Professional Documents
Culture Documents
Makalah Pengelolaan Panen
Makalah Pengelolaan Panen
Oleh:
BUDIDAYA PERKEBUNAN
INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONESIA
MEDAN
2023
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Alat dan Mesin Pemanenan Kelapa Sawit” ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Panen. Makalah ini
memberikan penjelasan tentang alat untuk proses pemanenan.
Tersusunnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sehingga dengan selesainya penulisan dan penyusunan. Dalam penyelesaian tugas
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Hardy Wijaya selaku dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan
Panen.
2. Pihak- pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah
satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor
pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena
dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit
yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi
Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa
yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan
minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai.
Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono
2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan
manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia.
Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan
masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara. Tanaman kelapa sawit merupakan
komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda
dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan
besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan
kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi
Indonesia. (Sastrosayono 2003).
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian
yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam
pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat
menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan
sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil
akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar. Produktivitas
kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan.
Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat
1
penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan
tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah
pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat
meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. (Sastrosayono 2003).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peralatan panen yang digunakan untuk tanaman yang memilki tinggi batang
>6 m adalah :
1. Dodos dg lebar 10-12,5 cm;
2. Karung wadah brondolan;
3. Kapak/golokk untuk memotong tangkai TBS yang masih panjang;
4. Tombak untuk mengangkat TBS ke lori;
5. Kereta dorong (lori)/alat pikul.
Peralatan panen yang digunakan untuk tanaman yang memilki tinggi batang
>6m adalah :
1. Egrek;
2. Karung wadah brondolan;
3. Kapak/golokk untuk memotong tangkai TBS yang masih panjang;
4. Tombak untuk mengangkat TBS ke lori;
5. Kereta dorong (lori)/alat piku.
3
2.3 Rotasi Panen Kelapa Sawit
Untuk menjaga buah tetap segak dan memilikia mutu yang tinggi maka
harus dilakukan rotasi panen yang sesuai dengan interfal waktu pematangan buah.
Rotasi dapat di artikan juga interval waktu pemanenan yaitu waktu yg di perlukan
antara panen terahir dg panen berikutnya pada tempat yg sama. Di perkkebunan
kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 – 10 hari artinya satu
areal harus di masuki oleh pemanen tiap 7 – 10 hari sesuai peraturan yang
digunakan pada setiap perusahaan atau pperseorangan. Rotari panen di aggap baik
bila buah tidak terlalu matang, yaiti dengan menggunakan sistem 6/7 9/10- artinya
dalam satu minggu terdapat 1 hari untuk eliharaan alat panen dan masing-masing
ancak panen sesuai ketentuan.
4
BAB III
METODOLOGI
Kriteria diamati berdasarkan jumlah brondolan dan warna kulit buah, yaitu
jika ada dua brondolan yang jatuh ke tanah maka buah siap panen. Bobot Tandan
Rata-rata (BTR) di Afdeling VII perkebunan adalah 20kg, sehingga kriteria buah
matangnya adalah lebih kurang 40 brondolan per piringan.
BAB IV
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peralatan panen yang digunakan untuk panen kelapa sawit adalah dodos
digunakan untuk tanaman yang memiliki tinggi batang < 6 m sedangkan egrek
untuk tanaman yang memiliki tinggi > 6 m. Peralatan bantu lainnya berupa karung
wadah brondolan, kampak untuk memotong tangkai TBS yang masih panjang,
tombak untuk mengangkat TBS ke lori, kereta dorong (lori) atau alat pikul. Alat
angkut tradisional pada panen kelapa sawit yaitu gerobak tangan, sepeda motor, dan
keranjang anyaman. Sedangkan alat angkut modern yaitu wintor, alat angkut kelapa
sawit merek T-Rex, dan Truk Wolf 4 x 4 WD.
Budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan
merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah
indikator akan dimulainya pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam
budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan baik akan diperoleh produksi
yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman mampu bertahan dalam umur yang
panjang.
Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang
menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan
tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis.
Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat
berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara
pemananen.
Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya produksi
dan pendeknya usia ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan dengan
tepat agar tanaman tetap berproduksi baik dan diperoleh mutu yang baik. Selain itu
setelah panen harus segera dilakukan penanganan pasca panen menginggat tandan
buah kelapa sawit akan cepat mengalami penurunan mutu dalam waktu 24 jam
setelah panen.
6
Tanaman kelapa sawit juga harus dijaga buahnya agar tetap segar dan
memiliki mutu yang tinggi maka dilakukan rotasi panen yang sesuai dengan interfal
waktu pematangan buah. Di perkebunan kelapa sawit pada umumnya menggunakan
rotasi panen 7-10 hari artinya setiap areal harus dimasuki oleh pemanen tiap 7-10
hari sesuai peraturan yang digunakan pada setiap perusahaan atau perseorangan.
Rotasi panen dianggap baik bila buah terlalu matang, yaitu dengan menggunakan
sistem 6/7 9/10 artinya dalam satu minggu terdapat pemeliharaan alat panen dan
masing-masing panen sesuai ketentuan.
Kelapa sawit dapat dipanen bila sudah melebihi kriteria tingkat kematangan
buah mencapai fraksi 1-3 dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5% -
75%. Cara mudah menentukan tingkat kematangan buah dilihat warna kulit buah
dan menghitung jumlah buah luar yang telah rontok minimal 1-20 butir. Apabila
tandan telah memenuhi syarat untuk dilakukan pemanenan segeralah dilakukan
pemanenan sebelum buah busuk.
Syarat dan ketentuan yang harus dipatuhi ketika melakukan pemanenan
kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Memanen semua buah pada tingkat kematangan yang optimum, yaitu
pada saat tandan buah segar (TBS) mengandung minyak dan karnel
tertinggi.
2. Memanen hanya buah yang matang dan mengutip brondolan.
3. Mengirim TBS ke pabrik dalam waktu 24 jam setelah panen. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas di dalam
minyak sawit mentah.
4.4 Cara Pemanenan
7
Kegiatan pemanenan kelapa sawit meliputi pemotongan tandan,
pengambilan tandan, pengambilan tandan siap panen dengan dodos, pengutipan
brondolan, dan pengangkutan hasil panen ke tempat pemungutan hasil (TPH). Pada
pemanenan kelapa sawit tersebut, tangkai buah kelapa sawit yang telah dipotong
juga harus dibersihkan dari kotoran tandan. Dengan begitu tandan buah kelapa
sawit sudah terlihat bersih saat diangkut ke TPH. Karena lahan pohon kelapa sawit
pada umumnya cukup luas, aktivitas panen kelapa sawit biasanya membutuhkan
tenaga kerja. Tenaga pemanen ini nantinya akan mendapatkan jatah memanen pada
luasan area yang ditentukan oleh mandor. Disampinhg memiliki keterampilan
memanen, pemanen juga harus dapat mengusahakan agar tandan yang matang dapat
dipanen semua. Jika tidak, kualitas kelapa sawit yang dipanen akan menurun karena
terlalu lama dipohonnya.
Secara sistematis, langkah-langkah atau cara panen kelapa sawit yaitu
sebagai berikut:
1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
2. Memotong pelepah daun yang menyangga buah kelapa sawit
3. Menyusu pelepah di tengah gawangan dengan rapi
4. Mengambil tandan buah kelapa sawit menggunakan alat yang
dipersiapkan yaitu dodos atau egrek. Pemotongan tandan tersebut tidak
boleh diatas 2 cm dari pangkal.
5. Meletakkan tandan pada piringan dan brondolan yang telah dibersihkan
dari tanah dan kotoran di tempat terpisah
6. Menandai penebangan dengan nomor
7. Menumpuk pelepah daun yang sebelumnya dipotong rapi
8
Kebutuhan Tanaga Panen = (A x B x C x D) / E
Keterangan :
A = luas lahan yang dipanen
B = tingkat kerapatan pohon yang akan dipanen
C = rata-rata bobot buah yang akan dipanen
D = tingkat populasi tanaman per hektar
E = tingkat kapasitas panen per hektar
Ada juga menentukan jumlah tenaga kerja panen berdasarkan estimasi
produksi dan hari kerja dalam satu tahun:
Kebutuhan Tenaga Panen = (A – B) / (C : D)
Keterangan:
A = total estimasi produksi/ tahun (kg)
B = panen pada hari libur/ tahun (kontanan)
C = kapasitas panen maksimal/ HK
D = jumlah hari kerja/ tahun
Ada juga dalam menentukan jumlah tenaga kerja berdasarkan rata-rata hasil
produksi/ha dalam satu tahun:
Kebutuhan Tenaga Panen = (A x B) / (C : D)
Keterangan:
A = rata-rata hasil/ha/tahun(kg)
B = total areal tanaman keseluruhan (ha)
C = kapasitas panen maksimal/HK
D = jumlah hari kerja/tahun
BAB V
9
3.1 KESIMPULAN
Alat yang digunakan untuk panen adalah dodos dan egrek. Alat
perlengkapannya berupa angkong, ember takar, ganju, dan karung alat berondol.
Persiapan panen meliputi persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga kerja dan
penyediaan alat. Pelaksanaan panen meliputi memotong buah matang, menyusun
pelepah pada gawangan, mengeluarkan dan menyusun buah maupun brondolan ke
TPH.
3.2 SARAN
Penulis menydari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
10
Riniarti, Dewi dan Bambang Utoyo. (2012). Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.
Malang: Wineka Media.
11