaya pembaca mengetahui bahwa lingkungan pertemanan ada beberapa
sikap yang harus dilakukan dengan teman lainnya seperti memiliki rasa solidaritas, peduli,
tolong-menolong dan menerima perbedaan pendapat antara satu sama lain. Bentuk
lingkungan seperti ini merupakan hal yang perlu diperlihara dan ditanamkan pada lingkungan
pertemanan di dalam kehidupan sehari-hari.

Relevansi Bentuk Lingkungan Sosial dalam Kumpulan Puisi Empat Kumpulan Sajak
dengan Nilai Pendidikan Karakter
Puisi seperti karya sastra lainnya merupakan hasil dari refleksi kehidupan sosial yang
ada di sekitar lingkungan pengarang. Bentuk kehidupan-kehidupan dalam puisi yang
tertuangkan melalui teks memberikan renungan-renungan kepada pembaca dalam
menghadapi persoalan lingkungan sosial. Sebagai refleksi lingkungan sosial, tidak jarang
dalam puisi nilai-nilai luhur yang ada pada lingkungan sosial ikut terbawa dalam puisi. Hal
ini berkaitan dengan esensi dari karya sastra itu sendiri yakni tulisan yang indah dan sopan
atau alat untuk mengajar dan memberikan petunjuk yang baik pada pembaca.
Lingkungan sosial merupakan sistem pergaulan yang mempunyai andil yang sangat
besar dalam membentuk karakter manusia dalam melakukan tindakan dan
perubahan-perubahan. Pembentukan karakter ini terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Lingkungan masyarakat merupakan bentuk lingkungan sosial yang paling luas dibandingkan
dengan lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan. Hal ini dapat dikatakan bahwa
nilai-nilai yang membentuk karakter individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat.
Walaupun demikian lingkungan keluarga yang berperan penting dalam membentuk karakter
individu karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dalam membentuk
karakter individu. Pola pendidikan di dalam lingkungan keluarga cukup bervariasi karena
dapat dibentuk melalui ibu, ayah dan saudara. Lingkungan pertemanan mempunyai andil
dalam mempengaruhi begitu cepat pada diri seseorang. Peran dalam lingkungan pertemanan
dalam pembentukan karakter pula sangat menonjol dari cerminan perilaku individu.
Pernyataan seperti ini dapat dikatakan bahwa selain lingkungan masyarakat dan lingkungan
keluarga, lingkungan pertemanan dapat berperan penting dalam pembentukan karakter
individu. Lingkungan sosial seperti ini sering disebut sebagai lingkungan pendidikan
Kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak Karya W.S. Rendra dalam setiap larik dan
baitnya sering menyiratkan mengenai gejala-gejala sosial yang terjadi di sekitar lingkungan
hidupnya. Tak jarang dalam kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak Karya W.S. Rendra
sangat sarat mengandung bentuk lingkungan sosial yang memiliki relevansi dengan nilai-nilai
pendidikan karakter. Terdapat beberapa bentuk lingkungan sosial yang direpresentasikan
dalam kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak Karya W.S. Rendra. Bentuk lingkungan sosial
ini meliputi lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan.
Bentuk lingkungan sosial tersebut memiliki unsur relevansi dalam pembentukan karakter.
Bentuk lingkungan sosial tersebut tercerminkan melalui beberapa puisi seperti puisi Surat
kepada Bunda: tentang Calon Menantunya, Nyanyian Pengantin, Lagu Ibu, Ciliwung yang
Manis, Nyanyian Bunda yang Manis, Perbuatan Serong, Gugur, Aminah, dengan Kasih

11 | H a l a m a n
Sayang dan Bayi di Dasar Kali. Kerelevansian bentuk lingkungan tersebut dengan nilai
pendidikan karakter dapat dijabarkan sebagai berikut.

Relevansi Bentuk Lingkungan dalam Masyarakat pada Kumpulan Puisi Empat


Kumpulan Sajak dengan Nilai Pendidikan Karakter
Bentuk lingkungan dalam masyarakat yang memiliki relevansi dengan nilai pendidikan
karakter tercerminkan pada puisi Ciliwung yang Manis, Aminah, Bayi di Dasar Kali dan puisi
dengan Kasih Sayang. Kerelevansian bentuk lingkungan dalam masyarakat dengan nilai
pendidikan karakter dapat dijabarkan sebagai berikut.

Ciliwung bagai lidah menjulur


Ciliwung yang manis tunjukkan lenggoknya.

Eman segala orang miskin


timbunan rindu yang temaram
bukan bunga tapi bunga
Begitu kali bernyanyi meliuk-liuk
dan Jakarta disinggung dengan pantatnya. (P-CM/Bt-6,7/Brs-1-5)

Puisi Ciliwung yang Manis memiliki relevasi dalam membentuk karakter individu
dengan nilai pendidikan peduli terhadap lingkungan dan kerendahan hati. Bentuk kepedulian
dan kerendahan hati yang ditanamkan dalam puisi Ciliwung yang Manis supaya individu
dalam menjalani kehidupan bermasyarakat memperhatikan kehidupan lingkungan sekitarnya
yang berkaitan dengan kehidupan orang miskin.

Maka sementara langit sibuk berdandan


untuk pesta malamnya
dan di udara terdengar sedan kegirangan
yang memancar dari rumah tua
Akan terdengar para tetangga
Berbisik di antara sesamannya
Dan mata mereka bagai kucing
Mengintip dari tempat gelap:
“Kampung kita yang tentram
Mulai lagi bermusang.
Ah, ya, betapa malunya!
Telah datang ular yang berbisa!
Jangan dekati ia!” (P-AMH/Bt-3/Brs-5-13)

Puisi Aminah memiliki relevansi dalam membentuk karakter individu dengan nilai
pendidikan pilihan yang baik, bersahabat dan peduli terhadap lingkungan. Bentuk pilihan
yang baik yang ditanamkan melalui puisi Aminah supaya individu dalam mengambil
keputusan dalam bertindak harus dipikirkan dengan baik untuk kehidupannya. Sikap
bersahabat yang ditanamkan dalam puisi Aminah supaya individu dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat tidak menggunjing kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Sementara sikap
peduli lingkungan yang tertanam dalam puisi Aminah supaya individu dalam mengambil
keputusan dan tindakan harus memikirkan dampaknya pada lingkungannya.

12 | H a l a m a n
Adalah bayi, adalah nyawa yang tersia di dasar sungai
adalah dendam
lewat bening air menikam mentari
adalah nyawa lepas di luar dayanya dan tahunya.
Mengapa tak dibunuh bagai darah dikandungnnya
mengapa tak ditolak bila pintu diketuknya?
Dimasukkannya ia bagai tamu yang diharapkan
disimpan bagai buah tubuh yang diperam
dan bila telah berhak menatap panah mentari
amboi, ditidurkannya ia di dasar sungai! (P-BDK/Bt-2/Brs-1-10)

Puisi Bayi di Dasar Kali memiliki relevansi alam membentuk karakter individu
dengan nilai pendidikan belas kasihan, bertanggung jawab dan peduli lingkungan. Sikap
belas kasihan yang tertanam dalam puisi Bayi di Dasar Kali supaya masyarakat memiliki rasa
kasihan terhadap janin yang dikandung dan tidak melakukan aborsi. Sikap bertanggung jawab
yang tertanamkan dalam puisi Bayi di Dasar Kali yaitu supaya masyarakat ketika melakukan
perbuatan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya seperti yang tergambarkan dalam
puisi tersebut bahwa ada seseorang yang begitu tega membuang bayi di dasar sungai, bentuk
perilaku yang demikian merupakan karena tidak adanya sikap bertanggung jawab. Sikap
peduli lingkungan yang tertanamkan dalam Bayi di Dasar Kali yaitu supaya masyarakat
dalam setiap melakukan tindakan harus memikirkan dampak-dampak yang akan terjadi
apabila nilai-nilai yang aada di dalam masyarakat mulai dirusak.

Jangan!
Jangan dibunuh para lintah darat
ciumlah mesra anak jadah tak berayah
dan sumbatkan jarimu pada mulut peletupan
karena darah para bajak dan perompak
akan mudah mendidih oleh pelor.
Mereka bukan tapir atau badak
hatinya pun berurusan cinta kasih
seperti jendela terbuka bagi angin sejuk! (P-DKS/Bt-2/Brs-1-9)

Puisi dengan Kasih Sayang memiliki relevansi dalam membentuk karakter individu
dengan nilai pendidikan belas kasihan. Sikap belas kasihan yang tertanamkan dalam puisi
dengan Kasih Sayang yaitu supaya masyarakat dalam memiliki rasa kasihan pada lintah
darah, anak yang lahir tanpa dan pada para bajk dan perompak, hal ini dikarenakan bahwa
orang-orang tersebut memiliki hati yang perlu dikasihani seperti manusia lainnya.

Relevansi Bentuk Lingkungan dalam Keluarga pada Kumpulan Puisi Empat Kumpulan
Sajak dengan Nilai Pendidikan Karakter
Bentuk lingkungan dalam keluarga yang memiliki relevansi dengan nilai pendidikan
karakter tercerminkan pada puisi Aminah, Lagu Ibu, Surat kepada Bunda: tentang Calon
Menantunya, Perbuatan serong dan Nyanyian Pengantin. Kerelevansian bentuk lingkungan
dalam keluarga dengan nilai pendidikan karakter dapat diuraikan di bawah ini.

Sebentar nanti bila kakinya


yang beralas sandal itu
menginjak pelataran rumahnya

13 | H a l a m a n
Tentu hari belum gelap terlalu.
Ibunya yang tua akan menatapnya
dan dua batang kali kecil
Akan menjalar dari matanya:
Ia akan berkata antara sedannya:
“Ibu, aku pulang.”
Dan keduanya akan berpelukan. (P-AMH/Bt-2/Brs-5-10 )

Puisi Aminah memiliki relevansi dalam membentuk karakter individu dengan nilai
pendidikan rasa hormat. Sikap rasa hormat yang tertanamkan dalam puisi Aminah mendidik
individu supaya anak dan ibu saling memiliki rasa hormat antara satu sama lain. Sikap
hormat yang tertanamkan pada diri seorang anak dan ibunya dapat membentuk keluarga yang
harmonis.

Angin kencang datang tak terduga.


Angin kencang mengandung pedas mrica
Bagai kawanan lembu langit tanpa perempuan.
Kawanan arus sedih dalam pusaran.
Ditumbukinya padas dan batu-batuan.
Tahu kefanaan, ia pergi tanpa tinggalan.
Angin kencang adalah birahi, sepi dan malapetaka.
Betapa kencang serupa putraku yang jauh tak terduga. (P-LI/Bt-1/Brs-1-8)

Puisi Lagu Ibu memiliki relevansi dalam membentuk karakter individu dengan nilai
pendidikan keteguhan hati. Sikap teguh hati yang tertanamkan dalam puisi Lagu Ibu supaya
seorang perempuan dalam kehidupan rumah tanggannya memiliki keteguhan hati dalam
menjalani hidup.

Begitu kata kalam. Begitu kau mengerti:


bagai dulu bundamu melepas kau
kawin dengan ayahku. Dan bagai
bunda ayahku melepaskannya
untuk mengawinimu.
Tentu sangatlah berat.
Tetapi itu harus, Mamma!
Dan akhirnya tak akan begitu berat
apabila telah dimengerti
apabila telah disadari.
Hari sabtu yang akan datang
aku akan membawanya kepadamu.
Ciumlah kedua pipinya
berilah tanda salib didahinya
dan panggillah ia dengan kata: Anakku! (P-SBCM/Bt-5/Brs-1-15)

Puisi Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya memiliki relevansi dalam
membentuk karakter individu dengan nilai pendidikan rasa hormat, pilihan yang baik,
kejujuran, belas kasihan, keteguhan hati, dan pengendalian diri. Sikap rasa hormat yang
tertanamkan pada puisi Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya supaya seorang
anak memiliki rasa hormat terhadap ibunya. Sikap pilihan yang baik yang tertanamkan dalam
puisi Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya supaya seorang lelaki dalam memilih

14 | H a l a m a n
wanita yang dinikahi harus memilih wanita yang baik untuk dijadikan istri supaya tidak
menyesal dikemudian hari. Sikap kejujuran yang tertanamkan dalam puisi Surat kepada
Bunda: tentang Calon Menantunya supaya seorang anak memiliki kejujuran dalam
mengemukakan perasaannya kepada orang tuannya. Sikap belas kasihan yang tertanamkan
dalam puisi Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya supaya orang tua memiliki
belas kasihan kepada anaknya. Sikap keteguhan hati yang tertanamkan dalam puisi Surat
kepada Bunda: tentang Calon Menantunya supaya seorang anak memiliki keteguhan hati
ketika mengingingkan sesuatu untuk menjadi miliknya. Sementara sikap pengendalian diri
yang tertanam dalam puisi Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya supaya seorang
ibu harus mengendalikan dirinya supaya tidak memiliki sikap egois yang bisa menyakiti hati
anaknya.

Bulan biru dan sutra hitam


berbunga tiduran dan tanpa bauan.
Lelaki serong buka pintu tinggalkan tilam.
di dadanya: angin jahat tanpa perumahan. (P-PB/ Bt-4/Brs-1-4)

Puisi Perbuatan Serong memiliki relevansi dalam membentuk karakter individu


dengan nilai pendidikan bertanggung jawab dan pengendalian diri. Sikap bertanggung jawab
dan pengendalian diri yang tertanamkan dalam puisi Perbuatan Serong supaya seorang suami
mempunyai tanggung jawab dalam mengharmoniskan keluargannya dan mengendalikan
dirinya supaya tidak menyeleweng dengan wanita lain.

- Tidak semua orang punya rumah.


Tidak semua hari punya nasi.
Di atas bumi asing kami berkemah.
Kami kepal tangan. Kami unjuk gigi. (P-YP/Bt-3/Brs-1-4)

Puisi Nyanyian Pengantin memiliki relevansi dalam membentuk karakter individu


dengan nilai pendidikan kesederhanaan, keteguhan hati dan kerja keras. Sikap kesederhanaan
yang tertanamkan dalam puisi Nyanyian Pengantin supaya dalam menjalani kehidupan
keluarga seseorang tidak harus dengan kehidupan yang mewah. Sikap keteguhan hati dan
kerja keras yang diternamkan dalam puisi Nyanyian Pengantin supaya seseorang dalam
menjalani kehidupan rumah tangga tidak serta-merta menyerah dengan keadaan
kehidupannya dan mencoba untuk merubah menjadi kehidupan yang lebih baik.

Relevansi Bentuk Lingkungan dalam Pertemanan pada Kumpulan Puisi Empat


Kumpulan Sajak dengan Nilai Pendidikan Karakter
Bentuk lingkungan dalam pertemanan yang memiliki relevansi dengan nilai
pendidikan karakter tercerminkan pada puisi Aminah dan Gugur. Kerelevansian bentuk
lingkungan dalam pertemanan dengan nilai pendidikan karakter dapat dipaparkan di bawah
ini.

Bila mandi di kali


ia adalah ikan yang indah
tubuhnya menyinarkan cahaya tembaga.
Dan di daratan ia bagai merak
berjalan angkuh dan mengangkat mukanya.
Para pemuda menggadaikan hati untuknya.

15 | H a l a m a n
Tapi ia kejam dan tak kenal cinta. (P-AMH/Bt-6/Brs-1-7)

Puisi Aminah memiliki relevansi dalam membentuk karakter individu dengan nilai
pendidikan kerendahan hati dan pengendalian diri. Sikap rasa hormat yang tertanamkan
dalam puisi Aminah yaitu supaya seseorang jika memiliki kelebihan di dalam dirinya agar
tidak memiliki sikap sombong yang membuat temannya merasa tersakiti. Sikap pengendalian
diri yang tertanamkan dalam puisi Aminah yaitu supaya seseorang dalam bergaul dengan
temannya dapat mengendalikan dirinya seperti tidak membanggakan diri dan merasa angkuh
terhadap kelebihan dirinya.

Sesudah pertempuran gemilan itu


lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya.
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya. (P-GGR/Bt-4/Brs-1-6)

Puisi Gugur memiliki relevansi dalam membentuk karakter individu dengan nilai
pendidikan peduli, kerja sama dan bertanggung jawab. Sikap peduli yang tertanamkan dalam
puisi Gugur yaitu supaya seorang teman mempunyai kepedulian dengan teman lainnya ketika
temannya dalam keadaan kesusahan. Sikap kerja sama yang tertanamkan dalam puisi Gugur
yaitu supaya dalam lingkungan pertemanan dalam melakukan sesuatu harus dilakukan
dengan bersama-sama. Sikap bertanggung jawab yang tertanam dalam puisi Gugur yaitu
supaya dalam lingkungan pertemanan, jika seorang teman mengalami kesusahan teman
lainnya mempunyai tanggung jawab dalam menolong temannya tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa bentuk lingkungan sosial yang
tercerminkan pada puisi Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya, Nyanyian
Pengantin, Lagu Ibu, Ciliwung yang Manis, Nyanyian Bunda yang Manis, Perbuatan Serong,
Gugur, Aminah, dengan Kasih Sayang dan Bayi di Dasar Kali, baik berupa lingkungan
masyarakat, keluarga dan pertemanan, memiliki relevansi dengan nilai-nilai pendidikan
karakter. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat digunakan oleh setiap individu dalam
menjalani kehidupannya di dalam lingkungan sosial dalam bentuk lingkungan masyarakat,
keluarga dan pertemanan.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak karya W.S. Rendra yang tercerminkan pada puisi
Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya, Nyanyian Pengantin, Lagu Ibu, Ciliwung
yang Manis, Nyanyian Bunda yang Manis, Perbuatan Serong, Gugur, Aminah, dengan Kasih
Sayang dan Bayi di Dasar Kali, terdapat beberapa bentuk lingkungan sosial yang meliputi
lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan. Bentuk lingkungan
sosial dalam masyarakat berkaitan dengan lingkungan antara kaum miskin dan kaya di
Jakarta, lingkungan antara tetangga, lingkungan masyarakat dengan lintah darah, anak yang
tidak berayah, kaum bajak dan perompak. Bentuk lingkungan sosial dalam keluarga yaitu
berkaitan dengan sikap kebersahajaan antara anak dan ibu, sikap dan perilaku arif seorang
anak terhadap ibunya dalam meminta restu dalam meminang, sikap suami yang menyeleweng
dari rumah tangga, sikap seorang suami dan istri dalam menghadapi kesulitan dalam rumah
tangga dengan berperilaku sederhana dan tidak putus asa dalam memperbaiki permasalahan
dalam berrumah tangga. Bentuk lingkungan sosial dalam pertemanan yaitu berkenaan dengan
sikap sopan santun dan rendah hati seorang teman dengan teman lainnya, sikap yang

16 | H a l a m a n
memiliki rasa solidaritas, tolong-menolong dan menerima perbedaan pendapat antara satu
sama lain.
Secara menyeluruh, bentuk lingkungan sosial pada kumpulan puisi Empat Kumpulan
Sajak karya W.S. Rendra meliputi lingkungan masyarakat, keluarga dan pertemanan yang
tercerminkan pada puisi Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya, Nyanyian
Pengantin, Lagu Ibu, Ciliwung yang Manis, Nyanyian Bunda yang Manis, Perbuatan Serong,
Gugur, Aminah, dengan Kasih Sayang dan Bayi di Dasar Kali, memiliki relevansi dengan
nilai pendidikan karakter. Hal ini dikarenakan dari beberapa puisi yang diuraikan tersebut
memiliki relevansi dengan nilai-nilai pendidikan karakter. Bentuk lingkungan sosial dalam
masyarakat yang tercerminkan dalam puisi Ciliwung yang Manis mencerminkan nilai
pendidikan karakter peduli terhadap lingkungan dan kerendahan hati. Puisi Aminah, memiliki
relevansi dalam membentuk karakter individu dengan nilai pendidikan pilihan yang baik,
bersahabat dan peduli terhadap lingkungan. Puisi Bayi di Dasar Kali memiliki relevansi
dalam membentuk karakter individu dengan nilai pendidikan belas kasihan, bertanggung
jawab dan peduli lingkungan. Sementara puisi dengan Kasih Sayang memiliki relevansi
dalam membentuk karakter individu dengan nilai pendidikan belas kasihan. Bentuk
lingkungan sosial dalam keluarga yang memiliki relevansi dengan nilai pendidikan karakter
tercerminkan pada puisi Aminah, Lagu Ibu, Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya,
Perbuatan serong dan Nyanyian Pengantin. Puisi Aminah memiliki relevansi dalam
membentuk karakter individu dengan nilai pendidikan rasa hormat. Puisi Lagu Ibu memiliki
relevansi dalam membentuk karakter individu dengan nilai pendidikan keteguhan hati. Puisi
Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya memiliki relevansi dalam membentuk
karakter individu dengan nilai pendidikan rasa hormat, pilihan yang baik, kejujuran, belas
kasihan, keteguhan hati, dan pengendalian diri. Puisi Perbuatan Serong memiliki relevansi
dalam membentuk karakter individu dengan nilai pendidikan bertanggung jawab dan
pengendalian diri. Puisi Nyanyian Pengantin memiliki relevansi dalam membentuk karakter
individu dengan nilai pendidikan kesederhanaan, keteguhan hati dan kerja keras. Bentuk
lingkungan sosial dalam lingkungan pertemanan yang memiliki relevansi dengan nilai
pendidikan karakter tercerminkan pada puisi Aminah dan Gugur. Puisi Aminah memiliki
relevansi dalam membentuk karakter individu dengan nilai pendidikan kerendahan hati dan
pengendalian diri. Puisi Gugur memiliki relevansi dalam membentuk karakter individu
dengan nilai pendidikan peduli, kerja sama dan bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Syahrizal, dkk. 2013. Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan dalam Novel
“Tuan Guru” Karya Salman Faris. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 1 (1).
(Online), diakses di (http://eprints.uns.ac.id/2406/1/166-304-1-SM.pdf), pada
tanggal 26 Maret 2018.
Gea, Antonius Atosökhi. 2011. Enculturation Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap
Pembentukan Perilaku Budaya Individu. Jurnal Humaniora, 2 (1). (Online), diakses
di (http://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/download/29
66/2359), tanggal 26 Maret 2018.
Kasan, Tholib. 2009. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Studia Press.
Mansyur, M. Cholil. Tanpa Tahun. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya: Usaha
Nasional.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2000. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra (Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan dalam
Proses Kreatif). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rendra, W. S. 2010. Empat Kumpulan Sajak. Jakarta Timur: Burungmerak Press.

17 | H a l a m a n
Sibarani, Robert. 2013. The Character Building Based On Local Wisdom. Jurnal Pendidikan,
3 (1). (Online), diakses di (http://www.museum.pusakanias.org/20
13/02/pembentukan-karakter-berbasis-kearifan.html), tanggal 6 Juni 2016.
Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Tamara, Riana Monalisa. 2016. Peranan Lingkungan Sosial Terhadap Pembentukan Sikap
Peduli Lingkungan Peserta Didik Di Sma Negeri Kabupaten Cianjur. Jurnal
Pendidikan Geografi, 16 (1). (Onilne), diakses di
(http://ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/download/3467/2453), tanggal 26 April
2018.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 2014. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh: Melani
Budianta. Gramadia Pustaka Utama: Jakarta.

18 | H a l a m a n

You might also like