You are on page 1of 28

BAB IV

Kebenaran .....

Perpisahan, ialah sebuah akhir dari pertemuan juga


awal untuk pertemuan yang baru. Perpisahan rasanya
menyakitkan tapi di satu sisi yang lain juga sedikit
dinantikan, namun tetap rasanya menyakitkan.
Itulah yang dirasakan Edward saat berpisah
dengannya. Sebenarnya Edward tidak ingin berpisah
dengannya, namun mau bagaimana lagi jika ia menolak
perintah atasan ia bisa dihukum. Edward tidak masalah
jika dihukum, tapi masalahnya Hanum bisa ikut
dihukum.
Hanum, ialah perempuan yang ia temui di tempat
sebelumnya. Mereka berpisah karena Edward dipindah
tugaskan ke pos penjagaan titik terakhir yang ada di
Panarukan. Edward dipindah tugaskan karena
mendapatkan sebuah pencapaian. Namun bukannya
senang Edward merasa sedih karena berpisah dengan
Hanum.
Keseharian Edward di sana tidak ada yang terlalu
penting, membaca dokumen, minum kopi atau teh, dan
mengawasi daerah sekitar. Tapi ia selalu
mengerjakannya dengan serius.
“Pak, ini Chloe, saya mengantarkan dokumen yang bapak
minta.”, ujar Chloe sambil mengetuk pintu.
“Iya, silakan masuk.”, kata Edward Sambil minum teh.
“Pak, ini dokumen yang bapak minta isinya mengenai
keuangan selama beberapa minggu.”, ucap Chloe sambil
menunjukkan dokumennya.
“Baik, terima kasih Chloe.”, Ucap Edward sambil
menjulurkan tangan untuk mengambil dokumen.
“Sekali lagi, Chloe tolong isikan cangkir ini dengan
teh!”, suruh Edward sambil membaca dokumen.
“baik pak.” , ucap Chloe.
Chloe pun berjalan untuk membuat teh. Chloe bertanya
ke Edward kenapa Edward membutuhkan dokumen
keuangan tersebut. Edward menjelaskan bahwa
beberapa hari yang lalu beberapa orang protes karena
pendanaan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang
dijanjikan, jadi Edward memeriksa kembali dokumen
keuangan terakhir.
Chloe ini merupakan Sekretarisnya Edward. Chloe
ditunjuk oleh atasan yang memberi perintah pindah
tugas pada Edward baru menjadi sekretarisnya. Chloe
itu orang yang selalu serius terhadap pekerjaannya,
selalu berusaha menutupi emosinya saat bekerja agar
selalu sempurna saat bekerja.
Edward selesai membaca dokumennya, lalu menyadari
apa yang salah pada dokumen keuangan. Ternyata salah
satu petugas di bidang keuangan ada yang korupsi.
Edward langsung menyuruh Chloe untuk mencari bukti
bawahannya korupsi. Esoknya Chloe sudah mendapat
buktinya.
“pak, saya sudah mendapatkan buktinya.”, ucap Chloe
sambil menunjukkan buktinya.
Edward langsung membaca buktinya.
“APA INI.... BANYAK UANG YANG DIKORUPSI.
Bawahan ini kurang ajar, beraninya korupsi saat saya
ada disini.”, ucap Edward sambil marah dengan suara
yang keras.
“tenang pak tenang, dari pada marah saya pikir bapak
harus memikirkan langkah selanjutnya.”, kata Chloe
sambil menenangkan Edward.
“Saya sudah tenang terima kasih Chloe sudah
menenangkan saya, selanjutnya tolong panggil orang itu
ke sini Chloe!”, suruh Edward sambil memegang
keningnya.
“Baik pak segera saya panggilkan.”, jawab Chloe.
5 menit setelahnya Chloe membawa orang itu ke
hadapan Edward.
“Kamu sadar apa yang kamu perbuat di sini ?”, Tanya
Edward
“maksud bapak apa ?”, jawab orang itu
Setiap ditanya selalu saja dia beralasan, karena terus
beralasan dan tidak mau mengaku kemarahan Edward
sampai puncaknya. Edward langsung emosi dan
memecat orang itu tanpa pikir panjang.
Seminggu kemudian Edward selalu mengerjakan
kegiatan yang sama, namun karena ia takut ada yang
menyalahgunakan kekuasaan Edward selalu berpatroli
mengawasi bawahannya yang bekerja.
Edward kembali ke kantornya, membaca dokumen
sambil memandang keluar jendela. Ia melihat seorang
wanita pribumi bersama adiknya.
“kak, itu bangunan apa yang keren dan besar ?” , tanya
sang adik.
“Itu pos penjagaan dik, itu buat menjaga daerah-
daerah di sekitar sini.”, jawab kakak.
Karena saking penasarannya si adik lari menuju pintu
masuk gedung meninggalkan sang kakak. Sesampainya
di pintu masuk si adik menabrak tentara, tapi si adik
tetap maksa buat masuk, menghiraukan tentara yang
ditabraknya. Kakaknya yang ditinggal adiknya langsung
mendekati adiknya dan meminta maaf pada tentata.
“Maaf, maaf pak.... ini adik saya pak, maaf kalau
mengganggu.” , pinta maaf sang kakak.
“iya, saya maafin tapi satu syarat kamu nemenin saya
satu malam.” Ucap tentara sambil menarik lengan si
kakak.
“pak, pak jangan begini pak, tolong... tolong....” ucap
kakak sambil mencoba melepaskan diri.
Namun karena berurusan dengan Belanda, tidak ada
yang mau menolong si kakak. Si kakak mulai
mengeluarkan air mata, memberontak sekuat tenaga
namun apa jadinya melawan penjaga. Si kakak sudah
mulai pasrah dengan nasibnya.
Di satu sisi lain, Edward sedang melihat kejadian dari
kantornya. Ia ingin menolong si kakak, namun jika ia
menolongnya ia pasti akan mendapat hukuman. Edward
terus membiarkannya, namun saat melihat muka si
kakak ia langsung mengingat Hanum. Tidak pikir
panjang Edward langsung menolongnya, terjadi baku
hantam dengan tentara.
Baku hantam itu hanya terjadi dengan singkat dengan
Edward yang menang telak. Edward tidak tahu bahwa
yang ia pukul itu seorang anak atasannya. Si kakak
langsung berterima kasih dengan Edward, dan langsung
pergi. Edward tidak tahu kalau kejadian itu membawa
malapetaka kepada Edward.
Minggu berikutnya, tiba-tiba Edward dipanggil
atasannya, Edward langsung pergi ke tempat
atasannya.
“Edward, kamu tahu kenapa kamu dipanggil kesini ?”,
ucap sang Atasan dengan nada yang tegas.
“tidak tahu pak.” , jawab Edward.
“kamu benar-benar tidak tahu kenapa kamu dipanggil
kesini ?’’, ucap Sang Atasan untuk memastikan dengan
nada yang lebih tegas
Edward tetap menjawab tidak tahu. Dalam hati Edward
merasa kesal karena ia dipanggil tanpa alasan apapun.
“Kamu sudah memukul anak saya tapi kamu tidak
merasa bersalah sama sekali. Anak saya sampai masuk
rumah sakit tapi kamu sama sekali tidak
menjenguknya.’’ , ucap Sang Atasan sambil marah.
Edward dalam hati merasa bingung karena beberapa
hari yang lalu Edward tidak pernah memukul seseorang.
Sang Atasan memanggil anaknya. Sesaat melihat
mukanya ia langsung mengingat kejadian itu.
Edward berusaha menjelaskan kejadian itu, namun mau
bagaimana lagi, yang dipukul anaknya atasan. Semua
alasan yang dibuat Edward selalu dibantah dan
penjelasan anaknya yang selalu diterima atasan.
“Edward, kamu selalu mencari alasan terus menerus,
bapak sudah percaya kepada kamu, namun apa yang
kamu lakukan, bukannya melakukan pekerjaan malah
memukul anak saya.” , ucap Sang Atasan dengan nada
yang kecewa.
“tapi pak, saya benar melakukan itu karena ada
alasannya.” , protes Edward.
“sudah, bapak tidak percaya lagi dengan kamu. Dari
pada kamu diam di kantor, lebih baik kamu gunakan
tubuh kamu yang banyak tenaga itu di medan perang.” ,
ucap atasan.
“tapi pak ..... “ , balas Edward
“Sudah tidak ada tapi-tapian, sekarang bapak kirim
kamu ke medan perang yang ada di luar negeri.
Sekalian bawa sekretarismu yang tidak becus
mengurus kamu itu.” , Perintah atasan.
“baik pak, tapi saya minta untuk melepaskan hukuman
Chloe.” , pinta Edward.
“kamu terus menerus protes, mau bapak tambahkan
hukumannya ? Sudah dikasih hati malah minta jantung.
Pergi sekarang dari ruangan ini, saya muak melihat
muka kamu.” , bentak Atasan dengan amarah yang
memuncak.
Edward pergi dari ruangan itu pergi menuju ruangannya
dengan muka yang terlihat lesu. Chloe menanyakan apa
yang terjadi, lalu Edward menjelaskan apa yang terjadi
tadi.
Mendengar hal itu, bukannya Chloe membenci Edward,
tapi Chloe tetap mendukung Edward dalam
keputusannya. Melihat Chloe berpikiran seperti itu
Edward merasa sedikit lega.
Edward memutuskan untuk melarang Chloe untuk ikut,
namun Chloe tetap pada pendiriannya untuk menemani
Edward. Melihat tekad Chloe Edward pasrah dan tidak
melarang Chloe untuk ikut bersamanya. Mereka berdua
bersiap untuk meninggalkan kantor dan pergi menuju
medan perang.
Seminggu berlalu Edward sampai di medan
pertempuran tepatnya di perbatasan Belanda. Di sana
Edward tidak merasa panik, gelisah, ataupun takut.
Edward selalu mengingat apa yang dikatakan gurunya
untuk tidak takut dengan apapun di medan perang.
Sekalinya takut pasti akan mati, dan menyebabkan
rekan mati.
Edward terlihat gagah dengan setelan tentaranya,
banyak perempuan yang terlihat menyukai tampangnya
Edward. Perempuan disini membantu akomodasi dari
para tentara seperti memberi makan, pengobatan fisik
maupun mental dan masih banyak lagi.
Akibatnya banyak yang iri dengan ketampanan dan
kegagahannya Edward. Banyak yang ingin
mempermalukan Edward namun tetap saja yang
dipermalukan adalah lawannya. Kegiatan Edward terus
seperti itu, meskipun di medan perang Edward tidak
menyangka kalau suasana perang itu tidak hanya baku
tembak saja.
Di markas Edward memiliki seorang teman, ia selalu
membantu Edward di saat Edward pertama kali datang
ke markas. Edward mulai terbiasa dengan situasi dan
kondisi di markas juga berkat dukungan temannya
Samuel. Samuel merupakan orang yang terbuka, selalu
bersosialisasi dan orang yang asyik
Di hari ke-20 Edward berada di markas, Edward
bertemu musuh lamanya yang membuat Edward bisa
berada di medan perang ini, Smith. Smith ini terlihat
bahwa ia datang kesini untuk mempermalukan Edward
yang sudah mempermalukannya, intinya Smith ingin
balas dendam.
Memindahkannya ke medan perang menurut Smith
merupakan hukuman yang ringan, oleh karena itu ia
datang untuk membalas berkali-kali lipat kepada
Edward. Smith selalu menanti-nantikan rencana apa
yang akan dibuat untuk mempermalukan Edward.
“Edward akhirnya kita ketemu lagi, aku tidak sabar
seperti apa nanti akan aku permalukan.” Ucap Smith di
dalam hatinya.
Smith selalu terlihat seperti penguasa, meskipun ia
baru datang ke markas ini, ia dihormati oleh para
seniornya. Sebab mereka tahu kalau Smith ini
merupakan anak dari keluarga kalangan atas, jika
menyinggungnya tidak tahu apa yang akan terjadi
selanjutnya.
Dua hari setelah Smith datang ke markas, markas
sudah seperti istananya, orang-orang selalu disuruh
untuk melayani Smith. Merasa sedikit tersinggung
Smith langsung menghukum orang tersebut.
Hidup di markas ini terasa seperti di neraka, para
atasan bukannya menghukum Smith tapi malah
mendukungnya.
“Para atasan di sini semuanya penjilat.” , ucap Edward
dalam hati
Edward dan Samuel selalu ingin menolak permintaan
Smith dan ingin memberontak, namun apa boleh buat
jikalau memberontak sudah pasti timah panas
menembus kepala mereka. Atasan sudah tidak ada yang
bisa di percaya. Kehidupan sudah seperti di neraka.
Sampai suatu saat di malam hari, Edward dan Samuel
terbangun dari tidurnya. Mereka melihat Smith yang
berkeliaran di malam hari. Smith disini terlihat seperti
menunggu seseorang. Tapi tak disangka ternya Smith
disini merupakan seorang mata-mata yang dikirim
untuk memata-matai markas ini.
Edward dan Samuel melihat secercah harapan agar
Smith bisa dihukum. Mereka membuat rencana untuk
menjatuhkan Smith pada esok malam harinya.
Seminggu setelah kejadian itu, Edward melihat Smith
bertemu orang yang sama seperti minggu lalu.
“bagaimana, apa ada yang mengikuti kamu ?” , bisik
penyusup.
“tidak ada, ini informasi yang sudah lengkap mengenai
strategi, anggota perang, dan yang paling penting
mata-mata dari markas ini yang menyusup ke markas
kita” ucap Smith sambil memberikan informasi
tersebut.
Mendengar hal itu Edward merasa sedikit terkejut dan
karena itu Edward menginjak ranting pohon sehingga
membuat posisinya ketahuan.
“Siapa di sana ?”, tanya mereka berdua.
Mendengar hal itu Edward langsung lari sekencang
mungkin dan kembali ke tendanya. Untungnya mereka
tidak mengejar Edward karena dikira hanya sebuah
binatang yang lewat.
Esoknya Edward memberi tahu Samuel apa yang
terjadi kemarin. Mendengar itu Samuel memutuskan
untuk mengajak Edward memberitahu kepada
atasannya yang dipercaya, Pak Deandle.
“pak, saya membawa sebuah informasi yang sangat
penting, berharap untuk bertemu bapak.” , pinta
Samuel.
“Silakan masuk.” , jawab Pak Deandle.
Mereka berdua menjelaskan kejadian kemarin malam
itu kepada Pak Deandle. Pak Deandle percaya dengan
apa yang informasi mereka sampaikan. Deandle pun
langsung mengatur pertemuan rahasia dengan atasan
lainnya .
Meskipun posisi Pak Deandle ini merupakan yang
tertinggi disini, tapi masih banyak yang tidak percaya.
Namun pada akhirnya mereka pun percaya karena para
atasan yang lain itu sebenarnya tidak suka kepada
Smith.
Para atasan mulai menyusun rencana untuk menangkap
Smith. Rencananya pada minggu berikutnya saat malam
para atasan akan mengajak Smith untuk berpesta. Lalu
setelahnya para atasan akan berpura-pura mabuk dan
tidur karena kelelahan. Sehingga Smith merasa aman
untuk bertemu dengan rekannya. Saat itulah mereka
menangkap Smith dan rekannya saat mereka bertemu.
“Rencana ini disebut Pesta Perpisahan Smith.” , kata
Pak Deandle dengan semangat-semangatnya.
Hari H untuk menangkap Smith pun datang, semua
sudah siap sedia untuk rencananya.
“Smith, sini bapak panggil.”
“ada apa pak?”
“kan bapak waktu pertama kali kurang ramah dengan
kamu, jadinya bapak mau meminta maaf dengan
diadakan pesta, ya... meskipun pesta ini hanya kecil.”
“gak apa apa pak, santai saja.”
Di dalam hati Smith merasa aneh, kenapa bapak yang
satu ini tiba-tiba baik, namun pemikiran itu dibuang
jauh-jauh oleh Smith.
“nantinya mereka juga bakal tidur gara-gara mabuk.” ,
ucap Smith dengan suara pelan sambil santai
Dengan pemikiran itu Smith merasa bahwa nanti akan
lebih mudah untuk mengirim informasi pada rekannya.
Namun siapa sangka kalau pesta ini merupakan jebakan.
Pesta pun dimulai, semua sudah sesuai dengan rencana,
tapi yang seharusnya pura-pura mabuk malah jadi
mabuk. Oleh karena itu yang mengeksekusi di lapangan
untuk menangkap Smith dan rekannya adalah Edward
dan Samuel.
Pesta telah berakhir Smith pergi menemui rekannya,
mereka berbincang-bincang mengenai keanehan Pak
Deandle.
“Smith, kenapa kamu datang kesini dengan santai?”
“para atasan tadi pesta sampai mabuk jadi gak mungkin
ada yang mengawasi aku.”
“ya sudah, tapi kenapa para atasan ngadain pesta
Smith?”
“bodo amat lah sama yang dipikirin atasan, yang
penting ini informasi buat minggu ini.’’
Rekan Smith mulai menyadari keanehan yang terjadi,
tiba-tiba ada pesta. Ia pun mulai waspada namun sudah
telat mereka mulai disergap oleh Edward dan Smith.
Terjadi baku hantam yang singkat, namun tetap
Edward dan Samuel yang menang.
Kembali pada beberapa minggu sebelumnya,
sebenarnya sudah berperang dengan musuh beberapa
kali., meskipun hanya perang yang kecil. Perang yang
kecil ini tidak terlalu banyak nyawa yang menghilang.
Sebelum Smith datang perang ini selalu dimenangkan
oleh pihak Edward. Namun setelah datang Smith
mereka terus menerima kekalahan dari musuh. Pihak
Edward tidak terlalu memikirkan kekalahan ini.
Kemenangan dan kekalahan itu pasti akan datang, itu
yang mereka pikirkan. Mereka sama sekali tidak
memikirkan ada mata-mata di tim.
Kejadian itu pun terjadi, terungkapnya mata-mata di
pasukan. Mereka pun tersadar kalau kekalahan ini
bukan kekalahan biasa karena perbedaan kekuatan tapi
pihak Edward kalah dalam permainan kepintaran. Para
atasan pun mulai lebih waspada terhadap para mata-
mata. Mereka mulai mementingkan strategi.
“Edward selamat pagi, gimana perasaan kamu hari ini?’’
“selamat pagi Samuel, perasaan hari ini luar biasa.”
“akhirnya bebas juga dari tekanan Smith, dan bisa
hidup seperti biasa.’’ , perjelas Edward
“meskipun hidup seperti biasa, ingat kita itu ada di
medan perang , jangan lengah atau gak kamu bisa
terbunuh.’’ , ucap Samuel dengan santainya.
“Iya iya aku juga tahu.”
Beberapa minggu telah berlalu, perang anta dua belah
pihak terus terjadi, karena sudah tidak ada mata-mata
kemenangan terus terjadi pada pihak Edward. Saat
perang Edward selalu memberi arahan yang selalu
tepat kepada rekannya. Akibatnya Edward mendapat
banyak pencapaian.
Pencapaian demi pencapaian terus didapatkan Edward
sampai suatu saat karena pencapaiannya yang sudah
berlimpah ia diberi kekuasaan untuk memimpin sebuah
pasukan.
“Kepada Edward silakan maju, dengan ini saya berikan
anda sebuah kekuasaan untuk memimpin pasukan,
pasukan ini akan dinamakan pasukan Feniks Emas.”
Ucap Pak Deandle pada saat pengumuman di apel pagi.
Dengan menjadi pemimpin sebuah pasukan Edward
maju selangkah untuk mencapai tujuannya.
“Edward, selamat kamu sudah jadi pemimpin pasukan.” ,
ucap selamat Samuel.
Sebelum bertemu dengan pasukannya Edward datang
ke Pak Deandle untuk berdiskusi wakil pemimpin.
Edward mengusulkan Samuel untuk jadi wakil pemimpin.
“kenapa kamu memilih Samuel sebagai wakil pemimpin?
Bukannya masih ada yang lebih berbakat dari pada
Samuel.”, tanya Pak Deandle
“Saya memilih dia karena saya sudah sangat kenal
dengan Samuel pak, kepribadiannya itu cocok untuk
menjadi wakil pemimpin.” , jawab Edward dengan
percaya diri.
“Apalagi pak, Samuel itu selalu membantu saya,, jadi
saya merasa cocok untuk menjadikannya wakil
pemimpin untuk membantu mengurus pasukan.’’ , jelas
Edward.
“baik saya izinkan Samuel untuk menjadi wakil
pemimpin. Apa ada yang ingin kamu minta lagi?”
“satu lagi pak izinkan Chloe yang waktu itu datang
bersama saya untuk menjadi sekretaris saya pak.’’
“baik saya izinkan. Kalau begitu silakan kamu kembali
ke tempat kamu sebelumnya.”
Edward kembali ke tempatnya, lalu beberapa saat
Edward bertemu kembali dengan Chloe. Chloe terlihat
senang sekali bertemu kembali dengan Edward sampai
tidak sadar untuk memeluknya. Sadar akan hal itu
Chloe langsung melepas pelukannya. Terlihat muka
Chloe yang merah karena malu.
Dua menit setelahnya Samuel datang dan bertanya
pada Edward kenapa ia memilih Samuel sebagai wakil
pemimpin. Edward menjelaskan seperti menjelaskan
kepada Pak Deandle. Mendengar itu Samuel merasa
terharu dan memeluk Edward sambil mengucapkan
terima kasih.
Perang terus terjadi, para pasukan terus dikerahkan
untuk ikut serta dalam perang. Perang ini merupakan
perang pertama bagi pasukan Feniks Emas. Para
prajurit banyak yang merasa panik, takut dan masih
banyak perasaan negatif yang muncul.
Edward membacakan pidato yang memberi semangat
dan membuang perasaan negatif pada prajuritnya
akibatnya prajurit tersebut menjadi semangat dan
tidak takut lagi.
Karena ini perang pertama bagi pasukan Feniks Emas,
pasukan ini ditempatkan di garda belakang. Penempatan
ini sudah diperhitung para atasan. Perang ini
merupakan kesempatan bagi pasukan Feniks Emas
untuk menambah pengalaman pertempuran.
“meskipun kita hanya di garda belakang, kita harus
tetap bersyukur, jangan patah semangat lakukan yang
terbaik, tambah pengalam tempur kalian semua.” Ucap
Edward untuk menyemangati pasukan.
Melihat hal itu para atasan mulai berpikir bahwa tepat
untuk memberikan Edward sebuah pasukan.
Peperangan mulai memanas, baku tembak terdengar di
mana-mana, prajurit mulai panik dan gelisah. Setelah
diberikan semangat lagi mereka mulai tenang. Suara
baku tembak mulai mereda ,dan terlihat para pasukan
garda depan kembali dengan sebuah kemenangan.
Kemenangan demi kemenangan terus diraih, meskipun
hanya kemenangan kecil, tapi sangat berdampak pada
mental para tentara. Terlebih perang sebelumnya,
ialah perang yang lebih besar dibanding perang-perang
yang lainnya.
Kembali saat setelah menangkap Smith, para atasan
mulai menginterogasinya dengan cara apapun. Smith
terus menerus disiksa, tapi tetap tidak mau buka
mulut.
Karena percuma menginterogasinya, para atasan
menyerah dan memasukkan Smith ke penjara. Tapi
sebuah kesalahan bahwa mereka tidak membunuh
Smith.
Pagi demi pagi berlalu, Edward selalu memikirkan
Hanum di setiap pagi dan sebelum tidur. Edward
sangat rindu kepada Hanum, karena hanya dialah yang
selalu melihat Edward sebagai pria bukan dari
tampangnya tapi dari hatinya, tidak seperti perempuan
yang lain yang hanya melihat dari tampangnya saja.
“Hanum, kapan aku bisa bertemu denganmu lagi,
melihatmu, aku rindu kepadamu Hanum.”
Itulah yang selalu Edward ucapkan saat melihat liontin
yang diberi oleh Hanum saat mereka berpisah.
Chloe selalu memerhatikan Edward, Chloe selalu
melihat Edward yang mukanya sedih saat melihat
liontin. Chloe mau bertanya, namun Chloe tidak
memiliki keberanian.
“Hanum...”
Nama itu yang diucapkan mulut Edward. Mendengar hal
itu membuat hati Chloe tersayat terasa sakit. Chloe
langsung tahu bahwa nama itulah yang membuat
Edward sedih. Chloe sudah memiliki perasaan kepada
Edward saat pertama kali bertemu.
Setelah perang berakhir rencananya Chloe ingin
mengungkapkan perasaannya. Tapi setelah mendengar
kata Hanum yang terucap dari mulut Edward membuat
Chloe berpikir di hati Edward sudah ada seseorang.
Chloe mengurungkan niatnya dan memendam sedalam
dalamnya perasaan itu. Chloe hanya berharap
kebahagiaan untuk Edward.
Seminggu setelah perang terakhir, musuh sudah tidak
mengerahkan pasukan yang kecil. Musuh sudah
mengobarkan tanda perang. Perang itu terlihat seperti
perang terakhir, skalanya sudah sangat besar.
Beberapa hari sebelumnya, para atasan sadar bahwa
musuh sudah menyiapkan pasukan yang sangat banyak.
Musuh berpikir daripada perang kecil-kecilan lebih
baik langsung saja memusnahkan musuh dalam sekali
jalan.
Para atasan mulai menyusun rencana untuk melawan
para musuh. Rapat strategi berlangsung sangat lama.
Di tengah-tengah rapat Pak Deandle merasakan
sesuatu
“Siapa di sana ?” , Kata Pak Deandle sambil menolehkan
kepala ke arah luar.
“Ada apa pak? Di sana tidak ada siapa siapa ?” , jawab
Para atasan yang lain.
Pak Deandle merasa ada yang aneh namun mungkin itu
hanya perasaannya, itulah yang ia pikirkan. Namun
kesalahan kecil itulah yang membuat kesalahan besar
nantinya. Sebelumnya di luar ruang rapat terlihat
siluet hitam yang sedang menguping, “Siapa di sana”
ucapan itulah yang langsung membuat siluet hitam
kabur.
Perang terakhir berlangsung suara tembak, ledakan
bom terjadi di mana-mana
“Dor... Dor... Dor”
‘’Duar.....”
Suara itu terus menggema di medan perang, layaknya
suara instrumen musik saat pertunjukan. Teriakan
terdengar di mana-mana seperti suara penyanyi yang
memainkan instrumen. Skala perang ini sudah bukan
main lagi, berbeda dengan perang sebelumnya.
Pasukan Edward yang ada di garda belakang
diperintahkan untuk maju ke garda depan untuk
membantu pasukan lainnya.
“Semuanya siappp, sekarang kita akan menuju ke garda
depan.” , ucap Edward dengan semangat
“SIAP.....” jawab seluruh pasukan
Pasukan Edward bukannya takut, malah merasa sangat
bersemangat. Edward selalu mengingatkan bahwa
keselamatan adalah yang utama.
“Semangat boleh tapi ingat yang paling penting adalah
keselamatan diri kalian masing-masing.” , ucap Edward.
Pasukan Feniks Emas mulai maju ke garda depan.
Sesampainya di sana terlihat medan perang yang penuh
dengan api, asap, darah, dan mayat.
“Pasukan Feniks Emas siap bertempur.”
“siap....”
“MAJU.....”
Para pasukan mulai menembak musuh, musuh pun
membalas kembali. Perang ini sangat sengit, kedua
kubu sama-sama tidak mau kalah. Mau tidak mau untuk
memenangkan perang ini yang dibutuhkan bukan
kekuatan melainkan kepintaran dalam menyusun
rencana.
Edward mengawasi pasukannya sambil memikirkan
strategi yang terbaik untuk mengalahkan musuh. Saat
itu Edward tidak tahu bahwa ada bahaya yang
mengintainya dari belakang.
Waktu yang singkat berlalu, Edward berhasil membuat
strategi untuk mengalahkan musuh. Tapi ia harus
langsung mengambil komando seluruh pasukan. Edward
meminta izin kepada para atasan, namun ditolak.
Pak Deandle selaku pemimpin tertinggi mencoba
memberi kesempatan pada Edward. Para atasan yang
lain mau tidak mau harus menyetujuinya. Pak Deandle
percaya pada kemampuannya, melihat ia berhasil
menemukan mata-mata.
Edward langsung mengambil seluruh komando dan
menjalankan rencananya. Tiga hari kemudian strategi
Edward berhasil dan membuat musuh kewalahan. Tapi
siapa sangka bahwa di pasukan Edward ada yang
berkhianat yang membuat hanya pasukan Edward saja
yang sangat kewalahan.
Edward langsung tahu bahwa yang berkhianat itu bukan
pasukannya, melainkan Smith yang menyamar. Langsung
tanpa pikir panjang Edward memerintah pada pasukan
Feniks Emas untuk mundur.
“Pasukan Feniks Emas, mundur... mundur....”
Dengan adanya Smith, pasukan Feniks Emas sulit untuk
mundur. Edward langsung pergi ke tempat tersebut
dan berusaha menolong pasukannya. Ia langsung
menyuruh pasukannya mundur tanpa melihat ke
belakang.
Edward berusaha melindungi pasukannya dengan
mengorbankan dirinya. Baku tembak terjadi Edward
sudah kewalahan melawannya. Sampai suatu saat
Edward sudah kehabisan stamina dan tiga peluru
dilontarkan mengarah kepala Edward.
Dalam waktu yang singkat Edward sudah pasrah pada
hidupnya. Edward tidak merasa takut kepada kematian.
Edward menoleh ke belakang dan melihat pasukannya
berhasil kabur. Ia pun merasa lega, dalam hatinya
sudah tidak ada beban lagi. Namun...
“Inilah akhir hidupku, tidak buruk juga. Tapi sebelum
kematian ini menghampiriku aku hanya ingin melihat
wajahmu lagi, Hanum....” , kata Edward dalam hatinya.
Edward menutup matanya dan pasrah, namun dalam
waktu yang singkat Samuel berlari dan melindungi
Edward. Samuel berhasil melindungi Edward tapi
nyawanya sudah pasti tidak akan tertolong.
Edward terkejut melihat pemandangan itu, harusnya ia
yang mati tapi Samuel melindunginya.
“Samuel... Samuel...”
“Bangun Samuel, kumohon bangun Samuel.’’
“Ed..Ed..Edward, aku tidak apa-apa, kamu jangan
menangis, kalau pemimpin pasukan menangis bukannya
memalukan.’’
“Samuel, akhirnya kamu bangun, tunggu aku bawa kamu
untuk diobati.’’
“Sudah Edward, aku tahu kalau nyawaku sudah tidak
bisa diselamatkan. Aku ingin kamu tetap hidup Ed.
Selamat tinggal.....”
‘’AAAAHHHHHH....”
Edward berteriak , amarahnya tidak bisa dikendalikan.
“Smith Smith, beraninya kamu membunuh teman
terbaikku.” , kata Edward dengan sangat marah
“Hahahahahahaha.. akhirnya aku bisa melihat mukamu
menderita. Balas dendam ini sangat menarik
Hahahaha.’’
Tanpa pikir panjang Edward dan Smith saling
menodongkan pistol dan “Dor.. Dor..” Pelatuk kedua
pistol dilepaskan kedua peluru berhasil mengenai
kepala masing-masing.
“Samuel, aku telah membalaskan dendammu,
istirahatlah dengan tenang, Sam....”
Edward perlahan menutup matanya. Edward merasa
kalau di sudah dekan dengan kematiannya. Saat itu
dalam pikirannya Edward memimpikan masa lalunya.
Edward itu sebenarnya bukan orang masa ini, tapi ia
sama seperti Hanum ia juga berasal dari masa depan.
Ia datang ke masa lalu melewati pintu yang ada di
rumahnya, ia membuka pintunya dan tiba-tiba dia
datang ke tempat antah berantah.
Edward bingung, saat mau kembali pintu yang ia
gunakan sudah menghilang. Edward berusaha untuk
kembali namun tidak ada caranya. Akhirnya ia pasrah,
Edward mulai hidup. Di sana Edward ditolong oleh
seorang tentara dan diajarkan olehnya.
Edward menganggap orang itu gurunya. Suatu saat
Gurunya dipanggil untuk sebuah misi namun gurunya itu
tidak pulang-pulang. Lalu seminggu kemudian diketahui
bahwa gurunya sudah tewas dalam misi. Pemakannya
diadakan dan Edward datang ke sana. Edward merasa
sedih dan bertujuan untuk menjadi gurunya.
Beberapa tahun terlewati sampai di mana Edward
bertemu dengan Hanum. Setelah bertemu dengan
Hanum kehidupan Edward mulai berubah yang asalnya
ia hidup untuk mengikuti sang guru. Edward mulai
merubah pandangannya untuk hidup demi dirinya
sendiri.
Mimpi ini pun berakhir, Edward seperti berada di
ruang kosong. Ruang ini dipenuhi dengan ingatan-
ingatannya. Seiring dengan waktu ingatan-ingatan
tersebut pecah dan Edward merasa ada yang hilang
dari dirinya.
Edward bangun dari tidurnya lalu melihat disebelah
ada seorang wanita, wanita itu adalah Chloe. Tapi....
“Akh..Akhirnya kamu bangun Edward,” ucap Chloe
sambil meneteskan air mata.
“Ka.. Ka.. Kamu siapa? Aku dimana?” jawab Edward
dengan keadaan yang bingung.
Chloe merasa aneh dan memanggil dokter. Dokter itu
menjelaskan bahwa Edward mengidap amnesia.
Mendengar hal itu Chloe merasa sangat sedih.
Kenangan yang ia lakukan bersama Edward hilang
dengan begitu mudah. Tapi Chloe merasa kalau sedikit
senang karena bisa memanfaatkan kondisi ini untuk
lebih dekat dengan Edward. Karena Edward hilang
ingatan dan tidak mengingat wanita yang bernama
Hanum itu.
Dalam hatinya, Chloe merasa senang tapi juga sekaligus
merasa sakit karena ia memanfaatkan kondisi Edward
untuk keuntungannya sendiri. Setelah berpikir panjang
Chloe memutuskan untuk tetap mendukung Edward
sekaligus membantu untuk mengembalikan ingatannya.
Dua minggu setelah Edward bangun. Pemakaman untuk
tentara yang gugur dalam perang diadakan. Banyak
keluarga dari para tentara datang mengikuti
pemakaman. Suara tangis terdengar dimana-mana.
Edward mulai mendekati makam tentara yang gugur
satu per satu. Di satu makam Edward terhenti, ia
melihat nama di batu nisannya tertulis “Samuel
Jaelani”. Membaca nama itu hati Edward merasa sakit.
Ingatan Edward kembali meskipun hanya sedikit,
Edward mengingat kalau ia sedang mendengar
seseorang yang sekarat berbicara dengannya, tapi
wajahnya tidak ingat.
Seketika Edward mulai meneteskan air mata. Edward
langsung kembali ke ruangannya dan diam sejenak
memikirkan yang tadi. Edward terus menerus
memikirkan itu, bahkan panggilan dari Chloe pun tidak
dijawab.
Pikiran Edward tidak karuan, setelah berpikir dengan
lama Edward kembali sadar. Edward melihat di atas
meja ada sebuah buku catatan dan di dalamnya ada
liontin.
Melihat liontin itu hati Edward mulai tergelak, ingatan
mulai kembali perlahan-lahan. Saat Edward mengambil
liontin itu dan membukanya Edward langsung mengingat
kembali semua ingatannya.
Edward mulai meneteskan air mata. Chloe yang berada
dibalik pintu merasa senang sekaligus sedih. Chloe
senang ingatan Edward kembali tapi pada akhirnya
yang ada dihati Edward tetaplah Hanum.
Edward memegang kencang liontin itu. Sambil menangis
ia mengatakan “Terima kasih Hanum.....”

You might also like